Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Manajemen Sumber Daya
Manusia
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Manajemen Kinerja.
Kami menyadari selesainya makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak baik
secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu kami menyampaikan ucapan
banyak terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Unifah Rosyidi, M.Pd dan Dr. Rosmayana, M.Pd selaku dosen
pengampu mata kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia.
2. Teman-teman sekelas MP 2018 B yang mendukung kelompok kami dalam
menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Sumber
Daya Manusia dan memberikan manfaat bagi pembaca, khususnya untuk kami
sendiri. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhir
kata, peneliti berharap makalah ini bermanfaat bagi semua pihak, khususnya civitas
akademika Universitas Negeri Jakarta.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
5. Manfaat dan Tantangan Manajemen Kinerja ............................................... 50
C. 360-Degree Feedback (Umpan Balik 360 derajat)........................................... 54
1. Pengertian Umpan Balik 360 Derajat ........................................................... 54
2. Arah dan Tujuan Metode Umpan Balik 3600 ............................................... 58
3. Kelebihan dan Kekurangan Umpan Balik 3600 ........................................... 59
4. Persyaratan Pra Implementasi Metode Umpan Balik 3600 .......................... 61
BAB III ....................................................................................................................... 63
PENUTUP ................................................................................................................... 63
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 63
B. Saran ................................................................................................................. 64
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 65
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR TABEL
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses manajemen kinerja merupakan hal yang sangat penting sebagai sarana
pendekatan yang terintegrasi dan berkelanjutan untuk pengelolaan kinerja yang
prestasinya terisolasi dan sering tidak memadai atau skema penilaian kinerja.
Manajemen kinerja didasarkan pada prinsip manajemen dengan perjanjian atau
kontrak bukan hanya dari manajemen perintah. Manajemen kinerja menekankan
pengembangan dan inisiasi rencana pembelejaran yang dikelola serta sebagai
integrasi tujuan individu dan perusahaan. Hal tersebut dapat menghasilkan atau
memberikan sumber daya manusia yang terintegrasi dan koheren dengan proses yang
saling mendukung dan berkontribusi secara menyeluruh untuk meningkatkan
efektivitas organisasi.
Maka dari itu, makalah ini akan membahas mengenai konsep dasar
manajemen kinerja , praktek manajemen kinerja serta meninjau proses umpan balik
dengan metode multi penilaian menilai kinerja yang bertujuan untuk memberikan
manfaat bagi kita semua terutama organisasi, tim, dan individu agar hasil yang
diperoleh atau kinerja dari pekerja atau karyawan dapat mencapai hasil yang baik
sesuai dengan yang ditujukan oleh perusahaan.
B. Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksdu dengan manajemen kinerja ?
2. Apa tujuan manajemen kinerja ?
3. Apa dan bagaimana karakteristik manajemen kinerja ?
4. Apa dan bagaimana memahami manajemen kinerja ?
7
8
C. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini:
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia
2. Untuk memberi pengetahuan lebih kepada para pembaca mengenai Manajemen
Kinerja
D. Manfaat
Manfaat penulisan dari makalah ini adalah agar kami dapat menambah
wawasan dan memahami tentang “Manajemen Kinerja” serta bahan diskusi
kelompok, teman-teman sekelas, dan dosen.
8
BAB II
PEMBAHASAN
1
Arif Yusuf Hamali, Pemahaman Manajemen Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta : CAPS, 2016),
hlm.98
9
10
memperjelas tujuan mereka. Hal tersebut dapat dimiliki dan didorong oleh garis
pengelolaan.2
Menurut (Wibowo, 2013 : 7) Manajemen kinerja merupakan manajemen
tentang menciptakan hubungan dan memastikan komunikasi yang efektif.
Manajemen kinerja memfokuskan pada apa yang diperlakukan oleh organisasi,
manajer, dan pekerja untuk berhasil. Manajemen kinerja merupakan gaya
manajemen dalam mengelola sumber daya yang berorientasi pada kinerja yang
melakukan proses komunikasi secara terbuka dan berkelanjutan, dengan
menciptakan visi bersama dan pendekatan strategis serta terpadu sebagai
kekuatan pendorong untuk mencapai tujuan organisasi.3
Kinerja karyawan merupakan hasil sinergi dari sejumlah faktor yang
terdiri dari (Wirawan, 2012 : 7 ):4
a. Faktor Internal Karyawan
Faktor internal karyawan yaitu faktor-faktor dari dalam diri karyawan
yang merupakan faktor bawaan dari lahir dan faktor yang diperoleh ketika
karyawan itu berkembang. Faktor-faktor bawaan misalnya bakat, sifat pribadi,
serta keadaan fisik dan kejiwaan. Faktor-faktor yang diperoleh misalnya
pengetahuan, ketermapilan, etos kerja, pengalaman kerja, dan motivasi kerja.
faktor internal ini menentukkan kinerja karyawan sehingga semakin tinggi
faktor-faktor internal tersebut, maka semakin tinggi pula kinerja karyawan.
Dan semkin rendah faktor-faktor tersebut, maka semakin rendah pula
kinerjanya.
b. Faktor Lingkungan Internal Organisasi
Karyawan dalam melaksanakan tugasnya memerlukan dukungan
organisasi ditempatnya bekerja. Dukungan tersebut sangat mempengaruhi
tinggi rendahnya kinerja karyawan. Faktor internal organisasi misalnya
2
Michael Amstrong, Human Resource Management Practice, (London : Kogan Page Limited, 1997),
hlm. 495
3
Arif Yusuf Hamali, op.cit. hlm. 99-100
4
Ibid, Arif Yusuf Hamali, hlm. 101-102
11
5
Michael Amstrong, op.cit. hlm. 496
13
6
Ibid, Michael Amstrong, hlm. 496-497
14
7
Ibid, Michael Amstrong, hlm. 497-499
15
dicapai melalui dialog terbuka yang terjadi antara manajer dan individu di
seluruh tahun. Dengan kata lain, ini perlu dilihat sebagai kemitraan di mana
tanggung jawab bersama dan saling ditentukan.
d) Mengelola harapan
Manajemen kinerja pada dasarnya adalah tentang manajemen harapan.
Dengan menciptakan pemahaman tentang apa yang diperlukan untuk
meningkatkan kinerja. Cara ini akan dicapai dengan mengklarifikasi dan
menyetujui apa yang diharapkan dan dilakukan individu tentang bagaimana
mereka berperilaku. Hal ini menggunakan perjanjian sebagai dasar untuk
mengukur dan untuk mengkaji ulang, serta adanya persiapan rencana untuk
peningkatan kinerja dan pengembangan.
e) Manajemen kinerja dan perilaku diskresioner
Manajemen kinerja berkaitan dengan dorongan produktif perilaku
bebas. Seperti yang didefinisikan oleh Purcell dan timnya di Bath University,
School of Management (2003): Perilaku diskresioner mengacu pada pilihan-
pilihan agar individu dapat membuat atau melakukan pekerjaan seperti jumlah
usaha, perawatan, inovasi dan perilaku produktif secara bebas untuk mereka
tampilkan dan kembangkan. 'Purcell dan timnya, sementara meneliti
hubungan antara praktik SDM dan kinerja bisnis, dicatat bahwa ‘pengalaman
sukses yang terlihat dalam hasil kinerja membantu memperkuat sikap positif.
8
Ibid, Michael Amstrong, hlm. 499-500
9
Arif Yusuf Hamali, op.cit. hlm. 104-110
18
Strategi yang dapat ditempuh antara lain adalah, rotasi penugasan kebidang
pekerjaan yang berbeda akan memberikan tambahan pengalaman bagi tenaga
kerja agar karyawan menjadi memiliki keterampilan yang beragam, karyawan
yang memiliki kelebihan dan kemampuan dapat diberikan tugas yang lebih
berat dan menantang sehingga memberikan kontribusi lebih besar untuk
organisasi.
j. Kejujuran
Kejujuran termasuk mengekspresikan pendapat, menyampaikan fakta,
memberikan pertimbangan, dan perasaan. Kejujuran yang dilakukan dengan
proses penilaian berguna untuk menggali kebenaran secara luas dan akan
memperoleh manfaat besar. Proses penilaian akan memperluas pemahaman
bawahan dengan cara mengajak bawahan untuk secara jujur mengatakan apa
yang memotivasi bawahan, apa yang disukai dan tidak disukai bawahan atas
pekerjaan yang dilakukan, apa yang diinginkan, dan apa yang menjadi
kepentingan bawahan serta bagaimana bawahan harus dibantu. Tidak hanya
bawahan, manajer juga menceritakan hubungannya dengan bawahan tentang
hal apa yang disukai atau tidak disukai atas pekerjaan yang dilakukan oleh
bawahan, apresiasi, visi, serta presepsi dan pertimbangan tentang hambatan
terhadap keberhasilan dan sasaran lainnya.
k. Pelayanan
Manajer harus belajar membantu orang lain dengan baik, merupakan
proses pembelajaran jangka panjang dimana manajer membantu orang lain
agar menjadi lebih baik dan belajar tentang apa yang dapat berjalan dan tidak
dapat berjalan.
l. Tanggung jawab
Tanggung jawab merupakan prinsip dasar dibelakang pengembangan
kinerja. Pengembangan kinerja didasarkan pada anggapan bahwa karyawan
dapat mempengaruhi hasilnya dengan memperbaiki kecakapan dalam
21
6. Penilaian Kinerja
Kadang-kadang penilaian kerja diasumsikan sama dengan kinerja
pengelolaan. Tetapi ada perbedaan yang signifikan. Penilaian kinerja bisa
didefinisikan sebagai penilaian formal dan penilaian individu oleh manajer
mereka biasanya, seperti pertemuan tinjauan tahunan. Sebaliknya, manajemen
kinerja adalah proses manajemen yang berkelanjutan dan jauh lebih luas, lebih
komprehensif dan lebih alami yang menjelaskan harapan bersama, menekankan
peran dukungan manajer yang diharapkan untuk bertindak sebagai pelatih
daripada hakim, dan berfokus pada masa depan.
Penelitian yang dilakukan oleh CIPD pada tahun 2003 (Armstrong dan
Baron, 2004) memunculkan pandangan dari praktisi tentang manajemen kinerja
yaitu :10
Tabel 1. Perbedaan penilaian kinerja dengan manajemen kinerja
10
Michael Amstrong, op.cit. hlm. 500-501
23
11
Ibid, Michael Amstrong, hlm. 501-502
24
12
Arif Yusuf Hamali, op.cit. hlm. 120
26
13
Michael Amstrong, op.cit. hlm. 500
27
14
Michael Amstrong, Op.cit. hlm.503
15
Lijan Poltak Sinambela, Manajemen Sumber Daya Manusia: Membangun Tim Kerja Yang Solid
Untuk Meningkatkan Kinerja, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2016), hlm.505
29
16
Lijan Poltak Sinambela, Op.Cit, hlm. 505-506
31
mana hal-hal yang tidak berjalan dengan baik, sehingga tindakan korektif
dapat diambil.
Mengukur kinerja relatif mudah bagi mereka yang bertanggung
jawab mencapai target yang diukur, misalnya penjualan. Ini lebih sulit
dalam kasus pekerja pengetahuan, misalnya ilmuwan. Namun kesulitan ini
berkurang jika dibedakan dibuat antara dua bentuk hasil, yaitu output dan
outcomes.
Output adalah hasil yang dapat diukur secara kuantitatif,
sedangkan outcomes adalah efek yang terlihat yang merupakan hasil dari
upaya tetapi tidak selalu dapat diukur dalam ketentuan kuantitatif.
Ada komponen output dalam semua pekerjaan yang sulit diukur
secara kuantitatif. Tetapi semua pekerjaan menghasilkan hasil bahkan jika
mereka tidak dikuantifikasi. Oleh karena itu seringkali perlu untuk
mengukur kinerja dengan merujuk pada hasil yang telah dicapai
dibandingkan dengan hasil apa yang diharapkan, dan hasilnya mungkin
dinyatakan secara kualitatif sebagai standar atau tingkat kompetensi yang
harus dicapai. Itulah mengapa penting ketika menyetujui tujuan untuk
menjawab pertanyaan: ‘Bagaimana Akankah kita tahu bahwa tujuan ini
telah tercapai? 'Jawabannya perlu diungkapkan dalam bentuk: ‘Karena ini
dan itu akan terjadi.’ Itu ‘ini dan seperti 'akan didefinisikan sebagai output
dalam bentuk pertemuan atau melebihi jumlah yang diukur target,
menyelesaikan proyek atau tugas dengan memuaskan ('memuaskan' telah
didefinisikan), atau sebagai hasil dalam bentuk seperti mencapai standar
kinerja yang disepakati, atau memberikan tingkat layanan yang disepakati.
Namun, ketika menilai kinerja, juga perlu mempertimbangkan
input dalam bentuk tingkat pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh
dan perilaku yang ditunjukkan sesuai dengan standar yang ditetapkan
dalam kerangka kerja kompetensi dan pernyataan nilai-nilai inti. Perilaku
tidak dapat diukur secara kuantitatif, tetapi dapat dinilai terhadap definisi
34
apa yang merupakan perilaku yang baik dan tidak begitu baik, dan bukti
yang dapat digunakan untuk membuat penilaian itu dapat diidentifikasi.
Penggunaan ukuran kinerja
Survei CIPD (Chartered Institute of Personnel and Development)
tentang manajemen kinerja pada tahun 2003 (Armstrong dan Baron, 2004)
mengungkapkan bahwa demi kepentingan, ukuran kinerja berikut
digunakan oleh responden:
a) Pencapaian tujuan.
b) Kompetensi.
c) Kualitas.
d) Kontribusi kepada tim.
e) Layanan pelanggan.
f) Hubungan kerja.
g) Produktivitas.
h) Fleksibilitas.
i) Keterampilan / target pembelajaran.
j) Menyelaraskan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi.
k) Kesadaran bisnis.
l) Kesadaran finansial.
Perencanaan Kinerja
Bagian perencanaan kinerja dari urutan manajemen kinerja
melibatkan kesepakatan antara manajer dan individu tentang apa yang
perlu dilakukan mencapai tujuan, meningkatkan standar, meningkatkan
kinerja dan mengembangkan yang dibutuhkan kompetensi. Ini juga
menetapkan prioritas - aspek kunci dari pekerjaan yang menjadi perhatian
harus diberikan. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa makna dari
tujuan, kinerja standar dan kompetensi yang berlaku untuk pekerjaan
sehari-hari dipahami. Mereka adalah dasar untuk mengubah tujuan
menjadi tindakan. Kesepakatan juga dicapai pada tahap ini tentang
35
bagaimana kinerja akan diukur dan bukti yang akan digunakan untuk
menetapkan tingkat kompetensi. Penting untuk itu langkah-langkah dan
persyaratan bukti ini harus diidentifikasi dan disetujui sepenuhnya
sekarang karena mereka akan digunakan oleh individu maupun manajer
untuk memantau dan menunjukkan prestasi.
Perencanaan pengembangan pribadi
Rencana pengembangan pribadi menyediakan rencana aksi
pembelajaran untuk siapa individu bertanggung jawab dengan dukungan
manajer dan organisasi mereka. Mungkin termasuk pelatihan formal
tetapi, yang lebih penting, ini akan menggabungkan satu set yang lebih
luas kegiatan belajar dan pengembangan seperti belajar mandiri,
pembinaan, pendampingan, pekerjaan proyek, perluasan pekerjaan dan
pengayaan pekerjaan. Jika penilaian multi-sumber (Umpan balik 3600)
dipraktekkan di organisasi ini akan digunakan untuk membahas kebutuhan
pengembangan.
Rencana pengembangan mencatat tindakan yang disetujui untuk
meningkatkan kinerja dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan,
dan kemampuan. Ini kemungkinan akan fokus pada pengembangan di
pekerjaan saat ini - untuk meningkatkan kemampuan untuk melakukannya
dengan baik dan juga, yang penting, untuk memungkinkan individu untuk
mengambil tanggung jawab yang lebih luas, memperluas kapasitas mereka
untuk melakukan peran yang lebih luas. Karena itu rencana ini
berkontribusi pada pencapaian kebijakan yang berkelanjutan
pengembangan yang didasarkan pada keyakinan bahwa setiap orang
mampu belajar lebih banyak dan melakukan lebih baik dalam pekerjaan
mereka. Tetapi rencana itu juga akan berkontribusi untuk meningkatkan
potensi individu untuk melakukan pekerjaan tingkat yang lebih tinggi.
36
masa depan dan bagaimana masalah dalam memenuhi standar kinerja dan
mencapai tujuan dapat diselesaikan. Individu harus didorong untuk menilai
kinerja mereka sendiri dan menjadi agen aktif untuk perubahan dalam
meningkatkan hasil mereka. Manajer harus didorong untuk mengadopsi peran
pendukung yang tepat: melatih dan memberikan dukungan dan bimbingan.
Seharusnya tidak ada kejutan dalam tinjauan formal jika masalah
kinerja telah terjadi ditangani sebagaimana mestinya - karena mereka muncul
selama tahun ini. Tradisional penilaian seringkali tidak lebih dari analisis di
mana mereka yang terlibat sekarang, dan dari mana mereka berasal.
Pendekatan statis dan historis ini bukan kinerja apa manajemen adalah
tentang. Peran sebenarnya dari manajemen kinerja adalah melihat meneruskan
apa yang perlu dilakukan oleh orang-orang untuk mencapai tujuan pekerjaan,
untuk memenuhi tantangan baru, untuk memanfaatkan pengetahuan,
keterampilan, dan kemampuan mereka dengan lebih baik, untuk
mengembangkan kemampuan mereka dengan menetapkan agenda belajar
yang dikelola sendiri, dan untuk mencapai kesepakatan pada bidang apa pun
di mana kinerja perlu ditingkatkan dan bagaimana itu perbaikan harus
dilakukan. Proses ini juga membantu manajer untuk meningkatkan
kemampuan mereka kemampuan untuk memimpin, membimbing dan
mengembangkan individu dan tim untuk siapa mereka bertanggung jawab.
Praktik yang paling umum adalah memiliki satu tinjauan tahunan (65
persen responden untuk survei CIPD 2003). Ulasan dua kali setahun diadakan
oleh 27 persen responden. Ulasan ini mengarah langsung ke kesimpulan
perjanjian kinerja (pada pertemuan yang sama atau lebih baru). Dapat
dikatakan bahwa tinjauan formal tidak perlu dan bahwa lebih baik melakukan
tinjauan informal sebagai bagian dari barang normal praktik manajemen yang
harus dilakukan sesuai kebutuhan. Ulasan informal seperti itu berharga
sebagai bagian dari proses manajemen kinerja yang berkelanjutan
39
Tetapi ada segala yang bisa dikatakan untuk review tahunan atau
setengah tahunan yang meringkas kesimpulan dicapai pada ulasan
sebelumnya dan memberikan dasar yang kuat untuk yang baru perjanjian
kinerja dan kerangka kerja untuk meninjau kinerja secara informal, kapan saja
sesuai.
1) Kriteria untuk menilai kinerja
Kriteria untuk menilai kinerja harus seimbang antara:
a) Prestasi dalam kaitannya dengan tujuan;
b) Tingkat pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki dan diterapkan
(kompetensi);
c) Perilaku dalam pekerjaan karena memengaruhi kinerja (kompetensi);
d) Sejauh mana perilaku menjunjung tinggi nilai-nilai inti organisasi;
e) Efektivitas sehari-hari.
Kriteria tidak boleh terbatas pada beberapa tujuan yang diukur,
seperti yang sering dilakukan kasus dalam skema penilaian tradisional.
Dalam banyak kasus pertimbangan paling penting akan menjadi
efektivitas pemegang pekerjaan sehari-hari dalam memenuhi kelanjutan
standar kinerja yang terkait dengan tugas utama mereka. Mungkin tidak
mungkin untuk menyetujui target terkuantifikasi baru yang berarti untuk
beberapa pekerjaan setiap tahun. Perlu perhatian yang sama diberikan
kepada perilaku yang telah menghasilkan hasil untuk hasil itu sendiri.
Ulasan tersebut dapat disimpulkan dengan peringkat kinerja.
2) Melakukan rapat tinjauan kinerja
Ada 12 aturan untuk melakukan pertemuan tinjauan kinerja:
a) Persiapan. Manajer harus bersiap dengan merujuk pada daftar tujuan
yang disepakati dan catatan mereka tentang kinerja sepanjang tahun.
Mereka harus membentuk pandangan tentang alasan keberhasilan atau
kegagalan dan memutuskan di mana memberikan pujian, yang
masalah kinerja harus disebutkan dan langkah apa yang mungkin
40
3. Peringkat Kinerja
Sebagian besar skema manajemen kinerja mencakup beberapa bentuk
peringkat. Ini menunjukkan kualitas kinerja atau kompetensi yang dicapai atau
ditampilkan oleh seorang karyawan oleh memilih level pada skala yang paling
dekat dengan tampilan menilai seberapa baik kinerja individu tersebut. Skala
penilaian seharusnya membantu dalam membuat penilaian dan memungkinkan
penilaian tersebut dikategorikan ke menginformasikan keputusan pembayaran
kontribusi atau kontribusi, atau hanya untuk menghasilkan instan ringkasan untuk
mencatat seberapa baik atau tidak baiknya seseorang melakukannya.
a. Alasan untuk peringkat
Ada empat argumen untuk peringkat:
1) Ini mengakui fakta bahwa kita semua membentuk pandangan keseluruhan
kinerja orang yang bekerja untuk kita dan masuk akal untuk
mengekspresikan pandangan itu secara eksplisit menentang kerangka
acuan alih-alih menyembunyikannya. Dengan demikian manajer dapat
ditahan untuk memperhitungkan peringkat yang mereka buat dan
diharuskan untuk membenarkannya.
2) Berguna untuk merangkum penilaian tentang orang - yang menunjukkan
siapa yang luar biasa berkinerja atau kurang berkinerja dan yang
merupakan pemain inti yang andal sehingga tindakan dapat diambil
(pengembangan atau bentuk hadiah).
3) Tidak mungkin memiliki pembayaran kinerja atau kontribusi tanpa
peringkat - di sana harus menjadi metode yang menghubungkan ukuran
penghargaan dengan tingkat individu prestasi. Namun, ini sebenarnya
tidak terjadi: banyak organisasi dengan kontribusi atau pembayaran
kinerja tidak termasuk peringkat sebagai bagian dari kinerja proses
manajemen (23 persen responden pada e-reward 2005 survei).
4) Ini menyampaikan pesan yang jelas kepada orang-orang tentang
bagaimana mereka melakukan dan dapat memotivasi mereka untuk
44
untuk definisi level menjadi positif daripada negatif dan bagi mereka untuk
memberikan panduan sebanyak mungkin tentang pilihan peringkat. Sama
pentingnya untuk memastikan bahwa definisi level sesuai dengan budaya
organisasi dan perhatian khusus diberikan untuk memastikan bahwa manajer
menggunakannya selurus mungkin.
c. Masalah dengan peringkat
Peringkat sebagian besar subjektif dan sulit untuk mencapai
konsistensi antara peringkat yang diberikan oleh manajer yang berbeda (cara
mencapai penilaian yang konsisten adalah didiskusikan di bawah). Karena
pengertian 'kinerja' sering tidak jelas, subjektivitas dapat meningkat.
Sekalipun obyektivitas tercapai, untuk meringkas total kinerja seorang dengan
peringkat tunggal adalah penyederhanaan berlebihan yang mungkin kompleks
serangkaian faktor yang mempengaruhi kinerja itu - untuk melakukan ini
setelah diskusi terperinci tentang kekuatan dan kelemahan menunjukkan
bahwa peringkat akan menjadi dangkal dan sewenang-wenang pertimbangan.
Memberi label orang sebagai 'rata-rata' atau 'di bawah rata-rata', atau apa pun
yang setara istilah yang digunakan, bersifat merendahkan dan menurunkan
motivasi.
Seluruh rapat tinjauan kinerja dapat didominasi oleh kenyataan bahwa
itu akan terjadi akhiri dengan peringkat, sehingga sangat membatasi
pandangan ke depan dan perkembangan fokus pertemuan, yang sangat
penting. Ini terutama terjadi jika peringkat mengatur kenaikan upah kinerja
atau kontribusi.
d. Mencapai konsistensi dalam peringkat
Masalah dengan skala penilaian adalah bahwa itu sangat sulit, jika
bukan tidak mungkin tanpa manajemen yang sangat cermat, untuk
memastikan bahwa pendekatan yang konsisten diadopsi oleh manajer
bertanggung jawab atas peringkat, dan ini berarti kinerja atau kontribusi
keputusan pembayaran akan dicurigai. Hampir tidak dapat dihindari bahwa
46
beberapa orang akan lebih murah hati daripada yang lain, sementara yang lain
akan lebih keras pada staf mereka. Beberapa manajer mungkin tidak konsisten
dalam distribusi peringkat kepada staf mereka karena mereka menuruti
permintaan dalam pilih kasih atau prasangka.
Tentu saja peringkat dapat dipantau dan ditantang jika distribusinya
signifikan out of line, dan sistem berbasis komputer telah diperkenalkan untuk
ini tujuan di beberapa organisasi. Tetapi banyak manajer ingin melakukan
yang terbaik untuk staf mereka, baik karena mereka benar-benar percaya
bahwa mereka lebih baik atau karena mereka berusaha bantuan kari. Mungkin
sulit dalam situasi ini untuk menantang mereka.
Metode yang tersedia untuk meningkatkan konsistensi dijelaskan di
bawah ini.
1) Latihan
Pelatihan dapat berlangsung dalam bentuk lokakarya 'konsistensi' bagi
para manajer yang membahas bagaimana peringkat dapat dibenarkan
secara objektif dan menguji keputusan penilaian pada data ulasan kinerja
yang disimulasikan. Ini dapat membangun tingkat pemahaman bersama
tentang tingkat peringkat.
2) Ulasan rekan
Kelompok manajer bertemu untuk meninjau pola penilaian dan
tantangan satu sama lain keputusan atau distribusi yang tidak biasa. Proses
moderasi atau kalibrasi ini memakan waktu tetapi mungkin cara terbaik
untuk mencapai tingkat konsistensi yang masuk akal, terutama ketika
anggota kelompok berbagi pengetahuan tentang pertunjukan staf masing-
masing sebagai pelanggan internal.
3) Pemantauan
Distribusi peringkat dipantau oleh departemen pusat, biasanya SDM,
yang menantang setiap pola yang tidak biasa dan mengidentifikasi serta
mempertanyakan seperti apa rupanya perbedaan yang tidak dapat
47
17
Lijan Poltak Sinmbela, Op.Cit, hlm. 495
51
c. Suatu cara untuk mengarahkan semua pegawai pada tujuan dan sasaran yang
sama dan untuk mengordinasikan daya upaya mereka gar mencapai tujuan
tersebut.
d. Suatu cara untuk membantu pegawai agar merasa dimotivasi dan dihargai.
e. Cara untuk mengomunikasikan apa yang diharapkan dalam pekerjaan para
pegawi dan keputusan-keputusan apa yang dapat diambil sendiri oleh
pegawai.
f. Suatu metode untuk mendokumentasikan permasalahan kerja. 18
18
Lijan Poltak Sinmbela, Op.Cit, hlm.499
19
Ibid, Michael Amstrong, hlm. 521
55
umpan balik yang tidak bias dari sumber-sumber anonim yang mengetahui kinerja
anak buah mereka.20.
20
Adryanto, Michael, 2011, Mengenali Metode Penilaian 360 Derajat, diakses: 10 November 2019,
http://michaeladryanto.wordpress.com/2011/11/09/mengenali-metode-penilaian-360-derajat/
21
Ibid, Michael Amstrong, hlm. 522
57
22
Akrani, Gaurav, 2013, 360 Degree Appraisal: Meaning and Six Parties Involved In It, online journal,
India: Kaylan City Life, diakses: 10 November 2019, http://kalyan-city.blogspot.com/2011/05/360-
degree-appraisal-meaning-and-six.html
58
23
Lharansia, Resty, 2009, Faktor-faktor Penentu Efektivitas Sistem Penilaian Kompetensi 360 Derajat
pada PT. X Bogor, Skripsi, Bogor: Institut Pertanian Bogor
59
24
Adryanto, Loc.Cit.
60
Adapun sisi negatif yang harus diwaspadai dari metode ini menurut Adryanto
adalah:
a. Karena biasanya dilakukan secara anonim, karyawan yang memperoleh
penilaian tidak bisa mendapatkan penjelasan lebih lanjut mengenai apa yang
melatarbelakangi penilaian tersebut. Dalam situasi seperti ini, penerimaan
terhadap hasil penilaian tentu cenderung menurun.
b. Karena dilakukan oleh para penilai yang kurang berpengalaman dan kurang
terlatih, akurasi hasil penilaian ini cenderung meragukan. Apa yang terjadi
kemudian adalah inflasi nilai —dimana kinerja semua orang tampak bagus—
atau sebaliknya deflasi nilai.
c. Karena dilakukan oleh banyak penilai, tidak jarang hasil penilaian yang
diperoleh justru saling bertentangan tanpa bisa ditentukan penilaian siapa
yang sebenarnya lebih akurat (Vinson, 1996).
d. Berbeda dengan penilaian kinerja konvensional yang hanya membutuhkan
dua penilai dan satu formulir, metode ini mempersyaratkan adanya beberapa
penilai dengan sejumlah formulir. Konsekuensinya, untuk menerapkan
penilaian 3600, diperlukan lebih banyak waktu.
b. Kedua, karena terdidik dalam lingkungan budaya lisan, masyarakat kita tidak
terbiasa untuk menuangkan pikiran dalam bentuk tulisan. Dengan demikian,
ketika harus menuliskan umpan balik yang diharapkan, mereka cenderung
mengalami kesulitan untuk mengungkapkannya secara jelas. Konsekuensinya,
tidak mudah untuk mengidentifikasi aspek apa yang sebenarnya sudah dinilai
bagus dan aspek apa yang masih harusditingkatkan.
c. Ketiga, mengingat sifatnya yang mudah memaafkan, orang
Indonesiacenderung bersikap murah hati ketika dimintai umpan balik.
Akibatnya, penilaian yang diberikan bisa jadi tidak akurat — tidak
mencerminkan perilakudan kinerja yang sebenarnya.
25
Adryanto, Loc.Cit.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis
organisasi, kepuasan konsumen, dan memberikan kontribusi pada ekonomi
disebut kinerja. Kinerja membahas tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang
dicapai dari pekerjaan tersebut serta apa yang dikerjakan dan bagaimana cara
mengerjakannya. Manajemen Kinerja yaitu proses sistematis untuk meningkatkan
kinerja organisasi dengan mengembangkan kinerja individu dan tim. Di dalam
manajemen kinerja diperlukan kesamaan pandangan antara setiap individu
terhadap tim di dalam suatu organisasi untuk bisa bersinergi dan satu pandangan
dengan tujuan serta visi misi organisasi. Kesamaan ini yang akan membangun
kinerja yang baik antar individu yang berpengaruh terhadap produktivitas
organisasi.
Manajemen Kinerja memiliki siklus yang membutuhkan kinerja yang baik
di dalamnya. Siklus pertama yaitu pengembangan peran. Dimana profil peran
memberikan dasar untuk menyetujui tujuan dan metode pengukuran kinerja dan
menilai tingkat kompetensi tercapai dan menghasilkan perjanjian kinerja yang
dilakukan rencana perbaikan yang mungkin diperlukan, dan rencana
pengembangan pribadi. Lalu dilanjut dengan pengelolaan yang dinilai setiap
tahunnya untuk mendapatkan hasil selama setahun agar mendapatkan hasil untuk
meningkatkan kualitas ataupun memberbaiki yang kurang baik di tahun
sebelumnya.
63
Evaluasi ini disebut sebagai umpan balik 360o yaitu evaluasi yang
menggabungkan umpan balik dari para pegawai itu sendiri, rekan kerjanya, atasan
langsung, para bawahannya dan pelanggan. Metode ini digunakan untuk
mengevaluasi agar mendapatkan penilaian mengenai kebutuhan pelatihan dan
pengembangan dan mempersiapkan informasi yang berkaitan dengan kompetensi
untuk perencanaan
B. Saran
Manajemen kinerja merupakan proses sistematis untuk meningkatkan
kinerja organisasi dengan mengembangkan kinerja individu dan tim. Dimana
merupakan bagian penting dalam meningkatkan kinerja di dalam sebuah
organisasi. Manajemen kinerja harus dapat melihat, merencanakan, mengelola,
mengevaluasi dan membuat pengembangan kedepannya pada sebuah organisasi
agar sumber daya yang dimiliki dapat bekerja secara maksimal guna memenuhi
produktivitas organisasi sesuai dengan tujuan dan visi misi organisasi
64
DAFTAR PUSTAKA
Adryanto, M. (2011, November 9). Mengenali Metode Penilian 360 Derajat. Dipetik
November 10, 2019, dari
https://michaeladryanto.wordpress.com/2011/11/09/mengenali-metode-
penilaian-360-derajat/
Akrani, G. (2013). 360 Degree Appraisal: Meaning and Six Parties Involved In It,
online journal, India. Dipetik November 10, 2019, dari http://kalyan-
city.blogspot.com/2011/05/360-degree-appraisal-meaning-and-six.html
Amstrong, M. (1997). Human Resource Management Practice. London: Kogan Page
Limited.
Hamali, A. Y. (2016). Pemahaman Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta:
CAPS.
Lharansia, R. (2009). Faktor-Faktor Penentu Sistem Penilaian Kompetensi 360
Derajat pada PT. X Bogor. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Sinambela, L. P. (Jakarta). Manajemen Sumber Daya Manusia: Membangun Tim
Kerja yang Solid untuk Meningkatkan Kinerja. 2016: PT Bumi Aksara.
65