Disusun Oleh:
Kelas 5 C PGSD
Kelompok 9
4. Norhidayah (1810125120028)
6. Riska Norfahma (1810125120030)
7. Siti Aulia Rahmi (1810125120032)
33. Syaurian Akbar (1810125310001)
2
KATA PENGANTAR
Kelompok 9
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................3
BAB II......................................................................................................................4
ISI.............................................................................................................................4
BAB III..................................................................................................................12
PENUTUP..............................................................................................................12
A. Kesimpulan.................................................................................................12
B. Saran...........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan inklusif adalah sistem penyelenggaraan pendidikan
yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki
kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan atau bakat istimewa untuk
mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam satu lingkungan
pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya.
Pada Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 32 ayat (1) yang menegaskan
“setiap warga berhak mendapatkan pendidikan”; Undang-Undang Dasar
1945 Pasal 32 ayat (2) yang menegaskan “setiap warga ank a wajib
mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya”.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Pasal 5 ayat (1) yang menegaskan “setiap warga negara
mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu”.
Undang-undang inilah yang menjadi bukti kuat hadirnya pendidikan
inklusi ditengah masyarah.
Pada pendidikan dasar, kehadiran pendidikan inklusi perlu
mendapat perhatian lebih. Pendidikan inklusif sebagai layanan pendidikan
yang mengikutsertakan anak berkebutuhan khusus (ABK) belajar bersama
anak normal (non-ABK) usia sebayanya di kelas anak luar/biasa yang
terdekat dengan tempat tinggalnya. Menerima ABK di Sekolah terdekat
merupakan mimpi yang indah yang dirasakan orang tua yang memiliki
anak dengan kebutuhan khusus.
Sayangnya, Sekolah Inklusi yang sudah “terlanjur” menerima tidak
langsung dengan mudahnya menangani anak-anak yang sekolah dengan
kebutuhan khusus itu. Kurikulum harus dapat disesuaikan dengan kelas
1
yang heterogen dengan karakteristik ABK dan regular. Guru belum siap
untuk menangani anak-anak dikelasnya dengan karakteristik yang berbeda.
Pendidikan khusus merupakan pendidikan yang diperuntukan bagi
peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses
pembelajaran karena memiliki kelainan fisik, emosional, mental, sosial,
dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Oleh karena itu,
untuk mendorong kemampuan pembelajaran mereka dibutuhkan
lingkungan belajar yang kondusif, baik tempat belajar, metoda, sistem
penilaian, sarana dan prasarana serta yang tidak kalah pentingnya adalah
tersedianya media pendidikan yang memadai sesuai dengan kebutuhan
peserta didik.
Pemerintah sebagai faktor utama dalam membuat kebijaksanaan
pendidikan mengupayakan program pemerataan pendidikan dengan
penyelenggaraan pendidikan inklusif. Pendidikan inklusif adalah suatu
kebijaksanaan pemerintah dalam mengupayakan pendidikan yang bisa
dinikmati oleh setiap warga negara agar memperoleh pendidikan tanpa
memandang anak berkebutuhan khusus dan anak normal agar bisa
bersekolah dan memperoleh pendidikan yang layak dan berkualitas untuk
masa depan hidupnya.
Pendidikan inklusif yang kini berjalan belum terealisasi secara
maksimal. Masyarakat pun belum memahami mengenai paradigma
pendidikan inklusif sehingga tidak dapat berpartisipasi didalamnya.
Partisipasi masyarakat merupakan komponen yang sangat penting bagi
keberhasilan pendidikan inklusif.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana Pendidikan Inklusi sebagai upaya untuk mengembalikan
sekolah umum/regular sesuai jalurnya ?
2. Bagaimana Pendidikan Inklusi sebagai sebuah paradigma layanan
pendidikan, bukan sebuah label ?
3. Bagaimana Pendidikan inklusif sebagai bagian dari inclusive society ?
2
C. Tujuan
Tujuan makalah ini adalah sebagai berikut
1. Untuk mengetahui bagaimana Pendidikan Inklusi sebagai upaya untuk
mengembalikan sekolah umum/regular sesuai jalurnya
2. Untuk mengetahui bagaimana Pendidikan Inklusi sebagai sebuah
paradigma layanan pendidikan, bukan sebuah label
3. Untuk mengetahui bagaimana Pendidikan inklusif sebagai bagian dari
inclusive society
3
BAB II
ISI
4
Lembaga pendidikan dan perangkat lembaga menaunginya jarang
memikirkan mencukupi SDM yang bertujuan untuk bisa melayani sekua
masyarakat tanpa kecuali, Sekolah umum/reguler biasanya berorientasi
pemenuhan guru umum. Jarang terpikirkan memenuhi gurunatau tenaga
lainnya yang bisa melayani siswa-siswa yang mempunyai kebutuhan
khusus dan sejenisnya (tidak dalam kategori normal). Seharusnya
pemenuhan SDM selain guru umum, perlu dipenuhi. Saat ini biasanya
hanya guru bimbingan konseling (BK) yang sudah menjadi program
pemerintah, itupun mulai sekolah menengah pertama. Jenjang sekolah
dasar masih dirangkap oleh guru kelas. Pemenuhan sarana dan prasarana
yang akses untuk semua orang tentu merupakan keharusan yang segera
dipenuhi. Sebenarnya peraturan perundang-undangan mengenai fasilitas
umum (termasuk lembaga pendidikan yang akses sudah ada, baik beruba
Undang-Undang atau Peraturan Menteri Pekerjaan Umum. Simak
misalnya UU No. 27 tahun 2002 pasal 27 ayat 2 tentang ketentuan
aksebilitas pembangunan gedung.
5
Inklusi merupakan sebuah proses dua arah untuk meningkatkan
partisipasi dalam belajar dan mengidentifikasi serta mengurangi atau
menghilangkan hambatan untuk belajar dan berpartisipasi. Strategi inklusi
harus berfokus pada interaksi antara anak dan lingkungannya. Pada
prinsipnya dalam inklusi, setiap orang berbagi visi yang sama tentang
bagaimana anak harus belajar, bekerja dan bermain bersama. Setiap orang
harus yakin, bahwa pendidikan hendaknya inklusif, adil dan tidak
diskriminatif.
6
untuk anak normal dan sekolah untuk anak berkebutuhan khusus. Hal ini
ditegaskan oleh Susan Stainback (1994) dengan sebutan pendidikan bagi
semua siswa dalam sebuah regular (Education ALL Students in Regular
Education) atau dikenal dengan pendidikan inklusif (Budiyanti, 2017: 2).
Pendidikan insklusi menjadi paradigama baru di Indonesia sebagai
bentuk ketidakpuasan penyelenggaraan pendidikan bagi anak-anak yang
memilkii kelainan dengan menggunakan sistem segregasi yaitu sebuah
sitem yang memisahkan anak berkelaianan dengan anak normal. Hak
belajar bersama dan diperlakukan adil dalam proses pendidikan tanpa
memandangan kondisi anak adalah hak semua anak. Sebab pendidikan
diperlukan untuk dapat membantu mengoptimalkan potensi yang dimiliki
anak sebagai bekal hidup untuk hidup dalam masyarakat normal.
Hadirnya pendidikan inklusif menjadi salah satu solusi bagi anak
berkelainan, baik kondisi fisik, intelektual, sosial, emosi, bahasa atau
kondisi lainnya untuk dapat memperoleh pendidikan yang seperti anak
normal. Sekolah harus menciptakan suasana penerimaan yang kondusif
bagi semua anak untuk belajar bersama terlepas dari kecacatan yang
dimiliki. Dengan sistem pendidikan inklusif menunjukkan bahwa
keberagaman itu berasal dari masyarakat sehingga semua orang harus
dihargai dah dihormati serta berhak mengenyam pendidikan di sekolah
yang sama tanpa heterogen. Melalui pendidikan inklusif, anak yang
memiliki kelaianan bersama anak normal diedukasi dalamm keberagaman
kondisi untuk belajar bersama-sama guna mengoptimalkan potensi-potensi
yang dimiliki sehingga dapat membantu anak tersebut dalam menjalankan
hidup secara lebih mandiri.
Pada dasarnya paradigma pendidikan inklusif memberikan
kesempatan memperoleh pendidikan yang berkualitas, adil dan tidak ada
diskriminatif bagi masyarakat sehingga anak tidak lagi dibedakan
berdasarkan label atau karakterisitik tertentu atau dengan kata lain semua
anak berada dalam satu pendidikan yang sama. Artinya pendidikan inklusi
ini bukan sebuah merk sekolah tapi sebuah layanan maksudnya disini
sekolah yang menerapkan pendidikan inklusi tidak di cap sebagai sekolah
7
anak berkebutuhan khusus dan anak normal namun dijadikan sebagai
sebuah layanan pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan bahwa
semua anak berhak mendapatkan pendidikan dan perlakuan yang sama
tanpa dibeda-bedakan yang mana pada dasarnya pendidikan adalah milik
semua orang, tanpa melihat kaya atau miskin, tua atau muda, bahkan orang
yang normal dengan orang berkebutuhan khusus. Sehingga pendidikan
dapat dinikmati oleh semua orang tanpa terkecuali. Jika ada sebuah label,
maka dikhawatirkan bisa menjadi layanan pendidikan eksklusif yang bisa
membuat beberapa anak tidak bisa mengenyam pendidikan juga akan
membuat anak merasa di diskriminasi.(Yuwono, imam dan Utomo, 2015:
1-2).
8
menerimanya sebagai keniscayaan. Sikap inklusif dalam masyarakat
didasarkan pada sikap yang mau saling menghargai segala perbedaan dan
menjadikanya sebagai pengikat dalam membangun harmonisasi hidup
bukan justru menonjolkan nilai particular masing masing.
Pendidikan inklusi merupakan pendidikan yang tidak diskriminatif,
dan dalam setting pendidikan inklusi, anak mempunyai hak yang sama
untuk mendapatkan pendidikan, termasuk Anak Berkebutuhan Khusus
(ABK). Dalam rangka mewujudkan pendidikan inklusi tersebut,
ditetapkan sekolah penyelenggara pendidikan inklusi.
Sekolah penyelenggara pendidikan inklusi adalah, sekolah-sekolah
umum yang menerima dan memberikan layanan khusus kepada Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) tanpa diskriminasi. Di sekolah ini, Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) diberikan kesempatan yang sama untuk
mengembangkan potensinya, mendapatkan kesempatan belajar dan
bersosialisasi.
Semua anak memiliki hak sama dalam mendapatkan hak
pendidikan, tidak terkecuali bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).
Semua pihak bertanggung jawab dan memastikan bahwa hak anak tersebut
dapat dipenuhi sebagaimana mestinya. Pihak sekolah, baik kepala sekolah,
guru, dan tenaga kependidikan, berperan penting dalam mewujudkan
terpenuhinya hak pendidikan bagi semua anak tanpa ada diskriminasi.
Melalui pendidikan inklusif tersebut, dapat mensukseskan
pendidikan untuk semua atau dikenal dengan EFA ( Education For All),
yaitu pendidikan yang merata untuk semua lapisan masyarakat tanpa
membedakan SARA, yaitu suku, ras agama maupun antar golongan.
Pendidikan adalah hak warga negara tanpa kecuali, baik berupa
pendidikan formal maupun non formal. Dengan demikian, pendidikan
menjadi hak mendasar yang sudah semestinya menjadi hak semua anak,
tanpa kecuali.
Sekolah penyelenggara pendidikan inklusif sebenarnya bagian dari
masyarakat yang inklusif (inclusive society). Savon sevin (2008)
menggambarkan masyarakat yang inklusif dengan pola sebagai berikut :
9
Gambaran masyarakat yang inklusif merupakan masyarakat yang
berbineka, yaitu masyarakat yang heterogen dan saling melengkapi.
Sekolah sebagai tempat untuk menyiapkan agar para siswa nantinya akan
mempunyai kesiapan untuk menempuh kehidupan di masyarakat yang
heterogen. Sebenarnya makna ini sudah tidak asing lagi untuk membentuk
masyarakat gotong royong. Bukan masyarakat yang menuju egoisme
Sementara itu, persepsi atau pandangan masyarakat terhadap Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) perlu diluruskan. Masyarakat perlu
diberikan pemahaman, bahwa Anak Berkebutuhan Khusus (ABK pun
dapat diterima pada sekolah umum.
Masalah tidak tersedianya Sekolah Luar Biasa atau SLB pada
semua daerah, jangan dijadikan alasan untuk menghalangi Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) tidak dapat mengenyam pendidikan yang
layak atau berhenti sekolah. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) tetap
dapat melanjutkan di sekolah umum.
10
Oleh sebab itu, sekolah umum harus dapat menerima Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK), sesuai dengan kondisi dan kemampuan
yang ada, dan kepada seluruh pihak di sekolah tersebut diberikan
wawasan yang cukup tentang apa pendidikan inklusi dan itu Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK).
Keberagaman di kalangan siswa merupakan aset yang patut
disyukuri, karena dapat memperkaya pembelajaran, bukan sebagai faktor
penghambat proses pembelajaran. Menurut paradigman baru pendidikan
sekarang ini, bahwa inklusivitas dalam pembelajaran berhasil
meningkatkan mutu sekolah.
Tujuan yang diharapkan dapat dicapai oleh masyarakat dalam
pelaksanaan pendidikan inklusif antara lain adalah:
1. masyarakat akan merasakan suatu kebanggaan karena lebih banyak
anak mengikuti pendidikan di sekolah yang ada di lingkungannya.
2. semua anak yang ada di masyarakat akan terangkat dan menjadi
sumber daya yang potensial, yang akan lebih penting adalah bahwa
masyarakat akan lebih terlibat di sekolah dalam rangka menciptakan
hubungan yang lebih baik antara sekolah dan masyarakat
( Tarmansyah, 2007:112-113).
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
12
Dengan adanya makalah ini diharapkan kepada teman-teman
mahasiswa agar dapat meningkatkan pemahaman tentang perencanaan
pembelajaran, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator dan tujuan
pembelajaran.
Dengan keterbatasan pemikiran dan sumber materi yang menjadi
acuan dalam pembutan makalah ini maka kami harapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun dalam penyusunan makalah selanjutnya.
13
14
DAFTAR PUSTAKA
15