DISUSUN OLEH :
1. ASRIYANI KARIM (2019610071)
2. YUSIFA DWI AMELIA (2020610053)
3. REMIGIO HALEK ALVES (2019610102)
4. KATARINA WININGSI KONDO (2020610053)
5. ALPONSEUS PILA NDELU (2019610027)
6. NELSON UMBU KARANG (2019610053)
7. ALFIANDRO BANI MESA (2020610038)
8. ADRIYANTO UMBU KATANGA (2019610069)
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
MALANG
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha ESA karena
atas berkat limpahan rahmat dan karunianya sehinga kami dapat menyelesaikan
makalah ini guna memenuhui tugas mata kuliah KEPERAWATAN DEWASA
SISTEM ENDOKRIN, PENCERNAAN, PERKEMIHAN DAN IMUNOLOGI
dengan judul “PRO APENDISITIS” Dan kami sangat menyadari bahwa dalam
penulisan makalh ini terlepas dari bantuan berbagai pihak sehingga makalah ini dapat
selesai tepat waktu. Dan kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam proses penulisan
makalah ini masih jahu dari kesempurnaan baik materi maupun penulisannya. Untuk
itu kami sanggat mengharapkan segala bentuk saran, masukan dan kritik untuk
membangun demi lebih kesempurnaan makalah ini, akhir kata kami penulis hanya
berharap agar hasil makalah ini dapat berguna bagi semua pihak serta menjadi sesuatu
yang berarti bagi usaha penulis.
Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak dengan tulus iklas telah
memberikan bantuan dan dorongan kepada kami dalam pembuatan makalah ini
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR........................................................................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................................................4
1. Konsep Appendiciti...................................................................................................................................................................... 4
A. Definisi Appendicitis................................................................................................................................................... 4
B. Etiologi............................................................................................................................................................................... 4
C. Patofisiologi...................................................................................................................................................................... 5
D. Klafikasi............................................................................................................................................................................ 8
E. Komplikasi....................................................................................................................................................................... 8
F. Pemeriksaan Penunjang............................................................................................................................................. 9
G. Penatalaksanaan......................................................................................................................................................... 10
2. Konsep Asuhan Keperawata................................................................................................................................................. 11
A. Pengkajian Keperawatan........................................................................................................................................ 11
B. Diagnosa Keperawatan............................................................................................................................................. 12
C. Perencanaan Keperawatan..................................................................................................................................... 14
D. Implementasi Keperawatan.................................................................................................................................... 16
E. Evaluasi Keperawatan.............................................................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................................25
BAB I PENDAHULUAN
1. Konsep Appendiciti
A. Definisi Appendicitis
B. Etiologi
Penyebab appendicitis masih belum pasti meskipun berbagai teori sudah ada. Teori-
teori terbanyak berpusat pada obstruksi luminal pada apendiks sebagai patologi
primer. Penyebab obstruksi luminal yang paling umum adalah hiperplasia limfoid
akibat penyakit radang usus atau infeksi (lebih sering terjadi pada masa anak-anak dan
pada dewasa muda), stasis tinja dan fekalit (lebih umum pada pasien usia lanjut),
parasit (terutama di negara-negara timur), atau lebih jarang seperti benda asing dan
neoplasma. Ketika lumen apendiks terhambat, bakteri akan menumpuk di usus buntu
dan menyebabkan peradangan akut dengan perforasi dan pembentukan abses.
Apendiks mengandung massa besar jaringan limfoid di mukosa dan
submukosa, dan karena itu apendiks cenderung mengalami hiperplasia limfoid yang
mengakibatkan obstruksi lumen. Hiperplasia jaringan limfoid dianggap sebagai
mekanisme yang paling umum. Hiperplasia jaringan limfoid mungkin hadir dengan
appendicitis akut, dengan timbulnya gejala secara bertahap. Hiperplasia limfoid
dikaitkan dengan berbagai gangguan inflamasi dan infeksi termasuk crohn disease,
gastroenteritis, amoebiasis, infeksi saluran pernapasan, campak, dan mononukleosis.
Apendisitis dapat terjadi karena infeksi bakteri. Hubungan dengan berbagai
bakteri dan virus menular hanya ditemukan dalam kasus yang kecil pada pasien
appendicitis. Flora apendiks yang meradang berbeda dari flora apendiks normal.
Sekitar 60% dari apendiks yang meradang memiliki bakteri anaerob dengan 25% pada
apendiks normal. Spesimen jaringan dari dinding apendiks yang meradang hampir
semuanya menumbuhkan Escherichia coli dan Bacteroides species pada hasil kultur.
Fusobacterium nucleatum yang tidak ada pada flora sekum normal, telah
diidentifikasi pada 62% dari apendiks yang meradang. Parasit penyebab lain yang
diduga menimbulkan appendicitis adalah ulserasi mukosa apendiks oleh parasit E.
histolytica, Viridans streptococci, dan Pseudomonas aeruginosa (Tomayahu, 2011).
C. Patofisiologi
Apendisitis terjadi karena disebabkan oleh adanya obstruksi pada lumen appendiceal
oleh apendikolit, tumor apendiks, hiperplasia folikel limfoid submukosa, fekalit
(material garam kalsium, debris fekal), atau parasit E-Histolytica. Selain itu
appendicitis juga bisa disebabkan oleh kebiasaan makan makanan yang rendah serat
yang dapat menimbulkan konstipasi. Kondisi obstruktif akan meningkatkan tekanan
intraluminal dan peningkatan perkembangan bakteri. Hal ini akan mengakibatkan
peningkatan kongesti dan penurunan perfusi pada dinding apendiks yang berlanjut
pada nekrosis dan inflamasi apendiks. Pada fase ini penderita mengalami nyeri pada
area periumbilikal. Dengan berlanjutnya pada proses inflamasi, akan terjadi
pembentukan eksudat pada permukaan serosa apendiks. Ketika eksudat ini
berhubungan dengan parietal peritoneum, maka intensitas nyeri yang khas akan
terjadi.
Dengan berlanjutnya proses obstruksi, bakteri akan berproliferasi dan
meningkatkan tekanan intraluminal dan membentuk infiltrat pada mukosa dinding
apendiks yang ditandai dengan ketidaknyamanan pada abdomen. Adanya penurunan
perfusi pada dinding akan menimbulkan iskemia dan nekrosis serta diikuti
peningkatan tekanan intraluminal, juga akan meningkatkan risiko perforasi dari
apendiks. Pada proses fagositosis terhadap respon perlawanan terhadap bakteri
ditandai dengan pembentukan nanah atau abses yang terakumulasi pada lumen
apendiks.
Berlanjutnya kondisi appendicitis akan meningkatkan resiko terjadinya
perforasi dan pembentukan masa periapen dikular. Perforasi dengan cairan inflamasi
dan bakteri masuk ke rongga abdomen kemudian akan memberikan respon inflamasi
permukaan peritoneum atau terjadi peritonitis. Apabila perforasi apendiks disertai
dengan abses, maka akan ditandai dengan gejala nyeri lokal akibat akumulasi abses
dan kemudian akan memberikan respons peritonitis. Gejala yang khas dari perforasi
apendiks adalah adanya nyeri hebat yang tiba-tiba datang pada abdomen kanan bawah
(Patranita, n.d.).
Patway
D. Klafikasi
Menurut Nurarif dan Kusuma (2015), apendisitis diklasifikasikan menjadi 3 yaitu :
a. Apendisitis Akut
Apendisitis akut merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteria. Dan faktor
pencetusnya disebabkan oleh sumbatan lumen apendiks. Selain itu hyperplasia
jaringan limf, fikalit (tinja/batu), tumor apendiks dan cacing askaris yang dapat
menyebabkan sumbatan dan juga erosi mukosa
apendiks karena parasite (E. histolytica).
b. Apendisitis Rekurens
Apendisitis rekures yaitu jika ada riwayat nyeri berulang diperut kanan bawah
yang mendorong dilakukannya apendiktomi. Kelainan ini terjadi bila serangan
yang apendiksitis akut pertama kali sembuh spontan. Namun apendisitis tidaK
pernah kembali kebentuk aslinya karena terjadi fibrosis dan jaringan parut.
c. Apendisitis Kronis
Apendiditis kronis memiliki semua gejala riwayat nyeri perut kanan bawah lebih
dari 2 minggu, radang kronik apendiks secara makroskopik dan mikroskopik
(fibrosis menyeluruh di dinding apendiks, sumbatan parsial atau lumen apendiks,
adanya jaringan parut dan ulkus lama dimukosa dan infiltasi sel inflamasi kronik),
dan keluhan menghilang setelah apendiktomi.
E. Komplikasi
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi: Akan tampak adanya tanda pembengkakan (swelling), rongga perut
dimana dinding perut tampak mengencang (distensi).
b. Palpasi: Dibagian perut kanan bawah akan terasa nyeri (Blumberg Sign) yang
mana merupakan kunci dari diagnosis appendicitis akut.
c. Dengan tindakan tungkai dan paha kanan ditekuk kuat / tungkai di angkat
tinggi-tinggi, maka rasa nyeri akan semakin parah (Psoas Sign).
d. Kecurigaan adanya peradangan usus buntu semakin parah apabila pemeriksaan
dubur dan vagina terasa nyeri.
e. Suhu dubur atau rectal yang lebih tinggi dari suhu ketiak, lebih menunjang
lagi adanya radang usus buntu.
2. Pemeriksaan Laboratorium
Kenaikan sel darah putih (Leukosit) hingga 10.000 – 18.000/mm3. Jika terjadi
peningkatan yang lebih, maka kemungkinan apendiks sudah mengalami perforasi.
3. Pemeriksaan Radiologi
a. Foto polos perut dapat memperlihatkan adanya fekalit (jarang membantu)
b. Ultrasonografi (USG) Pemeriksaan USG dilakukan untuk menilai inflamasi
dari apendiks
c. Pemeriksaan CT – Scan pada abdomen untuk mendeteksi appendicitis dan
adanya kemungkinan perforasi.
d. C – Reactive Protein (CRP) adalah sintesis dari reaksi fase akut oleh hati
sebagai respon dari infeksi atau inflamasi. Pada appendicitis didapatkan
peningkatan kadar CRP.
G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
a. Pembedahan (konvensional atau laparoskopi) apabila diagnosa appendicitis
telah ditegakan dan harus segera dilakukan untuk mengurangi risiko perforasi.
b. Berikan obat antibiotik dan cairan IV sampai tindakan pembedahan dilakukan.
c. Agen analgesik dapat diberikan setelah diagnosa ditegakkan.
d. Operasi (apendiktomy), bila diagnosa telah ditegakan yang harus dilakukan
adalah operasi membuang apendiks (apendiktomy), Penundaan apendiktomi
dengan cara pemberian antibiotik dapat mengakibatkan abses dan perforasi.
Pada abses apendiks dilakukan drainage.
A. Pengkajian Keperawatan
1. Data demografi Identitas pasien : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan,
agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor register.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Nyeri pada daerah abdomen kanan bawah.
1) Provoking Incident : Apakah ada peristiwa yang menjadi faktor presipitasi
nyeri.
2) Quality Of Pain : Seperti apa rasa nyeri yang dirasakan. Apakah seperti
terbakar, berdenyut atau menusuk.
3) Region : Apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit menjalar atau
menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.
4) Severity (scale) Of Pain : Seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan klien,
bisa berdasarkan skala nyeri atau menerangkan seberapa jauh rasa sakit
mempengaruhi kemampuan fungsinya.
5) Time : Berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk
pada malam hari atau siang hari
b. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien mengatakan nyeri pada daerah abdomen kanan bawah yang menembus
ke belakang sampai pada punggung dan mengalami demam tinggi
c. Riwayat kesehatan dahulu
Apakah pasien pernah mengalami operasi sebelumnya pada colon.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah anggota keluarga ada yang mengalami jenis penyakit yang sama.
3. Pemeriksaan fisik ROS (review of system)
a. Keadaan umum :
kesadaran composmentis, wajah tampak menyeringai, konjungtiva anemis. (H
Kara, 2014)
b. Airway
Dengan kontrol servikal, yang pertama harus dinilai adalah kelancaran jalan
nafas. Ini meliputi pemeriksaan adanya obstruksi jalan nafas oleh adanya
benda asing atau fraktur di bagian wajah. Usaha untuk membebaskan jalan
nafas harus memproteksi tulang cervical, karena itu teknik Jaw Thrust dapat
digunakan. Pasien dengan gangguan kesadaran atau GCS kurang dari 8
biasanya memerlukan pemasangan airway definitif.
c. Breathing
Setelah mengamankan airway maka selanjutnya kita harus menjamin ventilasi
yang baik. Ventilasi yang baik meliputi fungsi dari paru paru yang baik,
dinding dada dan diafragma.
d. Circulation
Ketika mengevaluasi sirkulasi maka yang harus diperhatikan disini adalah
volume darah, perdarahan, syok, anemia, CRT dan Cardiac output.
B. Diagnosa Keperawatan
C. Perencanaan Keperawatan
2. Intra Operasi
3. Post Operasi
2 Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukan tindakan 1. atur posisi tidur yang
berhubungan dengan keperawatan 1x60 menit disukai
gejala penyakit (SDKI diharapkan status 2. posisikan pada
D.0074 Hal.166) kenyamanan membaik dengan kesejajaran tubuh yang
kriteria hasil keluhan tidak tepat
nyaman menurun, gelisah 3. tinggikan tempat tidur
menurun bagian kepala
Status kenyamanan (SLKI
L.08064 Hal.110)
D. Implementasi Keperawatan
E. Evaluasi Keperawatan
1. Tinjauan Kasus
A. Kasus
Ny. L berjenis kelamin perempuan berusia 75 tahun, beragama Islam, yang tinggal di
Bendul Merisi Surabaya dengan nomor register 534XXX. Pasien dirawat dengan
diagnose medis yang akan direncanakan prosedur pembedahan Appendectomy.
Pasien masuk pada tanggal 16 juni 2022 dengan permintaan opname melalui poli
penyakit dalam yang disetujui oleh rumah sakit pada tanggal 16 juni 2022.
Keluhan utama pasien masuk rumah sakit adalah nyeri pada perut bagian kanan
bawah sejak 2020 pasien sempat rutin kontrol di poli penyakit dalam di RSI Jemur
Sari kemudian pasien sudah tidak ada keluhan, saat bulan Mei 2022 pasien kembali
mengeluh nyeri perut kanan bawah kemudian pasien kembali periksa di poli penyakit
dalam RSPAL Dr.Ramelan Surabaya dan MRS di ruang G2 dan dijadwalkan operasi
appendectomy pada hari Selasa, 21 Juni 2022. Pada saat di kaji pasien tidak
mempunyai riwayat operasi, tidak ada riwayat alergi maupun obat, dan riwayat
keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit yang sama dengan pasien.
B. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik Ny.L didapati bahwa pasien terlihat cemas. Keadaan umum
Ny.L baik, kesadaran composmentis, tekanan darah 130/90 mmHg, Nadi 80 x/menit,
suhu 36,7˚C, dan pernafasan sebanyak 16 x/menit. Gambaran umum baik tidak ada
luka atau jejas di abdomen dan tidak ada distended abdomen
C. Pengkajian Perioperati
Anasthesi selesai pada pukul 13.40 dengan evaluasi output cairan (darah)
sebanyak +- 580 ml dengan cairan masuk 1 kolf NS 500cc.
D. Diagnosa Keperawatan
No DATA
1 DS : Pasien mengatakan nyeri pada Agen Pencedera Fisiologis Nyeri
perut sebelah kanan seperti di tusuk- Fisiologis Akut (SDKI
tusuk dan hilang timbul D.0077)
PQRST
P : Proses penyakit
Q : perut bagian kanan
R : seperti ditusuk-tusuk
S : skala 3
T : nyeri hilang timbul
DO :
1. Pasien terlihat meringis
2. Pasien terlihat gelisah
2 DS : pasien mengatakan cemas dan Krisis Situasional Ansietas
takut akan tindakan operasi (SDKID.0080)
DO :
1. Pasien terlihat cemas
2. 2. Pasien terlihat tegang Nadi : 80
x/menit TD : 130/90 mmHg
F. Intervensi
No IMPLEMENTASI EVALUASI
1 Jumat tgl 21- Mengidentifikasi tingkat cemas pasien Nyeri akut
2022 (pasien terlihat cemas dan tegang masih S : pasien mengeluh nyeri
dalam kategori sedang) 2. Mengidentifikasi perut bagian kanan
tingkat nyeri, skala, kuantitas, lokasi dan P : proses penyakit
karakteristik Q : seperti di tusuk-tusuk
P : proses penyakit R : perut bagian kanan
Q : seperti di tusuk-tusuk S : skala nyeri 3
R : perut bagian kanan T : nyeri hilang timbul
S : skala nyeri 3
T : nyeri hilang timbul O : TD : 130/90 mmHg
N : 80 x/menit
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
2 Jumat tgl 21- 1. Mengajarkan pasien teknik relaksasi Ansietas
2022 nafas dalam dan pendekatan spiritual S : pasien mengatakan sudah
(berdoa sebelum dilakukan tindakan paham tentang tindakan
operasi) operasi yang akan dilakukan
2. Menganjurkan mengambil posisi yang O : - Pasien terlihat lebih
nyaman rileks - Pasien terlihat lebih
3. Menciptakan lingkungan tenang tenang
4. Memberikan informasi tentang Obs. TTV
persiapan dan prosedur tindakan operasi TD : 130/90 mmHg
5. Pasien masuk ruang operasi N : 80 x/menit
Obs. TTV RR : 16 x/menit
TD : 130/90 mmHg S : 36,7ºC
N : 80 x/menit A : Masalah teratasi
RR : 16 x/menit P : intervensi dihentikan
S : 36,7ºC
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari hasil uraian yang telah didapat tentang asuhan keperawatan pada pasien
maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil pengkajian pre operasi pasien mengalami kecemasan karena baru pertama kali
melakukan tindakan operasi karena pasien sebelumnya tidak pernah melakukan
tindakan operasi. Pengkajian inta operasi pasien terlihat menggigil dan mengeluh
kedinginan karena terpapar suhu ruangan operasi yang dingin. Pasien diberikan
selimut hangat untuk mengurangi rasa
kedinginan. Pada saat post operasi pasien mengeluh mual dan muntah dengan
konsistensi lendir satu kali.
2. Dari diagnosa keperawatan didapatkan pre operasi adalah nyeri akut berhubungan
dengan agen pencedera fisiologis, ansietas berhubungan dengan krisis situasional,
intra operasi adalah hipotermia berhubungan dengan terpapar suhu lingkungan rendah
dan post operasi adalah nausea berhubungan dengan efek agen farmakologis.
3. Intervensi keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis Appendicitis dilakukan
sesuai dengan ansietas berhubungan dengan krisis situasional: monitor tanda ansietas,
ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang dengan
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, E. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Appendicitis Yang Di Rawat
Di Rumah Sakit. In Jurnal Ilmiah Kesehatan.
http://repository.poltekkes-kaltim.ac.id/id/eprint/1066
Tomayahu, M. (2011). Persepsi Pasien Apendiksitis terhadap Perawatan Apendiktomi Yang
Di Rawat Di Ruang Bedah RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango. Politeknik
Kesehatan Kemenkes Gorontalo, 8.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
dan Nanda NIC NOC Jilid 1. Jogjakarta: Mediaction.
Silaban, I., Butar-butar, H., & Silitonga, H. A. (2020). Literature Review Apendiks Pada
Apendisitis Akut. 13(1).
PPNI, T. P. S. D. (2017). Standar diagnosis keperawatan indonesia.