Anda di halaman 1dari 6

C.

KONSEP DAN MODEL MANAJEMEN PERENCANAAN KURIKULUM


MIKRO

1. Konsep manajamen kurikulum mikro


Berdasarkan tingkatannya kurikulum terdiri dari kurikulum makro,
meso, dan kurikulum mikro, kurikulum makro yaitu kurikulum yang
menyeluruh meliputi semua komponen pada jenjang pendidikan tertentu.
Sedangkan kurikulum mikro merupakan penjabaran atau rincian dari
kurikulum makro atau rancangan bagi pengajaran di kelas (Nana Saodih
Sukmadinata, 1997: 199). Kurikulum mikro adalah kurikulum pada tingkat
institusional dan merupakan penjabaran perencanaan tingkat meso dan
makro. Kurikulum mikro juga merupakan perencanaan
aktualisasi/operasional kurikulum ideal potensial dalam pengajaran di
kelas.
Dalam manajemen kurikulum mikro, penyusunan desain,
pelaksanaan, dan pengendalian kurikulum (evaluasi dan enyempurnaan),
dilakukan secara lokal oleh satuan pendidikan. Penyusunan desain
kurikulum dilakukan oleh guru-guru, melibatkan ahli, komite
sekolah/madrasah dan pihak-pihak lain di masyarakat yang memiliki
perhatian dan kepedulian terhadap kurikulum. Pengembangan kurikulum
demikian disebut pengembangan kurikulum berbasis sekolah (School
Based Curriculum Devlopment atau SBCD) atau biasa disebut dengan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum disusun pada
setiap satuan pendidikan sesuai dengan jenis, jalur dan jenjang
pendidikannya.
Penyusunan jenis kurikulum SBCD dapat mencakup seluruh
komponen kurikulum atau hanya sebagian komponen. Penyusunannya
dapat dilakukan oleh seorang, sekelompok atau seluruh guru dan ditujukan
untuk memenuhi kebutuhan/program satuan pendidikan dan sesuai dengan
kondisi satuan pendidikan dan masyarakat sekitarnya. SBCD merupakan
pengembangan kurikulum yang berbeda bahkan dapat berlawanan dari
pengembangan kurikulum birokratis (mengikuti gagasan, konsep
pemegang kebijakan, hierarkis dari sekolah dasar sampai menengah).
Dalam pengembangan SBCD, desain kurikulum yang meliputi
sarana atau tujuan kurikulum, materi atau isi kurikulum, model
pembelajaran dan penilaian hasil belajar disesuaikan dengan kebutuhan,
tantangan, karakteristik dan tahap perkembangan sekolah dan masyarakat
tempat sekolah berada. Kurikulum menjadi lebih bermakna karena
bertolak dari situasi dan kondisi setempat dan diarahkan kepada
pemenuhan kebutuhan, tuntutan, dan perkembangan setempat.
Pengembangan kurikulum oleh satuan pendidikan akan menghasilkan
desain kurikulum yang beragam, tetapi lebih mudah dipahami, dikuasai,
dan dilaksanakan oleh guru sebab mereka yang mengembangkan atau
minimal ikut serta dalam pengembangannya.

Sumber:

Syaffaruddin, Manajemen Kurikulum (2017), Medan: Perdana Publishing

2. Perencanaan Manajemen Kurikulum Mikro


Perencanaan mikro adalah perencaanan pada tingkat institusional
dan merupakan penjabaran dariperencanaan tingkat meso. Kurikulum
mikro yaitu perencanaan aktualisasi/operasional kurikulum ideal potensial
dalam pengajaran di kelas. Perencanaan ini adalah perencanaan
instruksional yang spesifik untuk pengajaran dalam kelas dengan sejumlah
langkah-langkah yang spesifik pada satuan pelajaran atau satuan acara
perkuliahan mulai dari identifikasi mata pelajaran/mata kuliah, unit/topik,
sub topik, tujuan instruksional umum dan khusus sampai pada
penilaian/evaluasi. Kemudian rencana tersebut dapat diaktualisasikan
dengan baik dalam proses belajar mengajar di kelas (Syafruddin Nurdin,
2010 : 109 – 110).1
1
Syafruddin Nurdin, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Madrasah dan
Perguruan Tinggi (Jakarta: PT Ciputat Press)
Dalam kurikulum yang bersifat sentralisasi, guru lebih berperan
dalam kurikulum mikro. Kurikulum mikro dijabarkan dari kurikulum
makro. Guru menyusun dalam bidangnya untuk jangka waktu satu tahun,
satu semester, satu catur wulan, beberapa minggu ataupun beberapa hari
saja. Kurikulum untuk satu tahun, satu semester atau satu catur wulan
disebut juga program tahunan, semesteran, catur wulan, sedangkan
kurikulum untuk beberapa minggu atau hari disebut satuan pelajaran.
Program tahunan, semesteran, catur wulanan ataupun satuan pelajaran
memiliki komponenn-komponen yang sama yaitu tujuan, bahan pelajaran,
metode, media pembelajaran, dan evaluasi, hanya keluasan dan
kedalamannya berbeda-beda.Tujuan manajemen kurikulum dalam skala
mikro berhubungan dengan visi dan misi sekolah serta tujuan-tujuan yang
lebih sempit seperti tujuan setiap mata pelajaran dan tujuan proses
pembelajaran.

Kurikulum Mikro biasa disebut juga dengan kurikulum


instruksional, yang mencakup perencanaan pembelajaran yang secara
spesifik dilakukan oleh guru sebagai panduan menyelenggarakan proses
belajar mengajar didalam kelas. Guru menyusun perencanaan
pembelajaran dalam bidangnya untuk jangka waktu satu tahun, satu
semester, satu catur wulan, beberapa minggu ataupun beberapa hari saja.
Kurikulum untuk satu tahun, satu semester atau satu catur wulan disebut
juga program tahunan, semesteran, catur wulan, sedangkan kurikulum
untuk beberapa minggu atau hari disebut satuan pelajaran. Program
tahunan, semesteran, catur wulanan ataupun satuan pelajaran memiliki
komponenn- komponen yang sama yaitu tujuan, bahan pelajaran, metode,
media pembelajaran, dan evaluasi, hanya keluasan dan kedalamannya
berbeda-beda. Perencanaan pembelajaran yang sistematis akan
memberikan manfaat seperti:
a. Alat menganalisis dan mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang
dihadapi dalam proses pembelajaran.
b. Sebagai daya control dan daya prediksi untuk merumuskan langkah-
langkah perbaikan dan perubahan yang diharapkan.

Makna yang terkandung dalam pengertian perencanaan pembelajaraan antara lain:

a. Proses pengembangan pembelajaran dimulai dari mengidentifikasi


masalah dilanjutkan dengan mengembangkan strategi dan bahan
pembelajaran, serta diakhiri dengan mengevaluasi efektifitas dan efesiensi.
b. Hasil akhir perencanaan pembelajaran adalah satu set bahan dan strategi
pembelajaran yang efektif dan efisien dalam mencapai tujuan
pembelajaran.

Langkah-Langkah Pengembangan Kurikulum Secara Mikro Secara garis besar


untuk desain kurikulum mikro terdapat beberapa tahapan diantaranya adalah
mengidentifikasi, mengembangkan dan mengevaluasi.

1) Tahap Mengidentifikasi:
- Mengidentifikasi kebutuhan pembelajaran dan menulis tujuan
pembelajaran instruksional umum.
- Melakukan analisis pembelajaran.
- Mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa.
2) Tahap Mengembangkan:
- Menulis tujuan pembelajaran secara khusus
- Menulis tes acuan patokan
- Menyusun strategi pembelajaran - Mengembangkan bahan
pembelajaran

3) Tahap Mengevaluasi:
- Merevisi rencana pembelajaran yang telah dibuat, dimana kurikulum
mikro ini nantinya akan digunakan sebagai panduan guru untuk
melaksanakan pembelajaran bersama di dalam kelas.

https://www.scribd.com/document/426373059/Kelompok-5-Telaah-Kurikulum
diakses pada 17 maret 2020 pukul 14.15

3. Model Manajemen Perencanaan Kurikulum Mikro


Dengan bertindak dari pandangan the teacher as manager,
pentingnya guru terlibat dalam perencanaan kurikulum. Guru harus ikut
bertanggung jawab dalam perencanaan kurikulum, karena dalam
prakteknya mereka adalah para pelaksana kurikulum dalam proses belajar
mengajar. Tugas perencanaan guru sebelum melaksanakan pembelajaran
adalah mengembangan silabus yang sudah disepakati ke dalam rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP). Langkah-langkah yang perlu dilakukan
adalah: a) menganalisis SK, KD, dan Indikator, b) mendesain program
tahunan, program semester, silabus, pengalaman belajar, c)
mengembangan rencana dengan langkah-langkah, strategi, bahan, sumber,
serta format penilaian, d) mengimplementasikan dengan efektif dan
efisien, e) melakukan evaluasi.

a. Model Meger dan Beach   


Model perencanaan pelajaran ini pada dasarnya mencakup tiga
langkah:
1) menentukan dan menguraikan tujuan pembelajaran,
2) mengembangkan pelajaran sedemikian rupa untuk
mempertemukan dengan tujuan pembelajaran,
3) memperbaiki proses sampai diperoleh hasil maksimal.   

Menurut model ini, mata pelajaran yang ditampilkan dalam


pengajaran diharapkan dapat menopang atau merealisasikan tujuan
pengajaran jabatan, yaitu: menjadikan anak didik mampu
menyelesaikan suatu pekerjaan dengan memuaskan, dan mampu
memperbaiki keterampilan melalui latihan atau praktik lebih lanjut.
Tujuan model ini adalah: pertama, pemahaman isi pelajaran, apa
yang diperlukan dan berapa kali ulangan, kedua, perlunya
memperbaiki keterampilan melalui penampilan. Hal ini merupakan
masalah pokok, sehingga anak didik cukup mengenal tiap-tiap
tugas, dan mereka dapat mengungkapkan perbedaan pekerjaan
antara benar dan salah.    Strategi pengajaran yang efektif
hendaknya berorientasi pada penampilan. Penampilan akan lebih
baik daripada mengandalkan orientasi bahan, dengan menggunakan
tugas sebagai dasar dalam menentukan hal yang akan diajarkan,
urutannya dan kedalamannya.

b. Model Prosedur dan Pembembangan Sistem Instruksional (PPSI)


Sistem instruksional dalam pengajaran adalah suatu sistem
satu kesatuan yang terorganisasi atas sejumlah komponen yang
saling berkaitan dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan.
Sebagai suatu sistem, pengajaran mengandung sejumlah komponen
antara lain materi, metode, alat, dan evaluasi yang semuanya
berorientasi untuk mencapai tujuan instruksional yang telah
dirumuskan.

Sumber: https://nurhanifwachidah.blogspot.com/2017/10/model-
manajemen-perencanaan-kurikulum_80.html diakses pada 17 Maret 2020
15.20

Anda mungkin juga menyukai