Anda di halaman 1dari 10

Nama : Nurul Hasanah

Nim : 22882012

Mata Kuliah : Problematika Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Dosen : Dr. Asep Nurjamin, M. Pd

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DAN MENGEJA TERHADAP SISWA


YANG MENGALAMI GEJALA DISGRAFIA MELALUI PELATIHAN
TERBIMBING

1. LATAR BELAKANG

Menulis merupakan kegiatan kebahasaan yang memegang peran penting dalam


dinamika peradaban manusia. Dengan menulis orang dapat melakukan komunikasi,
mengemukakan gagasan baik dari dalam maupun luar dirinya, dan mampu memperkaya
pengalamannya. Melalui kegiatan menulis pula orang dapat mengambil manfaat bagi
perkembangan dirinya.

Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang bersifat mekanistis.


Keterampilan menulis tidak mungkin dikuasai hanya melalui teori saja, tetapi dilaksanakan
melalui latihan dan praktik yang teratur sehingga menghasilkan tulisan yang tersusun dengan
baik. Kejelasan organisasi tulisan bergantung pada cara berpikir, penyusunan yang tepat, dan
struktur kalimat yang baik (Hasani, 2005: 2).

Keterampilan menulis merupakan urutan yang terakhir dalam proses belajar bahasa
setelah keterampilan menyimak, berbicara, dan membaca. Di antara ke empat keterampilan
berbahasa tersebut, keterampilan menulis yang paling sulit dikuasai. Hal itu disebabkan
keterampilan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan di luar
bahasa itu sendiri yang akan menjadi isi karangan.

Keterampilan menulis biasanya dikaitkan dengan pembelajaran mengarang. Latihan


menulis dan mengarang dalam pengajaran bahasa Indonesia dapat membiasakan siswa untuk
menerapkan pengetahuan kebahasaan, seperti tata bahasa, kosa kata, gaya bahasa, ejaan, dan
sebagainya. Kegiatan menulis itu sendiri memang tidak semudah seperti yang dibayangkan.
Seseorang sering kali mengalami keinginan untuk menulis, tetapi tidak sanggup
melakukannya.
Seseorang mengalami gangguan keterlambatan dalam mengekspresikan pikiran atau
gagasannya melalui bahasa yang baik dan benar, sehingga orang tersebut mengalami
kesulitan dalam menulis. Kesulitan siswa untuk mengembangkan bahasa supaya dapat lebih
menarik diharapkan dapat teratasi dengan kondisi kelas yang tenang. Tema yang telah
ditentukan sebelumnya oleh guru, ternyata menjadi masalah bagi beberapa siswa. Siswa
merasa tidak dapat secara bebas memilih tema dan mengembangkannya, daya kreatif siswa
menjadi terhambat.

Hal ini dapat diatasi dengan cara guru sebagai si penentu tema menjelaskan lebih
lanjut tentang hal-hal yang berhubungan dengan tema tersebut. Kesulitan selanjutnya adalah
dalam hal pemilihan kata yang tepat. Alasannya adalah siswa kurang membaca sehingga
tidak memiliki referensi kosa kata yang cukup. Tentunya hal ini dapat diatasi dengan cara
menambah frekuensi membaca buku.

Kemampuan menulis dianggap sebagai kemampuan yang paling sulit. Pada saat
menulis, siswa diharapkan menggunakan beberapa kemampuan lain guna tercapai tulisan
yang berkualitas. Nurgiyantoro (2001: 296) mengemukakan bahwa menulis merupakan
kemampuan yang lebih sulit dikuasai dibandingkan tiga kemampuan lain yaitu menyimak,
berbicara, dan membaca. Kesulitan tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal. Disamping itu, Hermawan, dkk. (2004: 59) menjelaskan faktor yang paling terkait
dengan pembelajaran menulis yang bertujuan meningkatkan keterampilan siswa, yaitu guru
dan motivasi belajar siswa itu sendiri. Tidak dapat dipungkiri, guru memegang peran penting
dalam kesuksesan pembelajaran, bahwa kunci keberhasilan dalam implementasi kurikulum di
tangan guru. Bukan hanya siswa yang mengalami kesulitan untuk menulis, melainkan guru
juga mengalami kesulitan dalam mengajari siswa menulis. Guru merasa tidak maksimal
dalam mengajar menulis karena sebagian besar siswa yang berada di dalam kelas tidak
antusias dan cenderung menganggap dirinya tidak pandai menulis.

Kegiatan menulis siswa dapat ditingkatkan jika guru menggunakan teknik sebagai
contoh dalam pembelajaran dan penyampaian pesan serta isi pelajaran. Selain
membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa
meningkatkan pemahaman, dan memudahkan mendapatkan informasi. Guru Bahasa
Indonesia di sekolah-sekolah belum menyadari pentingnya latihan menulis sebagai salah satu
usaha meningkatkan kemampuan berbahasa siswa. Selama ini ada kecenderungan
pembelajaran Bahasa Indonesia terlalu diarahkan pada segi-segi teori saja dari pada latihan
menulis sehingga pengajaran menulis tidak akan tercapai dengan baik tanpa adanya latihan-
latihan. Keterampilan menulis menjadi salah satu pokok bahasan dalam pelajaran Bahasa
Indonesia di sekolah yang harus benar-benar diajarkan secara tepat.

Selain menulis Kemampuan membaca permulaan merupakan dasar pengajaran yang


dilakukan oleh guru untuk siswa kelas rendah atau kelas awal. Dikatakan membaca
permulaan dikarenakan peralihan dari masa bermain di TK kejenjang yang lebih tinggi yaitu
SD. Kegiatan membaca permulaan yang ditujukan untuk kelas rendah terutama kelas 1 dan 2
SD merupakan modal untuk mengembangkan ketrampilan secara verbal. Membaca
permulaan di Sekolah Dasar bertujuan agar siswa mengenal dan memahami bentuk tulisan
sehingga mampu membaca dengan menggunakan keahlian yang didapatkan (Rahmawati,
2017:260).

Batas kemampuan yang dimiliki siswa mampu dilihat dari kualitas perkembangan
bahasa yang tertuangkan secara lisan maupun tulisan. Peningkatan kualitas diri juga akan
terjadi dengan memperbanyak bahan bacaan. Bahan bacaan akan berpengaruh untuk
mempertajam pandangan, memperluas wawasan, menambah pengalaman yang baru serta
mempertinggi daya pikir (Baso dkk, 2013:33). Kemampuan membaca siswa rata-rata kurang
terampil dalam menggunakan kosa kata yang baik dan benar. Beberapa faktor yang
mempengaruhi perkembangan kemampuan membaca yaitu pendidikan keluarga yang belum
mencapai keberhasilan. Peran keluarga yang sangat penting dalam melatih tumbuh kembang
anak belum terealisasikan secara maksimal. Wawasan dalam pendidikan keluarga belum
sepenuhnya dilakukan oleh para orang tua yang akhirnya berdampak pada perkembangan
bahasa anak. (RenstraKemendikbud 2015-2019, 2015:23).

Hasil observaasi yang dilakukan peneliti di SMAN 1 Lakbok tanggal 14 Desember


2022 pada kelas 2 SMA, terdapat siswa yang belum mahir dalam menulis. Kesalahan dalam
kegiatan menulis permulaan adalah siswa kesulitan membedakan antara huruf kapital dan
huruf kecil.

2. LANDASAN TEORI

Keterampilan menulis merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa yang harus
dikuasai siswa. Banyak ahli telah mengemukakan pengertian menulis. Menurut pendapat
Saleh Abbas (2006:125), keterampilan menulis adalah kemampuan mengungkapkan gagasan,
pendapat, dan perasaan kepada pihak lain dengan melalui bahasa tulis. Ketepatan
pengungkapan gagasan harus didukung dengan ketepatan bahasa yang digunakan, kosakata
dan gramatikal dan penggunaan ejaan. Menurut Ahmad Rofi’uddin dan Darmiyati Zuhdi
(1999: 159), keterampilan menulis merupakan suatu keterampilan menuangkan pikiran,
gagasan, pendapat tentang sesuatu, tanggapan terhadap suatu pernyataan keinginan, atau
pengungkapan perasaan dengan menggunakan bahas tulis.

Menurut Henry Guntur Tarigan (2008: 3), keterampilan menulis adalah salah satu
keterampilan berbahasa yang produktif dan ekspresif yang dipergunakan untuk
berkomunikasi secara tidak langsung dan tidak secara tatap muka dengan pihak lain.
Sedangkan menurut Byrne (Haryadi dan Zamzani, 1996: 77), keterampilan menulis karangan
atau mengarang adalah menuangkan buah pikiran ke dalam bahasa tulis melalui kalimat yang
dirangkai secara utuh dan jelas sehingga dapat dikomunikasikan kepada pembaca dengan
berhasil.

Menurut pendapat Burhan Nurgiyantoro (2001: 273), menulis adalah aktivitas


mengungkapkan gagasan melalui media bahasa. Menulis merupakan kegiatan produktif dan
ekspresif sehingga penulis harus memiliki kemampuan dalam menggunakan kosakata, tata
tulis,dan struktur bahasa. Atar Semi (1993: 47), mengartikan keterampilan menulis sebagai
tindakan memindahkan pikiran dan perasaan ke dalam bahasa tulis dengan menggunakan
lambang-lambang. Senada dengan pendapat tersebut, menurut Harris (Ahmad Rofi’uddin dan
Darmiyati Zuhdi, 1999: 276) keterampilan menulis diartikan sebagai kemampuan
menggunakan bahasa untuk menyatakan ide, pikiran atau perasaan kepada orang lain dengan
menggunaan bahasa tulis. Menulis merupakan aktivitas pengekpresian ide, gagasan, pikiran
atau perasaan ke dalam lambang-lambang kebahasaan. Sedangkan menurut Suparno dan
Mohammad Yunus (2008: 1.3), menulis merupakan kegiatan menyampaikan pesan
(komunikasi) dengan mengunakan bahasa tulis sebagai media atau alatnya. Dalam
komunikasi tulis setidaknya terdapat empat unsur yang terlibat yaitu (1) penulis sebagai
penyampai pesan, (2) isi tulisan atau pesan, (3) saluran atau medianya berupa tulisan dan (4)
pembaca sebagai penerima pesan.

Menurut The Liang Gie (2002:3 ), keterampilan menulis adalah keterampilan dalam
pembuatan huruf, angka, nama, suatu tanda bahasa apapun dengan suatu alat tulis pada suatu
halaman tertentu. Sedangkan mengarang adalah segenap rangkaian kegiatan seseorang dalam
mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada masyarakat
pembaca untuk dipahami. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat dikemukakan bahwa
keterampilan menulis adalah keterampilan menuangkan ide, gagasan, perasaan dalam bentuk
bahasa tulis sehingga orang lain yang membaca dapat memahami isi tulisan tersebut dengan
baik.

Membaca adalah salah satu dari empat keterampilan berbahasa seperti keterampilan
menyimak/mendengarkan, keterampilan berbicara, dan keterampilan menulis. Membaca
adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca, untuk memperoleh
pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis. Hodgson
dalam Taringan (2008:7). Pendapat tersebut juga dijelaskan oleh A.s. Broto dalam Mulyono
(2003:200),bahwa membaca adalah kegiatan berbahasa berupa melisankan dan mengelolah
bahan bacaan secara aktif, membaca bukan hanya mengucapkan bahasa tulisan atau lambang
bunyi bahasa. Melainkan menanggapi dan memahami isi bahasa tulisan. Menurut penjelasan
diatas, dapat disimpulkan bahwa membaca pada hakikatnya merupakan suatu bentuk
komunikasi bahasa tulis. Membaca adalah kegiatan memahami suatu makna yang terdapat
dalam tulisan. Ada tiga istilah yang sering digunakan untuk memberikan komponen dasar
dalam proses membaca, yaitu recording, decoding, dan meaning. Biasanya proses recording
dan meaning berlangsung pada kelas rendah seperti kelas 1, 2, 3 sekolah dasar yang dikenal
dengan membaca permulaan. Sementara itu proses meaning (memahami makna) lebih
ditekankan di kelas kelas tinggi seperti pada kelas 4, 5 dan 6 sekolah dasar.

Menurut Ahmad (2012:90) bahwa kemampuan membaca anak dapat dibagi atas
empat tahap perkembangan, yaitu:

1. Tahap timbulnya kesadaran terhadap tulisan Pada tahap pertama anak mulai belajar
menggunakan buku dan menyadari bahwa buku penting. Anak melihat dan membalik-
balikkan buku, dan kadang-kadang anak membawa buku kesukaannya.
2. Tahap membaca gambar Pada tahap membaca gambar anak mulai melibatkan diri dalam
kegiatan seperti membaca pura-pura membaca buku, memberi makna pada gambar,
menggunakan bahasa buku walaupun tidak cocok dengan tulisannya. Anak sudah
menyadari bahwa buku memiliki karakteristik khusus.
3. Tahap pengenalan bacaan Pada tahap ketiga yaitu tahap pengenalan bacaan, anak telah
dapat menggunakan tiga sistem bahasa, seperti fone (bunyi huruf), kata dan sistaksis
(aturan kata atau kalimat) secara bersama-sama. Anak mulai mengenal tanda-tanda yang
ada pada benda-benda di lingkungannya.
4. Tahap membaca lancar pada tahap keempat, anak sudah dapat membaca dengan lancar
berbagai jenis buku yang berbeda dan bahan-bahan yang langsung berhubungan dengan
kehidupan sehari-hari.
Kegiatan membaca erat kaitannya dengan tujuan membaca, karena seseorang yang
membaca dengan tujuan, cenderung akan lebih memahami isi dan maksud bacaan
dibandingkan dengan seseorang yang tidak mempunyai tujuan dalam membaca. Tujuan
utama dalam membaca adalah mencari serta memperoleh informasi mencakup isi, dan
memahami makna bacaan.
Menurut Taringan (2008:10) tujuan membaca yang penting:
1. Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan yang dilakukan oleh para
tokoh
2. Membaca untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang tidak biasa
3. Membaca untuk mengetahui masalah yang terdapat dalam ceria
4. Membaca untuk menemukan atau mengetahui apa yang terjadi pada setiap bagian
cerita.
3. PERLAKUAN
Seorang guru memiliki peranan yang besar dalam membantu siswanya mengatasi
kesulitan belajar. Cara mengatasi kesulitan belajar antara siswa satu dengan siswa lainnya
bisa jadi berbeda-beda. Oleh karena itu Guru Pintar harus memiliki trik-trik dalam
mengidentifikasi masalah pembelajaran dan solusinya seperti berikut ini:
1. Melakukan tes diagnostik
Untuk mengetahui contoh kesulitan belajar dan cara mengatasinya, Guru Pintar
dapat melakukan tes diagnostik. Hasil tes diagnostik yang didapatkan dapat dijadikan
acuan dalam mengatasi permasalahan belajar yang dihadapi siswa.
2. Mengenali karakteristik siswa
Ketika kesulitan belajar yang dialami siswa tidak berkaitan dengan masalah
syaraf, kesehatan, atau genetik, Guru Pintar dapat melakukan sesuatu untuk membantu
siswa dalam mencapai keberhasilan dalam belajar. Dengan mengetahui karakteristik
masing-masing siswa, Guru Pintar dapat merancang solusi yang tepat dalam mengatasi
kesulitan belajar siswa.
3. Menggunakan Prior Knowledge
Prior knowledge atau pengetahuan awal yang sudah dimiliki oleh siswa dari
pengalaman atau pengetahuan yang didapat sebelumnya dapat menjadi sebuah metode
pendekatan oleh Guru Pintar agar dapat membantu mengatasi kesulitan belajar siswa di
sekolah. Cara seperti ini bermanfaat juga untuk membantu siswa dapat dengan mudah
menerima materi baru selanjutnya. Contoh penggunaakan prior knowledge misalnya
meminta siswa membaca terlebih dulu materi yang akan disampaikan pada pertemuan
selanjutnya.

4. Melibatkan siswa dalam pembelajaran


Salah satu cara mengatasi kesulitan belajar siswa adalah dengan mengajak siswa
lebih aktif dalam pembelajaran. Cara ini membutuhkan kesabaran dan keuletan dari Guru
Pintar sehingga semua siswa dapat aktif selama mengikuti kelas. Supaya siswa dapat aktif
dalam pembelajaran, Guru Pintar tidak boleh bertindak atau mengucapkan kata-kata yang
menurunkan mental siswa. Sebaliknya, arahkan siswa untuk menyadari potensinya.
5. Biasakan siswa untuk membuat catatan
Cara mengatasi kesulitan siswa dalam belajar selanjutnya adalah dengan
membiasakan siswa untuk membuat catatan atau mind mapping. Banyak siswa tidak
memiliki strategi belajar yang cukup baik sehingga mereka bingung dalam merangkum
atau mencerna isi pelajaran. Dengan membuat catatan atau membuat mind mapping, dapat
memudahkan siswa untuk mempelajari dan mengulang materi yang telah diajarkan.
6. Pendekatan secara individual
Tidak semua penanganan kesulitan belajar siswa dapat diatasi secara klasikal
atau kelompok. Terkadang menangani kesulitan belajar siswa perlu dilakukan dengan
pendekatan personal atau individual antara guru dan siswa. Pendekatan personal dapat
Guru Pintar lakukan dengan cara berdialog atau berkomunikasi secara langsung dan
terbuka dengan siswa. Guru Pintar dapat bertanya untuk menggali informasi terkait proses
pembelajaran dan apa saja yang menghambat siswa dalam memahami pelajaran.
Guru sangat berperan dalam membantu siswa mengatasi kesulitannya dalam
belajar. Meskipun demikian, tidak ada salahnya juga jika Guru Pintar bekerjasama dengan
orang tua sehingga siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar dapat mendapatkan
solusi yang tepat.
4. KESIMPULAN

Keterampilan menulis merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa yang


harus dikuasai siswa. Ketepatan pengungkapan gagasan harus didukung dengan ketepatan
bahasa yang digunakan, kosakata dan gramatikal dan penggunaan ejaan. Menurut Henry
Guntur Tarigan , keterampilan menulis adalah salah satu keterampilan berbahasa yang
produktif dan ekspresif yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung
dan tidak secara tatap muka dengan pihak lain. Sedangkan menurut Byrne , keterampilan
menulis karangan atau mengarang adalah menuangkan buah pikiran ke dalam bahasa tulis
melalui kalimat yang dirangkai secara utuh dan jelas sehingga dapat dikomunikasikan
kepada pembaca dengan berhasil.

Dalam komunikasi tulis setidaknya terdapat empat unsur yang terlibat yaitu
penulis sebagai penyampai pesan, isi tulisan atau pesan, saluran atau medianya berupa
tulisan dan pembaca sebagai penerima pesan. Berdasarkan beberapa pendapat di
atas, dapat dikemukakan bahwa keterampilan menulis adalah keterampilan menuangkan
ide, gagasan, perasaan dalam bentuk bahasa tulis sehingga orang lain yang membaca
dapat memahami isi tulisan tersebut dengan baik. Membaca adalah suatu proses yang
dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca, untuk memperoleh pesan yang hendak
disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis. Membaca adalah kegiatan
memahami suatu makna yang terdapat dalam tulisan.

Ada tiga istilah yang sering digunakan untuk memberikan komponen dasar
dalam proses membaca, yaitu recording, decoding, dan meaning. Biasanya proses
recording dan meaning berlangsung pada kelas rendah seperti kelas 1, 2, 3 sekolah dasar
yang dikenal dengan membaca permulaan.

Anak mulai mengenal tanda-tanda yang ada pada benda-benda di


lingkungannya. Tahap membaca lancar Pada tahap keempat, anak sudah dapat membaca
dengan lancar berbagai jenis buku yang berbeda dan bahan-bahan yang langsung
berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Kegiatan membaca erat kaitannya dengan
tujuan membaca, karena seseorang yang membaca dengan tujuan, cenderung akan lebih
memahami isi dan maksud bacaan dibandingkan dengan seseorang yang tidak
mempunyai tujuan dalam membaca. Untuk menemukan atau mengetahui apa yang terjadi
pada setiap bagian cerita. Seorang guru memiliki peranan yang besar dalam membantu
siswanya mengatasi kesulitan belajar.

Hasil tes diagnostik yang didapatkan dapat dijadikan acuan dalam mengatasi
permasalahan belajar yang dihadapi siswa. Supaya siswa dapat aktif dalam
pembelajaran, Guru Pintar tidak boleh bertindak atau mengucapkan kata-kata yang
menurunkan mental siswa. Guru Pintar dapat bertanya untuk menggali informasi terkait
proses pembelajaran dan apa saja yang menghambat siswa dalam memahami
pelajaran. Meskipun demikian, tidak ada salahnya juga jika Guru Pintar bekerjasama
dengan orang tua sehingga siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar dapat
mendapatkan solusi yang tepat.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zainal. (2017). Meningkatkan Keterampilan Membaca Siswa Kelas XI IPA~6


Melalui Metode SQ3R SMA Negeri 1 Bontonompo, kecamatan Botonompo,
Kabupaten Gowa. Jurnal Nalar Pendidikan, Vol 5. No. 7. ISSN: 2339-0749.

Aqib, Zainal. (2013). Model-Model, Media, Dan Strategi PembelajaranKontekstual


(Inovatif). Bandung: CV. Yrama Widya

Armitasari, Ajeng Murti. (2016). Peningkatan Keterampilan Membaca Permulaan


Dengan Menggunakan Media KartuKata Bergambar Pada Siswa Kelas IA SD.
Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 37. 5.

Asyhar, Rayandra. (2012).Kreatif Mengembangan Media Pembelajaran. Jakarta:


Referensi Jakarta Aunurrahman. 2009.Belajar Dan Pembelajaran. Bandung:
Alfabeta. Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Standar Isi: Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar SD/MI.

Basuki, Ismet dan Hariyanto. 2016. Asesmen Pembelajaran. Bandung: P.T Remaja
Rosdakarya. Boliti, Sukamong. (2013). Peningkatan Kemampuan Membaca
Pemahaman Siswa Kelas IV SDN I Lumbi-Lumbia Melalui Metode Latihan
Terbimbing. Jurnal Kreatif Tadulako. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Tadulako, Vol. 2 No. 2, ISSN 2354-614X, 12-14.
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/JKTO/article/viewFile/2831/1924 , di
akses pada tanggal 2 Januari 2018.

Dalman. (2013). Keterampilan Membaca. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Huda, Miftahul. 2014. Model- Model Pengajaran Dan Pembelajaran, Pustaka Pelajara

Kurniawan, Heru. 2014. Pembelajaran Menulis, Rosdakarya : Remaja


Slavina, Robert. E. 2005. Cooperative Learning Teori, Riset Dan Praktik, Bandung :
Nursa Media

Somadayo, Samsu. 2011. Strategi Dan Teknik Pembelajaran Membaca, Graha Ilmu

Suparno. 2008. Menulis Kreatif, Rosdakarya : Remaja

Tampubolon. 2008. Kemampuan Membaca, Bandung : Angkasa

Anda mungkin juga menyukai