Anda di halaman 1dari 5

SISTEM LAYANAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN INKLUSI

IDENTIFIKASI PDBK
Identifikasi diartikan sebagai proses menemukenali peserta
didik yang membutuhkan layanan pendidikan yang bersifat
khusus. Identifikasi PDBK dimaksudkan sebagai upaya
yang dilakukan oleh guru maupun orang tua/wali untuk
mengetahui apakah peserta didik mengalami hambatan
dalam pembelajaran baik karena faktor internal (kondisi
peserta didik baik sensorik, fisik, intelektual, maupun
mental) maupun faktor eksternal (kondisi sosial ekonomi,
faktor budaya dan sebagainya).

STRATEGI IDENTIFIKASI PDBK


Identifikasi Peserta Didik Berkebutuhan Khusus (PDBK) dapat dilaksanakan pada saat proses
penerimaan peserta didik baru maupun saat proses pembelajaran sudah berlangsung. Secara
umum strategi identifikasi dapat dilakukan melalui tahapan berikut:
1. Menandai peserta didik yang diduga menunjukkan hambatan belajar atau perkembangan.
2. Menentukan hambatan yang dialami menggunakan instrumen identifikasi.
3. Menganalisis data dan mengklasifikasikan dalam jenis hambatannya.
4. Melakukan case conference terhadap temuan dan hasil analisis tersebut, untuk menetapkan
jenis hambatan dan tindakan lanjut yang akan dilakukan pada anak tersebut.
5. Mengkomunikasikan hasil identifikasi kepada orang tua murid tentang jenis hambatan dan
tindak lanjut yang akan dilakukan bersama.

ASESMEN PDBK
Asesmen bagi PDBK adalah suatu proses pengumpulan informasi tentang peserta didik
secara menyeluruh yang berkenaan dengan kondisi objektif peserta didik termasuk kebutuhan
belajar, potensi dan hambatan yang akan digunakan sebagai dasar dalam penentuan layanan
dan penyusunan program pembelajaran serta program kebutuhan khusus yang sesuai dengan
kondisi dan kebutuhan PDBK. Asesmen bagi PDBK idealnya melibatkan peserta didik, orang
tua/wali, guru kelas/guru mapel, dan GPK, dan tim ahli seperti psikolog, dokter tumbuh kembang,
terapis (sesuai kebutuhan) agar informasi yang terkumpul valid dan komprehensif (dari berbagai
sudut pandang). Hasil asesmen dapat difungsikan sebagai kondisi kemampuan awal (baseline)
peserta didik sebelum diberikan layanan baik akademik maupun program kebutuhan khusus.
STRATEGI ASESMEN PDBK
1. Menetapkan jenis asesmen yang akan dilakukan (akademik, non-
akademik/kekhususan atau perkembangan)
2. Memilih/mengembangkan instrumen asesmen yang tepat sesuai kondisi
PDBK.
3. Melakukan asesmen sesuai dengan panduan yang dipersyaratkan.
4. Melakukan tabulasi, klasifikasi, dan analisis hasil asesmen.
5. Menyusun laporan hasil asesmen.
6. Melakukan case conference (bersama pihak-pihak terkait, semisal
orang tua/wali, guru kelas/guru mapel, GPK dan seterusnya) berkaitan
dengan laporan hasil asesmen untuk menentukan baseline dan layanan
yang dibutuhkan.
7. Mendokumentasikan semua kesepakatan hasil case conference.

JENIS ASESMEN BAGI PDBK


1. Asesmen akademik: suatu proses untuk mengetahui
kondisi/kemampuan peserta didik berkebutuhan khusus (PDBK) dalam
bidang akademik.
2. Asesmen perkembangan: suatu proses untuk mengetahui kondisi
seluruh aspek perkembangan PDBK yang meliputi aspek komunikasi,
perilaku, emosi, sosial, motorik dan kognitif, yang dapat digunakan untuk
mengetahui kondisi perkembangan peserta didik dibandingkan dengan
peserta didik seusianya.
3. Asesmen kekhususan: suatu proses untuk mengetahui kondisi PDBK
secara mendalam, komprehensif dan akurat yang berkaitan dengan
diagnosa keberbutuhan khusus yang dialami sebagai dasar pemberian
layanan program kekhususan termasuk alat bantu yang tepat.

PLANNING MATRIX
Planning matrix adalah alat bantu untuk memetakan hasil asesmen dari
PDBK dikaitkan dengan kebutuhan belajarnya. Planning matrix berisi tentang
gambaran kondisi aktual PDBK berdasarkan aspek akademik, perkembangan
dan kekhususan, dampak kondisi tersebut terhadap dirinya sendiri dan
lingkungan, serta strategi layanan yang diperlukan. Berdasarkan deskripsi
pada planning matrix selanjutnya disusun skala prioritas yang
menggambarkan urutan aspek yang penting untuk segera diberikan layanan.
Dengan adanya planning matrix ini, guru dapat mendapatkan gambaran utuh
profil PDBK dan kebutuhannya, sehingga perencanaan program
pembelajaran (Program Pembelajaran Individual (PPI) dan RPP menjadi lebih
efektif.
SECARA UMUM PROSEDUR PENYUSUNAN

PLANNING MATRIX DAPAT DILAKUKAN DENGAN:


1. Mengkategorikan data hasil asesmen berdasarkan aspek yang
diasesmen.
2. Menuangkan temuan kondisi aktual karakteristik PDBK.
3. Menganalisis dampak temuan kondisi aktual PDBK pada tabel yang
tersedia.
4. Menganalisis strategi layanan pada setiap temuan kondisi aktual PDBK.
5. Menganalisis skala prioritas layanan berdasarkan berat ringannnya
dampak.

ADAPTASI KURIKULUM
Kurikulum yang digunakan pada sekolah inklusi adalah kurikulum umum
(reguler) yang diadaptasi sesuai dengan kemampuan potensi dan
karakteristik kebutuhan siswa. Adaptasi diarahkan pada materi, alokasi
waktu, proses pembelajaran, penilaian, dan media pembelajaran yang
digunakan. Penjabaran dari adaptasi tersebut adalah:
1. Adaptasi tujuan, berarti tujuan-tujuan pembelajaran yang ada dalam
kurikulum umum dirubah untuk disesuaikan dengan kondisi peserta didik
berkebutuhan khusus.
2. Adaptasi isi, berarti materi-materi pelajaran yang diberlakukan untuk
peserta didik tipikal dirubah untuk disesuaikan dengan kondisi peserta
didik berkebutuhan khusus.
3. Adaptasi proses, berarti ada perbedaan dalam kegiatan pembelajaran
yang dijalani oleh peserta didik berkebutuhan khusus dengan yang dialami
oleh peserta didik pada umumnya.
4. Adaptasi evaluasi, berarti ada perubahan dalam sistem penilaian untuk
disesuaikan dengan kondisi peserta didik berkebutuhan khusus.

ADAPTASI DILAKUKAN DENGAN BEBERAPA CARA YAITU

DUPLIKASI, MODIFIKASI, SUBSTITUSI, DAN OMISI.

Model Duplikasi
Duplikasi artinya meniru atau menggandakan. Meniru berarti membuat
sesuatu menjadi sama atau serupa. Dalam kaitan dengan model kurikulum,
duplikasi berarti mengembangkan dan atau memberlakukan kurikulum untuk
PDBK (Peserta Didik Berkebutuhan Khusus) secara sama atau serupa
dengan kurikulum yang digunakan untuk peserta didik pada umumnya
(regular).
Model Modifikasi
Modifikasi berarti merubah untuk disesuaikan. Dalam
kaitan dengan model kurikulum untuk peserta didik
berkebutuhan khusus, maka model modifikasi berarti cara
pengembangan kurikulum, dimana kurikulum umum yang
diberlakukan untuk peserta didik regular kemudian diubah
untuk disesuaikan dengan kemampuan peserta didik
berkebutuhan khusus.

Model Substitusi
Substitusi berarti mengganti. Dalam kaitan dengan model kurikulum, maka
substitusi berarti mengganti sesuatu yang ada dalam kurikulum umum
dengan sesuatu yang lain. Penggantian dilakukan karena hal tersebut tidak
mungkin diberlakukan kepada peserta didik berkebutuhan khusus, tetapi
masih bisa diganti dengan hal lain yang kurang lebih sepadan (memiliki nilai
yang kurang lebih sama). Model penggantian (substitusi) bisa terjadi dalam
hal tujuan pembelajaran, materi, proses atau evaluasi.

Model Omisi
Omisi berarti menghilangkan. Dalam kaitan dengan model kurikulum,
omisi berarti upaya untuk mengilangkan sesuatu (bagian atau
keseluruhan) dari kurikulum umum, karena hal tersebut tidak mungkin
diberikan kepada peserta didik berkebutuhan khusus. Bedanya
dengan substitusi adalah jika dalam substitusi ada materi pengganti
yang sepadan, sedangkan dalam model omisi tidak ada materi
pengganti.

STRATEGI MODIFIKASI KURIKULUM

1. Modifikasi Tujuan: tujuan-tujuan pembelajaran yang ada dalam kurikulum umum disesuaikan
dengan kondisi peserta didik berkebutuhan khusus.
2. Modifikasi Isi: materi-materi pelajaran yang diberlakukan untuk peserta didik regular dirubah
untuk disesuaikan dengan kondisi peserta didik berkebutuhan khusus.
3. Modifikasi Proses: ada perbedaan dalam kegiatan pembelajaran yang dijalani oleh peserta
didik berkebutuhan khusus dengan yang dialami oleh peserta didik pada umumnya.
4. Modifikasi Evaluasi: ada perubahan dalam system penilaian untuk disesuaikan dengan kondisi
peserta didik berkebutuhan khusus. Dengan kata lain, peserta didik berkebutuhan khusus
menjalani sistem evaluasi yang berbeda dengan peserta didik- peserta didik lainnya.
Ada empat kemungkinan model kurikulum yaitu duplikasi, modifikasi, substitusi dan omisi, dan
ada empat komponen utama kurikulum yaitu tujuan, materi, proses dan evaluasi.
Mengembangkan kurikulum untuk peserta didik berkebutuhan khusus pada dasarnya adalah
menggabungkan antara model kurikulum dengan komponen kurikulum. Setiap satu komponen
dari model kurikulum dipadukan dengan setiap komponen dari komponen kurikulum, sehingga
akan terjadi 16 kemungkinan perpaduan (4 x 4). Lihat gambar skematik berikut:

Gambar di atas menunjukkan bahwa pada dasarnya ada 16 kemungkinan


model kurikulum untuk peserta didik berkebutuhan khusus, yaitu 4
kemungkinan model untuk tujuan (1,2,3,4) empat kemungkinan model untuk
materi (5,6,7,8) 4 kemungkinan model untuk proses (9,10,11,12) dan 4
kemungkinan model untuk evaluasi (13,14,15,16).

Anda mungkin juga menyukai