Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

TUGAS PERKEMBANGAN & KETERKAITAN TUGAS


PERKEMBANGAN DENGAN SKKPD
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Bimbingan Konseling Di Sd
Dosen Pengampu
Dr. Sulistiyana, M.Pd

Disusun Oleh:
Kelompok 5
Kelas 7A PGSD
Muhammad Akbar 1810125110002
Mulyana Juraida 1810125120003
Muhammad Nur Ikkram 1810125210015
Rahmi Ana Muslikhah 1810125220020
Husna 1810125220021
Diah Ayu Norvita 1810125220027
Herliana 1810125220028
Noor Laila Latifah 1810125320049

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
BANJARMASIN
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, shalawat dan salam
selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya
kami mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah
Bimbingan Konseling di SD. Terimakasih juga kami haturkan kepada Dr.
Sulistiyana, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Bimbingan Konseling di
SD.
Makalah ini kami susun dari berbagai referensi yang kami dapatkan, baik
buku, jurnal maupun sumber lainnya yang relevan. Dalam penyusunan makalah
ini, kami antar anggota kelompok 5 bekerjasama semaksimal mungkin untuk
menyelesaikan makalah ini sesuai dengan harapan. Dan kami berharap dengan
adanya makalah ini, pembaca dapat menambah wawasan tentang “Tugas
Perkembangan & Keterkaitan Tugas Perkembangan Dengan SKKPD”.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna dan masih banyak kekurangan dalam penyusunannya. Oleh
karena itu, kami menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
menyempurnakan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat memberikan
wawasan yang lebih luas dan bermanfaat bagi pembaca.

Banjarmasin, 26 Agustus 2021

Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................iii

DAFTAR TABEL................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................3

C. Metode Penulisan...........................................................................................3

D. Tujuan Penulisan............................................................................................3

E. Manfaat Penulisan..........................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................5

A. Pengertian Tugas Perkembangan....................................................................5

B. Tugas-Tugas Perkembangan Pada Setiap Fase Perkembangan......................6

C. Peranan Sekolah dalam Mengembangkan Tugas-Tugas Perkembangan.......9

D. Karakteristik Peserta Didik...........................................................................10

E. Keterkaitan Tugas Perkembangan dengan Standar Kompetensi Kemandirian


Peserta Didik (SKKPD)................................................................................14

BAB III PENUTUP............................................................................................19

A. Kesimpulan...................................................................................................19

B. Saran.............................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................21

LAMPIRAN........................................................................................................22

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hubungan Tugas Perkembangan dengan Aspek Perkembangan dalam


SKKPD....................................................................................................15
Tabel 2. Rincian Tugas Perkembangan dalam Tataran Internalisasi Tujuan.........16

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bimbingan dan konseling di sekolah diselenggarakan untuk memfasilitasi


perkembangan peserta didik (konseli) agar mampu mengaktualisasikan
potensi dirinya atau mencapai perkembangan secara optimal. Fasilitasi
dimaksudkan sebagai upaya memperlancar proses perkembangan peserta
didik (konseli), karena secara kodrati setiap manusia berpotensi tumbuh dan
berkembang untuk mencapai kemandirian secara optimal.
Bimbingan diartikan sebagai mengarahkan ataupun memberikan nasehat dan
pendampingan titik bimbingan dalam arti luas berada dalam bentuk
pendidikan yang berupa asah, asih, dan asuh oleh orang tua kepada anak-
anak, kakak kepada adiknya, demikian juga guru terhadap muridnya baik
dalam situasi instruksional maupun situasi yang lain (Melik, 2017).
Menurut Wardati (2011) bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada
individu agar mampu memahami dan menerima diri dan lingkungannya,
mengarahkan diri dan menyesuaikan diri secara positif terhadap tuntunan
norma kehidupan sehingga mencapai kehidupan yang bermakna. Bimbingan
adalah suatu proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang ahli
kepada seorang individu atau kelompok dengan tujuan agar setiap individu
tersebut dapat memahami dirinya sendiri, mengenal lingkungan dan
merencanakan masa depannya.
Menurut Gibson dalam Melik (2017), konseling merupakan proses
menolong individu Dalam menyelesaikan masalahnya sedangkan menurut
Sukardi dalam Melik (2017), konseling ialah proses interaksi dua orang yaitu
antara guru dan siswa untuk membantu mengatasi permasalahannya yang
didasari Kompetensi profesional dan terintegrasi dengan proses pendidikan.
Konseling adalah hubungan antara dua orang yaitu konselor dengan klien,
yang bertujuan untuk memberi bantuan untuk menyelesaikann masalah yang
dihadapi oleh klien.

1
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bimbingan dan konseling
adalah suatu layanan bantuan yang dilakukan seorang konselor kepada klien
atau peserta didik, agar klien dapat memahami dirinya sendiri, mengambil
keputusan, memahami potensi yang dimilikinya, mengetahui cara
mengembangkan potensi yang dimilikinya itu serta selalu bertanggung jawab
atas setiap keputusan yang diambilnya.
Pada umur-umur tertentu seseorang dapat dengan lebih cepat dan mudah
memperoleh kecekatan dalam memperolek ketrampilan-ketrampilan tertentu
dalam mempelajari pola pola tingkah laku tertentu. Dalam keseluruhan proses
hidupnya individu akan berusaha melakukan tugas perkembangan agar dia
menemukan kebahagiaan dalam kehidupan bermasyarakat. Tiap fase
pertumbuhan perkembangan memiliki tugas perkembangan sendiri. Tugas ini
timbul pada suatu periode tertentu dalam kehidupan individu. Keberhasilan
dalam mencapai tugas itu dapat membawa kebahagiaan dan berhasil dalam
tugas berikutnya.
Dalam mengembangkan tugas-tugas perkembangan, sekolah mempunyai
peranan yang berarti bagi perkembangan kepribadian anak. Sekolah
mempunyai tanggung jawab penting dalam membantu para siswa untuk
mencapai tugas perkembangannya.
Sedangkan bila gagal dalam mencapai tugas itu akan membawa ketidak
bahagiaan dan kekecewaan dalam masyarakat serta menemui kesulitan dalam
tugas berikutnya. Tentu saja bentuk utama tugas perkembangan berakar pada
pembentukan organ biologis yang kelak berkembang karena pengaruh faktor
biologis-psikologis-sosiologis. Kekuatan dari dalam (biologis) dan kekuatan
luar (psikologis-sosiologis) menempatkan individu kepada serangkaian tugas
perkembangan yang harus dipenuhi agar menjadi manusia yang berhasil.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dalam makalah ini kami akan
memaparkan mengenai tugas-tugas perekembangan yang meliputi pengertian
dan sumber tugas perekembangan, tugas-tugas perkembangan pada setiap
fase dan peran sekolah dalam mengembangkan tugas perkembangan, guna

2
memberikan pemahaman yang lebih mendalam bagi para guru selaku
pendidik maupun bagi pembaca pada umumnya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, tugas


perkembangan & keterkaitan tugas perkembangan dengan SKKPD diperoleh
lima permasalahan, yaitu sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan tugas-tugas perkembangan?
2. Apa saja yang menjadi sumber dari tugas-tugas perkembangan?
3. Bagimana tugas perkembangan pada setiap fase/periode perkembangan?
4. Bagaimana peran sekolah dalam mengembangkan tugas-tugas
perkembangan?
5. Bagaimana keterkaitan tugas perkembangan dengan Standar Kompetensi
Kemandirian Peserta Didik (SKKPD)?

C. Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan dalam makalah ini adalah library


research. yang mana kami mencari literatur-literatur yang relevan dengan
materi yang kami paparkan dalam makalah ini.

D. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian dari tugas-tugas perkembangan.


2. Untuk mengetahui sumber tugas-tugas perkembangan.
3. Untuk mengetahui tugas perkembangan pada setiap fase/periode
perkembangan.
4. Untuk mengetahui peran sekolah dalam mengembangkan tugas-tugas
perkembangan.
5. Untuk mengetahui keterkaitan tugas perkembangan dengan Standar
Kompetensi Kemandirian Peserta Didik (SKKPD).

3
E. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:


1. Bagi penulis, sebagai salah satu bentuk penyelesaian tugas kuliah.
2. Bagi pembaca, dapat sebagai referensi dan bahan bacaan mengenai tugas
perkembangan dan keterkaitan tugas perkembangan dengan SKKPD.
3. Sebagai sumber dan bahan masukan bagi penulis lain untuk menggali
lebih dalam mengenai tugas perkembangan dan keterkaitan tugas
perkembangan dengan SKKPD.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tugas Perkembangan

Tugas perkembangan merupakan suatu tugas yang muncul pada periode


tertentu dalam rentang kehidupan individu, yang apabila tugas itu dapat
berhasil dituntaskan akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalam
menuntaskan tugas berikutnya, sementara apabila gagal maka akan
menyebabkan ketidakbahagiaan pada diri individu yang bersangkutan,
menimbulkan penolakan masyarakat dan kesulitan dalam menuntaskan tugas
berikutnya (Yusuf 1992:3). Pendapat lain mengenai tugas perkembangan
dikemukakan oleh Elizabeth B. Hurlock (1978) tugas perkembangan yaitu
belajar menyesuaikan diri terhadap pola - pola hidup baru, belajar untuk
memiliki cita - cita yang tinggi, mencari identitas diri dan pada usia
kematangannya mulai belajar memantapkan identitas diri. Kemudian
Havighurst (1953) juga mengemukakan bahwa perjalanan hidup seseorang
ditandai oleh adanya tugas-tugas yang harus dipenuhi. Secara garis besar
Havighurst menengaskan bahwa tugas-tugas perkembangan yang dilakukan
seseorang pada masa kehidupan tertentu adalah disesuaikan dengan norma-
norma sosial serta norma-norma kebudayaan.Tugas-tugas perkembangan
dituntut adanya korelasi antara potensi diri dan pendidikan yang diterima
anak, serta norma-norma sosial budaya yang ada.
Dari pengertian beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa pengertian
tugas perkembangan adalah suatu perjalanan hidup seseorang terhadap pola-
pola baru dalam hidupnya untuk belajar agar memiliki cita-cita yang tinggi
yang bersumber dari dalam diri sendiri untuk menemukan identitas dirinya,
yang prosesnya berlangsung secara kontinyu dan disesuaikan dengan norma-
norma sosial serta kebudayaan yang berlaku. Jadi tugas perkembangan adalah
tugas-tugas yang harus diselesaikan individu pada fase-fase atau periode
kehidupan tertentu, dan apabila berhasil mencapainya mereka akan
berbahagia, tetapi sebaliknya apabila mereka gagal akan kecewa dan dicela

5
orang tua atau masyarakat dan perkembangan selanjutnya juga akan
mengalami kesulitan. Tugas-tugas perkembangan adalah sebuah hal yang
harus dilakukan oleh individu yang mana menuntut keberhasilan dalam
melaksanakan tugas tersebut agar tercapai kata kebahagiaan atau kepuasan
batin oleh individu, yang berkaitan dengan sikap, perilaku, dan ketrampilan
yang dimiliki oleh individu sesuai dengan jenjang usia individu tersebut.
Tugas-tugas perkembangan memiliki tiga tujuan, yaitu sebagai berikut :
1. Sebagai petunjuk bagi individu untuk mengetahui apa yang diharapkan
masyarakat dari mereka pada usia-usia tertentu.
2. Memberikan motivasi kepada setiap individu untuk melakukan apa yang
diharapkan oleh kelompok sosial pada usia tertentu sepanjang
kehidupannya.
3. Menunjukkan kepada setiap individu tentang apa yang akan mereka
hadapi dan tindakan apa yang diharapkan dari mereka jika nantinya akan
memasuki tingkat perkembangan berikutnya.
Tugas-tugas perkembangan adakalanya yang dapat diselesaikan dengan
baik, ada juga yang mengalami hambatan. Tidak dapat diselesaikannya
dengan baik suatu tugas yang dilakukan oleh individu dapat menjadi suatu
bahaya potensial. Setidaknya ada tiga macam bahaya potensial yang menjadi
penghambat penyelesaian tugas perkembangan, yaitu :
1. Harapan-harapan kurang tepat, baik individu maupun lingkungan sosial
mengharapkan perilaku di luar kemampuan fisik maupun psikologis.
2. Melangkahi tahap-tahap tertentu dalam perkembangan sebagai akibat
kegagalan menguasai tugas-tugas tertentu.
3. Adanya krisis yang dialami individu karena melewati satu tingkatan ke
tingkatan yang lain.

B. Tugas-Tugas Perkembangan Pada Setiap Fase Perkembangan

Menurut Havighurst, tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang


harus diselesaikan individu pada fase-fase atau periode kehidupan tertentu;
dan apabila berhasil mencapainya mereka akan berbahagia, tetapi sebaliknya

6
apabila mereka gagal akan kecewa dan dicela orang tua atau masyarakat dan
perkembangan selanjutnya juga akan mengalami kesulitan.
Adapun yang menjadi sumber dari pada tugas-tugas perkembangan
tersebut menurut Havighurst (1961) dalam Kayyis F. A (2019) adalah
Kematangan pisik, tuntutan masyarakat atau budaya dan nilai-nilai dan
aspirasi individu. Pembagian tugas-tugas perkembangan untuk masing-
masing fase dari sejak masa bayi sampai usia lanjut dikemukakan oleh
Havighurst sebagai berikut:
1. Masa bayi dan anak-anak (0,0-6,0 tahun)
a. Belajar berjalan
b. Belajar mekan makanan padat
c. Belajar berbicara
d. Belajar mengendalikan pembuangan kotoran tubuh
e. Mencapai stabilitas fisiologik
f. Membentuk pengertian sederhana tentang realitas fisik dan sosial
g. Belajar kontak perasaan dengan orang tua, keluarga, dan orang lain
h. Belajar mengetahui mana yang benar dan yang salah serta
mengembangkan kata hati
2. Masa Anak Sekolah (6,0-12,0 tahun)
a. Belajar ketangkasan fisik untuk bermain
b. Pembentukan sikap yang sehat terhadap diri sendiri sebagai
organism yang sedang tumbuh
c. Belajar bergaul yang bersahabat dengan anak-anak sebaya
d. Belajar peranan jenis kelamin
e. Mengembangkan dasar-dasar kecakapan membaca, menulis, dan
berhitung
f. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan guna
keperluan kehidupan sehari-hari
g. Mengembangkan kata hati moralitas dan skala nilai-nilai
h. Belajar membebaskan ketergantungan diri

7
i. Mengembangkan sikap sehat terhadap kelompok dan lembaga
lembaga
3. Masa Remaja (13-18 tahun)
a. Menerima keadaan jasmaniah dan menggunakannya secara efektif
b. Menerima peranan sosial jenis kelamin sebagai pria/wanita
c. Menginginkan dan mencapai perilaku social yang bertanggung
jawab social
d. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa
lainnya
e. Belajar bergaul dengan kelompok anak-anak wanita dan anak-anak
laki-laki
f. Perkembangan skala nilai
g. Secara sadar mengembangkan gambaran dunia yang lebih adekwat
h. Persiapan mandiri secara ekonomi
i. Pemilihan dan latihan jabatan
j. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga
4. Masa Dewasa Awal (20-40 tahun)
a. Mulai bekerja
b. Memilih pasangan hidup
c. Belajar hidup dengan suami/istri
d. Mulai membentuk keluarga
e. Mengasuh anak
f. Mengelola/mengemudikan rumah tangga
g. Menerima/mengambil tanggung jawab warga Negara
h. Menemukan kelompok sosial yang menyenangkan
5. Masa Usia Madya/Masa Dewasa Madya (40-60 tahun)
a. Menerima dan menyesuaikan diri terhadap perubahan fisik dan
fisiologis
b. Menghubungkan diri sendiri dengan pasangan hidup sebagai
individu

8
c. Membantu anak-anak remaja belajar menjadi orang dewasa yang
bertanggung jawab dan berbahagia
d. Mencapai dan mempertahankan prestasi yang memuaskan dalam
karir pekerjaan
e. Mengembangkan kegiatan-kegiatan pengisi waktu senggang yang
dewasa
f. Mencapai tanggung jawab sosial dan warga Negara secara penuh.

C. Peranan Sekolah dalam Mengembangkan Tugas-Tugas Perkembangan


Menurut pendapat Mortensen dan Schemuller (dalam Soetjipto dan
Kosasi, 2009: 64) menyatakan bahwa kegiatan pelaksanaan bimbingan dan
konseling dilakukan melalui layanan secara khusus terhadap semua peserta
didik agar dapat mengembangkan dan memanfaatkan kemampuannya secara
penuh. Oleh karena itu, kegiaan bimbinan dan konseling tidak dapat
dipisahkan dengan kegiatan sekolah.
Pada intinya, tugas-tugas perkembangan siswa terdiri dari 3 kajian
utama :
1. Hubungan sosial
Upaya yang dilakukan sekolah dalam membantu siswa mencapai
perannya dalam hubungan sosial diantaranya :
a. Memberi pengajaran atau bimbingan tentang keterampilan sosial.
b. Emmberi kesempatan pada siswa untuk aktif dalam kegiatan-
kegiatan kelompok.
c. Mengajak siswa hidup demokratis atau pertemanan secara sehat.
d. Siswa diajak berdiskusi mengenai peranan sosial pria atau wanita
dalam masyarakat.
e. Menugaskan siswa untuk menangati kehidupan sosial.
2. Pencapaian kematangan pribadi
Beberapa upaya yang dilakukan sekolah dalam mencapai
perkembangan kematangan pribadi antara lain :
a. Membantu siswa mengembangkan sikap apresiatif dirinya.

9
b. Menyediakan fasilitas bagi kegiatan siswa.
c. Memberikan bimbingan kepada siswa dalam memecahkan suatu
masalah dan mengambil keputusan.
d. Membantu siswa mengembangkan rasa percaya diri.
e. Mengembangkan sikap positif siswa terhadap dunia kerja.
3. Pemantapan keimanan pada Tuhan yang Maha Esa
Beberapa upaya sekolah dalam mengembangkan ketakwaan dan
keimanan siswa kepada Tuhan yang Maha Esa diantaranya :
a. Pemimpin (kepala sekolah dan para wakilnya), dewan guru maupun
personil sekolah lainnya harus sama-sama mempunyai kepedulian
terhadap program pendidikan agama atau penanaman nilai-nilai
agama disekolah.
b. Guru agama hendaknya memiliki kepribadian yang mantap (akhlakul
karimah), pemahaman dan keterampilan profesional, serta
kemampuan dalam mengemas materi pembelajaran.
c. Guru-guru menyisipkan nilai-nilai agama kedalam mata pelajaran
yang diajarkannya.
d. Sekolah menyediakan sarana ibadah yang memadai.
e. Sekolah menyediakan kegiatan ekstrakurikuler kerohanian, seperti
pesantren kilat, ceramah-ceramah keagamaan atau diskusi-diskusi
keagamaan secara rutin.
f. Bekerjasama dengan orang tua dalam membimbing keimanan.

D. Karakteristik Peserta Didik

Seorang guru dalam membuat sebuah perencanaan pembelajaran perlu


meamhami tentang karakteristik dan kemampuan awal peserta didiknya.
Menurut Atwi Suparman (2001) dalam Ahmad Taufik (2019) mengatakan
karakteristik peserta didik diartikan sebagai ciri dari kulalitas perorangan
peserta didik yang ada pada umumnya meliputi diantaranya adalah
kemampuan akademik, usia, dan tingkat kedewasaan, motivasi terhadap mata

10
pelajaran, pengalaman, keterampilan, psikomotorik, kemampuan kerjasama,
serta kemampuan social.
Selain pengertian diatas, terdapat juga karakteristik khusus yang disebut
dengan non konvesional yang diantaranya kelompok minoritas (suku), cacat,
serta tingkat kedewasaan. Hal ini berpengaruh pada penggunaan bahasa,
penghargaan atau pengakuan, perlakuan khusus, dan metode strategi dalam
proses pengajaran.
Ada dua karakteristik kemampuan awal perserta didik yang perlu
dipahami oleh seorang guru diantaranya:
1. Latar belakang akademis
a. Jumlah peserta didik
Guru perlu mengetahui jumlah peserta didik yang akan diajar untuk
mengetahui apakah mengajar pada kelas kecil atau pada kelas besar.
Peahaman guru terhadap jumlah peserta didik akan mempengaruhi
persiapan guru dalam menentukan materi, metode, media, waktu serta
evaluasi yang akan dilaksanakan nantinya. Untuk itu guru hendaklah
mengetahui jumlah peserta didik dengan mengkoordinasikannya
dengan bidang akademik.
b. Latar belakang peserta didik
Guru hendaklah memahami latar belakang peserta didik seperti latar
belakang keluarga, ekonomi, tingkat hobi dan banyak lagi, hal ini
dapat berpengaruh pada proses perumusan perencanaan system
pembelajaran. Untuk memperoleh data tersebut guru dapat meminta
peserta didik untuk mengisi biodata latar belakang.
c. Indeks prestasi
Indeks prestasi peserta didik penting untuk diketahui oleh guru agar
materi yang diberikan sesuai dengan kemampuan:
1) Dapat disesuikan dengan tingkat prestasi yang mereka miliki
2) Bahkan peserta didik yang memiliki tingkat prestasi yang
homogen dapat ditempatkan pada kelas yang sama.

11
3) Guru dapat mempertimbangkan tngkat keluasan dan kedalam
materi yang akan disampaikan dengan prestasi yang dimiliki
peserta didik.
Untuk mengetahuinya guru dapat melihat melalui nilai raport
sebelumnya atau seleksi kemampuan awal peserta didik yang
diselenggarakan lembaga.
d. Tingkat intelegensi
Dengan memahami tingkat intelegensi peserta didik juga dapat
mengukur dan memprediksi:
1) Tingkat kemampuan mereka dalam menerima materi
pembelajaran
2) Mengukur tingkat kedalaman dan keluasan materi
3) Bahkan dengan memahami tingkat intelegensi peserta didik guru
dapat menyusun materi, metode, media, serta tingkat kesulitan
evaluasi terhadap tingkat intelegensi peserta didik.
Tingkat intelegensi peserta didik dapat diperoleh melalui tes
intelegensi peserta didik atau tes potensi peserta didik.
e. Keterampilan membaca
Keterampilan membaca merupakan salah satu kecakapan yang harus
dimiliki oleh seorang peserta didik. Hal ini menyangkut tentang
kemampuan peserta didik dalam menyimpulkan secara cepat dan
akurat tentang bahan bacaan yang mereka baca. Untuk mengetahui
hal ini guru dapat melakukan sebuah tes membaca dan
menyimpulkan bahan bacaan dalam rentang waktu yang telah
ditentukan.
f. Nilai ujian
Nilai ujian juga dapat dijadikan sebagai acuan dalam memahami
karakteristik awal peserta didik. Untuk memperoleh nilai ujian
peserta didik perlu dilakukan uuntuk mengukur kemampuan awal
peserta didik terhadap mata pelajaran yang diampu oleh guru yang
bersangkutan.

12
g. Kebiasaan belajar/gaya belajar
Aspek lain yang perlu diperhatikan oleh guru dalam proses
pembelajaran adalah memahami gaya belajar peserta didik atau
disebut juga dengan learning style. Gaya belajar mengacu pada cara
belajar yang lebih disukai oleh peserta didik. Dalam proses
pembelajaran, banyak para peserta didik yang mengikuti belajar pada
mata pelajaran tertentu, diajar dengan menggunakan strategi yang
sama, akan tetapi mempunyai tingkat pemahaman yang berbeda-
beda. Perbedaan ini tidak hanya disebabkan oleh tingkat kecerdasan
peserta didik yang berbeda-beda, akan tetapi ditentukan oleh cara
belajar yang dimiliki oleh masing-masing peserta didik. Seorang
peserta didik yang senang membaca, kurang terbiasa belajar dengan
baik jika dia harus mendengarkan ceramah atau diskusi. Demikian
juga, peserta didik yang senang bergerak atau melalui berdiskusi
tidak akan belajar dengan baik jika dia harus mendengarkan ceramah
dari para guru. Lebih lanjut, gaya belajar atau learning style sering
diartikan sebagai karakteristik dan preferensi atau pilihan peserta
didik mengenai cara mengumpulkan informasi, menafsirkan,
mengorganisir, merespon, dan memikirkan informasi tersebut
menurut Hisyam Zaini, (2002) dalam Ahmad Taufik (2019).
Keanekaragaman gaya belajar peserta didik perlu diketahui oleh para
guru pada awal belajar. Sehingga guru memiliki dasar dalam
menentukan pendekatan dan media pembelajaran sangat ditentukan
oleh kesesuaian antara pendekatan pembelajaran berdasarkan tingkat
perkembangan psikologis dengan gaya belajar yang disukai oleh para
peserta didik. Adapun prinsip efektivitas pembelajaran adalah
kesesuaian pendekatan mengajar seorang guru dengan gaya belajar
peserta didik.
h. Minat belajar
Minat belajar juga dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam
memahami karakteristik peserta didik. Hal ini dilakukan agar guru

13
dapat memprediksi atau melihat tingkat antusias peserta didik
terhadap pembelajaran yang disampaikan. Oleh sebab itu guru perlu
melakukan wawancara atau pengisian angket, agar dapat merangkum
seluruh penilaian yang mencerminkan tentang minat peserta didik
terhadap mata pelajaran yang akan disampaikan.
i. Harapan atau keinginan peserta didik
Harapan atau keinginan peserta didik terhadap mata pelajaran yang
akan diberikan juga bisa dijadikan sebagai patokan guru dalam
memahami karakteristik peserta didik. Hal ini dapat dilakukan
dengan meminta peserta didik untuk mengemukakan pendapatnya
tentang harapan mereka terhadap mata pelajaran yang akan diberikan,
suasana yang diinginkan, serta tujuan yang ingin diperoleh dari mata
pelajaran yang disajikan.
j. Lapangan kerja yang diinginkan
Hal ini yang dapat dilakukan dengan pengisian angket. Sehingga
berdasarkan informasi ini seorang guru dapat memberikan bimbingan
dan motivasi terhadap peserta didik dalam upaya pencapaian cita-cita
mereka inginkan menurut Kemp, (1998) dalam Ahmad Taufik
(2019).

E. Keterkaitan Tugas Perkembangan dengan Standar Kompetensi


Kemandirian Peserta Didik (SKKPD)
Tugas perkembangan peserta didik/konseli yang telah teridentifikasi
sebelumnya perlu dikembangkan lebih lanjut dalam bentuk standar
kompetensi. Dalam layanan bimbingan dan konseling, standar kompetensi
tersebut dikenal dengan istilah Standar Kompetensi Kemandirian Peserta
Didik (SKKPD). Berbagai aspek perkembangan yang terdapat dalam SKKPD
pada dasarnya dirujuk dari tugas perkembangan yang akan dicapai oleh
peserta didik/konseli dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) tingkat Satuan
Pendidikan SD. Keterkaitan tugas perkembangan dan aspek perkembangan
yang terdapat dalam SKKPD dapat digambarkan pada tabel berikut.

14
Tabel 1. Hubungan Tugas Perkembangan dengan Aspek Perkembangan
dalam SKKPD

Aspek Perkembangan
No. Tugas Perkembangan
SKKPD
Memiliki kebiasaan dan sikap dalam
1 beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Landasan Hidup Religius
Yang Maha Esa;
Mengembangkan kata hati, moral, dan
2 dan nilai-nilai sebagai pedoman Landasan Perilaku Etis
perilaku;
Membangun hidup yang sehat
3 Kematangan Emosi
mengenai diri sendiri dan lingkungan;
Mengembangkan ketrampilan dasar
4 dalam membaca, menulis, dan Kematangan Intelektual
berhitung;
Memilih sikap hidup terhadap Kesadaran Tanggung
5
kelompok dan lembaga-lembaga sosial; Jawab Sosial
Belajar menjalani peran sosial sesuai
6 Kesadaran Gender
dengan jenis kelamin;
Mempelajari keterampilan fisik
7 Pengembangan Pribadi
sederhana;
Perilaku Kewirausahaan/
8 Belajar menjadi Pribadi yang mandiri; Kemandirian Perilaku
Ekonomis
Mengembangkan konsep-konsep hidup Wawasan dan Kesiapan
9
yang perlu dalam kehidupan; Karir
Belajar bergaul dan bekerja dalam Kematangan Hubungan
10
kelompok sebaya. dengan Teman Sebaya

Aspek-aspek perkembangan dalam SKKPD selanjutnya menjadi


rumusan kompetensi yang dirujuk oleh guru bimbingan dan konseling atau
konselor dalam mempersiapkan rancangan pelaksanaan dari berbagai
kegiatan layanan bimbingan dan konseling. Rumusan kompetensi tersebut
dikembangkan lebih rinci menjadi tugas-tugas perkembangan yang harus

15
dicapai oleh peserta didik/konseli dalam berbagai tataran internalisasi tujuan,
yaitu pengenalan, akomodasi, dan tindakan. Yang dimaksud dengan tataran
internalisasi tujuan, yaitu: 1) pengenalan, untuk membangun pengetahuan dan
pemahaman peserta didik/konseli terhadap perilaku atau standar kompetensi
yang harus dipelajari dan dikuasai; 2) akomodasi, untuk membangun
pemaknaan, internalisasi, dan menjadikan perilaku atau kompetensi baru
sebagai bagian dari kemampuan dirinya; dan 3) tindakan, yaitu mendorong
peserta didik/konseli untuk mewujudkan perilaku dan kompetensi baru itu
dalam tindakan nyata sehari-hari. Rincian tugas-tugas perkembangan tersebut
sebagaimana terdeskripsi dalam Tabel berikut ini.

Tabel 2. Rincian Tugas Perkembangan dalam Tataran Internalisasi


Tujuan

Rincian Tugas
Aspek Perkembangan
Perkembangan dalam Tataran
Internalisasi Tujuan
Pengenalan Akomodasi Tindakan
Mempelajari hal Mengembangkan Melaksanakan
ihwal ibadah pemikiran ibadah atas
Landasan
tentang keyakinan
hidup religius
kehidupan sendiri disertai
beragama sikap toleransi
Mengenal Menghargai Berperilaku atas
keragaman sumber keragaman dasar keputusan
Landasan norma yang berlaku sumber norma yang
Perilaku Etis di masyarakat. sebagai rujukan mempertimbang
pengambilan kan aspek-aspek
keputusan. etis.
Mempelajari cara- Bersikap toleran Mengekpresika
cara menghindari terhadap ragam n perasaan
konflik dengan ekspresi perasaan dalam cara-cara
Kematangan orang lain. diri sendiri dan yang bebas,
Emosi orang lain. terbuka dan
tidak
menimbulkan
konflik.

16
Mempelajari cara- Menyadariakan Mengambil
cara Pengambilan keragaman keputusan dan
keputusan Dan alternatif pemecahan
Kematangan
pemecahan masalah keputusan dan masalah atas
Intelektual
secara objektif. konsekuensi yang dasar informasi/
dihadapinya. data secara
objektif
Mempelajari Menyadari nilai- Berinteraksi
keragaman interaksi nilai dengan orang
Kesadaran sosial. persahabatan dan lain atas dasar
Tanggung keharmonisan kesamaan
Jawab Sosial dalam konteks (equality)
keragaman
interaksi sosial.
Mempelajari Menghargai Berkolaborasi
perilaku kolaborasi keragaman peran secara harmonis
antar jenis dalam laki-laki atau dengan lain
Kesadaran ragam kehidupan perempuan jenis dalam
Gender sebagai aset keragaman
kolaborasi dan peran.
keharmonisan
hidup
Mempelajari Menerima Menampilkan
keunikan diri dalam keunikan diri keunikan diri
Pengembanga
konteks kehidupan dengan segala secara harmonis
n Pribadi
sosial. kelebihan dan dalam
kekurangannya. keragaman.
Mempelajari Menerima nilai- Menampilkan
strategi dan peluang nilai hidup hidup hemat,
Perilaku untuk berperilaku hemat, ulet, ulet, sungguh-
Kewirausahaan hemat, ulet, sungguh- sungguh, dan
(Kemandirian sungguh-sungguh, sungguh, dan kompetitif atas
Perilaku dan kompetitif kompetettif dasar kesadaran
Ekonomis) dalam keragaman sebagai aset sendiri.
kehidupan. untuk mencapai
hidup mandiri.
Wawasan dan Mempelajari Internalisasi Mengembangka
Kesiapan Karir kemampuan diri, nilai-nilai yang alternatif
peluang dan ragam melandasi perencanaan
pekerjaan , pertimbangan karir dengan
pendidikan dan pemilihan mempertimbang

17
aktifitas yang alternatif karir. kan kemampuan
terfokus pada peluang dan
pengembangan ragam karir.
alternatif karir yang
lebih terarah.
Mempelajari cara- Menghargai nilai- Mempererat
cara membina nilai kerjasama jalinan
Kematangan kerjasama dan dan toleransi. persahabatan
Hubungan toleransi dalam sebagai dasar yang lebih
dengan Teman pergaulan dengan untuk menjalin akrab dengan
Sebaya teman sebaya. persahabatan memperhatikan
dengan teman norma yang
sebaya berlaku.

Memperhatikan Tabel tersebut dan dikaitkan dengan penyusunan


Rencana Pelaksanaan Layanan (RPL) Bimbingan Klasikal maka aspek
perkembangan merupakan Rumusan kompetensi, tahap internalisasi berkaitan
dengan perumusan tujuan, dan rincian Tugas perkembangan berkaitan dengan
perumusan topik materi layanan bimbingan klasikal.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Tugas perkembangan adalah suatu perjalanan hidup seseorang terhadap


pola-pola baru dalam hidupnya untuk belajar agar memiliki cita-cita yang
tinggi yang bersumber dari dalam diri sendiri untuk menemukan identitas
dirinya, yang prosesnya berlangsung secara kontinyu dan disesuaikan dengan
norma-norma sosial serta kebudayaan yang berlaku. Pembagian tugas-tugas
perkembangan untuk masing-masing fase dari sejak masa bayi sampai usia
lanjut. Peranan sekolah dalam mengembangkan tugas-tugas perkembangan
siswa diantaranya hubungan sosial, pencapaian kematangan pribadi, dan
Pemantapan keimanan pada Tuhan yang Maha Esa.
Seorang guru dalam membuat sebuah perencanaan pembelajaran perlu
memahami tentang karakteristik dan kemampuan awal peserta didiknya.

18
Karakteristik peserta didik diartikan sebagai ciri dari kulalitas perorangan
peserta didik yang ada pada umumnya meliputi diantaranya adalah
kemampuan akademik, usia, dan tingkat kedewasaan, motivasi terhadap mata
pelajaran, pengalaman, keterampilan, psikomotorik, kemampuan kerjasama,
serta kemampuan social.
Tugas perkembangan peserta didik/konseli yang telah teridentifikasi
sebelumnya perlu dikembangkan lebih lanjut dalam bentuk standar
kompetensi. Dalam layanan bimbingan dan konseling, standar kompetensi
tersebut dikenal dengan istilah Standar Kompetensi Kemandirian Peserta
Didik (SKKPD). Berbagai aspek perkembangan yang terdapat dalam SKKPD
pada dasarnya dirujuk dari tugas perkembangan yang akan dicapai oleh
peserta didik/konseli dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) tingkat Satuan
Pendidikan SD.

B. Saran

Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi kita
semua. Dalam penyusunan makalah ini kami selaku penyusun menyadari
kekurangan dalam pembuatan makalah. Oleh karena itu, kami mengharapkan
kritik dan saran dari para pembaca untuk penyempurnaan pembuatan makalah
ini.

19
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Sudirman. 2015. Management of Student Development. Yayasan


Indragiri.
Kayyis Fithri Ajhuri, M.A. 2019. Psikologi Perkembangan: Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan. Yogyakarta: Penebar Media Pustaka.
Kemendikbud. 2016. Disain Induk Naskah Akademik Penyelenggaraan
Bimbingan dan konseling. Kemendikbud.
Rahmat, Pupu Saeful. 2018. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta Timur : PT
Bumi Aksara.
Soetjipto & Kosasi Raflis. 2009. Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta.
Susanto, A. 2018. Bimbingan dan konseling di sekolah: konsep, teori, dan
aplikasinya. Jakarta: Prenadamedia Group.
Taufik, Ahmad. 2019. Analisis Karakteristik Peserta Didik. Lubuklinggau: STAI
Bumi Silampari. https://media.neliti.com/media/publications/294823-
analisis-karakteristik-peserta-didik-08bec5c4.pdf Diakses pada tanggal
25 Agustus 2021 pukul 13:00 WITA.
Wardati dan M. Jauhar. 2011. Implementasi Bimbingan dan Konseling Di
Sekolah. Jakarta: Prestasi Pustakarya.
Yusuf, S. 2016. Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.

20
LAMPIRAN

Berikut ini dilampirkan link video presentasi kelompok 5 :


https://youtu.be/p4UFph5Ui0E

21

Anda mungkin juga menyukai