Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

KEMAHIRAN BERBAHASA DAN

KESANTUNAN BERBAHASA

disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Kemahiran Berbahasa Lisan
dan Tulisan yang diampu oleh Bapak Dr. Didin Sahidin, M.Pd.

Disusun Oleh:

Asep Munawar 22881002

Nurul Hasanah 22882012

Trisna Maolina Sari 22882011

SEKOLAH PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
INSTITUT PENDIDIKAN INDONESIA
TAHUN 2023

1
2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kepada Allah Swt yang telah
melimpahkan nikmatnya kepada kita semua sehingga penyusun dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktu yang telah ditentukan. Makalah ini yang berjudul
“Kemahiran Berbahasa dan Kesantunan Berbahasa” disusun untuk melengkapi salah satu
tugas mata kuliah Pengembangan Kemahiran Berbahasa Lisan dan Tulisan yang diampu
oleh Bapak Dr. Didin Sahidin, M.Pd.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak


kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan
kritik yang bersifat membangun dari Bapak dosen yang bersangkutan demi
meningkatkan penyusunan penulisan makalah yang lebih baik lagi.

Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih dan berharap semoga makalah
ini bermanfaat bagi kita semua yang membacanya. Semoga Allah Swt. Memberikan
petunjuk serta rahmat-Nya kepada kita semua. Amin.

Garut, 02 Januari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................... 4

A. Latar Belakang.............................................................................................. 4
B. Identifikasi Masalah...................................................................................... 5
C. Rumusan Masalah......................................................................................... 5
D. Tujuan Pembuatan Makalah.......................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................... 6

A. Definisi Kemahiran Berbahasa Indonesia..................................................... 6


B. Aspek Kemahiran Berbahasa Indonesia ....................................................... 6
C. Faktor-Faktir Yang Mempengaruhi Kemahiran Berbahasa ......................... 7
D. Langkah Meningkatkan Kemahiran Berbahasa............................................ 8
E. Definisi Kesantuanan Berbahasa................................................................... 16
F. Bidal-Bidal Prinsip Kesantunan Berbahasa.................................................. 17

BAB III PENUTUP................................................................................................. 23

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 26

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa yaitu alat yang digunakan dalam komunikasi setiap hari, baik bahasa lisan
maupun tulisan. Hal itu menunjukkan tidak ada kegiatan manusia yang tidak disertai
penggunaan bahasa untuk berkomunikasi. Melalui berbahasa, kita biasa
menerapkannya untuk menyampaikan segala macam gagasan, informasi, maksud
atau tujuan kepada penutur dan dituturnya. Seseorang penting menguasai
keterampilan berbahasa untuk menunjang kehidupannya dalam berbagai konteks
kehidupan. Bahasa mengenalkan empat jenis keterampilan. Keterampilan tersebut
meliputi keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca,
dan keterampilan menulis. Keterampilan berbahasa digolongkan menjadi dua
berdasarkan media penyampaiannya yaitu bahasa lisan dan bahasa tulis. Bahasa lisan
menggunakan keterampilan menyimak dan keterampilan berbicara. Bahasa tulis
menggunakan keterampilan membaca dan menulis. Seseorang yang menguasai
bahasa tidak cukup hanya pada tingkat terampil, namun itu perlu ditingkatkan
menjadi tingkat mahir berbahasa. Dengan kemahiran berbahasa, seseorang akan lebih
mudah melakukan aktifitas sesuai konteks dan kebutuhannya. Selain itu, salah satu
aspek yang perlu diperhatikan dalam berkomunikasi yaitu santun berbahasa. Santun
atau tidak santunnya suatu tuturan tergantung pada masyarakat pemakai bahasa itu
sendiri. Kesantunan dipengaruhi oleh adanya konteks yang berkaitan dengan tempat,
waktu, dan suasana yang melatarbelakangi terjadinya komunikasi.
Dalam tulisan ini kemahiran berbahasa dan kesantunan berbahasa menjadi sebuah
topik yang dikaji. Kemahiran berbahasa tidak dapat diperoleh begitu saja dari
kegiatan sehari hari tanpa suatu pengorganisasian latihan yang jelas. Seseorang perlu
berlatih dengan dasar-dasar tertentu untuk mengembangkan kemahiran berbahasa.
Kemahiran hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan cara berlatih. Melatih
kemahiran berbahasa berarti pula melatih kemahiran berpikir (Tarigan, 1994).
Begitupun Kesantunan berbahasa sangat penting diperhatikan demi kelancaran
berkomunikasi dan untuk memperkecil terjadinya konflik. Dengan berbahasa yang
santun, keharmonisan antara penutur dan mitra tutur bisa tetap terjaga.

1
B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka identifikasi dalam penulisan


makalah yang berjudul “Kesantunan Berbahasa I dan Kesantunan Berbahasa”
adalah :

1. Definisi kemahiran berbahasa


2. Aspek kemahiran berbahasa
3. Faktor- faktor yang mempengaruhi kemahiran berbahasa
4. Langkah meningkatkan kemahiran berbahasa murid
5. Definisi kesantunan berbahasa
6. Bidal-bidal prinsip kesantunan berbahasa
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dikemukakan rumusan
masalah sebagai berikut ini.
1. Apa definisi kemahiran berbahasa?
2. Apa saja aspek kemahiran berbahasa?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kemahiran berbahasa?
4. Bagaimana langkah -langkah meningkatkan kemahiran berbahasa?
5. Apa definis kesantunan berbahasa?
6. Apa saja bidal-bidal prinsip kesantunan berbahasa?
D. Tujuan Pembuatan Makalah
Adapun tujuan dalan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut ini.
1. Agar mahasiswa tahu tentang definisi kemahiran berbahasa
2. Agar para mahasiswa dapat memahami aspek kemahiran berbahasa
3. Agar mahasiswa memahami faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
kemahiran berbahasa
4. Agar mahasiswa tahu langkah-langkah meningkatkan kemahiran
berbahasa
5. Agar mahasiswa tahu tentang definisi kesantunan berbahasa
6. Agar mahasiswa dapat memahami bidal-bidal prinsip kesantunan
berbahasa

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Kemahiran Berbahasa

Menurut Kamus Dewan Edisi Keempat (2010), kata ‘kemahiran’ bermaksud


kepandaian atau kecakapan seseorang individu. Sedangkan ‘berbahasa’ adalah
menggunakan bahasa. Jadi dapat di simpulkan bahwa definisi kemahiran
berbahasa adalah sesuatu kebolehan atau kepandaian seseorang individu itu
dalam berbahasa (bertutur) dalam suatu bahasa. Kemahiran berbahasa juga
merupakan satu kemahiran atau kecakapan seseorang untuk menerima dan
mentafsir maklumat melalui pendengaran, pertuturan, pembacaan dan penulisan.
Lazimnya seseorang yang mahir berbahasa ialah orang yang pendengaran dan
pertuturannya baik.

Kata mahir (KBBI, 1997:613) dimaknai lebih luas yang artinya sangat
terlatih, cakap, pandai dan terampil. Dengan kemahiran berbahasa, seseorang
akan lebih mudah melakukan aktifitas sesuai konteks dan kebutuhannya.
Kemahiran berbahasa dapat diukur dengan suatu standar baku yang telah
disepakati. Sejak awal tahun 1990-an di Indonesia disusun suatu instrumen yang
berfungsi untuk mengukur kemahiran berbahasa Indonesia. Dengan standar baku
tersebut, seseorang dapat dinilai secara umum tentang kemahiran bahasa lisan
dan bahasa tulisnya.

Kemahiran berbahasa juga merujuk kepada kepandaian atau kebolehan


seseorang dalam berbahasa. Konsep kemahiran berbahasa merujuk kepada
keupayaan seseorang atau beberapa orang berkomunikasi atau berinteraksi untuk
menyampaikan ide, pandangan, maupun pendapat dalam percakapan dan
pertuturan. Kemahiran berbahasa ini meliputi kemahiran mendengar dan bertutur,
membaca dan menulis.

B. Aspek Kemahiran Berbahasa Indonesia


1. Kemahiran Berbahasa Lisan
Dalam kemahiran berbahasa secara lisan melibatkan 2 aspek.

3
a) Aspek Menyimak (listening skills)
Menyimak merupakan salah satu jenis keterampilan
berbahasa ragam lisan yang bersifat reseptif. Kegiatan menyimak
tidak sekedar kegiatan untuk mendengarkan tetapi juga
memahaminya. Ada dua jenis situasi dalam menyimak :
·      Interaktif
Menyimak secara interaktif terjadi dalam percakapan tatap
muka dan percakapan di telephon atau yang sejenisnya. Dalam
menyimak jenis ini, kita bergatian melakukan aktifitas menyimak
dan berbicar. Oleh karena itu, kita memiliki kesempatan untuk
bertanya guna memperoleh penjelasan, meminta lawan bicara
mengulang apa yang diucapkan olehnya atau mungkin
memintanya berbicara agak lebih lambat.
·      Noninteraktif
Menyimak secara noninteraktif yaitu menyimak radio,
televisi, film, khotbah, atau menyimak dalam acara – acara
sereonial. Dalam situasi menyimak noninteraktif tersebut, kita
tidak dapat meminta penjelasan dari pembicara, tidak bisa
pembicara mengulangi apa yang diucapkan, dan tidak bisa
meminta pembicaraan diperlambat. 
b) Aspek Berbicara (speaking skills)
Berbicara merupakan salah satu jenis keterampilan
berbahasa ragam lisan yang bersifat produktif. Sehubungan
dengan keterampilan berbicara ada tiga jenis situasi berbicara :
·      Interaktif
Berbicara interaktif misalnya percakapan  secara tatap
muka dan berbicara lewat telephon yang memungkinkan adanya
pergantian antara berbicara dan menyimak, dan juga
memungkinkan kita meminta klarifikasi.
·      Semiinteraktif
Berbicara semiinteraktif misalnya dalam berpidato di
hadapan umum secara langsung. Dalam situasi ini audiens tidak

4
dapat melakukan interupsi terhadap pembicaraan, namun
pembicara dapat melihat reaksi pendengar dari ekspresi wajah dan
bahasa tubuh mereka.
·      Noninteraktif
Situasi berbicara dapat dikatakan betul – betul bersifat
noninteraktif, misalnya berpidato melalui radio atau televisi. 
2. Kemahiran Berbahasa Tulis
Dalam kemahiran berbahasa secara lisan melibatkan 2 aspek.
a) Aspek Membaca (reading skills)
Membaca merupakan salah satu jenis keterampilan
berbahasa ragam tulis yang bersifat reseptif. Keterampilan
membaca dapat dikembangkan secara tersendiri, terpisah dari
keterampilan menyimak dan berbicara.
b) Aspek Menulis (writing skills)
Menulis merupakan salah satu jenis keterampilan
berbahasa ragam yang bersifat produktif. Menulis dapat dikatakan
keterampilan berbahasa yang paling rumit di antara jenis – jenis
keterampilan berbahasa lainya. Ini karena menulis bukanlah
sekedar menyalin kata dan kalimat melainkan juga
mengembangkan dan menuangkan pikiran – pikiran dalam suatu
struktur tulisan yang teratur.
C. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kemahiran Berbahasa

Tugas dan peranan bagi penguasaan kemahiran berbahasa kanak-kanak


seringkali dikaitkan dengan tugas mutlak seorang guru. Tidak dinafikan, tugas
tersebut sememangnya diamanahkan kepada guru namun, terdapat banyak faktor
yang dapat mempengaruhi kemahiran berbahasa murid dalam kehidupan seharian
mereka. Dalam era globalisasi dan moden seperti sekarang, faktor-faktor yang
timbul sekaligus mempengaruhi kecekapan berbahasa murid. Antaranya ialah
faktor fisikal. Anak-anak normal mempunyai indera pendengaran dan bertutur
yang semula jadi sejak ia dilahirkan. Peringkat kemahiran ini tentunya berbeda
disetiap orangnya. Ada yang mempunyai pendengaran yang tajam dan ada yang
sebaliknya walaupun mereka tidak tergolong dalam cacat pendengaran.
Disebabkan fisikal yang sedikit kurang normal berbanding dengan anak-anak

5
yang lain, hal ini secara langsung akan mempengaruhi perkembangan berbahasa
anak.

Anak-kanak yang mengalami masalah pendegaran akan mengalami


kesukaran dalam mendengar bunyi dan pertuturan yang diperdengarkan kepada
mereka sehingga menyebabkan mereka kurang faham maksud sesuatu pesan yang
disampaikan kepada mereka. Bagi anak-anak yang mengalami masalah
pertuturan seperti sengau atau sumbing, mereka sukar membunyikan perkataan
dan bertutur dengan baik sehingga pendengar sukar memahami pertuturan yang
ingin mereka sampaikan. Hal ini menyebabkan anak-anak sukar mengembangkan
kemahiran berbahasa mereka.

Faktor media massa seperti televisi dan internet sangat memberikan kesan
terhadap perkembangan berbahasa anak-anak. Anak-anak seawal usia 2 tahun
sudah mulai dikenalkan dengan elektronik seperti telefon bimbit sebagai
permainan mereka. Oleh hal sedemikian, perkembangan kecekapan berbahasa
mereka sangat cepat dengan adanya aplikasi-aplikasi yang dimuat turun ke dalam
telefon pintar untuk memberikan proses kemahiran berbahasa kepada anak-kanak
tersebut. Namun, proses awal ini memberikan imbas yang negatif sekiranya tidak
dikawal dengan bijak oleh ibu bapa anak-anak tersebut.

Faktor seterusnya yang mempengaruhi perkembangan berbahasa anak-


anak ialah faktor jantina. Terdapat perbedaan kemahiran antara mendengar anak-
anak lelaki dan perempuan, misalnya anak-anak lelaki yang berumur antara 7-9
tahun lebih lemah kefahaman mendengar berbanding dengan kanak-kanak
perempuan yang sebaya dengannya. Antara faktor-faktor lain yang
mempengaruhi kecekapan berbahasa dalam kalangan murid di sekolah
termasuklah juga pengaruh persekitaran keluarga di rumah. Semua individu
memperoleh perkembangan bahasa menerusi ibu bapa mereka. Oleh hal
sedemikian , ibu bapa perlu menggunakan bahasa yang benar sejak anak-anak
lahir supaya dapat mendidik anak tersebut untuk turut berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa yang benar tersebut. Hal ini sekaligus dapat membantu
perkembangan bahasa anak-anak sejak mereka lahir. Sekiranya ibu bapa tidak
menitik beratkan hal ini dengan menggunakan bahasa pasar, kesat dan tidak
benar di rumah, anak-anak tersebut akan terbiasa dan akan turut menggunakan
bahasa tersebut.

6
Pengaruh rekan sebaya juga sangat mempengaruhi dalam aspek
perkembangan kecekapan berbahasa seseorang. Pemilihan rekan-rekan yang aktif
dan mudah berinteraksi dapat membantu dan memberi kesan yang positif
terhadap rekan mereka, berbanding dengan rekan yang bersikap pasif serta suka
menyendiri. Namun, pemilihan rekan sebaya ini perlu diberikan kawalan dan
pemantauan dari ibu bapak kerana bagi mengelakkan anak-anak mereka
terpengaruh dengan rekan-rekan yang selalu menggunakan bahasa yang kesat,
lucah dan tidak sopan. Hal ini boleh berlaku disebabkan anak-anak mudah
terpengaruh dengan rekan sebaya mereka melalui interaksi dan peniruan. Anak-
anak akan meniru cara interaksi rekan sebaya mereka dan akan membiasakannya
dalam pertuturan seharian. Hal ini bermaksud, faktor peniruan terhadap
persekitaran murid juga turut menyambung kepada kecekapan berbahasa mereka.
Justru itu, ibu bapak perlu memainkan peranan mereka bagi memantau dan
mengawal pemilihan rekan sebaya mereka bagi mengelakkan kejadian seperti ini
berlaku terhadap anak mereka.

Di samping itu, faktor sosioekonomi keluarga juga menjadi faktor dalam


menguasai kecekapan berbahasa dalam kalangan murid. Bagi murid yang
keluarganya berkemampuan dapat menyediakan persekitaran yang membolehkan
anak mereka berkembang secara maksimum dalam berbagai aspek termasuklah
dalam kecekapan berbahasa berbanding dengan keluarga yang kurang
berkemampuan. Bagi keluarga yang berkemampuan, mereka dapat menyediakan
bahan bacaan dan kelas tambahan seperti Bimbingan Belajar kepada anak mereka
untuk membantu anak mereka menguasai kemahiran berbahasa dengan lebih
baik. Tidak juga dinafikan bahawa faktor kecerdasan juga turut menjadi faktor
yang menyukarkan sesetengah murid untuk menguasai kecekapan berbahasa.
Namun begitu, berdasarkan kesemua faktor yang telah dinyatakan yaitu faktor
perkembangan teknologi, faktor keluarga, persekitaran, dorongan dan motivasi
serta banyak lagi perlulah diatasi dengan langkah-langkah yang bijak melibatkan
semua pihak termasuklah ibu bapa, masyarakat dan pihak sekolah.

D. Langkah Meningkatkan Kemahiran Berbahasa

7
Kepesatan teknologi pada masa kini telah memperlihatkan berbagai kesan
yang timbul khususnya dalam perkembangan berbahasa anak-anak. Hal ini sekali
gus memberikan kesan terhadap cara dan teknik pengajaran guru semasa berada
di dalam bilik darjah. Usaha untuk meningkatkan penguasaan berbahasa murid
terus dilaksanakan seiring dengan kemajuan teknologi pada masa kini. Bagi
memastikan perkembangan penguasaan berbahasa murid terus berjalan dengan
lancar, usaha ini bukan hanya perlu diberikan kepada guru-guru di sekolah tetapi
melibatkan pihak lain seperti keluarga dan masyarakat setempat.

Bagi pihak guru dan sekolah, langkah untuk meningkatkan lagi kemahiran
berbahasa murid adalah melalui pelaksanaan program-program bahasa seperti
hari Bahasa Melayu baku. Pihak sekolah boleh melaksanakan program yang
melastarikan penggunaan Bahasa Melayu dengan baik dan benar bagi
memberikan pendedahan kepada murid tentang pentingnya menggunakan bahasa
yang baik dan benar. Pihak sekolah boleh melaksanakan program seperti hari
Bahasa Melayu baku dengan cara memilih satu hari dalam masa seminggu dalam
setiap minggu untuk mewajibkan murid menggunakan Bahasa Melayu baku dan
formal dalam interaksi mereka sepanjang masa persekolahan. Program seperti ini
dapat melatih murid secara perlahan-lahan untuk menguasai kecekapan berbahasa
dengan lebih baik dan benar.

Selain itu, pihak sekolah boleh menyediakan bahan-bahan bacaan dan


ransangan mengenai penggunaan bahasa melayu yang benar kepada murid-murid
di sekolah. Langkah seperti menyediakan majalah-majalah ilmiah dan papan-
papan tanda yang menunjukkan perbedaan penggunaan bahasa yang benar dan
salah dapat memberikan pengetahuan tambahan tentang perkembangan berbahasa
murid. Langkah seperti ini banyak dapat memberikan kesan yang positif tentang
penggunaan bahasa yang benar. Langkah seperti ini dapat memberikan
pengalaman pembelajaran murid tentang penguasaan kecekapan berbahasa
melalui pembacaan mereka di luar bilik darjah.

Guru juga dapat memainkan peranan mereka melalui pengunaan


teknologi yang sedia ada bagi membantu menguasai kemahiran berbahasa dengan
lebih menarik dan berkesan. Seperti yang kita sedia maklum, anak-anak mudah
tertarik dengan animasi seperti watak-watak kartun. Oleh hal sedemikian, guru
boleh memberikan pengajaran mereka menggunakan teknologi ICT seperti

8
komputer riba, paparan video dan lagu-lagu yang menarik dalam membantu
meningkatkan kecekapan berbahasa anak-anak. Guru boleh menayangkan video
dan animasi yang berkaitan dengan topik pengajaran pada hari tersebut yang
menggunakan bahasa yang benar dan tepat. Hal ini secara tidak langsung akan
memberikan pendedahan dan contoh yang lebih berkesan kepada murid dalam
menggunakan bahasa yang benar. Hal ini sekaligus dapat meningkatkan lagi
kecekapan berbahasa murid-murid di sekolah.

Selain itu, guru perlu mewujudkan sesi pengajaran dan pembelajaran yang
menyeronokkan dan bersahaja murid. Murid berupaya mengasah bakat
terpendam mereka dengan berkalaborasi sesama ahli kumpulan dalam suasana
yang ceria dan terkawal. Berlakon merupakan satu aktiviti yang amat digemari
oleh pelajar kerana ia dijalankan dalam bentuk bermain dan bersukaria. Mereka
diberi peranan untuk berkata-kata secara bebas, melahirkan pandangan dan
pendapat, bergaya dan beraksi sesama sendiri, berhibur dengan telatah dan gaya
rakan-rakan sebaya, melibatkan diri, bekerja bersama-sama dan sebagainya. Hal
ini sekaligus dapat melatih interaksi antara murid dan dapat meningkatkan lagi
kecekapan berbahasa murid. Aktiviti ini juga dapat mengasah keyakinan diri
murid untuk berinteraksi serta menyampaikan idea mereka.

Bagi pihak keluarga pula, peranan ibu bapak dalam membantu


perkembangan kecekapan murid dalam berbahasa sangat penting. Pembelajaran
anak-anak bermula dari rumah. Oleh hal sedemikian, tanggungjawab ibu bapak
sangat penting dalam memastikan anak-anak mereka dapat menguasai kemahiran
berbahasa dengan baik. Ibu bapak perlu mengajar anak mereka bercakap dan
menggunakan bahasa yang benar sejak anak mereka kecil agar anak mereka dapat
menguasai bahasa dengan tepat sejak kecil. Anak-anak akan meniru cara ibu
bapak mereka bertutur dan akan mengaplikasikannya. Oleh karena itu, ibu bapak
perlu menjadi role model atau contoh yang baik kepada anak-anak untuk
mendidik anak mereka menguasai kecekapan berbahasa.

E. Definisi Kesantunan Berbahasa

Sudah sebaiknya kita memiliki perilaku kesopanan sebagai konsep yang


tegas seperti gagasan etika dan tingkah laku sosial yang sopan yang terdapat
dalam budaya. Melalui sikap kesopanan orang dapat dikatakan memiliki sifat

9
bijak, pemurah, simpatik, dan rendah hati. Sudah saatnya kita menyadari jika
partisipan interaksi merupakan norma-norma dan prinsip-prinsip yang ada di
dalam masyarakat luas. Kesantunan berkaitan dengan budaya dan nilai yang
bersifat relatif di suatu masyarakat. Suatu tuturan dapat dikatakan sopan, akan
tetapi di tempat lain bisa saja dianggap menjadi tidak sopan. Sebaiknya kita hrus
paham dan bisa menempatkan diri dengan sadar dimana kita berkomunikasi.
Manusia merupakan makhluk sosial, oleh sebab itu, sudah seharusnya setiap
manusia paham akan tata cara berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari.

Markhamah dan Atiqa Sabardila (2013:153) menyatakan bahwa


kesantunan merupakan suatu cara yang dilakukan penutur saat berkomunikasi
supaya penutur tidak merasa tertekan, tersudut, dan tersinggung. Kesantunan
berbahasa dalam hal ini berupaya untuk menjaga harga diri pembicara maupun
pendengar. Penggunaan bahasa yang santun saat berkomunikasi akan membuat
mitra tutur dan lawan bicara merasa dihormati, nyaman, dan tidak menimbulkan
kesalah pahaman. Menurut Leech (dalam Jumanto, 2017: 87) mengkaji
kesantunan berkaitan dengan bidal percakapan Grice (1975).

F. Bidal – Bidal Prinsip Kesantunan Berbahasa

Menurut Leech prinsip kesantunan didasarkan pada kaidah-kaidah.


Kaidah-kaidah itu tidak lain adalah bidal-bidal atau pepatah yang berisi nasihat
yang harus dipatuhi agar tuturan penutur memenuhi prinsip kesantunan. Secara
lengkap Leech mengemukakan prinsip kesantunan yang meliputi enam bidal
berdasarkan subbidalnya sebagai berikut:

Rahardi (2006:59) menyatakan bahwa Leech membagi prinsip kesantunan


menjadi enam yang terdiri dari; maksim kebijaksanaan (mengurangi kerugian
orang lain dan menambahi keuntungan orang lain), maksim kedermawanan
(mengurangi keuntungan diri sendiri dan menambahi pengorbanan diri sendiri),
maksim penghargaan (mengurangi cacian pada orang lain dan menambahi pujian
pada orang lain), maksim kesederhanaan (mengurangi pujian pada diri sendiri
dan menambahi cacian pada diri sendiri), maksim permufakatan (mengurangi
ketidaksesuaian antara diri sendiri dengan orang lain dan meningkatkan
persesuaian antara diri sendiri dengan orang lain), serta maksim simpati

10
mengurangi antipati antara diri sendiri dengan orang lain dan meningkatkan
simpati antara diri sendiri dengan orang lain).

1. Maksim Kebijaksanaan
Menurut Leech ( dalam Rahardi, 2006: 60) menyatakan bahwa prinsip
kesantunan peserta pertuturan sebaiknya berpegang pada prinsip untuk
mengurangi keuntungan pada diri sendiri dan memaksimalkan
keuntungan untuk orang lain dalam kegiatan bertutur. Jika sudah
memaksimalkan keuntungan untuk orang lain maka dapat dikatakan
penutur sudah bersikap sopan dan bijaksana. Orang yang bertutur dengan
memegang prinsip maksim kebijaksanaan akan dikatakan sebagai orang
yang santun. Selain itu,tuturan yang berpegang teguh pada maksim
kebijaksanaan ini dapat terhindar dari sikap iri hati, dengki, dan sikap
lainnya yang kurang santun kepada lawan bicara. Demikian pula perasaan
sakit hati akibat dari perlakuan orang lain dapat diminimalkan jika
maksim kebijaksanaan ini dipegang secara teguh dan dilaksanakan dalam
kegiatan bertutur atau berinteraksi. Jadi, menurut maksim ini, kesantunan
saat kegiatan bertutur dapat dilakukan jika maksim kebijaksanaan
dilaksanakan dengan baik. Penjelasan dan pelaksanaan maksim
kebijaksanaan dalam komunikasi yang sebenarnya dapat dilihat pada
contoh di bawah ini:
Tuan rumah: “ Silakan makan saja dulu, nak!”
Tadi kami semua sudah mendahului”
Tamu : “ Wah, saya jadi tidak enak, Bu”.
Contoh tersebut dituturkan oleh seorang Ibu kepada seorang anak
muda yang sedang bertamu di rumah Ibu tersebut. Pada saat itu, ia harus
berada di rumah Ibu tersebut sampai malam karena hujan sangat deras dan
tidak segera reda. Pada tuturan tersebut tampak sangat jelas bahwa
tuturan si Tuan rumah memaksimalkan keuntungan bagi sang tamu. Pada
umunya, tuturan semacam itu dapat ditemukan dalam keluarga-keluarga
masyarakat di desa. Orang desa biasanya sangat menghargai tamu, baik
tamu yang datangnya sudah direncanakan maupun datang secara
kebetulan. Selain itu, sering kali minuman dan makanan yang disajikan
kepada sang tamu diupayakan sebaik mungkin sehingga layak di nikmati

11
oleh sang tamu. Masyarakat Jawa mengatakan hal tersebut dinamakan “
dinak-dinakke” yang bermakna “ diada-adakan”. Jadi, dalam masyarakat
Jawa sikap demikian sering muncul dalam pertuturan. Sebagai penjelas,
tuturan berikut dapat dicermati:
Ibu : “ Ayo, dimakan bakminya! Di dalamnya masih banyak, kok.”
Rekan Ibu: “ Wah, segar sekali. Siapa yang memasak ini tadi, Bu?”
Contoh di atas merupakan tuturan seorang Ibu kepada teman
dekatnya pada saat ia berkunjung dikerumahnya.Sikap kesantunan
mekmaksimalkan bagi pihak mitra tutur sangat tampak jelas pada tuturan
sang Ibu, yakni Ayo, dimakan bakminta! Di dalam masih banyak, kok.
Tuturan itu disampaikan kepada sang tamu meskipun sebenarnya satu-
satunya hidangan yang tersedia adalah apa yang disajikan kepada tamu
itu.Tuturan itu disampaikan dengan tujuan agar tamu merasa senang hati
dan bebas menikmati hidangan yang disajikan tanpa perasaan yang tidak
enak sedikitpun.
2. Maksim Kedermawanan
Menurut Leech ( dalam Rahardi, 2006: 61) berpendapat bahwa
maksim kedermawanan bisa disebut dengan maksim kemurahan hati,
artinya orang yang bertutur diharapkan dapat menghormati orang lain.
Penghormatan terhadap orang lain dapat terjadi jika penutur mengurangi
keuntungan atas dirinya sendiri dan memaksimalkan keuntungan untuk
orang lain.
Contoh:
Anak kos A : “ Mari saya cucikan baju kotormu! Pakaianku tidak banyak
yang kotor.”
Anak kos B : “ Tidak usah, Mbak. Nanti siang saya akan mencuci juga
kok.”
Tuturan di atas merupakan cuplikan pembicaraan antar anak kos di
Yogyakarta.Terlihat jelas bahwa anak yang satu sangat akrab dan
berhubungan baik dengan anak yang satunya. Tuturan yang disampaikan
si A di atas, dapat dilihat secara jelas bahwa ia sedang berusaha
memaksimalkan keuntungan orang lain dengan cara menambahkan beban
bagi dirinya sendiri. Cara itu dilakukan dengan menawarkan bantuan
untuk mencuci pakaian kotornya anak kos B. Pada kehidupan masyarakat

12
Jawa, hal tersebut sering terjadi karena merupakan wujud nyata sebuah
kerja sama. Misalnya saja, gotong royong dan kerja sama untuk membuat
bangunan rumah. Hal tersebut dapat dikatakan sebagai realisasi maksim
kedermawanan atau maksim kemurahan hati di kehidupan bermasyarakat.
Orang yang tidak suka membantu orang lain, tidak pernah bekerja sama
dengan orang lain, dapat dikatakan tidak sopan dan biasanya tidak
memiliki banyak teman dalam pergaulan sehari-sehari di hidupnya.
Tuturan di bawah ini dapat dicermati untuk memperjelas pernyataan ini:
Kakak : “ Dik, Indosiar filmnya bagus lho, sekarang!”
Adik : “ Sebentar, Kak. Saya hidupkan dulu saluran listriknya.”
Dituturkan oleh seorang kakak kepada adiknya di sebuah keluarga.
Mereka sedang membicarakan acara televisi tertentu, kemudian sang Adik
memaksimalkan keuntungan kepada sang Kakak dengan menghidupkan
saluran listriknya.
3. Maksim penghargaan
Menurut Leech ( dalam Rahardi, 2006: 62) menjelaskan bahwa
seseorang bisa dianggap santun jika dalam komunikasi bertutur berusaha
untuk memberikan pernghargaan terhadap pihak lain. Pada maksim ini,
diharapkan penutur dan mitra tutur tidak saling mengejek, tidak saling
mencela, tidak saling membenci, dan tidak saling merendahkan pihak
lawan bicara. Penutur yang mengejek peserta tutur lain saat kegiatan
bertutur dapat dikatakan sebagai orang yang tidak sopan. Dikatakan
seperti itu, karena mengejek merupakan tindakan tidak menghargai orang
lain. Disebut perbuatan yang tidak baik, tindakan tersebut harus dihindari
dalam pergaulan yang sebenarnya. Untuk memperjelas pernyataan
tersebut, tuturan di bawah ini dapat dicermati:
Siswa A : “ Pak, aku tadi sudah berpidato di acara perpisahan.”
Guru B : “ Oya, tadi aku melihat dan mendengar suaramu jelas dan bagus
sekali dari sini.”
Dituturkan oleh seorang siswa kepada salah satu gurunya bahwa ia
telah berpidato di acara perpisahan sekolah.

4. Maksim kesederhanaan

13
Menurut Leech ( dalam Rahardi, 2006: 64) maksim kesederhanaan
dapat disebut maksim kerendahan hati, dalam komunikasi peserta tutur
diharapkan dapat memiliki sikap kerendahan hati dengan cara mengurangi
pujian atas dirinya sendiri. Orang bisa dikatakan sombong hati jika dalam
komunikasi bertutur selalu mengunggulkan dirinya sendiri atau memuji
dirinya sendiri. Di kehidupan masyarakat Indonesia, kesederhanaan atau
kerendahan hati dijadikan sebagai parameter penilaian kesantunan
seseorang. Sebagai contoh tuturan di bawah ini sering terjadi dalam
kehidupan bermasyarakat.
Ibu A : “ Nanti Ibu yang memberikan sambutan ya dalam rapat Dasa
Wisma!”
Ibu B : “ Waduh,.... nanti grogi aku”
Tuturan terjadi saat pertemuan rapat Dasa Wisma. Dituturkan oleh
seorang Ibu anggota Dasa Wisma kepada temannya. Mereka sedang
berangkat bersama-sama Ibu A menyuruh Ibu B untuk memberikan
sambutan. Akan tetapi, ibu B bersikap rendah hati bahwa ia nanti bisa
grogi.
Sekretaris A: “ Dik, nanti rapatnya dibuka dengan doa dulu, ya! Anda
yang memimpin!”
Sekretaris B: “ Ya, Mbak. Tapi suara saya jelek lho.”
Tuturan terjadi di sebuah kantor. Dituturkan oleh seorang
sekretaris kepada sekretaris lain yang masih junior. Sekretaris A meminta
sekretaris B untuk memimpi doa saat rapat nanti. Akan tetapi, sekretaris B
menjawab dengan rendah hati dan menyatakan jika suaranya jelek.
5. Maksim Permufakatan
Menurut Leech ( dalam Rahardi, 2006: 64) mengatakan bahwa
maksim permufakatan bisa disebut maksim kecocokan. Pada maksim ini,
menekankan supaya si penutur dan mitra tutur dapat saling membina
kecocokan, persetujuan atau kemufakatan di dalam kegiatan bertutur.
Penutur dan mitra tutur dapat dikatakan memiliki sikap yang santun jika
sudah terjadi kemufakatan atau kecocokan dalam kegiatan
bertutur.kehidupan masyarakat Jawa, orang tidak diperbolehkan
membantah secara langsung atas apa yang dituturkan orang lain.
Kehidupan masyarakat Jawa dahulu, wanita tidak diperkenankan

14
menentang sesuatu yang dikatakan pria. Jika kita mencermati orang
bertutur masa saat ini, seringkali si mitra tutur menggunakan anggukan -
anggukan untuk tanda setuju, acungan jempol, wajah tanpa kerutan pada
dahi, dan lainnya. Hal tersebut merupakan sifat paralinguistik kinetik
untuk menyatakan maksud tertentu.
Contoh:
Guru A : “Ruangannya gelap ya, Bu”!
Guru B : “He, eh! Saklarnya mana, ya?”
Tuturan terjadi saat mereka berada di ruang guru. Dituturkan oleh
seorang guru kepada temannya yang juga seorang guru. Guru A bertanya
dengan penuh makna tentang ruangan yang gelap. Kemudian Guru B
merespon secara tanggap dengan pemikiran yang sama dan segera
mencari saklar.
Noni : “ Nanti malam kita makan bersama ya, Yun!”
Neni : “ Boleh. Saya tunggu di Bambu Resto.”
Dituturkan oleh seorang mahasiswa kepada temannya pada saat
mereka sedang berada di ruang kelas. Noni mengajak Neni untuk makan
malam bersama. Kemudian, Neni menanggapi dengan menyetujuinya
bahwa ia mau makan malam bersama Noni.
6. Maksim kesimpatian
Menurut Leech ( dalam Rahardi, 2006: 65) mengungkapkan
bahwa maksim kesimpatian merupakan pemberian sikap perhatian.
Tujuan maksim ini ialah agar peserta tutur dapat memaksimalkan sikap
simpatinya antara pihak yang satu dengan pihak yang lain. Masyarakat
tutur di Indonesia, menjunjung tinggi sikap simpati kepada orang lain
dalam komunikasi sehari-hari. Jika peserta tutur tidak memiliki sikap
simpati maka dapat dikatakan peserta tutur memiliki sikap antipati dan
bisa dikatakan sebagai suatu tindakan tidak santun. Sikap simpati kepada
orang lain bisa ditunjukkan dengan cara memberikan senyuman,
anggukan, gandengan tangan, dan lainnya.
Contoh:
Siswa A : “Mas, aku akan ujian tesis minggu depan”.
Siswa B: “Wah, proficiat ya! Kapan pesta?”

15
Tuturan terjadi di ruang perpustakaan kampus. Dituturkan oleh siswa
kepada siswa yang lain. Kemudian, siswa B menanggapi dengan rasa
simpati/ perhatian.

BAB III

PENUTUP

Simpulan

Kemahiran berbahasa adalah satu bentuk kemahiran yang sangat penting


dikuasai oleh setiap individu. Melalui kemahiran berbahasa ini, seseorang
individu dapat berinteraksi satu sama lain dan dapat membina perhubungan
dengan orang disekitarnya. Kemahiran berbahasa ini juga dapat menjadikan
seseorang bertutur, mendengar, menulis dan membaca dengan baik bagi
menyampaikan maklumat atau pesan kepada pembaca serta pendengar. Aspek
Kemahiran Berbahasa Indonesia diantaranya ada kemahiran berbahasa lisan dan
kemahiran berbahasa tulis. Adapun Faktor yang mempengaruhi kecekapan
kemahiran berbahasa diantaranya, faktor fisikal, media sosial, sosioekonomi dan
persekitaran tempat tinggal. Kemudian, langkah untuk meningkatkan kemahiran
berbahasa murid adalah melalui pelaksanaan pengunaan teknologi yang sedia ada
bagi membantu menguasai kemahiran berbahasa dengan lebih menarik dan
berkesan.

Kesantunan merupakan suatu cara yang dilakukan penutur saat


berkomunikasi supaya penutur tidak merasa tertekan, tersudut, dan tersinggung.
Kesantunan berbahasa dalam hal ini berupaya untuk menjaga harga diri
pembicara maupun pendengar. Penggunaan bahasa yang santun saat
berkomunikasi akan membuat mitra tutur dan lawan bicara merasa dihormati,
nyaman, dan tidak menimbulkan kesalah pahaman.

Rahardi (2006:59) menyatakan bahwa Leech membagi prinsip kesantunan


menjadi enam yang terdiri dari; maksim kebijaksanaan (mengurangi kerugian

16
orang lain dan menambahi keuntungan orang lain), maksim kedermawanan
(mengurangi keuntungan diri sendiri dan menambahi pengorbanan diri sendiri),
maksim penghargaan (mengurangi cacian pada orang lain dan menambahi pujian
pada orang lain), maksim kesederhanaan (mengurangi pujian pada diri sendiri
dan menambahi cacian pada diri sendiri), maksim permufakatan (mengurangi
ketidaksesuaian antara diri sendiri dengan orang lain dan meningkatkan
persesuaian antara diri sendiri dengan orang lain), serta maksim simpati
mengurangi antipati antara diri sendiri dengan orang lain dan meningkatkan
simpati antara diri sendiri dengan orang lain).

Kemahiran berbahasa tidak dapat diperoleh begitu saja dari kegiatan


sehari hari tanpa suatu pengorganisasian latihan yang jelas. Seseorang perlu
berlatih dengan dasar-dasar tertentu untuk mengembangkan kemahiran berbahasa
tulis. Kemahiran hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan cara berlatih.
Melatih kemahiran berbahasa berarti pula melatih kemahiran berpikir. Begitupun
Kesantunan berbahasa sangat penting diperhatikan demi kelancaran
berkomunikasi dan untuk memperkecil terjadinya konflik. Dengan berbahasa
yang santun, keharmonisan antara penutur dan mitra tutur bisa tetap terjaga.

17
DAFTAR PUSTAKA

Afifuddin. (2011). Kompetensi Mengajar Guru.


http://avetmasterofeducation.blogspot.sg/2011/10/kompetensi-
mengajar-guru.html.

Azhar Salleh. (2005). Sosiolinguistik Dalam Pengajaran Bahasa.


http://witra.blogspot.sg/2005/09/sosiolinguistik-dalam-
pengajaran.html.

Chaer, Abdul. 2010. Kesantunan Berbahasa. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul dan Agustina, L. 2008. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal.


Jakarta: Rineka Cipta.

Cikgu Sue. (2013). Kemahiran Berbahasa. Diperolehi dari


http://cikgusuepkhas.blogspot.sg/2013/04/kemahiran-
berbahasa.html.

Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.


Edisi ke-3.

Intananggia. (2012). Pengaruh Perkembangan Teknologi Komunikasi


Terhadap Remaja.
https://intananggia.wordpress.com/2012/04/23/pengaruh-
perkembangan-teknologi-komunikasi-terhadap-remaja/.

18
Marlina. (2013). Teori Behaviorisme dan Aplikasinya Dalam Pengajaran
Bahasa. http://marlinara.blogspot.sg/2013/12/teori-behaviorisme-
dan-aplikasinya.html.

Sutarman Tarjo. (2015). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi


Perkembangan Bahasa.
http://panritanusantara.blogspot.sg/2015/01/faktor-faktor-yang-
mempengaruhi.html.

19

Anda mungkin juga menyukai