NIM : 2230111721744
A. PLANNING MATRIX
a. Pengertian
Planning matrix merupakan dokumen bantu untuk menentukan prioritas layanan bagi
ABK. Planning matrix akan berfungsi efektif ketika data asesmen anak sudah lengkap pada
setiap aspek akademik dan aspek non akademik. Planning matrix merupakan peta kondisi
yang menggambarkan kondisi setiap anak/siswa. Dari pemetaan ini, ditetapkan skala prioritas
urgensi yang harus segera ditangani. Oleh karena itu, guru akan terbantu untuk menentukan
program layanan yang diberikan terlebih dahulu.
b. Tujuan
1) Menentukan situasi aktual akademik maupun kekhususan sesuai hasil asesmen
2) Menganalisis dampak masing – masing aspek kondisi aktual akademik maupun
kekhususan
3) Menganalisis strategi layanan yang tepat dan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
khusus ABK baik akademik maupun kekhususan
c. Fungsi
1) Memudahkan guru dalam menetapkan kemampuan awal
2) Membantu guru membuat mapping kondisi ABK secara komprehensif
3) Memudahkan guru menetapkan skala prioritas layanan kekhususan yang harus dilakukan
d. Prosedur pengembangan planning matrix
1) Mengklasifikasikan hasil asesmen berdasarkan aspek.
2) Menuliskan hasil temuan kondisi karakteristik ABK pada tabel.
3) Menganalisis dampak temuan kondisi ABK dan ditulis pada tabel.
4) Menganalisis strategi layanan pada setiap temuan dan tulis pada tabel.
5) Menganalisis skala prioritas layanan berdasarkan berat ringannya dampak yang telah
ditulis pada tabel.
B. MODIFIKASI KURIKULUM
Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia
Nomor 56/M/2022 tentang Pedoman Penerapan Kurikulum dalam Rangka Pemulihan Kurikulum
menyebutkan bahwa kurikulum untuk ABK dapat dimodifikasi. Khusus pada sekolah inklusif,
kurikulum dijabarkan sebagai berikut :
a. Kurikulum standar Nasional
b. Kurikulum akomodatif dibawah standar nasional
c. Kurikulum akomodatif diatas standar nasional
Kurikulum yang digunakan dalam penyelenggaraan program inklusif merupakan bentuk
kurikulum reguler yang berlaku di sekolah umum. Disebabkan oleh adanya keragaraman
hambatan peserta didik yang sangat bervariasi mulai dari ringan hingga berat, penerapan
kurikulum pada pendidikan inklusif perlu dilakukan modifikasi sedemikian rupa sehingga sesuai
dengan kebutuan peserta didik. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan yakni:
a. Model Eskalasi
Esklarasi diartikan sebagai peningkatan kualifikasi materi secara vertikal dan horizontal
sesuai dengan potensi peserta didik cerdas dan/atau bakat istimewa. Model esklarasi bertujuan
agar peserta didik cerdas dan/atau bakat istimewa dapat berkembang dengan optimal.
b. Model Duplikasi
Duplikasi kurikulum diartikan sebagai meniru dan menggandakan kurikulum untuk ABK
yang sam dengan kurikulum peserta didik reguler. Model duplikasi ini dapat diterapkan pada
empat komponen utama kurikulum yakni tujuan, isi, proses dan evaluasi.
c. Model Modifikasi
Modifikasi kurikulum diartikan sebagai merubah kurikulum yang digunakan peserta didik
reguler menyesuaikan kemampuan ABK. Model modifikasi ini dapat diterapkan pada empat
komponen utama kurikulum yakni tujuan, isi, proses dan evaluasi.
d. Model Substutusi
Model Substitusi diartikan sebagai mengganti aspek dalam kurikulum peserta didik
reguler dengan sesuatu yang sesuai dengan kebutuhan ABK.
e. Model Omisi
Benner, S. M., & Grim, J. (2012). Assessment of young children with special needs: A
context-based approach. New York: Routledge.
Garnida, D., dkk. (2020). Materi Bimbingan Teknis Pemenuhan Guru Pembimbing
Khusus di Sekolah Inklusi. Jakarta: Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Menengah
dan Pendidikan Khusus.