KESANTUNAN BERBAHASA
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Kemahiran Berbahasa Lisan
dan Tulisan yang diampu oleh Bapak Dr. Didin Sahidin, M.Pd.
Disusun Oleh:
SEKOLAH PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
INSTITUT PENDIDIKAN INDONESIA
TAHUN 2023
1
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kepada Allah Swt yang telah
melimpahkan nikmatnya kepada kita semua sehingga penyusun dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktu yang telah ditentukan. Makalah ini yang berjudul
“Kemahiran Berbahasa dan Kesantunan Berbahasa” disusun untuk melengkapi salah satu
tugas mata kuliah Pengembangan Kemahiran Berbahasa Lisan dan Tulisan yang diampu
oleh Bapak Dr. Didin Sahidin, M.Pd.
Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih dan berharap semoga makalah
ini bermanfaat bagi kita semua yang membacanya. Semoga Allah Swt. Memberikan
petunjuk serta rahmat-Nya kepada kita semua. Amin.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................... 4
A. Latar Belakang.............................................................................................. 4
B. Identifikasi Masalah...................................................................................... 5
C. Rumusan Masalah......................................................................................... 5
D. Tujuan Pembuatan Makalah.......................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 26
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa yaitu alat yang digunakan dalam komunikasi setiap hari, baik bahasa lisan
maupun tulisan. Hal itu menunjukkan tidak ada kegiatan manusia yang tidak disertai
penggunaan bahasa untuk berkomunikasi. Melalui berbahasa, kita biasa
menerapkannya untuk menyampaikan segala macam gagasan, informasi, maksud
atau tujuan kepada penutur dan dituturnya. Seseorang penting menguasai
keterampilan berbahasa untuk menunjang kehidupannya dalam berbagai konteks
kehidupan. Bahasa mengenalkan empat jenis keterampilan. Keterampilan tersebut
meliputi keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca,
dan keterampilan menulis. Keterampilan berbahasa digolongkan menjadi dua
berdasarkan media penyampaiannya yaitu bahasa lisan dan bahasa tulis. Bahasa lisan
menggunakan keterampilan menyimak dan keterampilan berbicara. Bahasa tulis
menggunakan keterampilan membaca dan menulis. Seseorang yang menguasai
bahasa tidak cukup hanya pada tingkat terampil, namun itu perlu ditingkatkan
menjadi tingkat mahir berbahasa. Dengan kemahiran berbahasa, seseorang akan lebih
mudah melakukan aktifitas sesuai konteks dan kebutuhannya. Selain itu, salah satu
aspek yang perlu diperhatikan dalam berkomunikasi yaitu santun berbahasa. Santun
atau tidak santunnya suatu tuturan tergantung pada masyarakat pemakai bahasa itu
sendiri. Kesantunan dipengaruhi oleh adanya konteks yang berkaitan dengan tempat,
waktu, dan suasana yang melatarbelakangi terjadinya komunikasi.
Dalam tulisan ini kemahiran berbahasa dan kesantunan berbahasa menjadi sebuah
topik yang dikaji. Kemahiran berbahasa tidak dapat diperoleh begitu saja dari
kegiatan sehari hari tanpa suatu pengorganisasian latihan yang jelas. Seseorang perlu
berlatih dengan dasar-dasar tertentu untuk mengembangkan kemahiran berbahasa.
Kemahiran hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan cara berlatih. Melatih
kemahiran berbahasa berarti pula melatih kemahiran berpikir (Tarigan, 1994).
Begitupun Kesantunan berbahasa sangat penting diperhatikan demi kelancaran
berkomunikasi dan untuk memperkecil terjadinya konflik. Dengan berbahasa yang
santun, keharmonisan antara penutur dan mitra tutur bisa tetap terjaga.
1
B. Identifikasi Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
Kata mahir (KBBI, 1997:613) dimaknai lebih luas yang artinya sangat
terlatih, cakap, pandai dan terampil. Dengan kemahiran berbahasa, seseorang
akan lebih mudah melakukan aktifitas sesuai konteks dan kebutuhannya.
Kemahiran berbahasa dapat diukur dengan suatu standar baku yang telah
disepakati. Sejak awal tahun 1990-an di Indonesia disusun suatu instrumen yang
berfungsi untuk mengukur kemahiran berbahasa Indonesia. Dengan standar baku
tersebut, seseorang dapat dinilai secara umum tentang kemahiran bahasa lisan
dan bahasa tulisnya.
3
a) Aspek Menyimak (listening skills)
Menyimak merupakan salah satu jenis keterampilan
berbahasa ragam lisan yang bersifat reseptif. Kegiatan menyimak
tidak sekedar kegiatan untuk mendengarkan tetapi juga
memahaminya. Ada dua jenis situasi dalam menyimak :
· Interaktif
Menyimak secara interaktif terjadi dalam percakapan tatap
muka dan percakapan di telephon atau yang sejenisnya. Dalam
menyimak jenis ini, kita bergatian melakukan aktifitas menyimak
dan berbicar. Oleh karena itu, kita memiliki kesempatan untuk
bertanya guna memperoleh penjelasan, meminta lawan bicara
mengulang apa yang diucapkan olehnya atau mungkin
memintanya berbicara agak lebih lambat.
· Noninteraktif
Menyimak secara noninteraktif yaitu menyimak radio,
televisi, film, khotbah, atau menyimak dalam acara – acara
sereonial. Dalam situasi menyimak noninteraktif tersebut, kita
tidak dapat meminta penjelasan dari pembicara, tidak bisa
pembicara mengulangi apa yang diucapkan, dan tidak bisa
meminta pembicaraan diperlambat.
b) Aspek Berbicara (speaking skills)
Berbicara merupakan salah satu jenis keterampilan
berbahasa ragam lisan yang bersifat produktif. Sehubungan
dengan keterampilan berbicara ada tiga jenis situasi berbicara :
· Interaktif
Berbicara interaktif misalnya percakapan secara tatap
muka dan berbicara lewat telephon yang memungkinkan adanya
pergantian antara berbicara dan menyimak, dan juga
memungkinkan kita meminta klarifikasi.
· Semiinteraktif
Berbicara semiinteraktif misalnya dalam berpidato di
hadapan umum secara langsung. Dalam situasi ini audiens tidak
4
dapat melakukan interupsi terhadap pembicaraan, namun
pembicara dapat melihat reaksi pendengar dari ekspresi wajah dan
bahasa tubuh mereka.
· Noninteraktif
Situasi berbicara dapat dikatakan betul – betul bersifat
noninteraktif, misalnya berpidato melalui radio atau televisi.
2. Kemahiran Berbahasa Tulis
Dalam kemahiran berbahasa secara lisan melibatkan 2 aspek.
a) Aspek Membaca (reading skills)
Membaca merupakan salah satu jenis keterampilan
berbahasa ragam tulis yang bersifat reseptif. Keterampilan
membaca dapat dikembangkan secara tersendiri, terpisah dari
keterampilan menyimak dan berbicara.
b) Aspek Menulis (writing skills)
Menulis merupakan salah satu jenis keterampilan
berbahasa ragam yang bersifat produktif. Menulis dapat dikatakan
keterampilan berbahasa yang paling rumit di antara jenis – jenis
keterampilan berbahasa lainya. Ini karena menulis bukanlah
sekedar menyalin kata dan kalimat melainkan juga
mengembangkan dan menuangkan pikiran – pikiran dalam suatu
struktur tulisan yang teratur.
C. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kemahiran Berbahasa
5
yang lain, hal ini secara langsung akan mempengaruhi perkembangan berbahasa
anak.
Faktor media massa seperti televisi dan internet sangat memberikan kesan
terhadap perkembangan berbahasa anak-anak. Anak-anak seawal usia 2 tahun
sudah mulai dikenalkan dengan elektronik seperti telefon bimbit sebagai
permainan mereka. Oleh hal sedemikian, perkembangan kecekapan berbahasa
mereka sangat cepat dengan adanya aplikasi-aplikasi yang dimuat turun ke dalam
telefon pintar untuk memberikan proses kemahiran berbahasa kepada anak-kanak
tersebut. Namun, proses awal ini memberikan imbas yang negatif sekiranya tidak
dikawal dengan bijak oleh ibu bapa anak-anak tersebut.
6
Pengaruh rekan sebaya juga sangat mempengaruhi dalam aspek
perkembangan kecekapan berbahasa seseorang. Pemilihan rekan-rekan yang aktif
dan mudah berinteraksi dapat membantu dan memberi kesan yang positif
terhadap rekan mereka, berbanding dengan rekan yang bersikap pasif serta suka
menyendiri. Namun, pemilihan rekan sebaya ini perlu diberikan kawalan dan
pemantauan dari ibu bapak kerana bagi mengelakkan anak-anak mereka
terpengaruh dengan rekan-rekan yang selalu menggunakan bahasa yang kesat,
lucah dan tidak sopan. Hal ini boleh berlaku disebabkan anak-anak mudah
terpengaruh dengan rekan sebaya mereka melalui interaksi dan peniruan. Anak-
anak akan meniru cara interaksi rekan sebaya mereka dan akan membiasakannya
dalam pertuturan seharian. Hal ini bermaksud, faktor peniruan terhadap
persekitaran murid juga turut menyambung kepada kecekapan berbahasa mereka.
Justru itu, ibu bapak perlu memainkan peranan mereka bagi memantau dan
mengawal pemilihan rekan sebaya mereka bagi mengelakkan kejadian seperti ini
berlaku terhadap anak mereka.
7
Kepesatan teknologi pada masa kini telah memperlihatkan berbagai kesan
yang timbul khususnya dalam perkembangan berbahasa anak-anak. Hal ini sekali
gus memberikan kesan terhadap cara dan teknik pengajaran guru semasa berada
di dalam bilik darjah. Usaha untuk meningkatkan penguasaan berbahasa murid
terus dilaksanakan seiring dengan kemajuan teknologi pada masa kini. Bagi
memastikan perkembangan penguasaan berbahasa murid terus berjalan dengan
lancar, usaha ini bukan hanya perlu diberikan kepada guru-guru di sekolah tetapi
melibatkan pihak lain seperti keluarga dan masyarakat setempat.
Bagi pihak guru dan sekolah, langkah untuk meningkatkan lagi kemahiran
berbahasa murid adalah melalui pelaksanaan program-program bahasa seperti
hari Bahasa Melayu baku. Pihak sekolah boleh melaksanakan program yang
melastarikan penggunaan Bahasa Melayu dengan baik dan benar bagi
memberikan pendedahan kepada murid tentang pentingnya menggunakan bahasa
yang baik dan benar. Pihak sekolah boleh melaksanakan program seperti hari
Bahasa Melayu baku dengan cara memilih satu hari dalam masa seminggu dalam
setiap minggu untuk mewajibkan murid menggunakan Bahasa Melayu baku dan
formal dalam interaksi mereka sepanjang masa persekolahan. Program seperti ini
dapat melatih murid secara perlahan-lahan untuk menguasai kecekapan berbahasa
dengan lebih baik dan benar.
8
komputer riba, paparan video dan lagu-lagu yang menarik dalam membantu
meningkatkan kecekapan berbahasa anak-anak. Guru boleh menayangkan video
dan animasi yang berkaitan dengan topik pengajaran pada hari tersebut yang
menggunakan bahasa yang benar dan tepat. Hal ini secara tidak langsung akan
memberikan pendedahan dan contoh yang lebih berkesan kepada murid dalam
menggunakan bahasa yang benar. Hal ini sekaligus dapat meningkatkan lagi
kecekapan berbahasa murid-murid di sekolah.
Selain itu, guru perlu mewujudkan sesi pengajaran dan pembelajaran yang
menyeronokkan dan bersahaja murid. Murid berupaya mengasah bakat
terpendam mereka dengan berkalaborasi sesama ahli kumpulan dalam suasana
yang ceria dan terkawal. Berlakon merupakan satu aktiviti yang amat digemari
oleh pelajar kerana ia dijalankan dalam bentuk bermain dan bersukaria. Mereka
diberi peranan untuk berkata-kata secara bebas, melahirkan pandangan dan
pendapat, bergaya dan beraksi sesama sendiri, berhibur dengan telatah dan gaya
rakan-rakan sebaya, melibatkan diri, bekerja bersama-sama dan sebagainya. Hal
ini sekaligus dapat melatih interaksi antara murid dan dapat meningkatkan lagi
kecekapan berbahasa murid. Aktiviti ini juga dapat mengasah keyakinan diri
murid untuk berinteraksi serta menyampaikan idea mereka.
9
bijak, pemurah, simpatik, dan rendah hati. Sudah saatnya kita menyadari jika
partisipan interaksi merupakan norma-norma dan prinsip-prinsip yang ada di
dalam masyarakat luas. Kesantunan berkaitan dengan budaya dan nilai yang
bersifat relatif di suatu masyarakat. Suatu tuturan dapat dikatakan sopan, akan
tetapi di tempat lain bisa saja dianggap menjadi tidak sopan. Sebaiknya kita hrus
paham dan bisa menempatkan diri dengan sadar dimana kita berkomunikasi.
Manusia merupakan makhluk sosial, oleh sebab itu, sudah seharusnya setiap
manusia paham akan tata cara berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari.
10
mengurangi antipati antara diri sendiri dengan orang lain dan meningkatkan
simpati antara diri sendiri dengan orang lain).
1. Maksim Kebijaksanaan
Menurut Leech ( dalam Rahardi, 2006: 60) menyatakan bahwa prinsip
kesantunan peserta pertuturan sebaiknya berpegang pada prinsip untuk
mengurangi keuntungan pada diri sendiri dan memaksimalkan
keuntungan untuk orang lain dalam kegiatan bertutur. Jika sudah
memaksimalkan keuntungan untuk orang lain maka dapat dikatakan
penutur sudah bersikap sopan dan bijaksana. Orang yang bertutur dengan
memegang prinsip maksim kebijaksanaan akan dikatakan sebagai orang
yang santun. Selain itu,tuturan yang berpegang teguh pada maksim
kebijaksanaan ini dapat terhindar dari sikap iri hati, dengki, dan sikap
lainnya yang kurang santun kepada lawan bicara. Demikian pula perasaan
sakit hati akibat dari perlakuan orang lain dapat diminimalkan jika
maksim kebijaksanaan ini dipegang secara teguh dan dilaksanakan dalam
kegiatan bertutur atau berinteraksi. Jadi, menurut maksim ini, kesantunan
saat kegiatan bertutur dapat dilakukan jika maksim kebijaksanaan
dilaksanakan dengan baik. Penjelasan dan pelaksanaan maksim
kebijaksanaan dalam komunikasi yang sebenarnya dapat dilihat pada
contoh di bawah ini:
Tuan rumah: “ Silakan makan saja dulu, nak!”
Tadi kami semua sudah mendahului”
Tamu : “ Wah, saya jadi tidak enak, Bu”.
Contoh tersebut dituturkan oleh seorang Ibu kepada seorang anak
muda yang sedang bertamu di rumah Ibu tersebut. Pada saat itu, ia harus
berada di rumah Ibu tersebut sampai malam karena hujan sangat deras dan
tidak segera reda. Pada tuturan tersebut tampak sangat jelas bahwa
tuturan si Tuan rumah memaksimalkan keuntungan bagi sang tamu. Pada
umunya, tuturan semacam itu dapat ditemukan dalam keluarga-keluarga
masyarakat di desa. Orang desa biasanya sangat menghargai tamu, baik
tamu yang datangnya sudah direncanakan maupun datang secara
kebetulan. Selain itu, sering kali minuman dan makanan yang disajikan
kepada sang tamu diupayakan sebaik mungkin sehingga layak di nikmati
11
oleh sang tamu. Masyarakat Jawa mengatakan hal tersebut dinamakan “
dinak-dinakke” yang bermakna “ diada-adakan”. Jadi, dalam masyarakat
Jawa sikap demikian sering muncul dalam pertuturan. Sebagai penjelas,
tuturan berikut dapat dicermati:
Ibu : “ Ayo, dimakan bakminya! Di dalamnya masih banyak, kok.”
Rekan Ibu: “ Wah, segar sekali. Siapa yang memasak ini tadi, Bu?”
Contoh di atas merupakan tuturan seorang Ibu kepada teman
dekatnya pada saat ia berkunjung dikerumahnya.Sikap kesantunan
mekmaksimalkan bagi pihak mitra tutur sangat tampak jelas pada tuturan
sang Ibu, yakni Ayo, dimakan bakminta! Di dalam masih banyak, kok.
Tuturan itu disampaikan kepada sang tamu meskipun sebenarnya satu-
satunya hidangan yang tersedia adalah apa yang disajikan kepada tamu
itu.Tuturan itu disampaikan dengan tujuan agar tamu merasa senang hati
dan bebas menikmati hidangan yang disajikan tanpa perasaan yang tidak
enak sedikitpun.
2. Maksim Kedermawanan
Menurut Leech ( dalam Rahardi, 2006: 61) berpendapat bahwa
maksim kedermawanan bisa disebut dengan maksim kemurahan hati,
artinya orang yang bertutur diharapkan dapat menghormati orang lain.
Penghormatan terhadap orang lain dapat terjadi jika penutur mengurangi
keuntungan atas dirinya sendiri dan memaksimalkan keuntungan untuk
orang lain.
Contoh:
Anak kos A : “ Mari saya cucikan baju kotormu! Pakaianku tidak banyak
yang kotor.”
Anak kos B : “ Tidak usah, Mbak. Nanti siang saya akan mencuci juga
kok.”
Tuturan di atas merupakan cuplikan pembicaraan antar anak kos di
Yogyakarta.Terlihat jelas bahwa anak yang satu sangat akrab dan
berhubungan baik dengan anak yang satunya. Tuturan yang disampaikan
si A di atas, dapat dilihat secara jelas bahwa ia sedang berusaha
memaksimalkan keuntungan orang lain dengan cara menambahkan beban
bagi dirinya sendiri. Cara itu dilakukan dengan menawarkan bantuan
untuk mencuci pakaian kotornya anak kos B. Pada kehidupan masyarakat
12
Jawa, hal tersebut sering terjadi karena merupakan wujud nyata sebuah
kerja sama. Misalnya saja, gotong royong dan kerja sama untuk membuat
bangunan rumah. Hal tersebut dapat dikatakan sebagai realisasi maksim
kedermawanan atau maksim kemurahan hati di kehidupan bermasyarakat.
Orang yang tidak suka membantu orang lain, tidak pernah bekerja sama
dengan orang lain, dapat dikatakan tidak sopan dan biasanya tidak
memiliki banyak teman dalam pergaulan sehari-sehari di hidupnya.
Tuturan di bawah ini dapat dicermati untuk memperjelas pernyataan ini:
Kakak : “ Dik, Indosiar filmnya bagus lho, sekarang!”
Adik : “ Sebentar, Kak. Saya hidupkan dulu saluran listriknya.”
Dituturkan oleh seorang kakak kepada adiknya di sebuah keluarga.
Mereka sedang membicarakan acara televisi tertentu, kemudian sang Adik
memaksimalkan keuntungan kepada sang Kakak dengan menghidupkan
saluran listriknya.
3. Maksim penghargaan
Menurut Leech ( dalam Rahardi, 2006: 62) menjelaskan bahwa
seseorang bisa dianggap santun jika dalam komunikasi bertutur berusaha
untuk memberikan pernghargaan terhadap pihak lain. Pada maksim ini,
diharapkan penutur dan mitra tutur tidak saling mengejek, tidak saling
mencela, tidak saling membenci, dan tidak saling merendahkan pihak
lawan bicara. Penutur yang mengejek peserta tutur lain saat kegiatan
bertutur dapat dikatakan sebagai orang yang tidak sopan. Dikatakan
seperti itu, karena mengejek merupakan tindakan tidak menghargai orang
lain. Disebut perbuatan yang tidak baik, tindakan tersebut harus dihindari
dalam pergaulan yang sebenarnya. Untuk memperjelas pernyataan
tersebut, tuturan di bawah ini dapat dicermati:
Siswa A : “ Pak, aku tadi sudah berpidato di acara perpisahan.”
Guru B : “ Oya, tadi aku melihat dan mendengar suaramu jelas dan bagus
sekali dari sini.”
Dituturkan oleh seorang siswa kepada salah satu gurunya bahwa ia
telah berpidato di acara perpisahan sekolah.
4. Maksim kesederhanaan
13
Menurut Leech ( dalam Rahardi, 2006: 64) maksim kesederhanaan
dapat disebut maksim kerendahan hati, dalam komunikasi peserta tutur
diharapkan dapat memiliki sikap kerendahan hati dengan cara mengurangi
pujian atas dirinya sendiri. Orang bisa dikatakan sombong hati jika dalam
komunikasi bertutur selalu mengunggulkan dirinya sendiri atau memuji
dirinya sendiri. Di kehidupan masyarakat Indonesia, kesederhanaan atau
kerendahan hati dijadikan sebagai parameter penilaian kesantunan
seseorang. Sebagai contoh tuturan di bawah ini sering terjadi dalam
kehidupan bermasyarakat.
Ibu A : “ Nanti Ibu yang memberikan sambutan ya dalam rapat Dasa
Wisma!”
Ibu B : “ Waduh,.... nanti grogi aku”
Tuturan terjadi saat pertemuan rapat Dasa Wisma. Dituturkan oleh
seorang Ibu anggota Dasa Wisma kepada temannya. Mereka sedang
berangkat bersama-sama Ibu A menyuruh Ibu B untuk memberikan
sambutan. Akan tetapi, ibu B bersikap rendah hati bahwa ia nanti bisa
grogi.
Sekretaris A: “ Dik, nanti rapatnya dibuka dengan doa dulu, ya! Anda
yang memimpin!”
Sekretaris B: “ Ya, Mbak. Tapi suara saya jelek lho.”
Tuturan terjadi di sebuah kantor. Dituturkan oleh seorang
sekretaris kepada sekretaris lain yang masih junior. Sekretaris A meminta
sekretaris B untuk memimpi doa saat rapat nanti. Akan tetapi, sekretaris B
menjawab dengan rendah hati dan menyatakan jika suaranya jelek.
5. Maksim Permufakatan
Menurut Leech ( dalam Rahardi, 2006: 64) mengatakan bahwa
maksim permufakatan bisa disebut maksim kecocokan. Pada maksim ini,
menekankan supaya si penutur dan mitra tutur dapat saling membina
kecocokan, persetujuan atau kemufakatan di dalam kegiatan bertutur.
Penutur dan mitra tutur dapat dikatakan memiliki sikap yang santun jika
sudah terjadi kemufakatan atau kecocokan dalam kegiatan
bertutur.kehidupan masyarakat Jawa, orang tidak diperbolehkan
membantah secara langsung atas apa yang dituturkan orang lain.
Kehidupan masyarakat Jawa dahulu, wanita tidak diperkenankan
14
menentang sesuatu yang dikatakan pria. Jika kita mencermati orang
bertutur masa saat ini, seringkali si mitra tutur menggunakan anggukan -
anggukan untuk tanda setuju, acungan jempol, wajah tanpa kerutan pada
dahi, dan lainnya. Hal tersebut merupakan sifat paralinguistik kinetik
untuk menyatakan maksud tertentu.
Contoh:
Guru A : “Ruangannya gelap ya, Bu”!
Guru B : “He, eh! Saklarnya mana, ya?”
Tuturan terjadi saat mereka berada di ruang guru. Dituturkan oleh
seorang guru kepada temannya yang juga seorang guru. Guru A bertanya
dengan penuh makna tentang ruangan yang gelap. Kemudian Guru B
merespon secara tanggap dengan pemikiran yang sama dan segera
mencari saklar.
Noni : “ Nanti malam kita makan bersama ya, Yun!”
Neni : “ Boleh. Saya tunggu di Bambu Resto.”
Dituturkan oleh seorang mahasiswa kepada temannya pada saat
mereka sedang berada di ruang kelas. Noni mengajak Neni untuk makan
malam bersama. Kemudian, Neni menanggapi dengan menyetujuinya
bahwa ia mau makan malam bersama Noni.
6. Maksim kesimpatian
Menurut Leech ( dalam Rahardi, 2006: 65) mengungkapkan
bahwa maksim kesimpatian merupakan pemberian sikap perhatian.
Tujuan maksim ini ialah agar peserta tutur dapat memaksimalkan sikap
simpatinya antara pihak yang satu dengan pihak yang lain. Masyarakat
tutur di Indonesia, menjunjung tinggi sikap simpati kepada orang lain
dalam komunikasi sehari-hari. Jika peserta tutur tidak memiliki sikap
simpati maka dapat dikatakan peserta tutur memiliki sikap antipati dan
bisa dikatakan sebagai suatu tindakan tidak santun. Sikap simpati kepada
orang lain bisa ditunjukkan dengan cara memberikan senyuman,
anggukan, gandengan tangan, dan lainnya.
Contoh:
Siswa A : “Mas, aku akan ujian tesis minggu depan”.
Siswa B: “Wah, proficiat ya! Kapan pesta?”
15
Tuturan terjadi di ruang perpustakaan kampus. Dituturkan oleh siswa
kepada siswa yang lain. Kemudian, siswa B menanggapi dengan rasa
simpati/ perhatian.
BAB III
PENUTUP
Simpulan
16
orang lain dan menambahi keuntungan orang lain), maksim kedermawanan
(mengurangi keuntungan diri sendiri dan menambahi pengorbanan diri sendiri),
maksim penghargaan (mengurangi cacian pada orang lain dan menambahi pujian
pada orang lain), maksim kesederhanaan (mengurangi pujian pada diri sendiri
dan menambahi cacian pada diri sendiri), maksim permufakatan (mengurangi
ketidaksesuaian antara diri sendiri dengan orang lain dan meningkatkan
persesuaian antara diri sendiri dengan orang lain), serta maksim simpati
mengurangi antipati antara diri sendiri dengan orang lain dan meningkatkan
simpati antara diri sendiri dengan orang lain).
17
DAFTAR PUSTAKA
18
Marlina. (2013). Teori Behaviorisme dan Aplikasinya Dalam Pengajaran
Bahasa. http://marlinara.blogspot.sg/2013/12/teori-behaviorisme-
dan-aplikasinya.html.
19