Anda di halaman 1dari 15

ASESMEN MENULIS DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL MATERI TEKS

DESKRIPSI OBJEK WISATA MAHASISWA BIPA LEVEL MADYA

Ayuni Ifadah
Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Negeri Malang
E-mail :ayuniifadah@gmail.com

ABSTRAK
Keterampilan berbahasa yang perlu mendapatkan perhatian adalah keterampilan menulis, pada
kenyataanya terlihat bahwa keterampilan menulis mahasiswa masih sangat rendah. Pembelajaran
menulis membutuhkan wawasan yang luas, kreativitas, dan keaktifan. Penutur asing level
menengah mampu mengungkapkan perasaan secara sederhana, mendeskripsikan lingkungan
sekitar, dan mengkomunikasikan kebutuhan sehari-hari dan rutin. Menulis teks deskripsi disini
bukan serta merta langsung kepada pembuatan teks deskripsi. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk memyelidiki
keadaan, kondisi atau hal-hal lain yang sudah disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam
bentuk laporan penelitianMengimplementasikan proses menulis dalam pembelajaran langkah-
langkah pembelajaran pun menggunakan proses menulis. Pada kegiatan inti pembelajaran,
mahasiswa dilatih untuk menulis teks deskripsi objek wisata dengan mengimplementasikan
proses menulis. Konstruk kemampuan menulis mencakup keterampilan mikro dan keterampilan
makro.Teks deskripsi yang telah dihasilkan perlu dilakukan revisi, penyuntingan, memberi
komentar atau masukan untuk perbaikan, serta sebagai pengajar BIPA diharapkan memiliki
kemampuan menyusun rubrik penilaian. Proses selanjutnya adalah mahasiswa BIPA melakukan
penyuntingan yaitu memperbaiki dengan menambah atau mengurangi kata atau kalimat dalam
paragraf yang masih kurang baik. Proses tersebut diperoleh dari hasil komentar ketika evalusi
bersama.
Kata kunci: Keterampilan menulis, pendekatan kontekstual, teks deskripsi, pembelajar BIPA
level Madya.

PENDAHULUAN
Bahasa Indonesia mulai diminati oleh warga negara asing. Akhir-akhir ini Indonesia
menjadi tujuan kunjungan orang-orang asing. Oleh karena itu, perlu adanya penguasaan bahasa
Indonesia bagi warga negara asing agar menjembatani dalam hal berkomunikasi. Selanjutnya,
mereka dituntut untuk mahir menulis menggunakan bahasa Indonesia. Namun demikian,
keberhasilan pelajar dalam menggunakan bahasa Indonesia tidak terlepas dari dukungan dan
keberhasilan pengajar dalam menyampaikan materi. Pengajar bertugas menciptakan suasana
yang menyenangkan dalam proses pembelajaran BIPA agar mudah diterima dan dipahami oleh
pembelajar BIPA. Hal ini sesuai yang dinyatakan Suyitno (2007) bahwa karakteristik dan norma
pedagogik yang dimiliki oleh pembelajar BIPA berbeda dengan penutur asli bahasa Indonesia.
Banyak cara yang dapat digunakan untuk menciptakan suasana yang menyenangkan. Salah
satunya ialah dengan menggunakan media pembelajaran yang menarik serta mudah dipahami.
Hal tersebut diungkapkan pula oleh Azhar (2013) bahwa sebuah media dapat memberikan
informasi yang tidak dapat dilakukan dengan cara konvensional, media dapat memberikan
visualisasi yang baik, media dapat membantu mengembangkan konsep secara lebih nyata, media
juga dapat meningkatkan akuisisi atau pemerolehan kompetensi berbahasa secara lebih baik dan

1
juga mengatasi masalah keterbatasan waktu. Akan tetapi, masih ada hambatan yang dialami
dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, seorang pengajar BIPA juga harus mampu
mengetahui hambatan yang terjadi pada proses pembelajaran dan solusi untuk mengatasi
hambatan-hambatan tersebut. Hambatan muncul dari metode dan media pembelajaran yang lebih
mengedepankan teori daripada praktik, terutama dalam pembelajaran menulis. Oleh karena itu,
pembelajaran menulis seharusnya diajarkan dengan lebih sistematis dan terprogram dengan
menerapkan langkah-langkah pembelajaran nyata yang mudah diikuti oleh pembelajar.
Diungkapkan oleh Suparno dan Yunus (2008) bahwa menulis merupakan suatu kegiatan
penyampaian pesan atau komunikasi dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau
medianya.
Bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional secara bertahap, sistematis, dan
berkelanjutan. Pada keterampilan berbahasa (termasuk BIPA) mempunyai empat komponen
yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan
menulis. Keempat keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan suatu kesatuan. Namun
dalam pembelajaran BIPA urutan seseorang dalam belajar keterampilan berbahasa itu tidak sama
seperti seseorang menerima bahasa. Dalam urutan BIPA dimulai pertama kali dengan
mendengar, membaca, menulis, dan berbicara.
Keterampilan berbahasa bukan lagi hanya untuk diketahui, melainkan untuk dikuasai
mahasiswa. Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yang saling mempengaruhi
yaitu keterampilan menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking skills),
keterampilan membaca (reading skills), dan keterampilan menulis (writing skills). Salah satu
keterampilan berbahasa yang perlu mendapatkan perhatian sungguh-sungguh adalah
keterampilan menulis, karena pada kenyataanya terlihat bahwa keterampilan menulis
mahamahasiswa masih sangat rendah. Keterampilan menulis tidak datang secara otomatis,
melainkan harus melalui latihan dan praktik yang teratur.
Menulis adalah menempatkan simbol-simbol grafis yang menggambarkan suatu bahasa
yang dimengerti oleh seseorang, kemudian dapat dibaca oleh orang lain yang memahami bahasa
tersebut beserta simbol-simbol grafisnya menurut Lado dalam (Tarigan,1983:21). Menulis
adalah suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif untuk mengungkapkan ide, pikiran, gagasan,
dan pengetahuan. Dalam kegiatan menulis ini, maka penulis haruslah terampil memanfaatkan
grafologi, struktur bahasa, dan kosakata. Menurut salah satu pakar dalam (Tarigan,1983:3-4)
disebut juga kegiatan produktif karena kegiatan menulis menghasilkan tulisan, dan disebut juga
kegiatan yang ekspresif karena kegiatan menulis adalah kegiatan yang mengungkapkan ide,
gagasan, pikiran, dan pengetahuan penulis kepada pembaca.
Pembelajaran menulis membutuhkan wawasan yang luas, kreativitas, dan keaktifan yang
mampu membantu mahasiswa BIPA dalam belajar dengan penerapan model kontekstual. Putnam
dalam jurnal Rahayu (2013: 1-13) menyatakan pembelajaran kontekstual lebih memilih dalam
konteks pembelajaran yang lebih tepat bagi pembelajarnya dengan cara mengaitkan
pembelajaran dengan dunia nyata dan lingkungan sekitar dimana tempat tinggal dan budaya yang
berlaku dalam masyarakatnya.
Komalasari (2010:54) mengungkapkan pendekatan kontekstual menempatkan pembelajar
dalam konteks bermakna yang menghubungkan pengetahuan awal siswa dengan materi yang
sedang dipelajari dan sekaliagus memperhatikan faktor kebutuhan individu pembelajar dan peran
pengajar. Pembelajaran ini pengajar berperan sebagai pemandu materi serta mengkaitan
pembelajaran dengan dunia nyata yang bisa dilihat oleh pembelajar.

2
Terdapat lima ragam tulisan. Deskripsi, yaitu ragam tulisan yang bertujuan memberikan
kesa/imperasi kepada pembaca terhadap objek, gagasan, tempat, peristiwa, dan semacamnya
yang ingin disampaikan penulis. Narasi, yaitu ragam tulisan yang berusaha menceritakan proses
kejadian suatu peristiwa. Eksposisi, yaitu ragam tulisan yang bertujuan menerangkan,
menyampaikan atau menguraikan suatu hal yang dapat memperluas atau menambah pengetahuan
atau pandangan pembacanya. Argumentasi, yaitu ragam tulisan yang bertujuan menyampaikan
suatu opini, pendapat, atau konsepsi, tertulis kepada pembaca. Persuasi, yaitu ragam tulisan yang
ditunjukan untuk mempengaruhi sikap dan pendapat pembaca mengenai sesuatu hal yang
disampaikan penulisannya dipaparkan dalam (Akhadiah,1996).
Tujuan menulis karangan deskripsi adalah mengajak para pembaca bersama-sama
menikmati, merasakan, memahami dengan sebaik-baiknya beberapa objek (sasaran, maksud),
adegan, kegiatan (aktivitas), orang (pribadi, oknum), atau suasana hati (mood) yang telah dialami
oleh seseorang yang sedang menulis (Tarigan,1983:50). Sebuah wacana yang utuh dapat di bagi-
bagi berdasarkan tujuan umum yang tersirat dibalik wacana. Menurut Rosdiana, dkk (2008: 321)
menyatakan bahwa menulis deskripsi bertujuan membuat para pembaca menyadari dengan hidup
apa yang diserap penulis melalui pancaindera, merangsang perasaan pembaca mengenai apa
yang digambarkannya, menyajikan suatu kualitas pengalaman langsung.
Terdapat lima ciri-ciri dari menulis karangan deskripsi yaitu: karangan deskripsi
memperlihatkan detil atau rincian tentang objek; karangan deskripsi lebih bersifat mempengaruhi
emosi dan membentuk imajinasi pembaca; karangan deskripsi umumnya menyangkut objek yang
dapat di indera oleh pancaindera sehingga objeknya pada umumnya berupa benda, alam, warna,
dan manusia; penyampaian karangan deskripsi dengan gaya memikat dan dengan pilihan kata
yang menggugah; organisasi penyajian lebih umum menggunakan susunan ruang, dijelaskan
oleh (Semi, 2007).
Langkah menyusun paragraf deskripsi meliputi: menemukan tema, kegiatan mula-mula
dilakukan jika akan menulis suatu karangan adalah menentukan tema. Hal ini bahwa berarti
harus ditentukan apa yang akan dibahas dalam tulisan. Tema adalah gagasan pokok yang hendak
disampaikan di dalam penulisan. Gagasan atau ide pokok dapat diperoleh dari pengalaman, hasil
penelitian, beberapa sumber, pendapat, dan pengamatan. Pernyataan tema mungkin saja sama
dengan judul, tetapi mungkin juga tidak; menetapkan tujuan penulisan, setiap penulis harus
mengungkapkan dengan jelas tujuan penulisan yang akan dilaksanakannya.
Pembelajaran menulis teks deskripsi yang akan diterapkan pada mahasiswa BIPA level
madya adalah menulis teks deskripsi mengenai objek wisata. Pada topik tersebut mahasiswan
diharapkan dapat mendeskripsikan mengenai keadaan objek wisata terpopuler dari negaranya
dan di Indonesi yang pernah dikunjungi. Menurut Nurjayanti (2007) teks deskripsi merupakan
ragam wacana yang memberikan perincian atau detail tentang objek berdasarkan kesan-
kesan dari pengamatan, pengalaman dan perasaan penulisnya sehingga dapat memberi pengaruh
pada sensivitas dan imajinasi pembaca, bagaikan mereka ikut melihat, mendengar, merasakan
atau mengalami langsung objek tersebut. Deskripsi adalah tulisan yang tujuannya memberikan
princian atau detail tentang objek sehingga dapat memberi pengaruh pada sensivitas dan imaji
pembaca atau pendengar, bagaikan mereka ikut melihat, mendengar, merasakan atau mengalami
langsung objek tersebut.
Peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia Nomor 27 tahun 2017
menjabarkan penutur asing level menengah memiliki target capaian yang harus ditempuh yakni
mampu mengungkapkan perasaan secara sederhana, mendeskripsikan lingkungan sekitar, dan

3
mengkomunikasikan kebutuhan sehari-hari dan rutin. Menulis teks deskripsi disini bukan serta
merta langsung kepada pembuatan teks deskripsi. Namun penutur asing terlebih dahulu untuk
belajar secara kontekstual dengan melihat hal-hal di sekeliling kita yang kemudian
mendeskripsikannya dalam berbagai kosakata.

METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif adalah penelitian
yang dimaksudkan untuk memyelidiki keadaan, kondisi atau hal-hal lain yang sudah disebutkan,
yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian. Dalam kegiatan penelitian ini peneliti
hanya memotret apa yang terjadi pada diri objek atau wilayah yang diteliti, kemudian
memaparkan apa yang terjadi dalam bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. Pada
penelitian ini peran dan posisi peneliti adalah sebagai tentor dan sebagai peneliti. Peneliti
melakukan penelitian ini dengan tahapan, perencanaan, pengamatan, refleksi, dan menyusun
laporan.

HASIL DAN PEMBAHASAAN


Keterampilan Menulis
Menurut Slamet (2008:141) mengungkapkan bahwa keterampilan menulis pada
hakikatnya bukan sekedar kemampuan menulis simbol-simbol grafis sehingga berbentuk
kata, dan kata-kata dapat disusun menjadi kalimat menurut peraturan tertentu, melainkan
keterampilanmenulis adalah kemampuan menuangkan buah pikiran ke dalam bahasa tulis
melalui kalimat-kalimat yang dirangkai secara utuh, lengkap, dan jelas sehingga buah pikiran
tersebut dapat dikomunikasikan kepada pembaca dengan berhasil.
Proses menulis sendiri melihat definisi menulis sebagai proses dari mulai proses
pramenulis, menulis sampai pascamenulis. Proses menulis (writing process) Resmini (2010)
merupakan suatu pendekatan untuk mengamati pembelajaran menulis yang penekanannya
bergeser dari produk pada proses penuangan apa yang dipikir dan dilukis mahamahasiswa.
Dengan kata lain proses menulis merupakan salah satu upaya untuk melatih juga meningkatkan
keterampilan mahamahasiswa melalui pembelajaran menulis menggunakan proses menulis.
Tompkins (1994) dalam (Resmini, 2010) menguraikan proses menulis menjadi lima tahap
yang diidentifikasi melalui serangkaian penelitian, meliputi pramenulis, penyusunan konsep,
perbaikan, penyuntingan dan penerbitan. Pertama, mahasiswa dapat memilih, memilah dan
menyusun isi tulisan sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya. Kedua,
mahamahasiswa dapat mengorganisasikan isi tulisan berdasarkan ide (gagasan) atau topik yang
dipilihnya. Ketiga, mahamahasiswa dapat memilih bentuk (media) tulisan sesuai dengan isi yang
dikomunikasikan. Keempat, mahamahasiswa dapat belajar perihal penggunaan ragam bahasa
tulis yang baik dan benar. Kelima, mahamahasiswa dapat belajar untuk merumuskan maksud dan
tujuan menulis, serta menentukan target pembaca hasil tulisan.

Keterampilan Menulis Pendekatan Kontekstual


Pembelajaran menulis berbasis pendekatan kontekstual memungkinkan mahasiswa BIPA
untuk menguatkan dan menerapkan keterampilan yang mereka peroleh dari berbagai topik, baik
dalam kehidupan sehari-hari. Mahasiswa dilatih untuk dapat memecahkan masalah yang mereka
hadapi dalam suatu situasi. Bila CTL diterapkan dengan benar, diharapkan mahasiswa akan

4
terlatih untuk dapat menghubungkan apa yang diperoleh di kelas dengan kehidupan nyata yang
dialami yang ada di lingkungannya. Tugas tentor sebagai fasilitator memberikan pengarahan dan
bimbingan kepada mahasiswa sehingga pembelajaran keterampilan menulis berbasis kontekstual
dapat diterapkan dengan benar agar mahasiswa dapat belajar lebih efektif. Dalam hal ini tugas
tentor adalah membantu mencapai tujuan pembelajaran. Pendekatan CTL terdiri dari tujuh
komponen, yaitu: constructivism, inquiry, questioning, learning community, modeling, reflection,
authentic assessment.
Konsep dasar pendekatan kontekstual ini diperkenalkan pertama kali tahun 1916 oleh John
Dewey, yang mengetengahkan bahwa kurikulum dan metodologi pembelajaran seharusnya erat
berhubungan dengan minat dan pengalaman mahasiswa. Proses belajar akan lebih efektif bila
pengetahuan baru yang diberikan kepada mahasiswa berdasarkan pengalaman atau pengetahuan
yang sudah dimiliki mahasiswa sebelumnya (Kasihani, 2003: 2). Pendekatan CTL merupakan
salah satu model pembelajaran berbasis kompetensi yang dapat digunakan untuk mengefektifkan
dan menyukseskan implementasi Kurikulum 2004. Sementara itu, Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) merupakan perangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi yang
harus dicapai mahasiswa, penilaian, dan kegiatan belajar. Dari isi kompetensi, dan fungsi bahasa
yang tertera dalam KBK sejalan dengan apa yang ada pada CTL. Oleh karena itu, pendekatan
pembelajaran kontekstual sangat cocok, bahkan sangat menunjang pelaksanaan KBK.
Pada saat pembelajaran bahasa Indonesia terutama saat pembelajaran menulis deskripsi,
mahasiswa membutuhkan ide-ide atau gambaran mengenai hal yang akan ditulis. Namun tidak
semua siswa dapat serta merta memunculkan ide dalam pikirannya. Tugas pengajar adalah
membantu mahasiswa merangsang munculnya ide dan gagasan yang akan dituangkan dalam
menulis deskripsi, bila gagasan itu telah muncul dan mahasiswa telah menemukan gambaran dari
hal yang akan di deskripsikan maka akan mudah bagi mahasiswa untuk merealisasikannya ke
dalam bentuk tulisan. Oleh karena itu pembelajaran menulis deskripsi hendaknya dimulai dari
hal-hal yang dialaminya, dikuasainya, dan digemarinya. Setelah itu baru menuju hal-hal yang
berbeda di luar dirinya.
Dalam melaksanakan pembelajaran, dibutuhkan pendekatan yang dapat mendukung siswa
belajar melalui situasi dunia nyata. Siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara
pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata dari siswa itu sendiri. Sehingga dalam
kegiatan menulis deskripsi siswa akan mudah merangkai kata-kata. menuangkan ide dan
gagasannya karena berdasarkan pengalaman dan pengetahuannya sendiri. Pendekatan
kontekstual adalah suatu sistem pengajaran yang cocok karena menghasilkan makna dengan
menghubungkan muatan akademis dengan konteks dari kehidupan sehari-hari siswa, maka dari
itu, siswa akan lebih mudah untuk mengeluarkan ide dan gagasan untuk menulis apabila gagasan
dan ide tersebut diperoleh dari pengalaman dalam kehidupan sehari-hari siswa secara langsung.
Selain itu, pembelajaran akan lebih menyenangkan apabila sumber belajar atau sumber gagasan
dari menulis deskripsi tersebut adalah pengalaman yang pernah dialami siswa secara langsung
dan pembelajaran menulis deskripsi akan menjadi lebih bermakna.
Menurut Ridwan Abdullah (2013:92), “Pendekatan kontekstual merupakan suatu konsepsi
yang membantu guru mengaitkan konten pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi
peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan dan 4 penerapannya dalam kehidupan
mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, dan/ atau tenaga kerja”. Menurut Rusman
(2016:193), ada tujuh prinsip pembelajaran dengan pendekatan kontekstual yang harus

5
dikembangkan oleh guru, yaitu (a) kontruktivisme (b) menemukan (c) bertanya (d) masyarakat
belajar (e) pemodelan (f) refleksi (g) penilaian sebenarnya.

Implementasi Menulis Teks Deskripsi Objek Pariwisata Mahasiswa BIPA Level Madya
Salah satu pembelajaran menulis adalah pembelajaran menulis teks deskipsi. Rahmatunisa
(2016, hlm. 177), menulis karangan deskripsi merupakan salah satu pembelajaran menulis di
Sekolah Dasar. Karangan deskripsi merupakan karangan yang menggambarkan suatu hal atau
kejadian berdasarkan pengalaman panca indera, seperti penglihatan, pendengaran, perabaan,
penciuman, atau perasaan.
Jenis-jenis teks deskripsi menurut Resmini (2006, hlm. 118) dalam (Setiawan, 2014,
hlm.9), yang lazim diungkapkan dalam karangan deskripsi ada dua objek, yakni orang dan
tempat. Atas dasar itu, karangan deskripsi dapat dipilah menjadi dua kategori, yakni karangan
deskripsi orang dan karangan dskripsi tempat.
Impelementasi proses menulis dalam pelaksanaan pembelajaran ini peneliti menggunakan
teori dari Tompkins. Tompkins (1994) dalam (Resmini,2010) menguraikan proses menulis
menjadi lima tahap yang diidentifikasi melalui serangkaian penelitian, meliputi pramenulis,
penyusunan konsep, perbaikan, penyuntingan dan penerbitan.
Dengan demikian, untuk mengimplementasikan proses menulis dalam pembelajaran
langkah-langkah pembelajaran pun menggunakan proses menulis. Pada kegiatan inti
pembelajaran, mahasiswa dilatih untuk menulis teks deskripsi objek wisata dengan
mengimplementasikan proses menulis.
1. Tahap Pramenulis (Prewriting)
Implementasi tahap pramenulis (prewriting) pada kegiatan pembelajaran, mahasiswa
diinstruksikan untuk membaca teks cerita fiksi (dongeng) berjudul “Legenda Asal Mula Talaga
Warna”. Mahasiswa mencari informasi terkait tokoh dalam cerita tersebut, dimulai dengan nama
tokoh, identifikasi watak dan penggolongan tokoh (prewriting). Dilanjutkan dengan membuat
kerangka karangan (awal, inti dan penutup) serta menentukan tujuan menulis teks deskripsi
(prewriting).
2. Tahap Menulis (Drafting)
Implementasi tahap menulis (drafting) pada kegiatan pembelajaran, mahasiswa melalui
bimbingan guru mencoba membuat draft teks deskripsi tokoh cerita fiksi sesuai dengan kerangka
karangan yang telah dibuat mahasiswa sebelumnya (drafting). Draft teks yang dibuat mahasiswa
merupakan tulisan kasar, yang nantinya akan diperbaiki mahasiswa dari segi isi (revising) juga
dari segi kesalahan penggunaan huruf kapital juga penggunaan tanda baca (editing).
3.Tahap Perbaikan (Revising)
Implementasi perbaikan (revising) pada kegiatan pembelajaran, mahasiswa diintruksikan untuk
membaca teks yang telah dibuat pada tahap drafting, setelah itu mahasiswa diintruksikan untuk
melengkapi tiap paragraf. Jika mahasiswa merasa ada yang kurang lengkap atau bahkan teks
yang dibuat terlalu bertele-tele, maka mahasiswa diintruksikan untuk memperbaiki isi teks yang
telah dibuat.
4. Tahap Penyuntingan (Editing)
Implementasi tahap penyuntingan (editing) pada kegiatan pembelajaran, setelah mahasiswa
memperbaiki isi teks yang telah dibuat, mahasiswa memperbaiki kesalahan mekanik. Yaitu
kesalahan penggunaaan huruf kapital diawal kalimat serta huruf kapital pada nama orang juga
kesalahan dalam penggunaan tanda baca. Tahap ini merupakan tahap editing. Pada tahap ini pula

6
mahasiswa dituntut untuk lebih rapi dalam menulis teks deskripsi yang telah dirancang
sebelumnya sehingga menjadi teks deskripsi utuh.
5. Tahap Pempublikasian (Publishing)
Implementasi tahap pempublikasian (publishing) dalam penelitian ini, dibuktikan dengan
mahasiswa mengumpulkan tugas membuat teks deskripsi tokoh cerita fiksi pada guru.
Mengimplementasikan proses menulis pada pembelajaran membutuhkan waktu yang tidak
sedikit, namun demikian mahasiswa dapat lebih memahami menulis itu bukan sekedar membuat
tulisan atau teks (produk). Mahasiswa juga belajar mengenai menggali informasi untuk bahan
teks yang akan dibuat, membuat kerangka karangan, menentukan tujuan penulisan menurut jenis
teks atau genre, memperbaiki isi teks juga memperbaiki kesalahan mekanik sehingga mahasiswa
dapat belajar juga mencoba bagaimana membuat teks (produk) dengan baik dan utuh.
Terdapat 10 aspek penilaian keterampilan menulis teks deskripsi dengan
mengimplementasikan proses menulis, diantaranya:
1. Tahap pramenulis (prewriting) terdiri dari 2 aspek yang dinilai, yaitu kelengkapan informasi
tentang kelengkapan kerangka karangan (pendahuluan, isi dan penutup).
2. Tahap menulis (drafting) terdiri dari 4 aspek yang dinilai, yaitu isi teks deskripsi mengenai
identifikasi objek wisata, pendahuluan teks, isi teks, penutup teks.
3. Tahap perbaikan (revising) aspek yang dinilai adalah memperbaiki isi karangan.
4. Tahap penyuntingan (editing), aspek yang dinilai adalah memperbaiki kesalahan mekanik
(tanda baca dan pengunaan huruf kapital dan setelah tanda baca).
5. Tahap pempublikasian (publishing) terdiri dari 2 aspek yang dinilai, yaitu menyajikan teks
deskripsi dan kerapian tulisan.
Menurut Trianto (2009:111), secara garis besar langkah-langkah penerapan pembelajaran
kontekstual dalam kelas sebagai berikut. (a) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar
lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengontruksi sendiri
pengetahuan dan keterampilan barunya. (b) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk
semua topik. (c) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya. (d) Ciptakan masyarakat
belajar (belajar dalam kelompok) (e) Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran. (f) Lakukan
refleksi di akhir pertemuan. (g) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

Kontruks Keterampilan Menulis Teks Deskripsi Objek Wisata


Brown dalam Titik (2019:148) mengungkapkan bahwa konstruk kemampuan menulis
mencakup keterampilan mikro dan keterampilan makro. Berdasarkan kajian terhadap
pendekatan-pendekatan dalam penilaian menulis dapat disimpulkan bahwa konstruk
keterampilan menulis mencakup keterampilan mikro dan keterampilan makro berikut.
Terdapat beberapa konstruk keterampilan mikro dan keterampilan makro menulis teks
deskripsi kegiatan interaksi sosial untuk mahamahamahasiswa BIPA level 2 (intermediate).
Indikator keterampilan mikro :
1) Mampu memilih atau menggunakan kata dengan tepat sesuai konteks.
2) Mampu menggunakan kalimat sesuai dengan konteks komunikasi.
3) Mampu menggunakan ejaan dan tanda baca.
Indikator keterampilan makro :
1) Mampu memilihi topik atau isis komunikasi sesuai dengan kpnteks (latar komunikasi,
topik, susasana, hubungan, penutur dan pendengar, tujuam atau fungsi komunikasi).
2) Mampu menata struktur wacana sesuai dengan konteks.

7
3) Keterampilan memulai sebuah tulisan secara kreatif dan sesuai genre atau konteks.
4) Keterampilan mengakhiri sebuah wacana tulisan dengan isi, gaya, bahasa yang sesuai
dengan konteks.
KD
5.2. Mampu menulis teks deskripsi personal yang berkaitan dengan keadaan dan kebutuhan diri,
seperti pendidikan, kesehatan, interaksi sosial, dan hiburan.
Konstruk KD
 Konstruk Materi
a. Menulis Teks Deskripsi
Teks deskripsi adalah teks yang dimana ide utamanya merupakan penyampaian dengan
menggambarkan objek, tempat dan peristiwa tertentu dengan sangat rinci. Dengan begitu,
pembaca bisa seolah-olah merasakan baik secara fisik maupun emosi secara langsung
dengan apa yang dijelaskan di dalam teks.
b. Stuktur Teks Deskripsi
Teks deskripsi juga memiliki struktur dalam penulisannya, yaitu:
1) Judul : judul pada paragraf deskriptif setidaknya harus mengandung tiga aspek yaitu
relevan, provokatif atau menarik dan juga singkat. Judul dari karangan melambangkan
cerita yang merupakan sebuah ringkasan tersirat dari seluruh tulisan. Judul ini memiliki
fungsi sebagai daya tarik minat dan suatu nama yang bersifat promosi.
2) Identifikasi: penentuan identitas dari orang, objek dan benda lainnya,
3) Klasifikasi: sebuah unsur penyusun dengan sistem dari suatu kelompok yang sesuai
kaidah dan standar yang sebelumnya sudah ditetapkan.
4) Deskripsi: berisi gambaran-gambaran atau penjelasan tentang objek atau hal yang
dibahas di dalam teks.
5) Kesimpulan: kesimpulan adalah penegasan pada hal yang dianggap penting.
Kesimpulan bisa dicantumkan atau tidak.
c. Tahapan Menulis Teks Deskripsi
Menulis teks deskripsi ada tahapan-tahapan yang bisa memudahkan penulis untuk
menyusun teks deskripsi dengan baik. Berikut adalah tahapan-tahapan menulis teks
deskripsi.
1) Pertama-tama penulis harus memilih topik yang ingin dijadikan sebagai dasar untuk
penggambaran dalam teks.
2) Selanjutnya penulis harus mengamati objek yang ingin dideskripsikan.
3) Penulis juga harus mengumpulkan data-data seperti angka, grafik, ilustrasi atau
statistik.
4) Selanjutnya, penulis menetapkan pola pengembangan paragraf yang sesuai.
5) Setelah itu, penulis menyusun kerangka paragraf yang terdiri dari gagasan awal.
6) Penulis mengembangkan kerangka paragraf menjadi suatu paragraf yang utuh dengan
menggunakan kalimat yang padu dan juga logis.
7) Tahap yang terakhir adalah pemberian judul.
 Bahan Menulis
Topik : Pariwisata
Sumber : BIPA Daring (kemdikbud.go.id)

8
 Indikator KD
Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
5.2. Mampu menulis teks deskripsi personal 5.2.1. Memilih kata, frasa, dan ungkapan yang yang
yang berkaitan dengan keadaan dan berkaitan dengan keadaan dan atau kebutuhan
kebutuhan diri, seperti pendidikan, diri, seperti pendidikan, kesehatan, interaksi
kesehatan, interaksi sosial, dan sosial, dan hiburan.
hiburan. 5.2.2. Menyusun kalimat menjadi sebuah teks
deskripsi personal yang berkaitan dengan
keadaan dan kebutuhan diri, seperti
pendidikan, kesehatan, interaksi sosial, dan
hiburan.

Asesmen Menulis Teks Deskriptif


Kisi-Kisi Soal Benar Salah
NO Kompetensi Sub Indikator Bentuk Nomor Jumlah
Kompetensi Soal Soal Soal Soal
1. Memilih kata, Memilih Memilih Benar 1-5 5
frasa, dan ungkapan yang ungkapan Salah
ungkapan yang berkaitan dengan
yang berkaitan dengan benar salah
dengan keadaan keadaan objek
dan atau kebutuhan wisata yang
diri, seperti dideskripsikan.
pendidikan,
kesehatan, interaksi
sosial, dan hiburan.

Bentuk Soal Benar Salah

Keindahan Gunung Bromo Indonesia Gunung Bromo merupakan gunung berapi yang
masih aktif dan paling terkenal sebagai obyek wisata. Tempat wisata alam ini terletak di Taman
Nasional Bromo Tengger Semeru di timur kota Malang, Jawa Timur. Obyek wisata Gunung
Bromo menjadi menarik karena statusnya sebagai gunung berapi yang masih aktif
Bromo mempunyai ketinggian 2.392 meter di atas permukaan laut. Bentuk tubuh Gunung
Bromo berdampingan antara lembah dan ngarai dengan kawah gunung berapi yang sangat besar
atau lautan pasir seluas sekitar 10 kilometer persegi. Gunung Bromo mempunyai sebuah kawah

9
dengan garis tengah ± 800 meter (utara-selatan) dan ± 600 meter (timur-barat), sedangkan daerah
bahayanya berupa lingkaran dengan jari-jari 4 km dari pusat kawah Bromo.
Di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru terdapat beberapa jenis tumbuhan antara lain
Jamuju, Cemara Gunung, Eidelweis, berbagai jenis anggrek, dan jenis rumput langka. Terdapat
sekitar 137 jenis burung, 22 jenis mamalia dan 4 jenis reptilia di taman nasional ini. Taman
Nasional Bromo Tengger Semeru merupakan satu-satunya kawasan konservasi di Indonesia yang
memiliki keunikan berupa laut pasir seluas 5.250 hektar, yang berada pada ketinggian ± 2.100
meter dari permukaan laut.
(Sumber : http://jendelakamu.blogspot.com/2011/12/keindahan-gunung-
bromo indonesia.htmldengan pengubahan seperlunya)
KOSAKATA
Gunung berapi : gunung yang di dalamnya terdapat lahar panas.
Status : keadaan.
Lembah : tanah rendah di kaki gunung; ngarai.
Ngarai : lembah.
Keunikan : keistimewaan; kekhususan.
Kawah :bagian puncak gunung berapi berbentuk lekukan besar yang dilewati bahan
letus
Kawasan konservasi : tempat pelestarian.

Tulislah huruf (B) jika pernyataan berikut sesuai dengan isi teks atau (S) jika tidak sesuai
dengan isi teks!
1. (.....) Gunung Bromo merupakan gunung berapi yang masih aktif dan terkenal sebagai objek
wisata.
2. (.....) Gunung Bromo berada di Jawa Tengah.
3. (.....) Ketinggian Gunung Bromo 2.300 meter di atas permukaan laut.
4. (.....) Luas kawah gunung Bromo, yaitu ± 800 meter (utara-selatan) dan ± 600 meter (barat-
timur).
5. (.....) Daerah bahaya Gunung Bromo berupa lingkaran sejauh 4 km dari pusat kawah Bromo.

Rubrik Penilaian
NO Indikator Soal Bentuk Butir Soal Kunci Skor
Instrumen Jawaban
1. Memilih ungkapan Benar Salah Gunung Bromo merupakan Benar 2
dengan benar salah gunung berapi yang masih
aktif dan terkenal sebagai
objek wisata.
2. Memilih ungkapan Benar Salah Gunung Bromo berada di Salah 2
dengan benar salah Jawa Tengah.
3. Memilih ungkapan Benar Salah Ketinggian Gunung Bromo Salah 2
dengan benar salah 2.300 meter di atas
permukaan laut.
4. Memilih ungkapan Benar Salah Luas kawah gunung Bromo, Benar 2
dengan benar salah yaitu ± 800 meter (utara-
selatan) dan ± 600 meter

10
(barat-timur).
5. Memilih ungkapan Benar Salah Daerah bahaya Gunung Benar 2
dengan benar salah Bromo berupa lingkaran
sejauh 4 km dari pusat
kawah Bromo.

Kisi-Kisi Soal Latihan Menulis


NO Kompetensi Sub Indikator Bentuk Nomor Jumlah
Kompetensi Soal Soal Soal Soal
1. Menyusun kalimat Menyusun Menulis Uraian 1 1
menjadi sebuah kata dalam ringkasan
teks deskripsi bentuk kalimat dalam
personal yang deksripsi bacaan
berkaitan dengan
keadaan dan
kebutuhan diri,
seperti pendidikan,
kesehatan, interaksi
sosial, dan hiburan.
2. Menyusun kalimat Menyusun Menulis Uraian 2 1
menjadi sebuah kata dalam pengalam
teks deskripsi bentuk kalimat dalam
personal yang deksripsi bentuk teks
berkaitan dengan deskripsi
keadaan dan
kebutuhan diri,
seperti pendidikan,
kesehatan, interaksi
sosial, dan hiburan.

Bentuk Soal Latihan Menulis


1. Ringkaslah hasil baca Anda tentang Keindahan Gunung Bromo Indonesia dengan
menggunakan bahasa Indonesia dengan benar!

2. Tuliskan pengalaman Anda tentang tempat Wisata di Indonesia yang pernah dikunjungi!

11
Rubrik Penilaian
NO Aspek Paragraf Deskriptif Terpenuhi Tidak
1. Dimulai dengan kalimat utama tentang objek yang 1 0
ingin dideskripsikan.
2. Kalimat-kalimat penyusun paragrafnya merupakan 1 0
kalimat yang lengkap.
3. Paragraf berisi kalimat-kalimat yang konsisten 1 0
mendeskripsikan objek.
4. Kalimat-kalimat yang mendeskripsikan objek 1 0
tersusun dalam urutan yang logis.
5. Menutup paragraph dengan kalimat yang 1 0
mengesankan pembaca bahwa objek, tersebut unik,
special, atau istimewa sehingga menarik pembaca.
6. Ejaan dan tanda baca dituliskan dengan benar. 1 0

Kisi-Kisi Soal Menulis Teks Deskripsi Melalui Gambar


NO Kompetensi Sub Indikator Bentuk Nomor Jumlah
Kompetensi Soal Soal Soal Soal
1. Menyusun kalimat Menyusun Menulis Uraian 1 1
menjadi sebuah kata dalam teks
teks deskripsi bentuk kalimat deskripsi
personal yang deksripsi berdasrkan
berkaitan dengan gambar
keadaan dan
kebutuhan diri,
seperti pendidikan,
kesehatan, interaksi
sosial, dan hiburan.

Bentuk Soal Menulis Mendeskripsikan Gambar/Foto


Deskripsikan tempat wisata yang pernah kalian kunjungi di negara kalian. Tempel gambar/foto
objek wisata lalu deskripsikan sesuai dengan pengamatan Anda!
Gunakan bahasa Indonesia dengan benar !

JUDUL

Tempelkan Gambar/Foto

12
Rubrik Penilaian
Kriteria Indikator Skor
BAIK SEKALI 81-100
Mengerjakan tugas dengan amat baik, pembahasan amat
baik, informasi relevan dan tepat, interpretasi sangat kuat
dan mendukung.
BAIK 61-80
Mampu mengerjakan tugas dengan baik, pembahasan
mampu, informasi umumnya relevan dan tepat,
interpretasi umumnya mendukung
CUKUP 41-60
Kurang mampu mengerjakan tugas, pembehasan dapat
KESESUAIAN ISI
diterima tapi kadang tidak konsisten, informasi kadang
tidak relevan/ tidak tepat, interpretasi kadang tidak
konsisten dengan fakta.
KURANG 21-40
Tidak bisa mngerjakan tugas, pembahasan tidak lengkap
dan tidak konsisten, informasi sering tidak relevan/tidak
tepat, interpretasi tidak konsisten dengan fakta
KURANG SEKALI/TIDAK BISA DITERIMA 00-20
Mengabaikan atau tidak memahami tugas, minim
pembahasan, informasi dan interpretasi tidak relevan
BAIK SEKALI 81-100
Komunikasi efektif, sangat konsisten dengan bentuk teks
khusus, ungkapan tertata dengan baik dan teratur,
hubungan antar bagian teks jelas.
BAIK 61-80
Komunikasi cukup efektif, umumnya konsisten dengan
bentuk teks khusus, organisasi dan urutan ungkapan
umumnya tertata baik dan teratur, hubungan antar bagian
teks umumnya jelas.
CUKUP 41-60
KESESUAIAN
Komunikasi kadang cukup efektif, konsisten dengan
LANGKAH/
bentuk teks khusus kadang terabaikan, panataan
RETORIKA
ungkapan kadang sulit diikuti, hubungan antar bagian
teks kadang tidak jelas.
KURANG 21-40
Komunikasi tidak efektif, maksud tidak jelas, tidak
mengikuti teks bentuk khusus, penataan dan urutan
ungkapan membingungkan, hubungan antar bagian teks
tidak jelas.
KURANG SEKALI/TIDAK BISA DITERIMA 00-20
Tidak bisa dipahami sama sekali, mengabaikan bentuk
teks khusus, tidak ada penataan teks.
13
BAIK SEKALI 81-100
Bahasa yang digunakan sangat sesuai dengan bentuk teks
yang diberikan dan koteks komunikasi.
BAIK 61-80
Umumnya bahasa yang digunakan sesuai dengan bentuk
teks yang diberikan dan konteks komunikasi.
KESESUAIAN CUKUP 41-60
BAHASA Bahasa yang digunakan tidak konsisten dengan bentuk
teks yang diberikan dan konteks.
KURANG 21-40
Bahasa yang digunakan tidak sesuai dengan bentuk teks
yang diberikan dan konteks komunikasi
KURANG SEKALI/TIDAK BISA DITERIMA 00-20
Bahasa yang digunakan sangat buruk
SANGAT BAIK 81-100
Bentuk, ejaan, pemilihan kata, tanda baca, penggunaan
huruf besar, kerapian sangat memenuhi aturan teks.
BAIK 61-80
Bentuk, ejaan, pemilihan kata, kesesuaian, tanda baca,
huruf besar, dan kerapian umumnya memenuhi aturan-
aturan teks.
CUKUP 41-60
Bentuk, ejaan, pemilihan kata, kesesuaian, tanda baca,
KESESUAIAN
huruf besar, dan kerapian sebagian memenuhi aturan-
BENTUK
aturan teks
KURANG 21-40
Bentuk, ejaan, pemilihan kata, kesesuaian, tanda baca,
huruf besar, dan kerapian umumnya tidak memenuhi
aturan-aturan teks
KURANG SEKALI/TIDAK BISA DITERIMA 00-20
Bentuk, ejaan, pemilihan kata, kesesuaian, tanda baca,
huruf besar, dan kerapian tidak memenuhi aturan-aturan
teks

SIMPULAN
Teks deskripsi yang telah dihasilkan perlu dilakukan revisi, penyuntingan, memberi
komentar atau masukan untuk perbaikan, serta sebagai pengajar BIPA diharapkan memiliki
kemampuan menyusun rubrik penilaian. Mahasisawa BIPA Level Madya menuliskan teks
deskripsi berdasarkan intruksi.
Proses selanjutnya adalah mahasiswa BIPA melakukan penyuntingan yaitu memperbaiki
dengan menambah atau mengurangi kata atau kalimat dalam paragraf yang masih kurang baik.
Proses tersebut diperoleh dari hasil komentar ketika evalusi bersama. Kegiatan berikutnya adalah
merevisi terhadap komentar atau masukan dari orang lain. Terakhir, tulisan dikatakan bermanfaat
jika dibaca orang lain. Dengan demikian, teks deskripsi ini dapat digunakan sebagai bahan ajar.

14
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Arsyad, Azhar. 2013. Media Pembelajaran, Jakarta: Rajawali Pers.
Akhadiah, Sabarti. dkk. 1988. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta:
Erlangga.
Cahyani, I., & Hodijah. (2007). Kemampuan Berbahasa Indonesia di SD. Bandung : UPI PRESS.
Harsiati, Titik. 2019. Pengembangan Penilaian Pembelajaran Keterampilan Berbahasa
Indonesia. Batu : Cakrawala Indonesia.
Indihadi,D., & Dadan Nugraha. (2016). Pengembangan Model Pengembangan Menulis Deskripsi
bagi Peningkatan Hasil Belajar Peserta didik Melalui Teknik “Brain Storming” dalam
Proses Menulis. The International Conference on Basic Education and Early Childhood.
Indonesia University Of Education, Serang Campus. Hal. 105-111.
Komalasari, Kokom. (2010). Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT
Refika Aditama.
M. Atar Semi. 2007. Dasar-Dasar Keterampilan Menulis. Bandung: Angkasa.
Mundzroh,S., Andayani, & Saddhono, K. (2013). Peningkatan Kemampuan Menulis Cerita
dengan Menggunakan Metode Picture and Picture pada Mahamahasiswa Sekolah Dasar.
BASASTRA, 2 (1): 1-10.
Nurjayanti. 2017. Menulis Teks Deskripsi. Halaman 4.
Nurlina, Laily dan Siti Fathonah. 2017. UPAYA MENINGKATKAN KARAKTER
MAHAMAHAMAHASISWA MELALUI PEMBUATAN VIDEO BERMUATAN BUDAYA
LOKAL JAWA TENGAH. SEMNASBAHTERA.
Nurlina, Laily. 2017. BUDAYA LOKAL BANYUMAS DALAM MATERI BIPA. PIBSI XXXIX.
Rahmat, C., & Solehudin. (2006). Pengukuran dan Hasil Belajar. Bandung: Andira.
Rahmatunisa, R. (2016). Pengaruh Media Kemasan Makanan Terhadap Kemampuan Menulis
Karangan Deskripsi di Kelas IV SD. Pedadidaktika, Vol. 3. No. 2. 176–185.
Resmini, N., dkk. (2010). Membaca dan Menulis di SD Teori dan Pengajarannya. Bandung : UPI
PRESS.
Ridwan, A. 2013. Inovasi Pembelajaran. Jakarta. Bumi Aksara.
Suyitno, Iman. 2007. Pengembangan Bahan Ajar Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA)
berdasarkan Hasil Analisis Kebutuhan Belajar. WACANA VOL. 9 NO. 1
Sari, Novita Artika, Kundharu Saddhono, & Suyitno. 2014. Peningkatan Kualitas Pembelajaran
Menulis Puisi dengan Metode Field Trip Pada Mahamahasiswa SMP. Jurnal Penelitian
Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengajarannya. 1(3): 541.
Saddhono, K. (2015). Integrating Culture In Indonesian Language Learning For Foreign
Speakers At Indonesian Universities, 6(2), 2–7. DOI 10.18502/kss.v3i9.2619
St. Y. Slamet.2008. Dasar-dasar Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah Dasar.
Surakarta:UNS Press.
Tarigan, Djago. 1983. Membina Keterampilan Menulis Paragraf dan Pengembangannya.
Bandung: Angkasa.
Tarigan, Henry Guntur. 1985. Pengajaran Kosakata. Bandung: Angkasa.
Wahyudi, S, Dewi, A. 2016. Model Pembelajaran Menulis Cerita. Bandung. Reflika Aditama.
Yunus, Muhammad. 2014. Keterampilan Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka.

15

Anda mungkin juga menyukai