PENDIDIKAN INKLUSI
Disusun Oleh :
Nama : Febiola M. Safar
Nim : 192,371,049
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah yang maha kuasa atas segala limpahan rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun
isinya yang sederhana semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca. Shalawat serta salam
penulis panjatkan kepada junjungan besar kita Nabi Muhammad Shallahualaihi Wasallam
,para sahabat beserta para keluarganya.
Penulis ucapkan terimakasih kepada ustadz Jihad, M.Ed. Yang telah membimbing
penulis dalam mata kuliah kapita selekta islam. Dan juga ucapan terimakasi kepada teman-
teman semua yang telah memberikan dukungan kepada penulis , sehingga penulis dapat
menyusun makalah ini yang berjudul “Pendidikan Inklusi” dapat tersusun dengan baik dan
di sajikan dengan baik. Di dalam makalah ini tentunya tak luput dari kesalahan dan
kekurangan baik dari segi isi, bahasa maupun yang lainnya . maka dari itu komentar maupun
kritik dan saran sangat di butuhkan oleh penulis demi untuk perbaikan hasil karya
kedepanya. Harapan penulis semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua.
Penulis
5
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
C. Tujuan ...................................................................................................................... 2
KESIMPULAN ................................................................................................................ 9
6
7
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan inklusi adalah termasuk hal yang baru di Indonesia umumnya. Ada
beberapa pengertian mengenai pendidikan inklusi, diantaranya adalah pendidikan inklusi
merupakan sebuah pendekatan yang berusaha mentransformasi sistem pendidikan dengan
meniadakan hambatan-hambatan yang dapat menghalangi setiap siswa untuk berpartisipasi
penuh dalam pendidikan. Hambatan yang ada bisa terkait dengan masalah etnik, gender,
status sosial, kemiskinan dan lain-lain. Dengan kata lain pendidikan inklusi adalah
pelayanan pendidikan anak berkebutuhan khusus yang dididik bersama-sama anak lainnya
(normal) untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya. Salah satu kelompok yang paling
tereksklusi dalam memperoleh pendidikan adalah siswa penyandang cacat. Tapi ini
bukanlah kelompok yang homogen. Sekolah dan layanan pendidikan lainnya harus fleksibel
dan akomodatif untuk memenuhi keberagaman kebutuhan siswa. Pendidikan juga
merupakan kebutuhan dasar setiap manusia untuk menjamin keberlangsungan hidupnya
agar lebih bermartabat. Karena itu negara memiliki kewajiban untuk memberikan pelayanan
pendidikan yang bermutu kepada setiap warganya tanpa terkecuali termasuk mereka yansg
memiliki perbedaan dalam kemampuan (difabel) seperti yang tertuang pada UUD 1945
pasal 31 ayat 1. Namun sayangnya sistem pendidikan di Indonesia belum mengakomodasi
keberagaman, sehingga menyebabkan munculnya segmentasi lembaga pendidikan yang
berdasar pada perbedaan agama, etnis, dan bahkan perbedaan kemampuan baik fisik
maupun mental yang dimiliki oleh siswa. Jelas segmentasi lembaga pendidikan ini telah
menghambat para siswa untuk dapat belajar menghormati realitas keberagaman dalam
masyarakat.
5
menjadi bagian yang integral dari kehidupan masyarakat di sekitarnya. Untuk mengatasi
masalah tersebut pendidikan inklusi diharapkan dapat memecahkan salah satu persoalan
dalam penanganan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus selama ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan pendidikan inklusi?
2. Apa saja manfaat dan sistem pendidikan inklusi?
3. Bagaimana pengembangan kurikulum pendidikan inklusi ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian pendidikan inklusi
2. Untuk mengetahui sistem dan manfaat pendidikan inklusi
3. Untuk mengetahui pengembangan kurikulum pendidikan inklusi
6
BAB II
PEMBAHASAN
Pendidikan inklusi adalah termasuk hal yang baru di Indonesia umunya. Ada beberapa
pengertian mengenai pendidikan inklusi, di antaranya pendidikan inklusi merupakan sebuah
pendekatan yang berusaha mentransformasi system pendidikan dengan meniadakan
hambatan-hambatan yang dapat menghalangi setiap siswa untuk berpartisipasi penuh dalam
pendidikan. Hambatan yang ada biasanya terkait dengan masalah etnik, gender, status
sosial, kemiskinan, dan lain-lain. Dengan kata lain pendidikan inklusi adalah layanan
pendidikan anak berkebutuhan khusus yang dididik bersama anak-anak lainnya (normal)
untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya. Menurut Budi S. pendidikan inklusi
diselenggarakan berdasarkan semangat untuk membangun system masyarakat inklusi , yakni
sebuah tatanan kemasyarakatan yang saling menghargai dan menghormati keberagaman.
Dengan demikian, penyelenggara pendidikan masyarakat iklusi, yakni sebuah tatanan
kemasyarakatan yang saling menghargai dan menghormati keragaman.
6
khusus seperti individu yang mengalami hambatan fisik, mental-intelektual, sosial, emosi,
berbakat, kesulitan belajar, autism, gangguan konsentrasi dan hiperaktif, dan sebagainya.
Kelompok anak berkebutuhan khusus (ABK) lainnya yang tidak diperhatikan seperti anak
jalanan dan pekerja, anak yang berasal dari populasi terpencil atau yang berpindah-pindah,
anak dari kelompok minoritas, linguitik atau budaya, dan anak-anak dari kelompok kurang
beruntung atau dimarginalkan.
Secara konsep defenisi pendidikan inklusif di atas telah menggeser praktik pendidikan
yang terpisah. Pendidikan bagi anak-anak kebutuhan khusus, sementara ini lebih dominan
dilakukan dalam setting persekolah yang terpisah seperti untuk anak tunanetra (SLB A),
SLB B untuk anak tunarungu wicara, SLB C untuk anak gangguan mental, SLB D untuk
anak tunadaksa dan seterusnya. Mereka (ABK) benar-benar dipisahkan. Impelemntasi
pendidikan inklusi menuntut berbagai hal demi tercapainya pendidikan yang ramah
berkaitan kebijakan, kurikulum nasional, adanya kerjasama lintas sektoral, adaptasi
lingkungan, ekonomi hingga kesadaran masyarakat untuk memahami keberagaman dan
keanekaragaman.
7
B. Gagasan Pendidikan Inklusi
Pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia untuk menjamin
keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat. Karena itu negara memiliki kewajiban
untuk memberikan pelayanan pendidikan yang bermutu kepada setiap warganya tanpa
terkecuali termasuk mereka yang memiliki perbedaan dalam kemampuan (difabel) seperti
yang tertuang pada UUD 1945 pasal 31 (1). Namun sayangnya sistem pendidikan di
Indonesia belum mengakomodasi keberagaman, sehingga menyebabkan munculnya
segmentasi siswa. Jelas segmentasi lembaga pendidikan ini telah menghambat para siswa
untuk dapat belajar menghormati realitas keberagaman dan masyarakat.
8
Sistem pendidikan dimana anak berkelainan terpisah dari sistem pendidikan anak
normal. Penyelenggara sistem pendidikan segregasi dilaksanakan secara khusus dan
terpisah dari penyelenggaraan pendidikan untuk anak normal.
9
e. Harga diri anak luar biasa meningkat.
f. Dapat menumbuhkan motivasi dalam belajar.
Penyelenggara sistem pendidikan inklusi merupakan salah satu syarat yang harus
terpenuhi untuk membangun tatanan masyarakat inklusi (inclusive society). Sebuah tatanan
masyarakat yang saling menghormati dan menjunjung tinggi nilai-nilai keberagaman
sebagai bagian dari realitas kehidupan. Pemerintah melalui PP. No. 19 tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan, pasal 4 (1) telah mendorong terwujudnya sistem pendidikan
inklusi dengan menyatakan bahwa setiap satuan pendidikan yang melaksanakan pendidikan
inklusi harus memiliki tenaga kependidikan yang mempunyai kompetensi
menyelenggarakan pembelajaran bagi peserta didik dengan kebutuhan khusus. Undang-
undang tentang pendidikan inklusi dan bahkan uji coba pelaksanaan pendidikan inklusinya
pun konon telah dilakukan.
Inklusi terjadi pada semua lingkungan sosial anak, pada keluarga, pada kelompok teman
sebaya, pada sekolah, pada institusi-institusi kemasyarakatan lainnya. Sebuah masyarakat
10
yang melaksanakan pendidikan inklusi berkeyakinan bahwa hidup dan belajar bersama
adalah cara hidup (way of life) yang terbaik, yang menguntungkan semua orang, karena
tipe pendidikan ini dapat menerima dan merespon setiap kebutuhan individu anak. Dengan
demikan sekolah atau pendidikan menjadi suatu lingkungan belajar yang ramah anak-anak.
Pendidikan inklusi adalah sebuah sistem pendidikan yang memungkinkan setiap anak penuh
berpartisipasi dalam kegiatan kelas reguler tanpa mempertimbangkan kecacatan atau
karakteristik lainnya. Disamping itu pendidikan inklusi juga melibatkan orang tua dalam
cara yang berarti dalam berbagai kegiatan pendidikan, terutama dalam proses perencanaan,
sedang dalam belajar mengajar, pendekatan guru berpusat pada anak.
11
Kurikulum pendidikan inklusi menggunakan kurikulum sekolah reguler (kurikulum
nasional) yang dimodifikasi (diimprovisasi) sesuai dengan tahap perkembangan anak
berkebutuhan khusus, dengan mempertimbangkan karakteristik (ciri-ciri) dan tingkat
kecerdasannya. Modifikasi kurikulum dilakukan terhadap:
1. Alokasi waktu,
2. Isi/materi kurikulum,
3. Proses belajar-mengajar,
4. Sarana prasarana,
5. Lingkungan belajar dan,
6. Pengelolaan kelas.
Modifikasi/pengembangan kurikulum pendidikan inklusi dapat dilakukan oleh Tim
Pengembangan kurikulum yang terdiri atas guru-guru yang mengajar di kelas inklusi
bekerjasama dengan berbagai pihak yang terkait, terutama guru pembimbing khusus (guru
Pendidikan Luar Biasa) yang sudah berpengalaman mengajar di Sekolah Luar Biasa, dan
ahli Pendidikan Luar Biasa (Orthopaedagog), yang yang dipimpin oleh Kepala Sekolah
Dasar Inklusi (Kepala SD Inklusi) dan sudah dikoordinir oleh Dinas Pendidikan.
12
sekolah reguler dapat tetap dipertahankan, atau tingkat kesulitannya diturunkan
sedikit. Untuk anak berkebutuhan khusus yang memiliki intelegensi di bawah normal
(anak lambat belajar/tunagrahita) materi dalam kurikulum sekolah reguler dapat
dikurangi atau diturunkan tingkat kesulitannya seperlunya, atau bahkan dihilangkan
bagian tertentu.
3. Modifikasi proses belajar-mengajar
Mengembangkan proses berfikir tingkat tinggi, yang meliputi analis, sintesis,
evaluasi, dan problem solving, untuk anak berkebutuhan khusus yang memiliki
intelegensi di atas normal. Menggunakan pendekatan student conterred, yang
menekankan perbedaan individual setiap anak; lebih terbuka (divergent). Memberikan
kesempatan mobilitas tinggi, karena kemampuan siswa di dalam kelas heterogen,
sehingga mungkin ada anak yang saling bergerak kesana-kemari, dari satu kelompok
ke kelompok lain. Menerapkan pendekatan pembelajaran kompetitif seimbang dengan
pendekatan pembelajaran kooperatif. Melalui pendekatan pembelajaran kompetitif
anak dirangsang untuk berprestasi setinggi mungkin dengan cara berkompetisi secara
fair. Melalui kompetisi, anak akan berusaha seoptimal mungkin untuk berprestasi
yang terbaik. Namun, dengan pendekatan pembelajaran kompetitif ini, ada dampak
negatifnya, yaitu mungkin “ego-nya” akan berkembang kurang baik anak akan dapat
menjadi egois.
Untuk menghindari hal ini, maka pendekatan pembelajaran kompetitif ini perlu
diimbangi dengan pendekatan pembelajaran kooperatif. Melalui pendekatan
pembelajaran kooperatif, setiap anak dikembangkan jiwa kerjasama dan
kebersamaannya. Mereka diberi tugas dalam kelompok secara bersama mengerjakan
tugas dan mendiskusikannya. Penekanannya adalah kerjasama dalam kelompok, dan
kerjasama dalam kelompok ini yang dinilai. Dengan caraini sosialisasi anak dan jiwa
kerjasama serta saling tolong menolong akan berkembang dengan baik. Dengan
demikian, jiwa kompetisi dan jiwa kerjasama anak akan berkembang harmonis.
Disesuaikan dengan berbagai tipe belajar siswa (ada yang bertipe visual; ada yang
bertipe auditoris; adapula yang bertipe kinestetis). Tipe visual, yaitu lebih mudah
menyerap informasi melalui indera penglihatan. Tipe auditoris, yaitu lebih mudah
menyerap informasi melalui indera pendengaran. Tipe kinestetis, yaitu lebih mudah
menyerap informasi melalui indera perabaan/gerakan. Guru hendaknya tidak monoton
13
dalam mengajar sehingga hanya akan menguntungkan anak yang memiliki tipe belajar
tertentu saja.
Dalam pelaksanaan pendidikan inklusi melalui sekolah inklusi ditemukan
berbagai kendala dan kelemahan diantaranya minimya sarana penunjang sistem
pendidikan inklusi, terbatasnya pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh para
guru sekolah inklusi menunjukkan betapa sistem pendidikan inklusi belum benar-
benar dipersiapkan dengan baik. Apalagi sistem kurikulum pendidikan umum yang
ada sekarang memang belum mengakomodasi keberadaan anak-anak yang memiliki
perbedaan kemampuan (difabel). Sehingga seperti program pendidikan inklusi hanya
terkesan programeksperimental. Kondisi ini jelas menambah beban tugas yang harus
diemban para guru yang berhadapan langsung dengan persoalan teknis di lapangan. Di
satu sisi para guru harus berjuang keras memenuhi tuntutan hati nuraninya untuk
mencerdaskan seluruh siswanya, sementara di sisi lain para guru tidak memiliki
keterampulan yang cukup untuk menyampaikan materi pelajaran kepada siswa yang
difabel. Alih-alih situasi kelas yang seperti ini bukannya menciptakan sistem belajar
yang inklusi, justru menciptakan kondisi eksklusifisme bagi siswa difabel dalam
lingkungan kelas reguler. Jelas ini menjadi dilema tersendiri bagi para guru yang di
dalam kelasnya ada siswa difabel.
14
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
anak bekebutuhan khusus adalah anak yang signifikan baik aspek psikis,
sosial,emosional, dan indrawi yang menghambat proses pertumbuhan dan
perkembangan anak tersebut,sehingga membutuhkan layanan pendidikan khusus untuk
mengembangkan potensi kemanusiaan mereka. Pendidikan inklusi muncul sebagai
suatu layanan pendidikan program pemerintah dalam rangka meningkatkan mutu
pendidikan dimana penyelenggaraannya dengan cara memadukan anak- anak yang
berkelainan atau berkebutuhan khusus bersama anak normal lainnya, menggunakan
kurikulum yang berlaku di lembaga yang bersangkutan. Tujuan pendidikan inklusi
yaitu agar semua anak mendapatkan hak pendidikan dan kedudukan yang sama tak
terkecuali bagi mereka yang berkebutuhan khusus. Sekolah reguler yang beriorentasi
inklusi ini merupakan alat untuk memerangi sikap diskriminasi, menciptakan
masyarakat yang ramah, mencapai pendidikan bagi semua, sehingga akan memberikan
pendidikan yang efektif kepada mayoritas anak dan meningkatkan efisiensi karena
akan menurunkan biaya bagi seluruh sistem pendidikan.
15
DAFTAR PUSTAKA
Mangunsong, F. 1998. Psikologi dan Pendidikan Anak Luar Biasa. LPSP3UI Delphie,
Bandi. 2006. Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: Refika Aditama.
Abdurrahman, Mulyono. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta:
Rineka Cipta. Wardani, I.G.A.K. 2007. Pengantar Pendidikan Luar Biasa. Jakarta:
Universitas Terbuka. Hamalik, Oemar. 2007. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi
Aksara. Http://kukuhsaputra.student.umm.ac.id/makalahpendidikan, diunduh pada 13
Agustus 2017 Joko Yuwono, 2009, Memahami Anak Autistik (Kajian Teoritik dan
Empirik), (Bandung: Alfabeta) Buku paket PJJ, 2007, Pendidikan anak berkebutuhan
khusus, Direktorat pendidikan tinggi, Jakarta Jamila K.A., Muhammad, 2008, Special
Education for special children (Panduan Pendidikan Khusus Anak-anak dengan ketunaan
dan learning disabilities, cet.I (Jakarta:Hikmah) Hamzah B.Uno dan Masri Kuadrat, 2009,
Mengelola kecerdasan dalam pembelajaran:sebuah konsep pembelajaran berbasis
kecerdasan, cet, I (jakarta: Bumi Aksara) Ratih Zimmer Gandasetiawan, 2011, Mendesain
karakter anak melalui sensimotor, cet.2, (Jakarta: Gunung mulia)Mukhtar Latif dkk, 2014,
Orientasi Baru Pendidikan anak usia dini:Teori dan Aplikasi, (Jakarta: Kencana
Prendamedia Group)
16