Anda di halaman 1dari 6

Riksa Bahasa

Volume 1, Nomor 1, Maret 2015

MODEL PEMBELAJARAN CONNECTING, ORGANIZING,


REFLECTING, EXTENDINGUNTUK MENGEMBANGKAN POTENSI
SISWA DALAM MENULIS CERPEN
Puri Pramita
Mahasiswi Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia
Pos-el: puripramita_upi@yahoo.com

ABSTRAK
Model Pembelajaran Connecting, Organizing, Reflecting, Extendin (CORE) untuk
Mengembangkan Potensi Siswa dalam Menulis Cerpen. Kajian ini dilatarbelakangi kenyataan bahwa
menulis merupakan keterampilan berbahasa yang sangat sulit dan tidak diminati siswa. Asumsi
kesulitan menulis dan rendahnya minat siswa dalam menulis menjadi salah satu masalah tersendiri
bagi guru untuk memotivasi siswa mampu menulis. Salah satu kegiatan menulis yang tentunya perlu
dikembangkan ialah menulis cerpen. Kegiatan pembimbingan dan motivasi menulis cerpen pun
dilakukan. Salah satu model yang dapat digunakan untuk mengubah asumsi siswa bahwa menulis
cerpen itu sulit ialah dengan menyajikan pembelajaran menulis semenarik mungkin. CORE dapat
diartikan pembelajaran berbasis pengalaman dan guru berusaha mengaitkan pengalaman siswa sebagai
sumber tulisan. Guru bisa menstimulus siswa menulis cerpen berdasarkan rekaman pengalaman yang
dimiliki siswa, baik pengalaman membahagiakan, mengharukan, maupun membanggakan.
Mengoneksikan pengalaman siswa menjadi menjadi sebuah tulisan merupakan salah satu cara yang
tepat untuk mengembangkan potensi menulis cerpen.
Kata kunci: model CORE, potensi siswa, menulis cerpen.

PENDAHULUAN menulis menuntut sejumlah pengetahuan


Menulis merupakan keterampilan dan keterampilan. Menulis merupakan
berbahasa yang harus dikuasi siswa, baik kegiatan yang eksperif untuk seoarang anak.
siswa tingkat sekolah dasar sampai dengan Lewat sebuah tulisan, anak dapat men-
siswa tingkat sekolah menegah atas. curahkan perasaan dan mengaktualisasi ide
Penguasaan keterampilan menulis siswa cerita yang menarik. Pernyataan tersebut
dapat diamati pada kegiatan observasi sejalan dengan pendapat yang dikemukan
lapangan. Tulisan-tulisan yang dihasilkan oleh Tarigan (1994: 3), bahwa menulis
oleh siswa menjadi tolok ukur peminatan merupakan suatu kegiatan yang produktif
siswa terhadap kegiatan menulis. Berbagai dan ekspresif.
tulisan yang diminati siswa pun dapat Pengaktualisasian pembelajaran ke-
terlihat dari hasil pengamatan pada siswa di terampilan menulis untuk anak-anak men-
kelas. Tentunya peminatan dan bakat siswa jadi optimal, membutuhkan suatu pende-
ini perlu dikembangkan dan diolah dengan katan, model, metode, strategi, teknik, me-
baik. dia, serta bahan ajar yang kreatif, efektif,
Menulis merupakan suatu keteram- dan inovasi. Iskandarwassid dan Dadang
pilan yang komplek bagi seorang anak. (2008: 40) menjelaskan, bahwa pendekatan
Menulis membutuhkan suatu ketekunan, berada pada tingkat yang tertinggi, yang
keuletan, kejelian, dan kontinu. Sejalan kemudian diturunkan atau dijabarkan dalam
dengan pendapat tersebut, Akhadiah, bentuk metode. Selanjutnya metode dituang-
Arsjad, dan Ridwan (2003: 2) mengung- kan atau diwujudkan dalam sebuah teknik.
kapkan, tidaklah berlebihan jika dikatakan Teknik inilah yang merupakan ujung
bahwa kemampuan menulis merupakan tombak pengajaran karena berada pada
kemampuan kompleks. Kemampuan tahap operasional atau pelaksanaan

101
Riksa Bahasa
Volume 1, Nomor 1, Maret 2015

pengajaran. Selainj itu, KBBI (1995) men- objek. Objek yang akan digambarkan
jelaskan, bahwa pendekatan adalah proses, terbatas pada usaha mengungkapkan suatu
perbuatan atau cara mendekati. Dikatakan masalah, keadaan, atau peristiwa sebagai-
pula bahwa pendekatan merupakan sikap mana adanya, sehingga mampu mendes-
atau pandangan tentang sesuatu, yang kripsikan keberhasilan pembelajaran
biasanya berupa asumsi atau seperangkat keterampilan menulis dengan menggunakan
asumsi yang paling berkaitan. metode CORE. Metode deskriptif analisis
Dalam mengajarkan menulis terhadap juga dapat diartikan sebagai prosedur
seoarang anak memang dibutuhkan pen- pemecahan masalah yang diteliti dengan
dektaan psikologi, karena intelektual seo- memaparkan fakta atau melukiskan keadaan
rang anak pada massa ini sangatlah sensitif. berdasarkan fakta yang tampak dan bersifat
Seorang anak memerlukan perlakuan yang apa adanya.
eksklusif dari seoarng pengajar dalam
memberikan pelajaran. Seorang pengajar HASIL DAN PEMBAHASAN
harus mengetahui bahwa pendekatan psi- Ikhwal Menulis
kologi tidak hanya dilakukan oleh para Menulis merupakan keterampilan
psikolog saja, tetapi seorang pengajarpun mutlak yang tentunya harus dimiliki peserta
perlu mempunyai pendekatan psikologi didik. Pentingnya keterampilan menulis
untuk menumbuhkan motivasi belajar yang dikarenakan menulis merupakan kegiatan
tinggi. Salah satunya pendektan psikologi yang banyak dilakukan dalam lingkungan
yang diterapkan dalam pengajar adalah pendidikan baik formal dan informal.
bagaimana menumbuhkan suasana pem- Kegiatan menulis beraneka ragam teks
belajaran yang menyenagkan. Pendapat ini merupakan keterampilan yang harus dimiliki
sejalan dengan Iskandarwassid dan Dadang setiap peserta didik guna mempersiapkan
(2008:46) menyatakan, bahwa pendekatan peserta didik untuk dapat bekarya sesuai
ini sering dianggap hanya dapat dilakukan dengan perkembangan pendidikan.
oleh para psikologi saja. Pandangan tersebut Keberhasilan siswa dalam belajar
tidak sepenuhnya keliru, karena banyaknya merupakan harapan dan suatu kebanggan
pengajar yang belum mampu mengenali dari setiap guru. Untuk dapat mewujudkan
psikologi perkembangan peserta didik. harapan itu, guru perlu memiliki acuan yang
Tidak hanya pendekatan yang akan kuat dalam melaksanakan berbagai upaya di
menunjang situasi pembelajaran, tetapi bidang pendidikan. Pendidikan senantiasa
dibantu atau dikolaborasikan dengan gaya berkembang dan perlu diperluas serta diper-
belajar visual, auditori, dan kinestetik yang hatikan, mengingat semakin meningkatnya
terdapat pada metode yang tepat dan sesuai perubahan di dunia pendidikan mengikuti
dengan tujuan yang diharapkan. Penggunaan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
metode pembelajaran menulis ini tentunya Siswa memerlukan kemampuan me-
bertujuan meningkatkan kemampuan nulis untuk mencatat, menyalin, dan
menulis siswa. menyelesaikan tugas-tugas sekolah. Dalam
kehidupan masyarakat, orang memerlukan
METODE PENELITIAN kemampuan menulis untuk keperluan
Kajian teoretis merupakan hasil berkirim surat, mengisi formulir atau mem-
pemikiran berdasarkan teori-teori yang dite- buat catatan. Menulis dapat didefinisikan
mukan. Metode yang digunakan dalam sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan
makalah ini merupakan metode deskriptif (komunikasi) dengan menggunakan bahasa
analisis. Metode penelitian deskriptif ana- tulis sebagai alat atau medianya (Hakim,
lisis merupakan suatu cara pemecahan 2007: 1). Menulis merupakan proses per-
masalah dengan cara menggambarkan suatu kembangan yang menuntut pengalaman,

102
Riksa Bahasa
Volume 1, Nomor 1, Maret 2015

waktu, kesempatan, latihan, keterampilan- 1. Aspek reseptif yaitu kemahiran


keterampilan khusus, dan pengajaran menyimak dan memahami apa yang
langsung menjadi seorang penulis. Menulis disimak dan kemahiran membaca serta
juga merupakan suatu representasi bagian- memahami apa yang dibaca.
bagian dari kesatuan-kesatuan ekspresi 2. Aspek produktif yaitu kemahiran
bahasa (Tarigan, 1986: 21). mengeluarkan isi hati kepada orang
Salah satu kegiatan menulis adalah lain, baik secara lisan maupun secara
menulis resensi. Menulis resensi merupakan tulisan.
suatu kegiatan memberikan penilaian, Ada beberapa tahapan yang dilakukan
mengungkap kembali isi buku, membahas, dalam kegiatan menulis. Tahapan tersebut
atau mengkritik buku. Seorang peresensi adalah tahap pra-penulisan, penulisan, dan
harus mampu memberikan gambaran detail pasca penulisan. Tulisan atau karangan yang
tentang sebuah buku, sebagai bentuk baik merupakan jembatan yang
panduan bagi para pembaca yang ingin memperlancar hubungan antara penulis dan
membaca atau memiliki buku tersebut. pembaca.
Menurut Lerner dalam Abdurahman Berdasarkan beberapa pendapat di atas
(1985: 413), menulis adalah menuangkan dapat disimpulkan bahwa menulis adalah
ide ke dalam bentuk visual jadi semua keterampilan berkata-kata yang disampaikan
bentuk angan-angan atau ide yang dalam bentuk tulisan.
dituangkan ke dalam bentuk nyata berupa
tulisan itu adalah proses menulis. Markam Model Pembelajaran CORE
(Abdurrahman, 1987: 7) menjelaskan, bah- Model CORE merupakan model
wa menulis adalah mengungkapan diksi da- pembelajaran dengan metode diskusi, yang
lam bentuk simbol gambar. Menulis adalah di dalamnya terkandung unsur menge-
suatu aktifitas kompleks yang mencakup mukakan pendapat, tanya jawab antar siswa,
gerangan lengan, tangan, jari, dan mata. dan sanggahan. CORE merupakan singkatan
Menulis juga masih terkait dengan dari Connecting, Organizing, Reflecting,
pemahaman diksi dan kemampuan Extending. Connecting adalah koneksi infor-
berbicara, pendapat ini merupakan aktifitas masi lama-baru dan antar konsep.
menulis untuk menuangkan ide yang ditulis Organizing adalah organisasi ide untuk me-
dalam kertas berbentuk huruf-huruf menjadi mahami materi. Reflecting adalah memikir
suatu kata yang mempunyai arti. kembali, mendalami, dan menggali, Dan
Akhadiah, dkk (1998: 13) mengata- Extending adalah mengembangkan, mem-
kan, bahwa dalam komunikasi tertulis ada perluas, menggunakan, dan menemukan.
empat unsur yang terlibat. Empat unsur Calfee et al. (1995) mengusulkan model
tersebut adalah: (1) penulis sebagai penyam- pembelajaran CORE adalah suatu model di
pai pesan, (2) pesan atau isi tulisan, (3) mana cara diskusi dapat mempengaruhi per-
saluran atau medium tulisan, dan (4) kembangan pengetahuan dan meng-
pembaca sebagai penerima pesan. hubungkan informasi lama dengan informasi
Menulis juga dapat disebut bagian dari baru, mengorganisasikan sejumlah materi
keterampilan berkata-kata. Kemahiran yang bervariasi, merefleksikan segala
dalam berbicara, menyimak, dan membaca sesuatu yang siswa pelajari dan mengem-
sangat mendukung keberhasilan dalam bangkan lingkungan belajar.
menulis.Malik dan Shanty (2003: 37)
menjelaskan, bahwa menulis sebagai salah Connection
satu aspek kemahiran berkata-berkata Connect secara bahasa berarti come or
memiliki beberapa aspek. Aspek tersebut bring together yakni datang dan dibawa
adalah: bersama-sama. Connecting berarti meng-

103
Riksa Bahasa
Volume 1, Nomor 1, Maret 2015

hubungkan. Diskusi menentukan koneksi diperkuat dengan menghubungkan dan


untuk belajar. Untuk mengambil bagian mengorganisasikan apa yang mereka ketahui
dalam diskusi siswa harus mengingat dan (Jacob, 2005: 13). Dalam hal ini, Katz dan
menggunakan pengetahuannya untuk Nirula (Priatna, 2009: 21) menyatakan ten-
menghubungkan dan menyusun idea- tang bagaimana seseorang mengorgani-
ideanya (Jacob, 2005: 13). Sedangkan Katz sasikan idea-idea mereka dan apakah orga-
dan Nirula (Priatna, 2009:21) menyatakan, nisasi tersebut membantu siswa memahami
bahwa connecting merupakan bagaimana konsep.
suatu konsep atau idea dihubungkan dengan Adapun contoh organizing ini, ketika
idea lain dalam suatu diskusi kelas. mempelajari macam-macam fungsi dengan
Connecting sangat erat hubungannya konsep yang diperoleh sebelumnya yaitu
dengan pengertian belajar itu sendiri. relasi, fungsi, notasi fungsi, daerah asal,
Menurut Umaedi (Justicia, 2010:13), belajar daerah kawan, dan daerah hasil, maka siswa
merupakan proses aktif mengonstruksi dan harus mampu mengorganisasikan keduanya,
merupakan proses mengasimilasi dan agar tercipta pemahaman yang diperlukan.
menghubungkan pengalaman atau yang Dengan berdiskusi dapat mempermudah
dipelajari dengan pengertian yang sudah siswa dalam mengorganisasikan kedua
dimiliki. Seseorang belajar berarti konsep tersebut.
mengonstruksi pengetahuannya dengan
menghubungkan informasi yang masuk Reflecting
dengan informasi sebelumnya. Jika suatu Reflect secara bahasa berarti think
informasi dipelajari sampai dengan tingkat deeply about something and express. Siswa
pemahaman, informasi itu harus dihu- memikirkan secara mendalam terhadap
bungkan dengan konsep-konsep yang telah konsep yang dipelajarinya dengan segera.
ada yang dipunyai siswa. Oleh karena itu, Sagala (2006: 11) mengemukakan, bahwa
materi pelajaran yang sedang dipelajari refleksi adalah cara berpikir ke belakang
harus dihubungkan dengan pengetahuan tentang apa-apa yang sudah kita lakukan
yang telah ada. dalam hal belajar di masa lalu. Siswa
Sebagai contoh, dalam pokok bahasan mengedepankan apa yang harus dipela-
Fungsi Komposisi dan Fungsi Invers, siswa jarinya sebagai struktur pengetahuan yang
harus mampu menghubungkan konsep- baru yang merupakan pengayaan atau revisi
konsep, yang baru diperoleh dengan konsep- dari pengetahuan sebelumnya.
konsep yang telah mereka pelajari pada Siswa mengekspresikan apa yang
tingkatan sebelumnya yang mendukung telah dipelajari dalam bentuk penyimpulan.
materi baru tersebut, yakni seperti relasi, Dengan proses ini dapat dilihat kemampuan
fungsi, notasi fungsi, daerah asal, daerah siswa menjelaskan informasi yang telah
kawan, dan daerah hasil. mereka dapatkan. Akan terlihat bahwa tidak
setiap siswa memiliki pemahaman yang
Organizing sama. Perkembangan kognitif dipengaruhi
Organize secara bahasa berarti oleh siswa yang berpartisipasi aktif untuk
arrange in a system that works well, yaitu merefleksikan pada apa yang mereka
disusun ke dalam suatu sIstem, sehingga pelajari (Johnston, 1992)
dapat bekerja dengan baik. Siswa mengor-
ganisasikan informasi-informasi yang Extending
diperolehnya. Diskusi membantu mengor- Extend secara bahasa berarti make
ganisasikan pengetahuan. Sebagai partisi- longer and larger, yakni membuat lebih
pan, siswa berusaha untuk mengerti dan panjang dan luas. Diskusi dapat membantu
berkontribusi terhadap diskusi, mereka memperluas pengetahuan. Perluasan

104
Riksa Bahasa
Volume 1, Nomor 1, Maret 2015

pengetahuan yang dimaksud tentu saja harus SIMPULAN


disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan Menulis merupakan kegiatan men-
siswa. Guthri (Jacob, 2005: 13) menyatakan, curahkan pemikiran dalam bentuk tulisan.
bahwa pengetahuan deklaratif dan prose- Proses penuangan ide dalam bentuk tulisan
dural dengan cepat, sehingga mereka dapat yakni cerpen tentnnya akan sangat menarik
meneliti jawaban atas pertanyaan yang jika ditulis berdasarkan pengalaman.
mereka miliki. Pembelajaran berbasis pengalaman dapat
Sebagai contoh, ketika berdiskusi dilakukan dengan menggunakan model
tentang materi Fungsi Komposisi dan CORE.
Fungsi Invers, setiap siswa dalam suatu Model CORE (C) koneksi penga-
kelompok akan menyampaikan pendapat laman-pengalaman menulis (O) organisasi
sesuai dengan pemahaman mereka masing- ide untuk memahami materi, (R) memi-
masing, dari sekian banyak pendapat yang kirkan kembali, mendalami, dan menggali,
masuk tentu saja secara tidak langsung dapat (E) mengembangkan, memperluas, menggu-
menambah atau memperluas pengetahuan nakan, dan menemukan. Model CORE
siswa. dalam pembelajaran menulis cerpen tentu-
nya sangat menarik dan dapat dipertim-
Menulis Cerpen dengan Model bangkan sebab ide-ide menulis cerpen dapat
Pembelejaran CORE bersumber dari pengalaman siswa. Hal ini
Menulis cerpen merupakan salah tentunya selaras dengan hakikat cerpen
satu kegiatan yang merefleksi. Cerpen sebagai bentuk karya sastra yang
sebagai salah satu bentuk karya sastra mengisahkan peristiwa tokoh. Rangkaian
identik dengan mengisahkan suatu peistiwa peristiwa dalam cerpen dapat bersumber
kehidupan. Tentunya dalam cerpen terdapat pada pengalaman siswa yang dirancang dan
tokoh, alur cerita, latar, amanat, dan unsur kembangkan menjadi sebuah tulisan
intrinsik lainnya. Cerpen mengisahkan
peristiwa kehidupan tokoh. Kisah dan ide PUSTAKA RUJUKAN
penceritaan dapat dirancang dan dituangkan Akhadiah, dkk. 1998. Bahasa Indonesia
siswa berdasarkan pengalaman yang telah Kelas IV. Jakarta: Erlangga.
mereka lalui. Abddurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan
Pengalaman siswa dalam kehidupan bagi Anak Berkesulitan Belajar.
sehari-hari dapat dijadikan sumber ide, baik Jakarta; Rineka Cipata.
itu pengalaman yang menyenangkan, Darmaningsih. 2008. Peningkatan Menulis
menyedihkan, mengharukan, maupun mem- Pengumuman dengan Teknik
banggakan. Penggunaan model CORE Presentasi Siswa Kelas IV SD Negeri
dalam pembelajaran menulis cerpen dapat 014 Sungai Sagu Kecamatan Lirik
dilakukan dengan mengoneksikan penga- Kabupaten Inhu. Skripsi. Pekanbaru:
laman-pengalaman yang telah dialami UNRI.
siswa, kemudian siswa mulai merancang Depdishub. 1996. Kurikulum Tingkat Satuan
ide-ide tulisan. Proses koneksi pengalaman Pembelajaran. Jakarta: Media Maju
menjadi tulisan akan diarahkankan oleh Mandiri.
guru. Menulis berdasarkan pengalaman Faizah AR., Hasnah. 2008. Dasar Umum
lebih baik dan produktif daripada mencari Bahasa Indonesia. Cendikia Insani.
informasi dari bacaan. Sebab siswa Hakim, Nursal. 2007. Keterampilan Dasar
merasakan dan memahami kronologis Menulis. Pekanbaru: Cendikia Insani
peristiwa yang akan dijadikan cerita. Mafrukhi, dkk. 2007. Kompetensi Berba-
hasa Indonesia. Jakarta: Erlangga

105
Riksa Bahasa
Volume 1, Nomor 1, Maret 2015

Malik, Shanty. 2003. Kemahiran Menulis. Qomaruddin. 2004. Aku Cinta Bahasa
Pekanbaru: UNRI Press. Indonesia. Pekanbaru: Sutra Benta
Nanang R., Paniungkas, Ismail Kusnaidi. Perkasa.
Aku Suka Bahasa Indonesia Kelas IV Suparno, dan M. Yunus. 2002. Seluk Beluk
Nurkholis, dan Marrukhi. 2004. Seselbi Surat. Jakarta: UT.
Kelas IV. Jakarta: Erlangga. Suyatno. 2004. Teknik Pembelajaran
Bahasa dan Sastra. Surabaya: Sic.

106

Anda mungkin juga menyukai