Anda di halaman 1dari 5

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala karuniaNya kepada
penulis sehingga makalah dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam semoga selalu
tercurah kepada Nabi Muhammad SAW penghulu para Nabi dan pembawa risalah ketuhanan
yang terbalut dalam ajaran Islam rahmatanlil’alamin.

Penulis mengungkapkan banyak rasa terimakasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu dan bersedia bekerja sama dalam penulisan makalah ini sehingga makalah dapat
diselesaikan sepenuhnya walaupun banyak kendala yang dihadapi dalam proses penulisannya.
Penulis tidak lupa pula mengungkapkan banyak rasa terimakasih kepada Dosen Pengampu Mata
Kuliah Diagnosa Kesulitan Belajar / Pengajaran Remedial Dr. Hj. Darmayanti, M.Pd / Zain
Ahmad Fauzi, M.Pd yang telah memberikan tugas ini dalam rangka menambah wawasan dan
khazanah ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang pendidikan.

Penulis menyadari sepenuhnya makalah ini masih jauh dari kata sempurna karena
kurangnya ilmu dan pengalaman penulis tersendiri dalam pembuatan makalah ini. Oleh karena
itu, penulis mohon maaf sebesarnya atas kekurangan yang terdapat dalam makalah ini dan
penulis menerima dengan lapang dada kritik dan saran demi perbaikan makalah penulis
kedepannya.

Akhir kata penulis berharap dengan adanya makalah ini setidaknya dapat menambah
wawasan dan ilmu pengetahuan bagi penulis sendiri dan bagi pembaca.

Banjarmasin, 3 Maret 2021

Kelompok 5
E. Ciri-Ciri Anak Yang Mengalami Gangguan Kesulitan Belajar

Sudah menjadi harapan setiap pendidik, agar peserta didiknya dapat mencapai hasil
belajar yang sebaik-baiknya sesuai dengan tujuan yang telah digariskan dalam proses belajar
mengajar di sekolah. Namun, kenyataannya yang dihadapi tidak selalu menunjukkan apa yang
diharapkan itu dapat terealisir sepenuhnya. Banyak peserta didik yang menunjukkan tidak dapat
mencapai hasil belajar sebagaimana yang diharapkan oleh para pendidiknya. Guru sering
menghadapi dan menemukan siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar. Untuk itu Penting
bagi orang tua dan guru untuk mengetahui ciri-ciri kesulitan belajar pada siswa. Adapun ciri-ciri
kesulitan belajar yang di alami siswa yaitu :

 Memori buruk seperti kesulitan mengingat apa yang guru katakan padanya.
 Memiliki kesulitan memahami konsep pembelajaran
 Selalu mengeluh dan temperamental dalam kegiatan pembelajaran
 Memiliki kesulitan memahami dan mengikuti instruksi
 Tidak memiliki koordinasi dalam berjalan, olahraga, atau keterampilan
 Bertindak tanpa benar-benar memikirkan kemungkinan hasil (impulsif)
 Kesulitan untuk tetap fokus; mudah terganggu
 Kesulitan mengucapkan sepatah kata dengan keras atau mengungkapkan pikiran
 Masalah dengan nilai sekolah dari minggu ke minggu atau hari ke hari
 Sulit mendengarkan
 Mudah kehilangan atau salah menempatkan pekerjaan rumah, buku sekolah, atau barang-
barang lainnya
 Menolak melakukan pekerjaan rumah atau kegiatan yang melibatkan membaca, menulis
atau menghitung, atau secara konsisten tidak dapat menyelesaikan tugas pekerjaan rumah
tanpa bantuan signifikan.
 Bertindak atau menunjukkan penolakan, permusuhan atau reaksi emosional yang
berlebihan di sekolah atau saat melakukan kegiatan akademik, seperti pekerjaan rumah
atau membaca.

F. Memahami Gangguan Kesulitan Prilaku dan Emosional Anak


Anak dengan gangguan emosi dan perilaku yang telah terdeteksi biasanya mendapatkan
layanan pendidikan dan penanganan di sekolah luar biasa bagian E (tunalaras), di sekolah-
sekolah khusus, ataupun di sekolah-sekolah inklusi. Namun persoalannya adalah apabila anak
belum terdeteksi memiliki gangguan emosi dan perilaku dan berada di sekolah dasar. Dalam hal
ini guru berperan sebagai penanggung jawab pendidikan di sekolah termasuk menentukan
metode dan teknik pembelajaran untuk mereka. Metode dan teknik pembelajaran dihendaknya
disesuaikan dengan karakteristik khusus masing-masing anak. Apalagi untuk anak dengan
gangguan emosi dan perilaku memiliki sejumlah karakter akan menghambat proses
pembelajaran, bila tidak diperhitungkan dalam pemberian pendidikan dan pembelajaran.
Mengetahui kondisi awal perilaku dan emosi anak sebelum melakukan pembelajaran akan lebih
baik bagi guru dalam melaksanakan layanan pendidikan bagi anak. Apabila gangguan emosi dan
perilaku pada anak belum terdeteksi dan tidak dispesifikkan menjadi pertimbangan layanan
pendidikan di sekolah dasar, maka proses pendidikan sangat mungkin tidak sesuai bagi mereka
dan bahkan cenderung sulit, baik bagi guru sebagai pengelola materi maupun bagi siswa.

Gangguan emosi dan perilaku di sekolah dasar lebih sulit dideteksi dibanding jenis
kebutuhan khusus lainnya. Hal itu karena karakteristik gangguan emosi dan perilaku mencakup
populasi yang beraneka ragam dan tipe penyimpangan yang berbeda-beda (Nafsiah Ibrahim &
Rohana Aldi, 1996). Selain itu para guru di sekolah dasar belum memiliki pengetahuan dan
keterampilan dalam proses identifikasi yang akan membedakan gangguan emosi dan perilaku
anak dari perilaku umum masa anak-anak yang tidak termasuk sebagai gangguan emosi dan
perilaku. Tidak adanya upaya khusus dari guru di sekolah dasar untuk memperbaiki gangguan
emosi dan perilaku karena belum ada pengetahuan tentang konsep dan fenomena anak dengan
gangguan emosi dan perilaku serta penanganannya.

Gangguan emosi dan perilaku bila dicermati secara mendalam, akan terlihat perilaku
anak memiliki intensitas dan frekuensi yang berlebih, durasi perilakunya pun bertahan lebih lama
dibandingkan dengan anak normal sebayanya. Namun demikian, diperlukan pengetahuan dan
keterampilan khusus untuk mendukung upaya identifikasi anak dengan gangguan emosi dan
perilaku yang seharusnya dimiliki oleh guru-guru dan praktisi pendidikan di sekolah dasar. Di
samping itu, guru selain berperan sebagai pedagog (pendidik), dalam menghadapi siswa dengan
gangguan emosi dan perilaku juga seharusnya berperan sebagai diagnostician (penentu
karakteristik dan jenis kebutuhan khusus dan berkemampuan melakukan treatmen) (Triyanto
Pristiwaluyo & M. Sodiq AM., 2005). Keterampilan identifikasi anak dengan gangguan emosi
dan perilaku sangat dibutuhkan sebagai prasyarat untuk menjadi guru yang mampu menjadi
pedagog dan diagnostician yang baik.

Para guru di sekolah reguler perlu dibekali dengan berbagai pengetahuan beserta
karakteristik anak dengan gangguan emosi dan perilaku agar mampu melakukan identifikasi
terhadap mereka, baik yang sudah menjadi terdaftar sebagai peserta didik pada sekolah yang
bersangkutan maupun yang belum masuk sekolah yang ada atau bertempat tinggal di sekitar
sekolah. Dengan identifikasi yang tepat guru dapat memberikan bantuan pelayanan yang sesuai
untuk mendukung layanan pendidikan optimal bagi mereka.
Dapusnya ya sayang :

Abdurrahman, Mulyono. 2010. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka
Cipta.

Mulyadi. 2010. Diagnosis Kesulitan Belajar & Bimbingan Terhadap Kesulitan Belajar Khusus.
Yogyakarta: Nuha Litera.

Nafsiah Ibrahim, Rohana Aldy. (1996). Etiologi dan Terapi Anak Tunalaras, Depdiknas Dikti.

Triyanto Pristiwaluyo & M. Sodiq AM. (2005). Pendidikan Anak Gangguan Emosi. Depdiknas
Dikti.

Anda mungkin juga menyukai