Anda di halaman 1dari 12

Program Pembelajaran Individual

Pengantar
Program Pembelajaran Individual (PPI) merupakan rencana pembelajaran yang dirancang
untuk satu orang peserta didik berkebutuhan khusus (PDBK). PPI harus merupakan program
yang dinamis artinya sensitif terhadap berbagai perubahan dan kemajuan peserta didik, dan
disusun oleh sebuah tim yang paling tidak terdiri dari orang tua/wali murid, guru kelas, guru
mata pelajaran, guru pendidikan khusus/PLB, dan peserta didik yang bersangkutan yang disusun
secara bersama-sama. Idealnya PPI tersebut disusun oleh tim terdiri dari Kepala Sekolah,
Komite Sekolah, Tenaga ahli dan Profesi terkait, orang tua/wali murid, guru kelas, guru mata
pelajaran dan guru pendidikan khusus/PLB, serta peserta didik yang bersangkutan.

Alternatif Program Pelayanan


Para guru umum, pada umumnya tidak dipersiapkan untuk mengajar peserta didik
berkebutuhan khusus (PDBK), sehingga seringkali mengalami kesulitan ketika berhadapan
dengan PDBK. Beberapa alternatif program pelayanan yang dapat dipilih sesuai dengan
kebutuhan peserta didik di antaranya adalah:

a. Layanan pendidikan penuh,

b. Layanan pendidikan yang dimodifikasi,

c. Layanan pendidikan individualisasi .

Program Tambahan untuk PDBK


Program tambahan yang diperlukan (sesuai kebutuhan)

1. Bimbingan keterampilan khusus sesuai hambatannya dilaksanakan oleh guru kelas,


2. Bimbingan keterampilan khusus sesuai hambatannya dilaksanakan oleh GPK (di kelas/di
luar kelas),

3. Bimbingan akademik di luar kelas (remedial teaching) oleh guru kelas/GPK/ lainnya.

4. Program pengayaan horisontal oleh guru kelas/ GPK

5. Program percepatan belajar oleh guru kelas/bidang studi dengan SKS.

6. Program pengembangan bakat istimewa/ keterampilan vokasional.

7. Program intervensi dengan melibatkan profesi lain.

Merancang Kegiatan Pembelajaran untuk PDBK


Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merancang kegiatan pembelajaran untuk PDBK pada
sekolah penyelenggara pendidikan inklusif antara lain seperti di bawah ini.
a. Menetapkan tujuan.
b. Merencanakan pengelolaan kelas; termasuk mengatur lingkungan fisik dan sosial.

c. Menetapakan dan pengorganisasian bahan/materi; topik apa yang ingin diajarkan


kepada peserta didik.

d. Merencanakan strategi pendekatan kegiatan pembelajaran; bagaimana bentuk


kegiatannya, apakah peserta didik mendapat kesempatan untuk berperan aktif dalam
pembelajaran.

e. Merencanakan prosedur kegiatan pembelajaran; bagaimana bentuk dan urutan


kegiatannya, apakah kegiatan itu sesuai untuk semua peserta didik, dan bagaimana
peserta didik mencatat, mendokumentasikan, dan menampilkan hasil belajarnya.

f. Merencanakan penggunaan sumber dan media belajar; sumber belajar mana yang akan
digunakan, media apa yang sesuai dan tidak membahayakan peserta didik.

g. Merencanakan penilaian; bagaimana cara peserta didik telah menyelesaikan tugasnya


dalam suatu proses pembelajaran, dan apa bentuk tindak lanjut yang diinginkan.

Merencanakan Kegiatan Pembelajaran


Merencanakan kegitan pembelajaran dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif yaitu:

1. melaksanakan pembelajaran yang mengakomodasi kebutuhan semua peserta didik


termasuk peserta didik berkebutuhan khusus (PDBK),
2. memiliki desain pembelajaran yang lebih peka dalam mempertimbangkan keragaman
peserta didik agar pembelajarannya relevan dengan kemampuan dan kebutuhan peserta
didik,

3. melaksanakan asesmen sebelum pelaksanaan pembelajaran yaitu proses pengumpulan


informasi tentang seorang peserta didik yang akan digunakan untuk membuat
pertimbangan dan keputusan yang berhubungan dengan peserta didik tersebut,

4. memiliki rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), satuan pendidikan memiliki


program pembelajaran individual (PPI) yang disusun sesuai dengan kebutuhan peserta
didik,

5. merancang atau menyusun bahan ajar yang disesuaikan dengan keberagaman peseta
didik,

6. mampu menggunakan berbagai pendekatan mengajar yang sesuai dengan kebutuhan


semua peserta didik termasuk peserta didik berkebutuhan khusus,

7. menyediakan layanan program khusus bagi peserta didik yang mempunyai kebutuhan
khusus, termasuk peserta didik yang berkesulitan belajar atau peserta didik yang
memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.
Konsep Program Pembelajaran Individual
Program Pembelajaran Individual (PPI) adalah sebuah rencana pembelajaran yang didesain
untuk memenuhi kebutuhan belajar anak (IDEA, Tahun 1990). PPI merupakan bukti keterlibatan
orang tua dalam mengambil keputusan pendidikan bagi anak mereka (Strickland dan Turnbull
1993). PPI menjadi dokumen yang sangat penting karena tidak hanya bertujuan untuk
memastikan bahwa setiap PDBK mendapatkan program yang sesuai dengan karakteristik unik
mereka. Tetapi juga ketika guru dihadapkan pada orang tua yang memiliki ekspektasi yang tidak
sesuai dengan kondisi anak, maka PPI dapat menjadi dokumen yang membantu guru dalam
penyamaan persepsi bagi orang tua terhadap kemampuan anak saat ini dan target
pembelajaran mereka. Secara sederhana PPI dapat diartikan:

1. PPI merupakan sarana untuk memastikan bahwa PDBK mendapatkan program yang
sesuai kebutuhan dan dievaluasi secara berkala (Bateman 2011)

2. PPI adalah adalah asumsi guru terhadap kemampuan yang mungkin dapat dikuasai oleh
PDBK dalam periode waktu tertentu melalui pembelajaran yang disesuaikan dengan
kebutuhan belajar, potensi, hambatan, dan karakteristik unik PDBK.

3. PPI adalah rencana guru untuk membelajarkan PDBK.

4. PPI adalah rencana tertulis untuk penyediaan layanan bagi PDBK yangdikembangkan dan
dilaksanakan dengan melibatkan orang tua, guru dan ahli dari interdisipliner yang
didasarkan pada kondisi objektif anak (kebutuhan belajar, potensi, hambatan dan
karakteristik unik PDBK) yang dirancang sehingga memungkinkan PDBK untuk
berkembang optimal sesuai kapasitas dan potensinya.

Penyusunan Program Pembelajaran Individual


a. Prinsip-Prinsip PPI

1. Berorientasi pada peserta didik


2. Sesuai potensi dan kebutuhan anak

3. Memperhatikan kecepatan belajar masing-masing

4. Mengejar ketertinggalan dan mengoptimalkan kemampuan

b. Komponen PPI secara garis besar meliputi:


1. Deskripsi singkat kemampuan peserta didik sekarang,
2. Tujuan jangka panjang (umum) dan tujuan jangka pendek (khusus)

3. Rincian layanan pendidikan khusus dan layanan lain yang terkait, termasuk seberapa
besar peserta didik dapat berpartisipasi di kelas reguler

4. Sasaran

5. Metode
6. Ketercapaian sasaran

7. Evaluasi

c. Langkah-Langkah Penyusunan PPI

1. Pelajarilah hasil asesmen peserta didik yang meliputi kemajuan peserta didik, dan
masalah kontekstual yang ada di lingkungan rumah, dan sekolah.
2. Identifikasi potensi dan hambatan peserta didik saat ini.

3. Tetapkan tujuan jangka panjang bagi PDBK yang bersangkutan.

4. Identifikasi dan prioritaskan hasil pembelajaran yang diharapkan dicapai pada akhir
periode PPI.

5. Identifikasi tujuan spesifik, dapat dicapai, dan terukur yang dibangun diatas kekuatan
saat ini dan mencerminkan langkah-langkah pembelajaran selanjutnya untuk mengatasi
area yang membutuhkan pengembangan.

6. Identifikasi kriteria keberhasilan spesifik untuk setiap tujuan.

7. Susun rencana berkelanjutan untuk mendukung pencapaian tujuan, misalnya adaptasi


lingkungan kelas, bahan ajar, dan strategi pengajaran serta pembedaan isi bahan ajar
dan tanggapan yang diharapkan dari peserta didik.

8. Identifikasi strategi untuk mengatasi hambatan apa pun untuk mencapai tujuan.

9. Memperjelas peran dan tanggung jawab untuk memastikan implementasi penuh dari
PPI.

10. Mengevaluasi efektivitas PPI dan meninjau kemajuan sebelum PPI berikutnya.

Pembelajaran Akomodatif
Pengantar
Pengertian akomodasi pembelajaran (Lerner & Kline, 2006) adalah penyesuaian dan
modifikasi program pendidikan untuk memenuhi kebutuhan PDBK. Akomodasi dalam
pembelajaran yang diperuntukkan untuk PDBK tetap mengacu pada dua prinsip pembelajaran.
Jadi akomodasi dapat diartikan sebagai perubahan berupa penyesuaian dan modifikasi yang
dibeikan untuk PDBK sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya.

Pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar. Piaget (dalam Carpendale, Muller,& Bilbok, 2008: 799),
berpendapat bahwa pengetahuan dibangun atas dua proses yakni scheme, proses asimilasi dan
proses akomodasi. Akomodasi adalah proses dimana anak memperluas dan memodifikasi
representasi-representasi mental mereka tentang dunia, pengalaman-pengalaman baru.
Sedangkan Kaufmann dan Hallahan (2006: 57) mengatakan tentang akomodasi, “... changes in
the delivery of instruction, type of student performance, or method of assessment which do not
significantly change the content or conceptual difficulty of the curriculum.” yang bermakna
perubahan dalam metode mengajar, tugas untuk peserta didik, dan metode penilaian yang tidak
merubah secara signifikan konten dan tujuan dalam kurikulum.

Kesiapan Guru untuk Membelajarkan PDBK


Berkenaan dengan kesiapan guru dalam membelajarkan PDBK, Kaufman dan Hallahan (2006: 19)
memberikan poin-poin penting yang baik dilakukan oleh guru, yaitu:

a. Memaksimalkan akomodasi kebutuhan individu peserta didik


b. Evaluasi kemampuan dan ketidakmampuan peserta didik

c. Merujuk pada evaluasi

d. Berpartisipasi dalam pertemuan dengan para ahli

e. Berpartisipasi dalam perancangan program individu

f. Menjalin komunikasi dengan orang tua atau wali

g. Berkolaborasi dengan ahli profesional dalam memaksimalkan kemampuan peserta didik

Aspek yang Diakomodasi


Banyak aspek yang perlu diakomodasi dalam memenuhi kebutuhan PDBK seperti: 1) lingkungan
belajar yang menyenangkan dapat meningkatkan motivasi belajar PDBK, dengan motivasi tinggi
PDBK akan senang untuk belajar dan berusaha untuk memahami materi yang disampaikan, 2)
materi yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan PDBK, 3) penyampaian materi yang
menarik perhatian peserta didik dengan membuat permainan atau kegiatan menyenangkan
lainnya, 4) penyesuaian waktu pembelajaran dan pengerjaan tugas yang disesuaikan dengen
kondisi PDBK.

Contoh Akomodasi bagi PDBK


Berikut adalah contoh akomodasi metode untuk PDBK dengan kondisi lamban belajar menurut
Swason (dalam Pujaningsih, 2010):

1. Bertahap, merupakan suatu proses yang dilakukan dengan beberapa langkah atau
urutan peningkatan

2. Drill, meliputi pengulangan dan praktik.Pembelajaran dalam bentuk drill dilakukan


dengan dilakukan pengulangaan setiap hari, pengulangan dalam latihan, dan pemberian
pembahasan materi secara bertahap.
3. Pembagian materi, materi yang diberikan dalam satu pembelajaran tidak diberikan
secara langsung di awal. Namun, dibagi menjadi beberapa bagian. Materi tersebut
diberikan kepada peserta didik satu persatu sehingga dapat membantu peserta didik
untuk memahami sedikit demi sedikit, pada akhirnya materi itu disatukan dan
digabungkan di akhir menjadi satu kesatuan.

4. Pertanyaan dan jawaban langsung, adalah saat dimana guru bertanya kepada
peserta didik slow learner secara langsung dan peserta didik diminta untuk menjawab
pertanyaan tersebut secara langsung. Pertanyaan langsung yang diberikan guru ke
peserta didik dapat memfokuskan peserta didik untuk tetap memperhatikan materi
pelajaran. Selain itu, guru dapat mengetahui sejauh mana pemahaman peserta didik.

5. Kontrol tingkat kesulitan, dapat dilakukan dengan memperhatikan tingkatan


pengetahuan. Tingkat kesulitan dimulai dari tingkat yang paling mudah, meningkat
menuju tingkat yang lebih sulit.

6. Penggunaan teknologi, guru memberikan pembelajaran dengan menggunakan


media pembelajaran yang ada dengan semaksimal mungkin. Sehingga, dalam
pembelajaran peserta didik terbantu dalam menangkap informasi yang ada.
Teknologi yang dapat digunakan seperti kalkulator, komputer, LCD, OHP, dan lain-
lain.

7. Pemberian contoh pemecahan masalah oleh guru, guru memberikan contoh dan
langkah dalam pemecahan masalah. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan
variasi pembelajaran menggunakan berbagai pendekatan.

8. Pembelajaran pada kelompok kecil, dapat membantu peserta didik untuk lebih
memahami pembelajaran. Tutor sebaya dalam kelompok kecil dapat saling
membantu peserta didik untuk memahami informasi dan memecahkan masalah
yang diberikan. Pembentukan kelompok memungkinkan kerjasama antar peserta
didik dan saling membantu ketika mengalami kesulitan, selain itu pengelompokkan
juga mampu menigkatkan partisipasi peserta didik.

9. Pemberian isyarat-isyarat tertentu, untuk peserta didik yang memiliki kebutuhan


khusus dalam segi fisik, pemberian isyarat-isyarat tertentu menjadi suatu hal pokok
yang tidak boleh dilupakan.

Akomodasi Evaluasi untuk PDBK


Guru memberi bantuan saat anak mengajarkan tugas atau guru memberikan tugas soal
dengan urutan tingkat kesulitan dari yang rendah ke tingkat kesulitan yang lebih tinggi. Hal ini
dilakukan secara bertahap. Pemberian tugas dengan peningkatan urutan tingkat kesulitan dapat
menuntun peserta didik dalam membangun konsep yang matang. Dengan konsep yang matang
diharapkan dapat mengupayakan peserta didik dapat berkembang sesuai dengan
kemampuannya.
Alternatif dalam mengevaluasi PDBK dalam kelas reguler dapat dilakukan dengan cara
berikut:

1. Evaluasi sesuai dengan standar dan dengan cara yang sama dengan peserta didik lain.
2. Evaluasi sesuai dengan standar namun disertai dengan akomodasi tertentu.

3. Evaluasi ini disesuaikan dengan kebutuhan spesifik anak.

4. Evaluasi alternatif dengan standar kesulitan yang sama dengan peserta didik lain.

5. Evaluasi alternatif dengan standar kesulitan yang disesuaikan dengan kemampuan anak.

Akomodasi dalam proses evaluasi dikelompokkan menjadi empat macam, yaitu:


1. Penyampaian soal, guru menyampaikan soal dengan mengulang intruksi, membacakan.
2. Cara menjawab soal, misal: peserta didik tidak harus menuliskan jawaban namun ia dapat
menandai jawaban sesuai di buku.

3. Tempat, misal untuk peserta didik dengan perhatian terbatas, dapat mengikuti ulangan
di ruangan terpisah yang agak sepi.

4. Waktu, pemberian waktu yang lebih banyak dengan jeda untuk istirahat.

Kategori Akomodasi untuk PDBK


Thurlow (2005) mengemukakan akomodasi yang diberikan untuk PDBK dapat dikatagorikan
menjadi :

1. Akomodasi penyajian, termasuk pemberian huruf Braille, membaca keras, reading/re-


reading/clarification of directions, dan sign interpretation.
2. Sarana dan prasarana akomodasi seperti peralatan amplifikasi, audio-/video-kaset,
kalkulator, dan peralatan lainnya.

3. Akomodasi respon, termasuk penggunaan komputer, dokumen, pengecekpengucapan,


dan penulisan di lembar tes.

4. Perencanaan dan waktu akomodasi (termasuk perpanjangan waktu, pengulangan tes, tes
pada waktu peserta didik mampu, dan penggunaan jam istirahat).

5. Akomodasi lingkungan (termasuk administrasi individu, pembagian ruangan,


administrasi kelompok kecil, dan administrasi rumah peserta didik).

Penilaian dan Hasil Belajar


Konsep Dasar Penilaian dan Wvaluasi
Pengukuran, penilaian dan evaluasi adalah tiga istilah dalam evaluasi pendidikan. Ketiga istilah
memiliki signifikan khusus dalam konteks pendidikan, dan meskipun banyak orang cenderung
menggunakan istilah tersebut secara bergantian, ada perbedaan jelas antara ketiganya. Dalam
setiap evaluasi selalu melibatkan pengukuran dan penilaian.

Tujuan, Bentuk dan Laporan Penilaian


Tujuan Penilaian
Berdasar Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia
Nomor 21 Tahun 2022 Tentang Standar Penilaian Pendidikan pada Pendidikan Anak Usia Dini,
Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah disebutkan bahwa penilaian
merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengetahui kebutuhan
belajar dan capaian perkembangan atau hasil belajar peserta didik.

Penilaian hasil belajar peserta didik tersebut dilakukan sesuai dengan tujuan penilaian secara
berkeadilan, objektif, dan edukatif. Yang dimaksud penilaian hasil belajar secara berkeadilan
adalah penilaian yang tidak bias oleh latar belakang, identitas, atau kebutuhan khusus peserta
didik. Penilaian hasil belajar secara objektif merupakan penilaian yang didasarkan pada
informasi faktual atas pencapaian perkembangan atau hasil belajar peserta didik. Selanjutnya,
penilaian hasil belajar secara edukatif merupakan penilaian yang hasilnya digunakan sebagai
umpan balik bagi pendidik, peserta didik, dan orang tua untuk meningkatkan proses
pembelajaran dan hasil belajar.

Perumusan tujuan penilaian diharapkan memperhatikan keselarasan dengan tujuan


pembelajaran yang merujuk pada kurikulum yang digunakan satuan pendidikan. Untuk
pemilihan dan/atau pengembangan instrumen penilaian dilaksanakan oleh Pendidik dengan
mempertimbangkan karakteristik kebutuhan peserta didik dan berdasarkan rencana penilaian
yang termuat dalam perencanaan pembelajaran. Pelaksanaan penilaian sendiri dapat dilakukan
sebelum, pada saat, dan/atau setelah pembelajaran. Sedangkan, untuk pengolahan hasil
penilaiannya dilakukan dengan menganalisis secara kuantitatif dan/atau kualitatif terhadap data
hasil pelaksanaan penilaian yang berupa angka dan/atau deskripsi.

Bentuk Penilaian

a. Penilaian formatif

Dilaksanakan pada pendidikan anak usia dini, jenjang pendidikan dasar, dan jenjang pendidikan
menengah. Bertujuan untuk memantau dan memperbaiki proses pembelajaran serta
mengevaluasi pencapaian tujuan pembelajaran. Dilakukan dengan mengumpulkan informasi
mengenai peserta didik yang mengalami hambatan atau kesulitan belajar dan perkembangan
belajar peserta didik. Informasi tersebut digunakan sebagai umpan balik bagi peserta didik
untuk mengembangkan kemampuan dalam memonitor proses dan kemajuan belajar sebagai
bagian dari keterampilan belajar sepanjang hayat; dan bagi pendidik untuk merefleksikan dan
meningkatkan efektivitas pembelajaran.

b. Penilaian sumatif

dilaksanakan pada jenjang pendidikan dasar dan jenjang pendidikan menengah. Bertujuan
untuk menilai pencapaian hasil belajar peserta didik sebagai dasar penentuan kenaikan kelas
dan kelulusan dari satuan pendidikan. Penilaian pencapaian hasil belajar peserta didik tersebut
dilakukan dengan membandingkan pencapaian hasil belajar peserta didik dengan kriteria
ketercapaian tujuan pembelajaran.

Pelaporan

Pelaporan hasil penilaian dituangkan dalam bentuk laporan kemajuan belajar. Laporan
kemajuan belajar berupa laporan hasil belajar yang disusun berdasarkan pengolahan hasil
penilaian. Laporan hasil belajar paling sedikit memuat informasi mengenai pencapaian hasil
belajar peserta didik. Selain memuat informasi mengenai pencapaian hasil belajar peserta didik,
laporan hasil belajar untuk pendidikan anak usia dini juga memuat informasi mengenai
pertumbuhan dan perkembangan anak. Laporan hasil belajar sebagaimana dimaksud
dituangkan dalam rapor atau bentuk laporan hasil penilaian lainnya.

Teknik Penilaian
Teknik penilaian

 Penilian sikap; Penilaian sikap dimaksudkan sebagai penilaian terhadap perilaku peserta
didik dalam proses pembelajaran yang meliputi sikap spiritual dan sosial.

 Penilaian unjuk kerja; merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati


kegiatan peserta didik ketika melakukan sesuatu.
 Penilaian secara tertulis; dilakukan dengan tes tertulis. Tes Tertulis merupakan tes
dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada peserta didik dalam bentuk tulisan.

 Penilaian projek; merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus
diselesaikan dalam periode/waktu tertentu.

 Penilaian produk; adalah penilaian terhadap keterampilan dalam membuat suatu


produk dan kualitas produk, serta proses pembuatan produk tersebut.

 Penilaian portofolio; merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada


kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam
satu periode tertentu.

 Penilaian diri (self assessment); adalah suatu teknik penilaian, di mana subjek yang
ingin dinilai diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan, status, proses dan
tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu.

Bentuk Instrumen Penilaian Sikap dan Keterampilan


Bentuk Instrumen Penilaian Sikap dan Keterampilan

Instrumen Penilaian Sikap

Penilaian sikap dimaksudkan sebagai penilaian terhadap perilaku peserta didik dalam proses
pembelajaran yang meliputi sikap spiritual dan sosial. Penilaian sikap memiliki karakteristik yang
berbeda dari penilaian pengetahuan dan keterampilan sehingga teknik penilaian yang
digunakan juga berbeda. Dalam hal ini, penilaian sikap lebih ditujukan untuk membina perilaku
dalam rangka pembentukan karakter peserta didik.

a. Sikap Spiritual Kompetensi sikap spiritual (KI-1) yang akan diamati adalah menerima,
menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
b. Sikap Sosial Kompetensi sikap sosial (KI-2) yang akan diamati mencakup perilaku antara
lain: jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi
dengan keluarga, teman, guru, dan tetangga, dan negara. Berikut disajikan skema
Penilaian Sikap.

Instrumen Penilaian Keterampilan

Unjuk kerja yang dapat diamati seperti: bermain peran, memainkan alat musik, bernyanyi,
membaca puisi/deklamasi, menggunakan peralatan laboratorium, dan atau mengoperasikan
suatu alat. Hasil penilaian praktik menggunakan rerata dan/atau nilai optimum.

Instrumen Penilaian Keterampilan-Portofolio


Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan
informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode
tertentu. Informasi perkembangan peserta didik tersebut dapat berupa karya peserta didik (hasil
pekerjaan) dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh peserta didiknya, hasil tes
(bukan nilai), piagam penghargaan atau bentuk informasi lain yang terkait dengan kompetensi
tertentu dalam satu mata pelajaran.

Berdasarkan informasi perkembangan tersebut, guru dan peserta didik sendiri dapat menilai
perkembangan kemampuan peserta didik dan terus melakukan perbaikan. Dengan demikian,
portofolio dapat memperlihatkan perkembangan kemajuan belajar peserta didik melalui karya
peserta didik, antara lain: karangan, puisi, surat, komposisi, musik.

Instrumen Penilaian Keterampilan-Penilaian Diri


Penilaian Diri

Teknik penilaian diri dapat digunakan dalam berbagai aspek penilaian, yang berkaitan dengan
kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam proses pembelajaran di kelas, berkaitan
dengan kompetensi kognitif, misalnya: peserta didik dapat diminta untuk menilai penguasaan
pengetahuan dan keterampilan berpikir sebagai hasil belajar dalam mata pelajaran tertentu,
berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan.

Berkaitan dengan kompetensi afektif, Selanjutnya, peserta didik diminta untuk melakukan
penilaian berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan.

Berkaitan dengan kompetensi psikomotorik, peserta didik dapat diminta untuk menilai
kecakapan atau keterampilan yang telah dikuasainya sebagai hasil belajar berdasarkan kriteria
atau acuan yang telah disiapkan.

Penilaian diri dilakukan berdasarkan kriteria yang jelas dan dengan cara yang objektif. Oleh
karena itu, penilaian diri oleh peserta didik di kelas perlu dilakukan melalui langkah-langkah
sebagai berikut.

1. Menentukan kompetensi atau aspek kemampuan yang akan dinilai.


2. Menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan.

3. Merumuskan format penilaian, dapat berupa pedoman penskoran, daftar tanda cek, atau
skala rentang.

4. Meminta peserta didik untuk melakukan penilaian diri.

5. Guru mengkaji sampel hasil penilaian secara acak, untuk mendorong peserta didik
supaya senantiasa melakukan penilaian diri secara cermat dan objektif.

6. Menyampaikan umpan balik kepada peserta didik berkebutuhan khusus


Bentuk Laporan Hasil Belajar bagi PDBK
Bentuk laporan hasil belajar PDBK mengikuti kriteria berikut:

1. Bagi peserta didik yang menggunakan model kurikulum reguler penuh, maka model
laporan hasil belajarnya (rapor) menggunakan model rapor reguler yang sedang berlaku.
2. Bagi peserta didik yang menggunakan model kurikulum yang di modifikasi, maka model
laporan hasil belajarnya (rapor) menggunakan rapor reguler yang dilengkapi dengan
deskripsi (narasi) yang menggambarkan kualitas kemajuan belajarnya.

3. Bagi peserta didik yang menggunakan kurikulum yang diindividualisasikan, maka


menggunakan model rapor kuantitatif yang dilengkapi dengan deskripsi (narasi).
Penilaian kuantitatif didasarkan pada kemampuan dasar (baseline).

4. Model rapor pada pendidikan inklusif pada dasarnya sama dengan sekolah reguler di
semua satuan pendidikan meliputi SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA, SMK, perbedaannya
terletak pada jenis satuan pelajaran dan program khusus.

Anda mungkin juga menyukai