Anda di halaman 1dari 8

PERAN GURU DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN

CERITA PESERTA DIDIK MELALUI METODE KONTEKSTUAL PADA KELAS II MI


MURNI SUNAN DRAJAT LAMONGAN
Fitrotin Nabilah (D77218038), Maratus Sholikhah (D77218044)

PGMI Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

ABSTRACT

This study aims to improve students' story writing skills through the contextual approach
method in class II MI Murni Sunan Drajat Lamongan. Difficulty writing story essays is
considered to be very disturbing to learning Indonesian in writing skills. The role of the
teacher here is also more important to encourage students to write an essay
appropriately. This research can also be used as material for the teacher's consideration
to be able to determine the right approach in implementing Indonesian language learning,
especially in the writing skills of students on story writing material. Class action was
carried out in two cycles. The research subjects were students of class II MI Murni. The
data were collected through observation and story writing tests. The results of this study
indicate that the application of a contextual approach with a variety of methods and
appropriate tools can improve the ability to write story essays of class II students of MI
Murni Sunan Drajat Lamongan.

Keywords: The role of the teacher, students, writing, contextual

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menulis karangan cerita peserta
didik melalui metode pendekatan kontekstual pada kelas II MI Murni Sunan Drajat
Lamongan. Kesulitan menulis karangan cerita dirasa sangat mengganggu pembelajaran
Bahasa Indonesia dalam keterampilan menulis. Peran guru disini juga lebih penting untuk
mendorong peserta didik menulis sebuah karangan cerita dengan tepat. Penelitian ini juga
dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan guru untuk dapat menentukan pendekatan
yang tepat dalam melaksanakan pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya dalam
keterampilan menulis peserta didik pada materi menulis karangan cerita. Tindakan kelas
dilakukan sebanyak dua siklus. Subjek penelitian adalah siswa kelas II MI Murni.
Pengumpulan data dilakukan melalui observasi dan tes menulis cerita. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa penerapan pendekatan kontekstual dengan variasi metode dan alat
bantu yang tepat dapat meningkatkan kemampuan menulis karangan cerita peserta didik
kelas II MI Murni Sunan Drajat Lamongan.

Kata kunci : Peran guru, Peserta didik, Menulis, Kontekstual

PENDAHULUAN
Manusia sebagai mahluk sosial cenderung hidup berkelompok, sehingga dalam hidup
berkelompok itu manusia satu dengan yang lain saling berkomunikasi. Alat komunikasi yang
paling efektif adalah bahasa. Mulai dari lingkup sosial yang paling kecil, yaitu keluarga sampai
organisasi kemasyarakatan yang paling besar menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi.
Di dalam dunia pendidikan, bahasa juga memegang peranan sangat penting. Hampir
pada setiap lembaga pendidikan di negara mana saja bahasa menjadi salah satu inti
kurikulum. Demikian halnya kurikulum pendidikan di Indonesia juga menempatkan bahasa
Indonesia sebagai mata pelajaran utama. Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar
meliputi empat aspek yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan
membaca dan keterampilan menulis.
Keterampilan menulis sebagai salah satu aspek keterampilan berbahasa merupakan
tahapan akhir yang dikuasai siswa, karena siswa dapat menulis dengan baik apabila serangkaian
tahapan aspek keterampilan berbahasa telah dikuasai siswa. Sehingga diharapkan pada akhirnya
siswa dapat memenuhi standar kompetensi kemampuan berbahasa dalam aspek menulis yaitu
menulis secara efektif dan efisien berbagai jenis karangan dalam berbagai konteks

Menulis di sini sama dengan mengarang. Menulis merupakan keseluruhan rangkaian


kegiatan seseorang dalam mengungkapkan gagasan dan menyampaikan bahasa tulis kepada
pembaca untuk dipahami dan dimengerti oleh orang lain (Gie,1992:17). Dalam konteks ini
menulis adalah kegiatan komunikasi yang dilakukan sendiri tanpa didukung oleh tekananan
suara, nada, nada, mimik dan gerak- gerik seperti komunikasi lisan.
Pendekatan kontekstual adalah salah satu aliran filsafat yang mempunyai pandangan
bahwa siswa mampu menyerap pelajaran apabila mereka dapat menangkap makna dalam materi
yang mereka terima dan dapat mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman
yang sudah mereka miliki (Johnson, 2006:14). Selanjutnya Johnson juga mengukap bahwa belajar
secara kontekstual berarti mengeluarkan potensi penuh seorang siswa secara alamiah. Dalam
pembelajaran bahasa Indonesia anak akan dapat menulis dengan baik jika ia telah memiliki
keterampilan membaca (Hayon, 2003). Jika siswa belum memiliki keterampilan membaca, siswa
belum mampu mengungkapkan isi pikiran secara tertulis.
Menurut Johnson (2007) dalam tulisan Faizal Amir (2015) pendekatan kontekstual dapat
mengaitkan aktivitas akademik siswa dalam pembelajaran dengan kehidupan nyata siswa sehingga siswa
dapat menemukan makna dari permasalahan yang dihadapi. Dengan pendekatan pembelajaran kontekstual
siswa akan menemukan sendiri informasi, ide, pengalaman yang nantinya akan menjadi sumber dari
tulisannya. Menurut Kristiantari (2004) kegiatan penyampaian pesan atau komunikasi dengan bahasa yang
tertulis yang runtut sebagai medianya merupakan pengertian dari menulis. Dengan adanya pendekatan
kontekstual ini siswa diharapkan dapat menyampaikan pesan atau komunikasi yang mereka dapatkan
selama pembelajaran berlangsung.
Dengan adanya pendekatakn pembelajaran kontekstual ini diharapkan akan mempermudah siswa
dalam penulisan karangannya nanti. Hal ini dikarenakan pendekatan pembelajaran kontekstual merupakan
pendekatan yang menghubungkan siswa antara materi pemebelajaran dengan kehidupan nyata. Ini
membantu siswa dalam penemuan ide-ide baru dan mampu mengeksplorasi kemampuan siswa secara lebih
dalam. Siswa juga akan merasa lebih santai dalam proses pemebelajaran tanpa merasa terbebani.
Kenyamanan dalam pembelajaran dapat mempermudah masuknya informasi yang diinginkan guru dan
siswa menjadi lebih termotivasi dalam belajar.
Dari beberapa pendapat di atas bahwa pendekatan kontektual dalam penelitian ini adalah
proses belajar yang melibatkan siswa secara aktif dan guru sebagai fasilitator dengan
menghubungkan materi ajar dengan konteks kehidupan nyata dengan menggunakan berbagai
metode yang mengoptimalkan pembimbingan baik individual, kelompok maupun klasikal yang
sesuai dengan kondisi yang diperlukan. Implikasi pendekatan kontektual seperti ini menjadi tugas
guru untuk membantu siswa mencapai tujuannya, dengan maksud guru lebih banyak merancang
strategi daripada pemberian infKajian ormasi bahan pelajaran.

KAJIAN PUSTAKA
Kemampuan menulis
Kamus Lengkap Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa kata menulis berasal dari kata tulis. Tulis
adalah ada huruf (angka dan sebagainya) yang dibuat (digurat dan sebagainya) dengan pena (pensil, cat, dan
sebagainya). Menulis adalah membuat huruf, angka , dan sebagainya dengan pena, pensil, cat, dan
sebagainya melahirkan pikiran atau perasaan seperti mengarang, membuat surat, dan sebagainya dengan tu-
lisan. Selanjutnya menulis adalah menuangkan gagasan, pendapat, perasaan, keingi-nan, dan kemauan, serta
informasi ke dalam tulisan dan kemudian “mengirimkannya” kepada orang lain (Syafi’ie,1998:45).
Selain itu, menulis juga merupakan suatu aktivitas komunikasi yang menggunakan bahasa sebagai
medianya. Wujudnya berupa tulisan yang terdiri atas rangkaian huruf yang bermakna dengan semua
kelengkapannya, seperti ejaan dan tanda baca. Menulis juga suatu proses penyampaian gagasan, pesan,
sikap, dan pen-dapat kepada pembaca dengan simbol-simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan
disepakati bersama oleh penulis dan pembaca.
Ada beberapa persyaratan yang sebaiknya dimiliki seorang siswa untuk meng-hasilkan tulisan yang
baik. Syafi’ie (1988:45) mengemukakan bahwa syarat-syarat tersebut adalah (1) kemampuan untuk
menemukan masalah yang akan ditulis, (2) ke-pekaan terhadap kondisi pembaca, (3) kemampuan
menyusun rencana penulisan, (4) kemampuan menggunakan bahasa, (5) kemampuan memulai tulisan, dan
(6) kemam-puan memeriksa tulisan.
Menulis berarti menyampaikan pikiran, perasaan, atau pertimbangan melalui tulisan. Alatnya adalah
bahasa yang terdiri atas kata, frasa, klausa, kalimat, paragraf, dan wacana. Pikiran yang di-sampaikan
kepada orang lain harus dinyatakan dengan kata yang mendukung makna secara tepat dan sesuai dengan
apa yang ingin dinyatakan. Kata-kata itu harus disusun secara teratur dalam klausa dan kalimat agar orang
dapat menangkap apa yang ingin disampaikan itu. Makin teratur bahasa yang digunakan, makin mudah
orang menang-kap pikiran yang disalurkan melalui bahasa itu. Oleh karena itu, keterampilan menulis di
sekolah sangatlah penting.
Menurut Akhadiah dkk (1998:1.3) menulis adalah suatu aktivitas bahasa yang menggunakan tulisan
sebagai mediumnya. Tulisan itu sendiri atas rangkaian huruf yang bermakna dengan segala kelengkapan
lambang tulisan seperti ejaan dan pung-tuasi. Sebagai salah satu bentuk komunikasi verbal (bahasa),
menulis juga dapat dide-finisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan dengan menggunakan tulisan
sebagai mediumnya. Pesan adalah isi atau muatan yang terkandung dalam suatu tulisan. Adapun tulisan
merupakan sebuah sistem komunikasi antarmanusia yang menggunakan simbol atau lambang bahasa yang
dapat dilihat dan disepakati pemakainya. Di dalam komunikasi tertulis terdapat empat unsur yang terlibat.
Keempat unsur itu adalah (1) penulis sebagai penyampai pesan, (2) pesan atu isi tulisan, (3) saluran atau
medium tulisan, dan (4) pembaca sebagai penerima pesan.
Menulis pada hakikatnya adalah suatu proses berpikir yang teratur, sehingga apa yang ditulis mudah
dipahami pembaca. Sebuah tulisan dikatakan baik apabila memiliki ciri-ciri, antara lain bermakna, jelas,
bulat dan utuh, ekonomis, dan meme-nuhi kaidah gramatika.
Kemampuan menulis adalah kemampuan seseorang untuk menuangkan buah pikiran, ide, gagasan,
dengan mempergunakan rangkaian bahasa tulis yang baik dan benar. Kemampuan menulis seseorang akan
menjadi baik apabila dia juga memiliki: (a) kemampuan untuk menemukan masalah yang akan ditulis, (b)
kepekaan terhadap kondisi pembaca, (c) kemampuan menyusun perencanaan penelitian, (d) kemampuan
menggunakan bahasa indonesia, (e) kemampuan memuali menulis, dan (f) kemam-puan memeriksa
karangan sendiri. Kemampuan tersebut akan berkembang apabila ditunjang dengan kegaiatan membaca dan
kekayaan kosakata yang dimilikinya.
Suatu tulisan pada dasarnya terdiri atas dua hal. Pertama, isi suatu tulisan menyampaikan sesuatu
yang inggin diungkapkan penulisnya. Kedua, bentuk yang merupakan unsur mekanik karangan seperti
ejaan, pungtuasi, kata, kalimat, dan alenia Akhadiah, (1997:13). Sementara itu, WJS Poerwodarminto
(1987:105) secara leksi-kal mengartikan bahwa menulis adalah melahirkan pikiran atau ide. Setiap tulisan
harus mengandung makna sesuai dengan pikiran, perasaan, ide, dan emosi penulis yang disampaikan
kepada pembaca untuk dipahami tepat seperti yang dimaksud pe-nulis.
Pendapat lainnya menyatakan bahwa menulis adalah keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang
dalam mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca seperti yang
dimaksud oleh pengarang. Agar komunikasi lewat lambang tulis dapat tercapai seperti yang diharapkan,
penulis hendaklah menuangkan ide atau gagasannya kedalam bahasa yang tepat, teratur, dan lengkap.
Dengan demikian, bahasa yang dipergunakan dalam menulis dapat menggambarkan suasana hati atai
pikiran penulis. Sehingga dengan bahsa tulis seseorang akan dapat menuang-kan isi hati dan pikiran.
Metode Kontekstual
Pembelajaran kontekstual merupakan salah satu pembelajaran yang menekankan bahwa siswa harus
mengetahui implementasi dari pengetahuan yang diperolehnya sehingga pengetahuan tersebut akan
bermakna bagi siswa. Pengetahuan yang dimiliki siswa harus memiliki kaitan dengan dunia nyata atau
keseharian siswa. Apabila siswa menemukan banyak keterkaitan dalam pembelajaran, maka pengetahuan
yang dimilikinya akan semakin bermakna.
Pembelajaran kontekstual menurut Nanik rubiyanto (2010: 72) adalah konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan materi yang dipelajari siswa dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa
untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari.
Menurut Wina sanjaya (2005: 109) pembelajaran kontekstual adalah suatu pendekatan
pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk menemukan materi
yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk
dapat menerapkannya pada kehidupan mereka.
Menurut Johnson (2002: 67) Pembelajaran kontekstual adalah sebuah proses pendidikan yang
menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara
menghubungi subjek-subjek akademik yang mereka pelajari dengan konteks kehidupan sehari-hari mereka,
yakni konteks pribadi, sosial, dan budaya.

METODE
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan. Tujuannya (1) untuk meningkatkan
kemampuan menulis karangan narasi siswa kelas 2 MI Murni sunan drajat lamongan. Dan (2)
memperoleh data kongkret apakah pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kemampuan
menulis narasi siswa kelas 2 MI Murni Sunan drajat lamongan. Pada penelitian ini peran dan
posisi peneliti adalah sebagai guru/pengajar dan sekaligus sebagai peneliti. Mengacu pada model
penelitian tindakan yang dikembangkan oleh Kemmis dan McTaggart (1988:10), penelitian ini
terdiri atas: penjajagan awal, perencanaan, tindakan dan pengamatan/refleksi pada siklus pertama,
dilanjutkan ke siklus kedua. Kegiatan perencanaan pada siklus pertama dan seterusnya mencakup
identifikasi masalah, rumusan masalah dan merancang program tindakan. Pelaksanaan tindakan
dan pengamatan, dilakukan pada saat pelaksanaan pembelajaran di kelas.
Sebelum melaksanakan penelitian tindakan ini, dipersiapkan hal-hal yang dapat
memperlancar jalannya penelitian ini, yaitu melakukan langkah sebagai berikut:
1) Melakukan observasi awal dan sosialisasi rancangan penelitian dengan guru kelas 2 MI serta
mahasiswa S1 PGMI yang akan dilibatkan sebagai kolabulator/pengamat.
2) Menyusun perencanaan pembelajaran dan pembagian tugas antara peneliti dengan guru kelas
2 sebagai kolabolator serta mahasisiswa S1 PGMI .
3) Menyosialisasikan tugas.
4) Menyusun skenario pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual dengan
metode dan media yang bervariasi.
5) Mempersiapkan alat bantu pembelajaran.
6) Merencanakan jadwal pertemuan dan jadwal pelaksanaan tindakan secara priodik bersama
guru mitra untuk melakukan refleksi.
Seluruh rencana kegiatan di atas ditetapkan bersama secara musyawarah antara peneliti
dan kolabulator, sesuai dengan prinsip penelitian tindakan kelas, yaitu tidak mengganggu tugas
pokok guru sebagai guru kelas. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang
menggambarkan keberhasilan penelitian. Adapun data penelitian terdiri atas(a) data kuantitatif
(data hasil), yakni data hasil tes menulis narasi dan data (b) kualitatif (data proses). Data
kuantitatif diperoleh dari hasil tes menulis narasi yang terdiri atas tes pra-tindakan, tes akhir siklus
dan postes. Sedangkan data kualitatif adalah data yang mendeskripsikan proses pembelajaran
yang dilakukan oleh para observer. Instrumen pengumpul data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah tes tertulis, observasi, diperkuat dengan catatan lapangan hasil observasi yang
dilakukan observer. Kemmis dan McTaggart (1988:100) menyatakan bahwa teknik pengumpulan
data yang dapat digunakan dalam penelitian tindakan adalah catatan anekdot, catatan lapangan,
deskripsi perilaku ekologis, analisis dokumen, portofolio, angket, wawancara, foto, slide dan tes
kemampuan siswa. Berdasarkan pernyataan Kemmis dan McTaggart ini maka peneliti
menggunakan tes, observasi (rekaman video) dan fortofolio. Data kemudian diorganisasikan
secara sistematis dan rasional. Adapun tahapan dalam analisis data antara lain (1) penyederhanaan
melalui seleksi, pemokusan, dan pengabstraksian data mentah hingga jadi bermakna; (2)
pemaparan dalam bentuk naratif, representasi grafis dan sebagainya; dan (3) penyimpulan

HASIL

Keterampilan mengungkapkan ide


Hasil pengamatan yang kami lakukan pada anak kelas 2 di MI MURNI SUNAN DRAJAT
Lamongan, didapatkan hasil bahwa kesulitan siswa mengungkapkan ide secara tertulis. Banyak siswa dapat
bercerita lancar secara lisan, namun masih merasa sulit ketika ditugasi bercerita secara tertulis. Hal ini
disebabkan karena keterbatasan pengetahuan tentang kosa kata, dan struktur kalimat yang baik.Sehingga
siswa membutuhkan pancingan berupa cerita atau narasi yang dapat menuntun siswa mengungkapkan ide
yang sesuai dengan apa yang sebenarnya telah mereka pikirkan namun tidak bisa mereka ungkapkan.
Upaya tersebut sangat berpengaruh dalam meningkatkan keterampilan mengungkapkan ide secara
tertulis. Kami juga menemukan masalah bahwa siswa tidak dapat menuliskan cerita secara urut dan teratur
(kronologis).Sebagian siswa belum dapat memahami bagaimana memulai cerita, bagaimana menyajikan
konflik-konflik dan bagaimana akhir ceritanya. Oleh karena itu setiap kali mereka di minta untuk bercerita,
maka harus selalu diberikan contoh urutannya terlebih dahulu, seperti “pada suatu hari fina dan keluarga
bersiap-siap untuk pergi bertamasya pada pukul 07.00” nah dari ungkapan tadi siswa mendapatkan
referensi kata-kata untuk mengawali cerita yang akan di tulisnya.
Karena kebanyakan siswa menuliskan cerita langsung pada intinya, seperti “pada hari minggu saya
ke wbl, terus naik crazy car, lalu berenang, aku sangat senang sekali ….” . Siswa menceritakan apa yang
mereka ingat namun tidak berurutan dan lompat-lompat. Mereka cenderung mengingat hal-hal dan kegiatan
yang dianggapnya menarik saja. Jadi sebenarnya mereka bisa mengungkapkan ide dalam tulisan nya, hanya
saja membutuhkan bimbingan dari awal sampai cerita berakhir dengan pancingan pertanyaan-pertanyaan
agar peserta didik dapat menuliskan ceritanya dengan runtut.
Kompetensi kebahasaan
Sebenarnya hal yang harus dikembangkan pada saat menulis karangan secara umumnya yaitu
keterampilan membuat kalimat dan memilih kata yang sesuai dengan konteks. Dengan demikian karangan
atau cerita yang siswa tulis akan mudah dipahami oleh pembaca. Tata bahasa yang sesuai dengan psikologis
siswa kelas 2 dengan kalimat yang sederhana, tidak terbelit-belit. Begitu pula dengan kosa kata yang masih
dasar, kosa kata yang masih sederhana belum terlalu kompleks namun sesuai konteksnya. Jadi untuk
kebahasaan masih belum dalam dan luas, namun penekanan yang lebih utama agar siswa tidak
menggunakan kata yang sama secara berulang-ulang.
Dalam pengamatan yang kami lakukan, banyak menemukan siswa yang menggunakan kata yang selalu
diulang, seperti “dan, dari itu, terus, lalu, selanjutnya, dll “ padahal masih banyak kata hubung lainnya.
Lalu pada penulisan kata, banyak juga yang kelebihan atau bahkan kurang hurufnya, contohnya “rumah
menjadi ruma, pergi menjadi pergih” . Dengan kesalahan tersebut kami hanya membenarkan dengan cara
memberikan contoh cerita, tanda hubung, dan kata yang sejenis dengan kesalahan siswa, dengan itu siswa
dapat memahami letak salah nya dan tidak akan mengalami kesalahan pada kalimat atau kata selanjutnya.
Hindari kata “ ini salah, kamu salah, dll” yang dapat menurunkan motivasi siswa dalam menulis karangan
cerita. Hal yang perlu diperhatikan oleh peserta didik saat menulis cerita yaitu penulisan huruf, pemakaian
huruf dan penggunaan tanda baca. Perlu ditegaskan kepada siswa jika kesalahan pada satu huruf saja, maka
akan mengubah arti dari kata tersebut, contoh nya pada kata “gaji ayahku naik” kalau saja siswa
menuliskan nya “gajih ayahku naik” maka akan merubah arti dari kalimat tersebut. Selain itu juga tanda
baca (,) sangat penting letak nya karena sebagai pemisah kata.
PEMBAHASAN
Tanpa meremehkan tiga keterampilan berbahasa yang lain, menulis merupakan keterampilan
berbasaha yang paling penting dan sulit dikuasai, pendapat itu dikemukakan oleh Ari Kusmiatun, yang
dikutip Pangesti Wiedarti (2005:133).Menulis tidak semudah membaca. Untuk memperoleh keterampilan
menulis, diperlukan suatu proses yang berupa pembelajaran dan pelatihan menulis. Pembelajaran dan
pelatihan menulis guna mengatasi kesulitan menulis. Kesulitan menulis yang dihadapi, yaitu kesulitan
menemukan topik, kesulitan mencari atau menemukan bahan penulisan, kesulitan menyusun kalimat
efektif, kesulitan menyusun paragraf yang baik, dan kurang menguasai tata cara menulis (Pangesti Wiedarti,
2005: 20-28).Berbeda dengan pendapat di atas, Arswendo Atmowiloto (2004: vii) menyatakan mengarang
itu gampang, karena bisa dipelajari. Semua bisa mempelajarinya asal bisa baca dan tulis dan mempunyai
minat terus menerus yang tak mudah patah. menulis karangan dapat meningkat, jika guru menggunakan
metode, model, strategi yang beragam dan sesuai dengan karakteristik peserta didik. Dan didampingi
dengan pengoptimalan media dan sarana yang sesuai dengan pendekatan yang telah disusun. Pendekatan
yang dapat dilakukan yaitu salah satunya pendekatan Kontekstual.
Pembelajaran menulis karangan dengan pendekatan Kontekstual merupakan salah satu pendekatan
yang sangat tepat untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam menulis karangan cerita pada
peserta didik sekolah dasar. Pada pendekatan ini siswa dihadapkan dengan hal-hal yang menantang yang
berhubungan dengan kehidupan sehari-hari secara nyata, yang kemudian siswa diberikan kesempatan
untuk menghubungkan materi dengan dunia nyata yang dihubungkan dengan pengetahuan siswa dan
ungkapkan menggunakan bahasa Indonesia yang baik sebagai medianya.
Selanjutnya, kegiatan menulis karangan harus didampingi dengan kegiatan yang menyenangkan,
dengan tujuan meningkatkan minat siswa dalam menulis. Selain itu, dengan didampingi kegiatan yang
menyenangkan bagi siswa, maka siswa akan lebih lancar dalam menuliskan kesan yang di dapat. Dengan
pengalaman dan dengan pertanyaan - pertanyaan pancingan siswa lebih berani mengungkapkan ide yang
ingin diungkapkan.
Dengan menggunakan pendekatan Kontekstual, seperti mengajak siswa pergi ke tempat umum
sehingga siswa jadi lebih bisa mengekspresikan perasaan tentang apa yang telah dilihatnya dengan
menggunakan kata-kata sehari-hari. Jika siswa sudah menguasai banyak kosa kata, hal selanjutnya yang
harus diperhatikan yaitu penulisan huruf dan paragraf. Guru dapat memberikan contoh berupa penempelan
huruf dan tanda baca, dengan begitu keterampilan siswa dapat mencapai hasil yang optimal.
Dengan belajar menulis peserta didik mendapatkan keuntungan atau manfaat lain dari menulis
adalah (1) mengenali kemampuan dan potensi dirinya; (2) terlatih dalam mengembangkan berbagai
gagasan; (3) dapat lebih banyak menyerap, mencari, serta menguasai informasi sehubungan dengan topik
yang dipilih; (4) dapat terlatih dalam mengorganisasikan gagasan secara sistematis serta
mengungkapkannya secara tersurat; (5) dapat meninjau serta menilai gagasannya sendiri secara objektif;
(6) lebih mudah memecahkan permasalahan, yaitu dengan menganalisisnya secara tersurat dalam konteks
yang lebih konkrit; (7) terdorong untuk belajar secara aktif; dan (8) membiasakan penulis berpikir serta
berbahasa secara tertib dan teratur.
Adapun manfaat menulis dalam penelitian ini adalah (1) untuk peningkatan kecerdasan; (2)
pendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi; (3) terlatih dalam mengembangkan
berbagai gagasan; (4) dapat lebih banyak, mencari, serta menguasai informasi sehubungan dengan topik
yang dan; (5) terdorong untuk belajar lebih aktif.
Namun jika hal-hal diatas sudah mengalami peningkatan, ada satu hal yang yang disisi lain belum
dapat ditingkatkan yaitu bentuk tulisan yang beragam dari siswa. Namun untuk mengatasinya memerlukan
pembinaan yang terus menerus oleh guru. Karena perlu diingat bahwa kegiatan menulis bukan saja dalam
pelajaran bahasa indonesia tetapi mencakup semua mata pelajaran atau pada setiap kesempatan apapun.

KESIMPULAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan. Tujuannya untuk meningkatkan


kemampuan menulis karangan narasi siswa dan memperoleh data kongkret apakah pendekatan
kontekstual dapat meningkatkan kemampuan menulis narasi siswa . Dengan data penelitian
terdiri atas : data kuantitatif (data hasil), yakni data hasil tes menulis narasi dan data kualitatif
(data proses). Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes menulis narasi yang terdiri atas tes pra-
tindakan, tes akhir siklus dan postes. Sedangkan data kualitatif adalah data yang mendeskripsikan
proses pembelajaran yang dilakukan oleh para observer. Instrumen pengumpul data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis, observasi, diperkuat dengan catatan lapangan
hasil observasi yang dilakukan observer.

Dengan metode kontekstual sangat berpengaruh dalam meningkatkan keterampilan


mengungkapkan ide secara tertulis, menulis cerita sesuai urutannya (kronologi nya), dan menggunakan kosa
kata yang bervariatif . Namun harus tetap di dampingi dengan kegiatan yang menyenangkan dan pancingan
pertanyaan dari guru .

REFERENSI

Amir, M. F. (2015). Pengaruh Pembelajaran Komtekstual Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah


Matematika Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Prosiding Seminar Nasional Pendidikan.

Akhadiah, Sabarti. 1998. Pembinaan kemampuan menulis bahasa Indonesia. Jakarta : Erlangga.

Gie, Liang. (1992). Pengantar Dunia karang Mengarang. Jogyakarta: Liberty.

Hayon, Yosep. (2003) Membaca dan Menulis Wacana. Jakarta: Storia Grafika.

Johnson, Elaine B. (2006). Contxtual Teaching & Learning. Bandung: Mizan Learning Center (MLC).

Kemmis, and Robin, McTaggart. (1988). The Action Research Planner. Deak versity Press.
in: Uni
Kristiantari, R. (2004). Menulis Deskripsi dan Narasi (Pembelajaran Menulis di Sekolah Dasar). Jakarta:
Media Ilmu.
MS, Zulela. (2014). Pendekatan Kontekstual Dalam Pembelajaran Menulis Di Sekolah Dasar. Jurnal
Mimbar Sekolah Dasar 1 (1),83-91

Nanik Rubiyanto. (2010). Strategi Pembelajaran Holistik di sekolah. Jakarta: Prestasi. Pustaka

Poerwadarminta. 1987. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Syafi'ie, I. 1988. Retorika dalam Menulis. Jakarta: Depdikbud.

Wina Sanjaya. 2005. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis. Kompetensi. Jakarta: Kencana
Media

Anda mungkin juga menyukai