NIM : 1503066046
Kelas : PF-4B
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) atau Kurikulum 2004, adalah kurikulum dalam dunia
pendidikan di Indonesia yang mulai diterapkan sejak tahun 2004 walau sudah ada sekolah yang
mulai menggunakan kurikulum ini sejak sebelum diterapkannya. Secara materi, sebenarnya
kurikulum ini tak berbeda dari Kurikulum 1994, perbedaannya hanya pada cara para murid belajar
di kelas.
ada tiga landasan teoritis yang mendasari kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yaitu:
1) Adanya pergeseran dari pembelajaran kelompok kearah pembelajaran individual.
2) Pengembangan konsep belajar tuntas/belajar sebagai penguasaan.
3) Pendefinisian kembali terhadap bakat
Kurikulum berbasis kompetensi bertujuan untuk mempersiapkan generasi menjadi anggota
masyarakat dunia yang memiliki kompetensi yang memadai untuk mengembangkan dirinya ke
arah tenaga kerja yang profesional, sesuai dengan bidang-bidang lapangan kerja yang dikehendaki.
Selain tujuan tersebut KBK juga bertujuan untuk memberdayakan sekolah dalam mengembangkan
kompetensi yang akan disampaikan kepada peserta didik sesuai dengan kondisi lingkungan. Selain
itu adapun tujuan penyusunan KBK adalah sebagai:
a) acuan penyusunan silabus dan satuan pembelajaran;
b) acuan penyusunan bahan ajar seperti: modul dan buku pelajaran kursus dan pelatihan. serta
buku pelajaran bagi yang belajar mandiri;
c) sarana pembinaan dan pengembangan kursus.
Dalam Kurikulum berbasis kompetensi juga terdapat 4 kompetensi dasar yang harus dimiliki
sesuai dengan tuntutan KBK:
1. Kompetensi akademik, artinya peserta didik harus memiliki pengetahuan dan keterampilan
dalam mengatasi tantangan dan persoalan hidup secara independent.
2. Kompetensi okupasional, artinya peserta didik harus memiliki kesiapan dan mampu
beradaptasi terhadap dunia kerja.
3. Kompetensi kultural, artinya peserta didik harus mampu menempatkan diri sebaik-baiknya
dalam sistem budaya dan tata nilai masyarakat yang pluralistik.
4. Kompetensi temporal, artinya peserta didik tetap eksis dalam menjalani kehidupannya, serta
mampu memanfaatkan ketiga kemampuan dasar yang telah dimiliki sesuai dengan
perkembangan zaman.
Secara umum, karakteristik kurikulum berbasis kompetensi meliputi enam hal, yaitu:
1. Sistem belajar dengan modul. Tujuan dari sistem modul ini adalah untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas pembelajaran di sekolah. Keunggulan pembelajaran dengan sistem
modul adalah adanya kontrol terhadap hasil belajar, berfokus pada kemampuan individu, dan
relevansi kurikulum ditunjukkan dengan adanya tujuan dan cara pencapaiannya.
2. Menggunakan keseluruhan sumber belajar. Sumber belajar merupakan segala sesuatu yang
dapat memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk memperoleh informasi,
pengetahuan, pegalaman, dan keterampilan dalam proses bealajar. Sumber belajar dapat
berrupa manusia, bahan, lungkungan, alat dan peralatan, serta aktivitas.
3. Pengalaman lapangan. Pengalamamn lapangan ini untuk menumbuhkan komunikasi antara
guru dengan murid. Pengalaman lapangan dapat secara sistematis melibatkan masyarakat
dalam pengembangan program, aktivitas, dan evaluasi pembelajaran.
4. Strategi belajar individual personal. Tujuannya adalah agar siswa mampu belajar mandiri.
Belajar individual adalah belajar berdasarkan tempo belajar peserta didik, sedangkan belajar
personal adalah interaksi educatif berdasarkan keunikaan peserta didik seperti minat, bakat,
dan kemampuan.
5. Kemudahan belajar. Kemudahan ini diberikan melalui perpaduan antara pembelajaran
individual personal dengan pengalaman lapangan, dan pembelajaran secara tim.
6. Belajar tuntas. Agar semua peserta didik memperoleh hasil yang maksimal, maka
pembelajaran harus dilakukan dengan sistematis, yang akan tercermin dari strategis yang
dilakukan terutama dalam mengorganisasi tujuan dan baha ajar, melaksanakan evaluasi dan
memberikan bimbingan terhadap peserta didik yang gagal mencapai tujuan.
Kelebihan KBK
1. Mengembangkan kompetensi-kompetensi peserta didk pada setiap aspek mata pelajaran dan
bukan pada penekanan penguasaan konten mata pelajaran itu sendiri.
2. KBK bersifat alamiah (konstekstual), karena berangkat berfokus dan bermuara pada hakekat
peserta didik untuk mengembangkan berbagai kompetensi sesuai dengan potensinya masing-
masing. Dalam hal ini peserta didik merupakan subjek belajar dan proses belajar berlangsung
secara alamiah dalam bentuk bekerja dan mengalami berdasarkan standar kompetensi
tertentu, bukan transfer pengetahuan.
3. Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) boleh jadi mendasari pengembangan kemampuan-
kemampuan lain. Penguasaan ilmu pengetahuan dan keahlian tertentu dalam suatu
pekerjaan, kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, serta aspek-
aspek kepribadian dapat dilakukan secara optimal berdasarkan standar kompetensi tertentu.
4. Mengembangakan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik/siswa (student oriented).
Peserta didik dapat bergerak aktif secara fisik ketika belajar dengan memanfaatkan indra
seoptimal mungkin dan membuat seluruh tubuh serta pikiran terlibat dalam proses belajar.
Dengan demikian, peserta dapat belajar dengan bergerak dan berbuat, belajar dengan
berbicara dan mendengar, belajar dengan mengamati dan menggambarkan, serta belajar
dengan memecahkan masalah dan berpikir. Pengalaman-pengalaman itu dapat diperoleh
melalui kegiatan mengindra, mengingat, berpikir, merasa, berimajinasi, menyimpulkan, dan
menguraikan sesuatu.
5. Guru diberikan kewenangan untuk menyusun silabus yang disesuaikan dengan situasi dan
kondisi di sekolah/daerah masing-masing sesuai mata pelajaran yang diajarkan.
6. Bentuk pelaporan hasil belajar yang memaparkan setiap aspek dari suatu mata pelajaran
memudahkan evaluasi & perbaikan pada kekurangan peserta didik dalam pembelajaran.
7. Penilaian yang menekankan pada proses memungkinkan peserta didik untuk mengeksplorasi
kemampuannya secara optimal, dibandingkan dengan penilaian yang terfokus pada konten.
8. Ada bidang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang dalam pengembangannya lebih
tepat menggunakan pendekatan kompetensi, terutama yang berkaitan dengan ketrampilan.
Kelemahan KBK
1. Dalam kurikulum dan hasil belajar indikator sudah disusun, padahal indikator sebaiknya
disusun oleh guru, karena guru yang paling mengetahui tentang kondisi peserta didik dan
lingkungan
2. Konsep KBK sering mengalami perubahan termasuk pada urutan standar kompetensi dan
kompetensi dasar sehingga menyulitkan guru untuk merancang pembelajaran secara
berkelanjutan.
3. Paradigma guru dalam pembelajaran KBK masih seperti kurikulum-kurikulum sebelumnya
yang lebih pada teacher oriented
4. Memandang kompetensi sebagai sebuah entitas yang bersifat tunggal, padahal kompetensi
merupakan a complex combination of knowledge,attitudes, skills and values displayed in
the context of task performance. (Gonczi,1997) Sistem pengukuran perilaku yang
menggunakan paradigma behaviorisme ditengarai tidak mampu mengukur sesuatu perilaku
yang dihasilkan dari pembelajaran bermakna (significant learning) (Barrie dan Pace,1997),
dan kendala yang dihadapi dalam mengimplementasikan KBK adalah waktu,biaya dan
tenaga yang banyak.
Implementasi KBK
Menurut garis besarnya impelementasi KBK mencakup tiga kegiatan pokok yaitu:
a) Pengembangan program
Pengembangan KBK menyangkut pengembangan program tahunan, program semester,
program modul (pokok bahasan), program mingguan dan harian, program pengayaan dan
remidial serta program bimbingan dan konseling
b) Pelaksanaan pembelajaran
Dalam pembelajaran tugas pendidik yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan
agar menunjang terjadinya perubahanperilaku peserta didik. Umumnya palaksanaan
pembelajaran mencakup 3 hal yaitu pretes, proses dan postes
c) Evaluasi
Evaluasi hasil belajar dalam implementasi KBK dilakukan dengan penilaian kelas tes
kemampuan dasar, penilaian akhir satuan pendidikan dan sertivikasi, bench-marking dan
penilaian program.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah sebuah kurikulum operasional pendidikan
yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan di Indonesia. KTSP
secara yuridis diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang system
Pendidikan nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan. Penyusunan KTSP oleh sekolah dimulai tahun ajaran 2007/2008
dengan mengacu pada Standar Isi (SI) danStandar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk pendidikan
dasar dan menengah sebagaimana yang diterbitkan melalui Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional masing-masing Nomor 22 Tahun 2006 dan Nomor 23 Tahun 2006, serta Panduan
Pengembangan KTSP yang dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk memandirikan dan memberdayakan satuan
pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan. Secara khusus
diterapkannya KTSP adalah untuk :
Pada prinsipnya, KTSP merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari SI, namun
pengembangannya diserahkan kepada sekolah agar sesuai dengan kebutuhan sekolah itu sendiri.
KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum
tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus. Pelaksanaan KTSP mengacu pada
Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan SI dan SKL.
Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam
persyaratan kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian kompetensi mata pelajaran, dan silabus
pembelajaran yang harus dipenuhi peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Standar isi merupakan pedoman untuk pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang
memuat:
SKL digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan
pendidikan. SKL meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran.
Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati.
Pemberlakuan KTSP, sebagaimana yang ditetapkan dalam peraturan Menteri Pendidikan Nasional
No. 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan SI dan SKL, ditetapkan oleh kepala sekolah setelah
memperhatikan pertimbangan dari komite sekolah. Dengan kata lain, pemberlakuan KTSP
sepenuhnya diserahkan kepada sekolah, dalam arti tidak ada intervensi dari Dinas Pendidikan atau
Departemen Pendidikan Nasional. Penyusunan KTSP selain melibatkan guru dan karyawan juga
melibatkan komite sekolah serta bila perlu para ahli dari perguruan tinggi setempat. Dengan
keterlibatan komite sekolah dalam penyusunan KTSP maka KTSP yang disusun akan sesuai
dengan aspirasi masyarakat, situasi dan kondisi lingkungan dan kebutuhan masyarakat.
Karakteristik KTSP
1. Pemberian Otonomi Luas Kepada Sekolah Dan Satuan Pendidikan
KTSP memberikan otonomi yang luas kepada sekolah dan satuan pendidikan disertai
seperangkat tanggung jawab untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan kondisi
setempat & kewenangan dan kekuasaan yang luas untuk mengembangkan pembelajaran
serta menggali dan mengelola sumber dana sesuai dengan prioritas kebutuhan.
2. Partisipasi Masyarakat Dan Orang Tua Yang Tinggi
Orang tua peserta didik dan masyarakat tidak hanya medukung sekolah melalu bantuan
keuangan, tetapi melalui komite sekolah dan dewan pendidikan merumuskan serta
mengembangkan program-program yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
3. Kepemimpinan yang Demokratis dan Profesional
Kepala sekolah dan guru-guru sebagai tenaga pelaksana kurikulum merupakan orang yang
memiliki kemampuan dan integritas profesional. Dalam pengambilan keputusan, kepala
sekolah mengimplementasikan proses bottom up secara demokratis, sehingga semua
pihak bertanggung jawab pada keputusan yang diambil beserta pelaksanaannya.
4. Tim Kerja Yang Kompak Dan Transparan
Dalam KTSP, keberhasilan pengembangan kurikulum dan pembelajaran didukung oleh
kinerja team yang kompak dan transparan dari berbagai pihak yang terlibat dalam
pendidikan.
Komponen KTSP
Kelebihan KTSP
1. Mendorong terwujudnya otonomi sekolah dalam menyelenggarakan pendidikan. Tidak
dapat diungkiri bahwa salah satu bentuk kegagalan pelaksanaan kurikulum di masa lalu ialah
adanya penyeragaman kurikulum di seluruh Indonesia, tidak melihat kepada situasi riil di
lapangan, dan kurang menghargai atau meninjau potensi keunggulan local yang ada bias
dimunculkan sekolah didaerah atau provinsi.
2. Mendorong para guru, kepala sekolah, dan pihak manajemen sekolah untuk semakin
meningkatkan kreativitasnya dalam penyelenggaraan program-program pendidikan dan
dapat tercapainya pendidikan karakter.
3. KTSP sangat memungkinkan bagi tiap sekolah untuk mengembangkan mata pelajaran
tertentu bagi kebutuhan siswa
4. Untuk mengantisipasi permasalahan pendidikan ,namun secara umum,KTSP bias
diandalkan menjadi patokan mengadapi tantangan masa depan dengan pembekalan
keterampilan peserta didik.
5. Peserta didik juga diajak bicara,diskusi,wawancara dan membahas masalah-masalah yang
kontekstual yang dalam kenyataanya memang diperlukan sehingga peserta didik menjadi
lebih mengerti dan menjiwai permasalahannya karena sesuai dengan keadaan peserta didik
dalam kehidupan sehari- hari.
6. Peserta didik tidak hanya dituntun menghafal namun yang lebih penting sudah adalah belajar
proses sehingga mendorong peserta didik untuk meneliti dan mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari-hari.
7. KTSP mengurangi beban belajar siswa yang sangat padat dan memberatkan kurang lebih 20
persen.
8. KTSP memberikan peluang yang lebih luas kepada sekolah-sekolah plus untuk
mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhannya.
9. Guru sebagai pengajar, pembimbing, pelatih dan pengembang kurikulum.
10. Kurikulum sangat humanis, yaitu memberikan kesempatan kepada guru untuk
mengembangkan isi/konten kurikulum sesuai dengan kondisi sekolah, kemampuan peserta
didik dan kondisi daerahnya masing-masing.
11. Standar kompetensi yang memperhatikan kemampuan individu, baik kemampuan,
kecakapan belajar, maupun konteks social budaya.
12. Berbasis kompetensi sehingga peserta didik berada dalam proses perkembangan yang
berkelanjutan dari seluruh aspek kepribadian, sebagai pemekaran terhadap potensi-potensi
bawaan sesuai dengan kesempatan belajar yang ada dan diberikan oleh lingkungan.
13. Guru sebagai fasilitator yang bertugas mengkondisikan lingkungan untuk memberikan
kemudahan belajar peserta didik
14. Mengembangkan ranah pengetahuan, sikap, dan ketrampilan berdasarkan pemahaman yang
akan membentuk kompetensi individual.
15. Pembelajaran yang dilakukan mendorong terjadinya kerjasama antar sekolah, masyarakat,
dan dunia kerja yang membentuk kompetensi peserta didik.
16. Kegiatan pembelajaran lebih bervariasi, dinamis dan menyenangkan
17. Menggunakan berbagai sumber belajar.
18. Evaluasi berbasis kelas yang menekankan pada proses dan hasil belajar.
19. Guru sebagai fasilitator yang bertugas mengkondisikan lingkungan untuk memberikan
kemudahan belajar siswa.
Kelemahan KTSP
1. Kurangnnya SDM yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP pada kebanyakan satuan
pendidikan yang ada. Minimnya kualitas guru dan sekolah.
2. Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung sebagai kelengkapan dari
pelaksanaan KTSP .
3. Masih banyak guru yang belum memahami KTSP secara komprehensif baik konsepnya,
penyusunannya,maupun prakteknya di lapangan
4. Penerapan KTSP yang merekomendasikan pengurangan jam pelajaran akan berdampak
berkurangnya pendapatan guru. Sulit untuk memenuhi kewajiban mengajar 24 jam, sebagai
syarat sertifikasi guru untuk mendapatkan tunjangan profesi.
5. Pola kurikulum lama yang terlanjur mengekang kreativitas guru.
6. Tidak tersedianya sarana dan prasarana yang lengkap dan representatif juga merupakan
kendala yang banyak dijumpai di lapangan, banyak satuan pendidikan yang minim alat
peraga, laboratorium serta fasilitas penunjang yang menjadi syarat utama pemberlakuan
KTSP.
7. Diperlukannya waktu yang cukup oleh pedidik dalam membina perkembangan peserta
didiknya,terutama peserta didik yang berkemampuan dibawah rata-rata. Kenyataan
membuktikan, kondisi sosial, ekonomi yang menghimpit kesejahteraan hidup para guru.
8. Kendala lain yang dialami guru adalah ketidakpahaman mengenai apa dan bagaimana
melakukan evaluasi dengan prtofolio. Karena ketidakpemahaman ini mereka kembali
kepada pola assessment lama dengan tes dan ulangan yang cognitive based semata.
Implementasi KTSP
Pembelajaran merupakan aktualisasi kurikulum yang menuntut kreatifitas dan kearifan
pendidik dalam menciptakan dan menambahkan kegiatan peserta didik sesuai dengan rencana
yang diprogramkan secara efektif dan menyenangkan. Sehingga dalam implementasinya seorang
pendidik harus mampu:
1. Menciptakan pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan
2. Memiliki pendekatan yang tepat
3. Membentuk kompetensi peserta didik, meliputi:
a) Kegiatan awal/pembukaan seperti pembinaan keakraban dan pre-test
b) Kegiatan inti
c) Kegiatan akhir/penutup, dapat dilakukan dengan memberikan tugas dan pos-test.
4. Kriteria keberhasilan
5. Pengembangan organisasi dan manajemen pembelajaran
Kurikulum 2013
Sedangkan kurikulum terbaru saat ini yang digunakan di Indonesia yaitu Kurikulum Tahun 2013,
di mana kurikulum ini lebih mirip dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Model kurikulum
berbasis kompetensi ini ditandai oleh pengembangan kompetensi berupa sikap, pengetahuan,
keterampilan berpikir, dan keterampilan psikomotorik yang dikemas dalam berbagai mata
pelajaran. Walaupun hampir mirip dengan model Kurikulum Berbasis Kompetensi, akan tetapi
masih ada juga perbedaan-perbedaannya. Kurikulum dikembangkan dengan memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi dan kemampuan yang mereka
miliki. Di dalam kurikulum ini memandang bahwa setiap peserta didik itu memiliki potensinya
masing-masing yang perlu digali dan dikembangkan, sehingga kelak potensinya tersebut dapat
bermanfaat di dalam kehidupan si peserta didik nantinya dalam bermasyarakat. Kurikulum ini
dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa setiap peserta didik berada pada posisi sentral dan aktif
dalam belajar, sehingga dapat dikatakan bahwa guru hanya sebagai fasilitator saja. Peran peserta
didik di dalam kegiatan pembelajaran itu lebih diutamakan, sehingga potensi-potensi yang ada di
dalam diri peserta didik menjadi lebih tersalurkan dan dapat berkembang. Penyelenggaraan
pendidikan seperti yang disampaikan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional diharapkan dapat mewujudkan proses berkembangnya kualitas
pribadi peserta didik sebagai generasi penerus bangsa di masa depan.
Penyusunan dan pengembangan Kurikulum 2013 bertujuan untuk memberikan acuan kepada
kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan lainnya yang ada di sekolah dalam
mengembangkan program-program yang akan dilaksanakan. Selain itu, Kurikulum 2013 disusun
antara lain agar dapat memberi kesempatan peserta didik untuk,
a) belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
b) belajar untuk memahami dan menghayati,
c) belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif,
d) belajar untuk hidup bersama dan berguna untuk orang lain, dan
e) belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar yang aktif, kreatif,
efektif dan menyenangkan.
Isi Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 berbasis pada sains. Kurikulum 2013 untuk SD, bersifat tematik integratif.
Kompetensi yang ingin dicapai adalah kompetensi yang berimbang antara sikap, keterampilan,
dan pengetahuan, disamping cara pembelajarannya yang holistik dan menyenangkan. Proses
pembelajaran menekankan aspek kognitif, afektif, psikomotorik melalui penilaian berbasis tes
dan portofolio saling melengkapi.
Mata pelajaran (MAPEL) SD diantaranya:
a) Pendidikan Agama e) IPA
b) PPKn f) Seni Budaya dan Prakarya (Muatan Lokal; Mulok)
c) IPS g) Matematika
d) Bahasa Indonesia h) Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (Muatan
Lokal;Mulok)
Alokasi waktu per jam pelajaran SD 35 menit
Banyak jam pelajaran per minggu Kelas I = 30 jam, kelas II= 32 jam, kelas III=34 jam, kelas
IV, V,VI=36 jam
Mata Pelajaran SMP MTs (Sekolah Menengah Pertama Madrasah Tsanawiyah)
a) Pendidikan Agama dan Budi Pekerti f) Bahasa Inggris
b) PPKn g) IPS
c) Bahasa Indonesia h) Seni Budaya (Muatan Lokal)
d) Matematika i) Prakarya (Muatan Lokal)
e) IPA j) Pendidikan Jasmani Olahraga dan
Kesehatan (Muatan Lokal)
Alokasi waktu per jam pelajaran SMP = 40 menit
Banyak jam pelajaran per minggu 38 jam
Mata pelajaran SMA MA (Sekolah Menengah Atas Madrasah Aliyah)
a) Pendidikan Agama dan Budi Pekerti f) Bahasa Inggris
b) PPKn g) Sejarah Indonesia
c) Bahasa Indonesia h) Seni Budaya (Muatan Lokal)
5. Sifat (2) Kurikulum disusun rinci oleh Tim Kurikulum merupakan kerangka dasar
Pusat (Ditjen Dikmenum/ oleh Tim BSNP
Dikmenjur dan Puskur)
6. Pendekatan Berbasis Kompetensi Berbasis Kompetensi
Terdiri atas : SK, KD, MP dan Hanya terdiri atas : SK dan KD.
Indikator Pencapaian Komponen lain dikembangkan oleh
guru
9. Pengembangan Hanya sekolah yang mampu dan Semua sekolah /satuan pendidikan
Kurikulum lebih memenuhi syarat dapat wajib membuat KTSP.
Lanjut mengembangkan KTSP. Silabus merupakan bagian tidak
Guru membuat silabus atas dasar terpisahkan dari KTSP
Kurikulum Nasional dan Guru harus membuat Rencana
RP/Skenario Pembelajaran Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
10. Prinsip 1. Keimanan, Budi Pekerti Luhur, 1. Berpusat pada potensi, perkembangan,
Pengembangan dan Nilai-nilai Budaya kebutuhan, dan kepentingan peserta
Kurikulum 2. Penguatan Integritas Nasional didik dan lingkungannya
3. Keseimbangan Etika, Logika, 2. Beragam dan terpadu
Estetika, dan Kinestetika 3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu
4. Kesamaan Memperoleh pengetahuan, teknologi, dan seni
Kesempatan 4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan
5. Perkembangan Pengetahuan dan 5. Menyeluruh dan berkesinam-bungan
Teknologi Informasi 6. Belajar sepanjang hayat
6. Pengembangan Kecakapan Hidup 7. Seimbang antara kepentingan nasional
7. Belajar Sepanjang Hayat dan kepentingan daerah
8. Berpusat pada Anak
9. Pendekatan Menyeluruh dan
Kemitraan
Tabel Perbedaan esensial antara Kurikulm 2013 dengan KBK dan KTSP