Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MAKALAH KELOMPOK

”PENDIDIKAN INKLUSIF MIPA”


Mata Kuliah Konsep-Konsep MIPA
Dosen Pengampu Mata Kuliah Dr. Mamik Suendarti

Disusun Oleh :
Kelompok 9
Kelas :
1a Pascasarjana Non-Reguler A
Anggota Kelompok :
Mazidah Qurrotu Aini 20217270042
Dian Nurkhusyufisyamsi 20217270016
Jenni Mutiarawati Khair 20217270031
Tika Supriati 20217270172

PROGRAM PASCA SARJANA PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA


UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“Pendidikan Inklusif MIPA” unruk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah Konsep-
Konsep MIPA.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tenetang “Pendidikan Inklusif
MIPA” ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Jakarta, 14 Oktober 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB 1 : PENDAHULUAN.......................................................................................................1
Pendahuluan...........................................................................................................................1
Rumusan Masalah..................................................................................................................2
Tujuan....................................................................................................................................2
BAB 2 : PEMBAHASAN..........................................................................................................3
A. Pengertian Pendidikan Inklusif.......................................................................................3
B. Landasan Pendidikan Inklusif.........................................................................................4
C. Tujuan Pendidikan Inklusif.............................................................................................4
D. Faktor Keberhasilan Pendidikan Inklusif........................................................................5
E. Manfaat Pendidikan Inklusif...........................................................................................6
F. Bentuk Kurikulum dan Model Pendidikan Inklusif........................................................7
G. Unsur Pelaksana Pendidikan Inklusif..............................................................................8
H. Model Kebutuhan Media Pendidikan..............................................................................8
I. Pendidikan Inklusif MIPA............................................................................................13
BAB 3 : KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................................14
A. Kesimpulan...................................................................................................................14
B. Saran..............................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................16

ii
BAB 1 : PENDAHULUAN

Pendahuluan

Setiap warga negara memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang
bermutu. Dengan karakteristik dan kebutuhan yang tidak sama antara satu dengan yang
lainnya, bukan berarti pihak penyelenggara pendidikan boleh melakulan diskriminasi kepada
mereka yang mempunyai kebutuhan khusus. Dengan setiap keistimewaan dan kelebihan yang
dimiliki tiap anak, diharapkan pendidikan di Indonesia mampu mencerdaskan mereka dalam
semua bidang, tidak hanya cerdas dari segi pengetahuan, namun juga dari segi mental dan
spiritual.

Pendidikan khusus merupakan pendidikan yang diperuntukan bagi peserta didik yang
memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena memiliki kelainan
fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.
Oleh karena itu, untuk mendorong kemampuan pembelajaran mereka dibutuhkan
lingkungan belajar yang kondusif, baik tempat belajar, metoda, sistem penilaian, sarana
dan prasarana serta yang tidak kalah pentingnya adalah tersedianya media pendidikan yang
memadai sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

Seiring dengan perjalanan kehidupan social bermasyarakat, ada pandangan bahwa


mereka anak-anak penyandang dissabilitas dianggap sebagai sosok individu yang tidak
berguna, bahkan perlu diasingkan. Namun, seiring dengan perkembangan peradaban
manusia, pandangan tersebut mulai berbeda. Keberadaannya mulai dihargai dan memiliki hak
yang sama seperti anak normal lainnya. Hal ini sesuai dengan apa yang diharapkan dalam
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31 ayat 1 dan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional dapat disimpulkan bahwa Negara memberikan jaminan
sebenarnya kepada anak-anak berkebutuhan khusus untuk memperoleh layanan pendidikan
yang berkualitas. Hal ini menunjukkan bahwa anak-anak berkebutuhan khusus mendapat
kesempatan yang sama dengan anak-anak normal lainnya dalam pendidikan

Hanya saja, jika ditinjau dari sudut pandang pendidikan, karena karakteristiknya yang
berbeda dengan anak normal pada umumnya menyebabkan dalam proses pendidikannya
mereka membutuhkan layanan pendekatan dan metode yang berbeda dengan pendekatan
khusus Pemerintah sebagai faktor utama dalam membuat kebijaksanaan pendidikan

1
mengupayakan program pemerataan pendidikan dengan penyelenggaraan pendidikan
inklusif. Pendidikan inklusif adalah suatu kebijaksanaan pemerintah dalam mengupayakan
pendidikan yang bisa dinikmati oleh setiap warga negara agar memperoleh pendidikan tanpa
memandang anak berkebutuhan khusus dan anak normal agar bisa bersekolah dan
memperoleh pendidikan yang layak dan berkualitas untuk masa depan hidupnya.
Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud pendidikan inklusif?


2. Apa landasan pendidikan inklusif?
3. Apa tujuan pendidikan inklusif?
4. Apa saja faktor keberhasilan pendidikan inklusif?
5. Apa manfaat dari pendidikan inklusif?
6. Bagaimana bentuk kurikulum dan model pendidikan inklusif?
7. Apa saja yang menjadi unsur pelaksana pendidikan inklusif?
8. Bagaimana model kebutuhan media pendidikan?
9. Bagaimana proses pendidikan inklusif MIPA?
Tujuan

1. Menjelaskan pengertian pendidikan inklusif.


2. Menjelaskan landasan pendidikan inklusif.
3. Menjelaskan tujuan pendidikan inklusif.
4. Mendeskripsikan faktor keberhasilan pendidikan inklusif.
5. Menjelaskan manfaat pendidikan inklusif.
6. Menjelaskan bentuk kurikulum dan model pendidikan inklusif.
7. Mendeskripsikan unsur pelaksana pendidikan inklusif.
8. Menjelaskan model kebutuhan media Pendidikan
9. Menjelaskan pendidikan inklusif MIPA

2
BAB 2 : PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Inklusif

Definisi pendidikan inklusif terus menerus berkembang sejalan dengan semakin


mendalamnya renungan orang terhadap praktik yang ada. Beberapa definsi pendidikan
inklusif yaitu sebagai berikut:

 Pendidikan inklusif adalah penggabungan pendidikan regular dan pendidikan khusus


kedalam satu sistem persekolahan yang dipersatukan untuk mempertemukan
perbedaan kebutuhan semua siswa
 Pendidikan inklusif merupakan suatu bentuk implementasi filosofi yang mengakui
kebhinekaan antar manusia yang mengemban misi tunggal untuk membangun
kehidupan bersama yang lebih baik dalam rangka meningkatkan kualitas pengabdian
kepada Tuhan Yang Maha Esa
 Menurut Permen No 70 tahun 2009 pasal 1 menyatakan bahwa pendidikan inklusif
adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada
semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dana tau
bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam lingkungan
pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya.
 Pendidikan inklusif adalah pendidikan regular yang disesuaikan dengan kebutuhan
peserta didik yang memiliki kelainan dan atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat
istimewa pada sekolah regular dalam satu kesatuan yang sistematik. Pendidikan
inklusif mengakomodasi semua anak berkebutuhan khusus yang mempunyai IQ
normal diperuntukkan bagi yang memiliki kelainan, bakat istimewa, kecerdasan
istimewa dan atau yang memerlukan pendidikan layanan khusus.
 Pengertian pendidikan inklusif yang dirumuskan dalam seminar AGRA dan disetujui
oleh 55 negara (terutama dari selatan) yaitu:
1) Pengertian pendidikan inklusif lebih luas daripada pendidikan formal karena
mencakup pendidikan di rumah, masyarakat, sistem non formal dan informal
2) Mengakui bahwa semua anak dapat belajar
3) Memungkinkan struktur, system, dan metodologi pendidikan memenuhi
kebutuhan semua anak

3
4) Mengakui dan menghargai berbagai perbedaan pada diri anak meliputi usia, jenis
kelamin, etika, bahasa, kecacatan, status HIV/AIDS.
5) Merupakan proses dinamis yang senantiasa berkembang sesuai dengan budaya
dan konteksnya
 Pendidikan inklusif adalah sistem layanan pendidikan yang mengsyaratkan anak
berkebutuhan khusus belajar di sekolah-sekolah terdekat di kelas biasa bersama
teman-teman seusianya.[ CITATION Joh94 \l 1057 ]
B. Landasan Pendidikan Inklusif

Landasan Pendidikan inklusif adalah Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Bab


IV pasal V tentang hak dan kewajiban warga negara. Hak dan kewajiban warga negara
sebagai berikut:
1. Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh Pendidikan yang
bermutu.
2. Warga negara yang mempunyai kelainan fisik, emosional, mental, intelelktual atau
sosial berhak mendapatkan layanan Pendidikan khusus.
3. Warga negara yang memiliki kecerdasan khusus dan bakat istimewa berhak
mendapatkan Pendidikan khusus.
4. Setiap warga negara berhak mendapatkan kesempatan meningkatkan pendidikan
sepanjang hayat.

C. Tujuan Pendidikan Inklusif

Tujuan Pendidikan inklusif adalah memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada


semua peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental dan social atau
memiliki potensi kecerdasan atau bakat istimewa untuk memperoleh Pendidikan yang
bermutu sesuai kebutuhan dan kemampuan. Menurut Abdul Salim Choiri (2009:89) ada
beberapa prinsip pendidikan inklusif, yaitu:
1. Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dasar yang lebih baik.
2. Setiap anak berhak memperoleh layanan pendidikan pada sekolah-sekolah yang ada
disekitarnya.
3. Setiap anak memiliki potensi, bakat, dan irama perkembangan masing-masing yang
harus diberikan layanan secara tepat.
4. Pendekatan pembelajaran bersifat fleksibel, kooperatif, dan berdaya guna.
5. Sekolah adalah bagian integral dari masyarakat.

4
Sedangkan secara umum prinsip penyelenggaraan pendidikan inklusif di Indonesia
dirumuskan sebagai berikut:
1. Pemerataan dan Peningkatan Mutu.
Pemerintah bertanggungjawab terhadap pemerataan kesempatan memperoleh layanan
pendidikan dan peningkatan mutu.
2. Kebutuhan Individual.
Setiap anak memiliki kemampuan dan kebutuhan yang berbeda-beda menyesuaikan
kondisi anak.
3. Kebermaknaan
Pendidikan inklusif harus menciptakan dan menjaga komunitas kelas yang ramah,
menerima keanekaragaman, dan menghargai perbedaan.
4. Keberlanjutan
Pendidikan inklusif diselenggarakan secara berkelanjutan pada semua jenjang
Pendidikan.
5. Keterlibatan
Penyelenggaraan Pendidikan inklusif harus melibatkan seluruh komponen Pendidikan
terkait.
D. Faktor Keberhasilan Pendidikan Inklusif

Faktor-faktor penentu keberhasilan agar implementasi Pendidikan inklusif tetap bertahan


lama adalah:
1. Kerangka yang kuat.
Didukung oleh kerangka nilai-nilai keyakinan, prinsip, dan indikator keberhasilan.
2. Implementasi berdasarkan budaya.
Solusi harus dikembangkan dengan memanfaatkan sumber-sumber yang ada.
3. Partisipasi berkesinambungan.
Pendidikan inklusif merupakan proses dinamis, senantiasa berubah-ubah dan tidak
dapat diprediksi.
4. Pengembangan kerangka.
Kerangka yang kuat merupakan komponen utama pendidikan inklusif.

5
E. Manfaat Pendidikan Inklusif

Manfaat Pendidikan Inklusi diantaranya adalah :


1. Membangun kesadaran dan konsesus pentingnya pendidikan inklusif sekaligus
menghilangkan sikap dan nilai yang diskriminatif
2. Melibatkan dan memperdayakan masyarakat melakukan analisis situasi pendidikan
lal, mengumpulkan informasi semua anak yang setiap distrik dan mengidentifikasi
alasan mengapa mereka tidak sekolah
3. Mengidentifikasi hambatan berkaitan dengan kelainan fisik, social dan masalah lain
nya terhadap akses dan pembelajaran
4. Melibatkan masyarakat dalam melakukan perencanaan dan monitoring mutu
pendidikan bagi semua anak
5.  Memiliki system dan kurikulum pembelajaran yang sama. Anak bisa mendapatkan
kesempatan belajar yang sama dengan sarana, fasilitas, sistem pembelajaran, dan
kurikulum yang tidak berbeda dengan anak reguler. Meski ada pendamping khusus,
anak-anak yang belajar di sekolah inklusif bisa tetap nyaman menjalani metode
pembelajaran sama setiap hari.
6. Memberikan pemahaman hak dan kewajiban yang sama. Setiap anak berhak
mendapatkan pendidikan yang sama dan wajib belajar keras demi meraih masa depan
cerah. Meski memiliki keterbatasan, anak-anak tetap semangat belajar di sekolah
inklusif karena memiliki persamaan hak dan kewajiban sebagai pelajar reguler.
7. Mendorong rasa kemandirian yang tinggi. Jangan biarkan anak-anak dengan
kebutuhan khusus merasa minder dan rendah diri. Memberikan kesempatan mereka
belajar di sekolah inklusif bisa menghapus perasaan tersebut.
8. Bisa mendapatkan pendidikan yang terbaik. Semua berhak mendapatkan pendidikan
yang terbaik, termasuk belajar di sekolah favorit pun. Kata siapa anak-anak reguler
dari kalangan atas saja yang bisa belajar di sekolah favorit, anak dengan kebutuhan
khusus memiliki kesempatan yang sama.
9. Bisa Menjalin Persahabatan Dengan Anak Reguler Lain. Persahabatan tanpa
memandang kekurangan fisik menjadi manfaat pendidikan jalur inklusif yang tidak
boleh kamu abaikan.
10. Pengajaran yang kolaboratif. Sistem pengajaran yang kolaboratif dengan dua guru
dalam satu kelas bukan hal mustahil. Anak bisa tetap belajar optimal dengan adanya
guru pendamping di kelas inklusif ini.

6
11. Bisa menghargai perbedaan. Biarkan anak tumbuh dengan pribadi yang bisa
menghargai perbedaan di sekitar, termasuk keistimewaan anak yang berbeda.
12. Bisa Memberikan Pemahaman Dan Rasa Toleransi Tinggi. Anak akan tumbuh
menjadi pribadi yang memahami, memiliki toleransi tinggi dan suka membantu teman
yang mengalami kesulitan. Meski teman memiliki keterbatasan fisik, Kamu tidak
akan menjauhi mereka, ‘kan?
13. Kesempatan Mengembangkan Kemampuan Akademik Atau Non Akademik. Semua
anak yang lahir ke dunia unik, meski memiliki keterbatasan fisik pun. Tidak menutup
kemungkinan siswa sekolah inklusif bisa mengembangkan kemampuan di bidang
akademik dan non akademik tanpa memandang fisik.
14. Meningkatkan Kemampuan Sosialisasi Di Lingkungan Sekitar. Kehidupan nyata
dimana orang-orang bergaul yang sesungguhnya bisa lebih kejam. Menyekolahkan
anak di lembaga pendidikan inklusif bisa meningkatkan kemampuan sosialisasi dan
komunikasi dengan keberagaman sekitar.
F. Bentuk Kurikulum dan Model Pendidikan Inklusif

Kurikulum adalah seoerangkat rencana pembelajran yang di dalamnya menampung


pengaturan tentang tujuan,sisi, proses, dan evaluasi. Model kurikulum pada pendidikan
inklusif dibagi tiga, yaitu:
a) Model Kurikulum Reguler Penuh
Model Kurikulum Reguler Penuh yaitu kurikulum yang mengikutsertakan peserta
didik berkebutuhan khusus untuk mengikuti kurikulum regular sama seperti kawan
kawan lain nya di dalam kelas yang sama.
b) Model Kurikulum Regular Dengan Modifikasi
Model Kurikulum Regular Dengan Modifikasi adalah kurikulum yang dimodifikasi
oleh guru pada strategi pembelajaran, jenis penilaian,maupun pada program tambahan
lainya dengan tetap mengacu pada kebutuhan peserta didik berkebutuhan khusus,
kepala seklah, orang tua dan tenaga ahli lainya yang terkait.
c) Model Kurikulum PPI
Model Kurikulum PPI yaitu kurikulum yang dipersiapkan guru program PPI yang
dikembangkan bersama tim pengembang yang melibtkan guru kelas, guru pendidikan
khusus, kepala sekolah, orang tua, dan tenaga ahli lain yang terkait. Kurikulum PPI
atau dalam bahsa inggris Individualized education Program (IEP) merupakan
karakteristik paling kentara dari pendidikan inklusif. Konsep pendidikan inklusif yang

7
berprinsip adanya persamaan mansyaratkan adanya penyesuaian model pembelajaran
yang tanggap terhadap perbedaan individu. Maka PPI atau IEP menjadi hal yang perlu
mendapatkan penekanan lebih. Thomas M. Stephens mennyatakan bahwa IEP
merupakan pengelolaan yang melayani kebutuhan unik pesera didik dan merupakan
layanan yang disediakan dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan seta
bagaimana efektivitas program tersebut akan ditentukan.

G. Unsur Pelaksana Pendidikan Inklusif

Komponen- komponen yang tekait dengan media pendidikan adalah sebagai berikut :
1) Sumberdaya manusia
2) Bahan
3) Peraltan
4) Lingkungan
5) Teknik
6) Pesan

Sedangkan unsur pelaksana media pendidikan dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1) Guru di sekolah biasa


2) Guru Pendidikan Khusus
3) Dokter
4) Psikolog
5) Ahli pendidiikan luar biasa
6) Ahli olah raga
7) Konselor
8) Social worker
9) Speechtherapy
10) Fisioterapi
11) Ahli Tekhnologi Komunikasi /ICT ; dan lain lain.

H. Model Kebutuhan Media Pendidikan

Kata media berasal dari bahasa Latin “Medium” yang berarti perantara atau pengantar.
Secara definisi disebutkan media merupakan saran penyalur pesan atau informasi belajar
yang hendak disampaikan oleh sumber pesan kepada sasaran atau penerima pesan tersebut. [
CITATION Yus11 \l 1057 ]

8
Media Pendidikan adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan
dari pengirim ke penerima sehingga dapar merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan
minat siswa sedemikian rupa sehingga menunjang aktivitas belajar siswa. Dalam hal ini
media pendidikan merupakan salah satu pendukung yang efektif dalam membantu
terjadinya proses belajar sebagai upaya proses pengalaman belajar yang efektif dan efisien.

Setiap proses pembelajaran melibatkan penggunaan media di dalamnya seperti media


yang banyak digunakan adalah media verbal yaitu berupa kata-kata yang diucapkan oleh
pendidik. Semua benda dan alat yang ada di sekolah jika dirancang dan digunakan dalam
kegiatan belajar disebut dengan media pembelajaran.[ CITATION Mam21 \l 1057 ]

Berbagai jenis media yang dapat digunakan dalam proses komunikasi pembelajaran
menurut Koyo Kartasurya digolongkan menjadi empat jenis, yakni :
1) Media visual : Gambar, foto, sketsa, diagram grafik, karton poster, peta dan globe.
2) Media dengar : Radio, tape, rekorder, laboratorium bahasa, dan CD.
3) Project still media : Slide, OHP.
4) Project motion media : TV, Video, Komputer.[ CITATION Wij91 \l 1057 ]

Sementara menurut Amir Hamzah Suleiman, media pendidikan dapat digolongkan


menjadi enam jenis, yakni :

1) Alat-alat visual dua dimensi pada bidang yang tidak transparan, gambar, grafik, peta,
poster.
2) Berbagai papan : Papan tulis, white board, papan planel.
3) Visual 3 dimensi : benda asli, model, barang/alat tiruan.
4) Audio : radio, tape rekorder, CD.
5) Audio Visual Murni : Film
6) Demonstrasi dan Widya Wisata. [ CITATION Wij91 \l 1057 ]

Pemanfaatan media pengajaran pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan efisiensi


dan efektivitas pengajaran. Dengan bantuan media, siswa diharapkan menggunakan
sebanyak mungkin alat inderanya untuk mengamati, mendengar, merasakan, meresapi,
menghayati dan pada akhirnya memiliki sejumlah pengetahuan, sikap dan keterampilan
sebagai hasil belajar.[ CITATION Uma14 \l 1057 ]

9
Perencanaan penggunaan media pembelajaran di sekolah penyelenggara pendidikan
inklusif perlu memperhatikan kriteria-kriteria berikut agar sesuai dengan mata pelajaran,
kondisi, dan potensi perserta didik :

1. Kriteria Umum
Kriteria umum mengklasifikasikan media pembelajaran dari beberapa segi fungsi dan
peranannya seperti berikut :
a) Segi edukatif
Segi edukatif berarti bahwa media pendidikan harus sesuai dengan kurikulum
yang berlaku, yang harus mengacu kepada kompetensi yang diharapkan, materi,
metode pembelajaran dan sesuai dengan jenis, jenjang dan satuan pendidikan serta
tingkat perkembangan anak.
b) Segi teknis
Segi teknis meliputi kebenaran media (validity), ketepatan ukuran media,
ketelitian media, keamanan dan kemudahan penggunaan, keawetan dan ketahanan
serta kejelasan panduan
c) Segi estetika
Segi estetika menyangkut bentuk dan warna. Bentuk dan warna yang menarik dan
estetik (indah) akan mendapat daya tarik bagi peserta didik.
d) Efektivitas dan efisiensi
Media pend6idikan yang efektif dan efisien adalah apabila penggunaan media
pendidikan tersebut dapat menghemat waktu, tenaga dan tepat mencapai
sasaran/tujuan.
2. Kriteria Khusus
Kriteria khusus adalah kriteria yang dituangkan dalam bentuk spesifikasi media yang
biasanya meliputi rupa/bentuk, ukuran, bahan, dan warna dari media Pendidikan
tersebut yang disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik. Hal penting yang perlu
diperhatikan dalam perencanaan pengadaan media Pendidikan yaitu perlu dilakukan
analisis kurikulum, khususnya yang berkaitan dengan kompetensi yang diharapkan,
materi pembelajaran, strategi dan metode yang dipakai. Berikut adalah contoh lembar
analisis kebutuhan media Pendidikan :

10
Mata Pelajaran : .............................................................
Satuan Pendidikan : .............................................................
Kelas : .............................................................
Kompetens Media Pendidikan yang dibutuhkan
i / Sub Materi Metode Keterangan
Nama Bentuk Ukuran Bahan
Komp

Tabel 1 Lembar Analisis Kebutuhan Media Pendidikan

Sedangkan berdasarkan karakteristiknya maka model media pendidikan dapat


digolongkan menjadi dua bagian yaitu :

1. Media dua dimensi


Media dua dimensi disebut juga media grafis, yaitu media yang memiliki ukuran,
panjang dan lebar. Contohnya : Media grafik, media bentuk papan, dan media cetak.
2. Media tiga dimensi :
Media tiga dimensi dapat berwujud sebagai benda asli baik hidup dan mati, dan dapat
pula berwujud sebagai tiruan yang mewakili aslinya. Media tiga dimensi memiliki
bentuk model seperti model padat, model penampang, model susun, model kerja,
mock up, dan media proyeksi seperti film, slide, OHP dan lainnya. [ CITATION
Nan10 \l 1057 ]

Berikut adalah contoh-contoh media pembelajaran yang secara khusus dirancang


berdasarkan karakteristik peseserta didik dalam pendidikan inklusif, antara lain :

1. Tunanetra
Contoh media : Peta timbul, radio, audio, penggaris braille, blokjes, papan baca,
model anatomi mata, meteran braille, puzzle buah-buahan, talking watch, kompas

11
braille, botol aroma, bentuk-bentuk geometri, tape recorder, komputer dengan
software Jaws, media tiga dimensi, media dua dimens, braille kit, mesin tik braille,
kamus bicara, kompas bicara, printer braille, color sorting box.
Ruangan belajar yang disertai sistem Low Vision: CCTV, Magnifier Lens Set,
View Scan, Televisi, Microscope, large print berupa tulisan peringatan yang
diperbesar sesuai kondisi mata anak.
2. Tunarungu
Contoh media : Foto-foto, video, kartu huruf, kartu kalimat, anatomi telinga, miniatur
benda, finger alphabet, torso setengah badan, puzzle buah-buahan, puzzle binatang,
puzzle konstruksi, silinder, model geometri, menara segitiga, menara gelang, menara
segiempat, atlas, globe, peta dinding, miniatur rumah adat.
3. Tunagrahita dan Anak Lamban Belajar
Contoh media : Gradasi kubus, gradasi balok, gradasi silinder, menara gelang, kotak
silinder, multi indra, puzzle binatang, puzzle konstruksi, puzzle bola, box sortir
warna, geometri tiga dimensi, papan geometri, konsentrasi mekanik, puzzle set,
abakus, papan bilangan, kotak bilangan, sikat gigi, dressing frame set, pias huruf, pias
kalimat, alphabet fibre box, bak pasir, papan keseimbangan, power raider.
4. Tunadaksa
Kartu abjad, kartu kata, kartu kalimat, torso seluruh badan, geometry shape, menara
gelang, menara segi tiga, gelas rasa, botol aroma, abakus, papan pasak, kotak
bilangan.
5. Tunalaras
Contoh media : Animal matching games, sand pits, animal puzzle, fruit puzzle, flute,
constructive puzzle, torso, organ, konsentrasi mekanik, rebana.
6. Anak Berbakat
Contoh media : Buku paket, buku referensi, buku pelengkap, buku bacaan, majalah,
koran, internet, modul, lembar kerja, komputer, VCD, museum, perpustakaan, TV,
OHP, chart.
7. Kesulitan pembelajaran
Contoh media bagi Disleksia : Kartu abjad, kartu kata, kartu kalimat.
Contoh media bagi Disgrafia : Kartu abjad, kartu kata, kartu kalimat, balok bilangan,
pias angka, kotak bilangan, papan bilangan.
8. Autis

12
Contoh media : Kartu abjad, kartu kata, kartu kalimat, konsentrasi mekanik,
komputer, menara segitiga, menara gelang, fruit puzzle, constructive puzzle.

9. Tunaganda
Disesuaikan dengan karakteristik kelainannya.
10. HIV dan AIDS
Disesuaikan dengan kondisi anak, berat ringan penyakit, dan setting pelayanan
pendidikan
11. Korban Penyalahgunaan Narkoba
Disesuaikan dengan kondisi anak, tergantung berat ringannya kondisi anak.
12. Indigo
Digunakan media seperti anak pada umumnya.

I. Pendidikan Inklusif MIPA

Pada mata pelajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA), proses dan
kegiatan pembelajaran harus memperhatikan proses dan kegiatan pembelajaran diutamakan
menggunakan media dan model pembelajaran yang tepat, sesuai dengan konsep pendidikan
inklusif. Jika pembelajaran dilakukan dengan penggabungan Anak Berkebutuhan Khusus
(ABK) dan Anak yang Normal, namun khusus untuk ABK harus ada pendamping dan
pengajar khusus.
Dibutuhkan suatu strategi tersendiri dalam pembelajaran untuk ABK. Karakteristik
spesifik untuk disesuaikan dengan pembelajaran inklusif meliputi perkembangan sensori
motorik, kognitif, kemampuan bahasa, keterampilan diri, kemampuan berinteraksi sosial
serta kreativitasnya.[ CITATION Ria19 \l 1057 ]. Adapun berikut ini beberapa media
pembelajaran MIPA pada sekolah penyelenggara pendidikan inklusif diantaranya : Buku
pelajaran khusus disesuaikan dengan kebutuhan seperti buku braille, alat hitung sesuai
kebutuhan seperti cubaritme atau alat hitung braille, alat ukur fisika berhuruf braille,
anatomi tubuh manusia, garputala, cermin, sikat getar, TV/VCD/DVD, komputer, kaset
rekaman, dan laboratorium MIPA.

13
BAB 3 : KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan pada makalah ini dapat disimpulkan beberapa hal berikut :

 Pendidikan inklusif adalah pendidikan regular yang disesuaikan dengan kebutuhan


peserta didik yang memiliki kelainan dan atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat
istimewa pada sekolah regular dalam satu kesatuan yang sistematik. Pendidikan inklusif
mengakomodasi semua anak berkebutuhan khusus yang mempunyai IQ normal
diperuntukkan bagi yang memiliki kelainan, bakat istimewa, kecerdasan istimewa dan
atau yang memerlukan pendidikan layanan khusus.
 Landasan Pendidikan inklusif adalah Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Bab
IV pasal V tentang hak dan kewajiban warga Negara.
 Tujuan Pendidikan inklusif adalah memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada
semua peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental dan social atau
memiliki potensi kecerdasan atau bakat istimewa untuk memperoleh Pendidikan yang
bermutu sesuai kebutuhan dan kemampuan.
 Faktor-faktor penentu keberhasilan agar implementasi Pendidikan inklusif tetap bertahan
lama adalah: kerangka yang kuat, Implementasi berdasarkan budaya, solusi harus
dikembangkan sengan memanfaatkan sumber sumber yang ada, partisifasi
berkesinambungan, dan pengembangan kerangka.
 Manfaat pendidikan inklusif salah satunya adalah membangun kesadaran dan pentingnya
pendidikan inklusif serta menghilangkan sikap dan nilai deskriminatif, mengidentifikasi
hambatan yang berkaitan dengan kelainan fisik, sosial dan masalah lainya terhadap akses
dan pembelajaran, melibatkan masyarakat dalam melakukan perencanaan dan
monitoring.
 Model kurikulum pada pendidikan inklusif yaitu model regular penuh dan model
kurikulum PPI
 Komponen komponen yang terkait dengan media pendidikan adalah sumberdaya
manusia,bahan, peralatan, lingkungan, teknik, pesan, sedangakan unsur pelaksana media
pendidikan adlah guru di sekolah biasa, guru pendidikan khusus,doctor, psikolog, ahli
pendidikan luar biasa, ahli olahraga, konselor, sosial worker, speechtherapi, fisiotherapi
dan ahli teknologi komunikasi.

14
 Model kebutuhan media pendidikan untuk inklusif harus disesuaikan materi
pembelajaran, kondisi serta potensi peserta didik, dan harus memperhatikan kriteria
kriteria Antara lain dari segi edukatif, dari segi teknis, dari segi estetika dan efektivitas
dan efisiensi
 Pendidikan inklusif MIPA proses dan kegiatan pembelajaran diutamakan menggunakan
media dan model pembelejaran yang tepat, sesuai dengan konsep pendidikan inklusif.
B. Saran

Dari berbagai peraturan perundangan dan kesepakatan yang ada tersebut telah mencakup
hampir semua hak anak-anak berkebutuhan khusus, hannya yang masih menjadi kendala atau
permasalahan adalah point pada pelanggaran hak-hak anak yang belum ada sangsinya
sehingga masih belum adanya pencapaian hak-hak tersebut secara optimal. Sebagai calon
pendidik, harus tetap mampu mewujudkan hak-hak anak berkebutuhan tersebut sehingga
tidak ada deskriminasi karena telah diketahui tujuan pendidikan penting bagi semua orang.
Masyarakat pun harus memiliki kesadaran untuk peduli dengan anak berkebutuhan khusus
bukan tindakan pengucilan yang dilakukan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Miarso, Y. H. (2011). Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Prenada Media


Group.
O'Neill, J. (1994). Can Inclusion Work? A Conversation with Jim Kauffman and Mara
Sapon-Shevin. New York: Educational Leadership.
Rianingsih, D. (2019). Pembelajaran IPA Berkebutuhan Khusus ABK Materi SIstem
Organisasi Kehidupan di SMP Muhammadiyah 2 Kediri. Prosiding Seminar Nasional
V . doi:978-602-5699-83-2
Sudjana, N., & Rivai, A. (2010). Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Suendarti, M. (2021). Konsep-Konsep MIPA. Jakarta: PT Pustaka Mandiri.
Suleiman, A. H. (1981). Media Audio-Visual Untuk Pengajaran, Penerangan, dan
Penyuluhan. Jakarta: Gramedia.
Umar. (2014). Media Pendidikan : Peran dan Fungsinya dalam Pembelajaran. Jurnal
Tarbawiyah, 11(1).
Wijaya, C., & Rusyan, T. (1991). Kemampuan Dasar Guru Dalam Proses Belajar Mengajar.
Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

16

Anda mungkin juga menyukai