TA. 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai.Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya. Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar
makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai
penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami.Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN........................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG...........................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................1
C. TUJUAN............................................................................................................. 2
BAB II......................................................................................................................... 3
TINJAUAN TEORISTIS..............................................................................................3
A. Konsep Dasar Medis Appendisitis......................................................................3
1. Definisi............................................................................................................. 3
2. Anatomi dan Fisiologi Appendiks........................................................................4
3.Etiologi Appendisitis...........................................................................................5
4. Patofisiologis.....................................................................................................5
5. Manifestasi Klinis..............................................................................................6
6. Pathway............................................................................................................ 6
7. Penatalaksanaan Medis.......................................................................................7
8. Komplikasi........................................................................................................7
B. Konsep Masalah keperawatan...........................................................................8
C. Konsep Asuhan Keperawatan..........................................................................11
1. Pengkajian Keperawatan...................................................................................11
2. Diagnosa Keperawatan.....................................................................................13
3. Perencanaan Keperawatan.................................................................................13
4.Pelaksanaan Tindakan Keperawatan....................................................................15
5. Evaluasi Keperawatan......................................................................................16
BAB III...................................................................................................................... 18
ASKEP KASUS........................................................................................................18
1. LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN............................................................18
A. PENGKAJIAN..................................................................................................18
B. KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................39
iii
A. Kesimpulan....................................................................................................39
B. Saran............................................................................................................. 40
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................41
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Apendisitis adalah peradangan dari apendiks periformis, dan merupakan penyebab
abdomen akut yang paling sering (dermawan&Rahayu Ningsih, 2010). Istilah usus buntu
dikenal masyarakat awam adalah kurang tepat karena usus yang buntu yang sebenarnya
adalah sekum. Apendiks diperkirakan ikut serta dalam system imun sektorik disaluran
pencernaan. Namun, pengangkatan apendiks tidak menimbulkan efek system imun yang jelas
(Syamyuhidayat, 2005).
Peradangan pada apendisitis selain mendapatkan intervensi farmakologik juga
memerlukan tindakan bedah segera mencegah komplikasi dan memberikan implikasi pada
perawat dalam membentuk asuhan keperawatan. Berlanjutnya kondisi apendisitis akan
meningkatkan resiko terjadinya perforasi dan pembentukan masa periapedikula. Perkurasi
dengan cairan inflamasi dan bakteri masuk ke rongga abdomen lalu memberikan trespon
inflamasi permukaan peritoneum atau terjadi peritonisis. Apabila berforasi apendisitis disertai
dengan material ases, maka akan memberikan manifestasi nyeri local akibat akumulasi akses
dan kemudian juga akan memberikan respon peritonistis. Manifestasi yang khas dari
perforasi apendiks adalah nyeri hebat yang tiba-tiba dating pada aabdomen kanan bawah
(Tzanakis,2005).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan apendisitis?
2. Apa etiologi dan factor resiko dari apendisitis?
3. Apa patofisiologi dari apendisitis?
4. Bagaimana manifestasi klinis dari apendisitis?
5. Apa komplikasi dari apendisitis?
6. Bagaiman penatalaksanaan medis apendisitis?
7. Bagaimana pengkajian keperawatan dari apendisitis ?
8. Bagaimana gejala dari apendisitis?
9. Apa diagnose dari apendisitis?
10. Bagaimana pengobatan dari apendisitis?
11. Bagaimana asuhan keperawatan dari apendisitis?
1
C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian dari apendisitis
2. mengetahui etiologic dan factor resiko adari apendisiti mengetahui patofisiologi dari
appendisitis
3. mengetahui manifestasi klinis dari apendisitis mengetahui komplikasi dari apendisitis
4. mengetahui penatalaksanaan dari apendisitis mengetahui pengkajian keperawatan dari
apendisitis mengetahui gejala apendisitis
5. mengetahui diagnose apendisitis
6. mengetahui pengobatan apendisitis
7. mengetahui asuhan keperawatan apendisitis
2
BAB II
TINJAUAN TEORISTIS
A. Konsep Dasar Medis Appendisitis
1. Definisi
Apendisitis adalah penyebab utama inflamasi akut di kuadran kanan bawah abdomen dan
penyebab tersering pembedahan abdomen darurat. Meskipun dapat dialami oleh semua
kelompok usia, apendisitis paling sering terjadi antara usia 10 dan 30 tahun (Brunner dan
Suddarth,2014).
Apendisitis adalah proses peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing
atau disebut apendiks. Infeksi ini bisa mengakibatkan komplikasi apabila tidak segera
mendapatkan tindakan bedah segera untuk penanganannya. Apendisitis adalah penyebab
utama inflamasi akut di kuadran kanan bawah abdomen. Meskipun dapat dialami oleh semua
kelompok usia, apendisitis paling sering terjadi antara usia 10 dan 30 tahun (Awan Hariyanto
dan Rini Sulistyowati, 2015)
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing
(apendiks). Usus buntu sebenernya adalah sekum (cecum). Infeksi ini bisa mengakibatkan
peradangan akut sehingga memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi
yang umumnya berbahaya (Saputro, 2018).
Dari tiga pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Apendisitis adalah
peradangan pada apendiks yang disebabkan karena adanya sumbatan pada lumen apendiks.
Apendisitis merupakan salah satu penyebab nyeri abdomen akut. Apendisitis terjadi dalam
jangka waktu yang bervariasi. Semakin lama apendisitis dibiarkan maka resiko komplikasi
yang ditimbulkan akan semakin besar
3
2. Anatomi dan Fisiologi Appendiks
a. Anatomi Appendisitis
Appendiks vermiformis atau yang sering disebut sebagai apendiks adalah organ
berbentuk tabung dan sempit yang mempunyai otot dan banyak mengandung jaringan
limfoid.Panjang apendiks vermiformis bervariasi dari 3-5 inci (8-13 cm). Dasarnya melekat
pada permukaan aspek posteromedial caecum, 2,5 cm dibawah junctura iliocaecal dengan
lainnya bebas. Lumennya melebar di bagian distal dan menyempit di bagian proksimal (S. H.
Sibuea, 2014).
Apendiks vermiformis terletak pada kuadran kanan bawah abdomen di region iliaca
dextra. Pangkalnya diproyeksikan ke dinding anterior abdomen pada titik sepertiga bawah
yang menghubungkan spina iliaca anterior superior dan umbilicus yang disebut titik
McBurney (Siti Hardiyanti Sibuea, 2014).
Pada apendiks posisi yang normal adalah apendiks yang terletak pada dinding abdomen
di bawah titik Mc. Burney. Untuk menentukan titik Mc.Burney caranya adalah dengan
menarik garis semu dari umbilikal kanan ke anterior superior iliac spina kanan dan 2/3 dari
garis tersebut merupakan titik Mc Burney.
b. Fisiologi Appendiks
4
mempengaruhi sistem imun tubuh karena jumlah jaringan limfa disini kecil sekali jika
dibandingkan dengan jumlahnya disaluran cerna dan diseluruh tubuh (Arifin, 2014)
3.Etiologi Appendisitis
Menurut Nuzulul (2009) dalam Sulekale (2016)menjelaskan bahwa Appendisitis belum
ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada factor prediposisi dimana faktor yang
tersering adalah obstruksi lumen. Pada umumnya obstruksi ini terjadi karena:
a. Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab terbanyak.
b. Adanya faekolit dalam lumen appendiks.
c. Adanya benda asing seperti biji-bijian.
d. Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya.
e. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan
Streptococcus.
f. Laki-laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur
15-30 tahun (remaja dewasa). Ini disebabkan oleh karena
peningkatan jaringan limpoid pada masa tersebut.
g. Tergantung pada bentuk apendiks:
h. Appendik yang terlalu panjang.
i. Massa appendiks yang pendek.
j. Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen appendiks.
k. Kelainan katup di pangkal appendiks.
4. Patofisiologis
Menurut Burkitt (2007) dalam Hidayat (2020)menjelaskan bahwa Appendisitis
kemungkinan dimulai oleh obstruksi dari lumen yang disebabkan oleh feses yang terlibat atau
fekalit. Penjelasan ini sesuai dengan pengamatan epidemiologi bahwa appendisitis
berhubungan dengan asupan serat dalam makanan yang rendah. Pada stadium awal dari
appendisitis, terlebih dahulu terjadi inflamasi mukosa. Inflamasi ini kemudian berlanjut ke
submukosa dan melibatkan lapisan muskular dan serosa (peritoneal). Cairan eksudat
fibrinopurulenta terbentuk pada permukaan serosa dan berlanjut ke beberapa permukaan
peritoneal yang bersebelahan, seperti usus atau dinding abdomen, menyebabkan peritonitis
lokal.
Dalam stadium ini mukosa glandular yang nekrosis terkelupas ke dalam lumen, yang
menjadi distensi dengan pus. Akhirnya, arteri yang menyuplai apendiks menjadi bertrombosit
5
dan apendiks yang kurang suplai darah menjadi nekrosis atau gangren. Perforasi akan segera
terjadi dan menyebar ke rongga peritoneal. Jika perforasi yang terjadi dibungkus oleh
omentum, abses lokal akan terjadi.
5. Manifestasi Klinis
a. Nyeri kuadran kanan bawah dan biasanya demam ringan
b. Mual, muntah
c. Anoreksia, malaise
d. Nyeri lepas lokal pada titik Mc. Burney
e. Spasme otot
f. Konstipasi, diare
6. Pathway
6
7. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis pasca operasi pada appendisits adalah dilakukan observasi tanda-
tanda vital untuk mengetahui terjadinya perdarahan di dalam, syok, hipertermia atau
gangguan pernapasan. Klien dibaringkan dalam posisi terlentang. Klien dikatakan baik bila
dalam 12 jam tidak terjadi gangguan. Puasa diteruskan sampai fungsi usus kembali normal.
Pada fase lanjutan dari Appendisitis yang sudah memberat dan tidak ditangani dalam waktu
lama biasanya akan menyebabkan perforasi appendiks yaitu pecahnya apendiks yang sudah
gangren yang menyebabkan pus masuk ke dalam rongga perut sehingga terjadi peritonitis
umum. Pada fase ini biasanya tindakan yang akan dilakukan adalah laparatomi, yaitu
prosedur pembedahan yang melibatkan suatu insisi pada dinding abdomen hingga ke cavitas
abdomen yang memberikan akses lebih untuk mengetahui penyebab dari masalah yang
menimbulkan nyeri khususnya pada bagian abdomen (Sjamsurihidayat dan jong dalam
Erianto, Fitriyani, Siswandi, dan Sukulima, 2020).
8. Komplikasi
Komplikasi menurut Deden Dermawan dan Tutik Rahayuningsih
(2010):
a. Perforasi apendiks
Perforasi jarang terjadi dalam 8 jam pertama, observasi aman untuk dilakukan dalam
masa tersebut. Tanda-tanda perforasi meliputi meningkatnya nyeri, spasme otot dinding perut
kuadran kanan bawah dengan tanda peritonitis umum atau abses yang terlokalisasi, ileus,
demam, malaise, dan leukositosis semakin jelas. Bila perforasi dengan peritonitis umum atau
pembentukan abses telah terjadi sejak klien pertama kali datang, diagnosis dapat ditegakkan
dengan pasti.
b. Peritonitis
Bila terjadi peritonitis umum terapi spesifik yang dilakukan adalah operasi untuk
menutup asal perforasi. Bila terbentuk abses apendiks akan teraba massa di kuadran kanan
bawah yang cenderung menggelembung kearah rectum atau vagina.
c. Dehidrasi
d. Sepsis
e. Elektrolit drah tidak seimbang
f. Pneumoni (Deden Dermawan dan Tutik Rahayuningsih, 2010)
7
B. Konsep Masalah keperawatan
1. Definisi
Masalah keperawatan merupakan label diagnosis keperawatan yang menggambarkan inti
dari respon klien terhadap kondisi kesehatan atau proses kehidupannya (PPNI, 2017).
2. Kriteria Mayor dan Minor
Kriteria mayor adalah tanda dan gejala yang ditemukan sekitar 80%-100% untuk validasi
diagnosa. Sedangkan kriteria minor adalah tanda dan gejala yang tidak harus ditemukan,
namun dapat mendukung penegakan diagnosis (PPNI, 2017).
3. Faktor Yang Berhubungan Kondisi atau situasi yang berkaitan dengan suatu masalah
yang dapat menunjang kelengkapan data untuk menegakan suatu diagnosis atau masalah
keperawatan (PPNI, 2017).
Masalah keperawatan yang akan muncul pada kasus post operatif
appendisitis yaitu:
a. Nyeri akut(D.0077)
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual
atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat
yang berlangsung kurang dari 3 bulan. Adapun penyebabnya yaitu:
1) Agen pencedera fisiologis (mis. inflamasi, iskemia, neoplasma).
2) Agen pencedera kimiawi (mis. terbakar, bahan kimia iritan).
3) Agen pencedera fisik (mis. abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat berat,
prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan).
Gejala dan kriteria:
1) Mayor:
a) Subjektif: Mengeluh nyeri.
b) Objektif: Tampak meringis, bersikap protektif (mis. Waspada posisi menghindari
nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur.
2) Minor:
a) Subjektif:
b) Objektif: Tekanan darah meningkat, pola nafas berubah, nafsu makan berubah, proses
berfikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri sendiri, diaphoresis
b. Resiko Hipovolemia (D.0034)
Beresiko mengalami penurunan volume cairan intravaskuler, interstisiel, dan atau
intraseluler. Adapun faktor resikonya yaitu:
8
1) Kehilangan cairan secara aktif.
2) Gangguan absorsi cairan.
3) Usia lanjut.
4) Kelebihan berat badan.
5) Status hipermetabolik.
6) Kegagalan mekanisme regulasi.
7) Evaporasi.
8) Kekurangan intake dan output cairan.
9) Efek agen farmakologis
c. Resiko Infeksi(D.0142)
Beresiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik. Adapun faktor
resikonya yaitu:
1) Penyakit kronis (mis. Diabetes mellitus).
2) Efek prosedur infasif.
3) Malnutrisi.
4) Peningkatan paparan organisme pathogen lingkungan.
5) Ketidak adekuatan pertahanan tubuh primer :
a) Gangguan peristaltic.
b) Perubahan sekresi HP.
c) Kerusakan integritas kulit.
d) Penurunan kerja siliaris.
e) Ketuban pecah lama.
f) Ketuban pecah sebelum waktunya.
g) Merokok.
h) Status cairan tubuh.
6) Ketidak adekuatan pertahanan pertahanan tubuh sekunder :
a) Penurunan hemoglobin.
b) Imunosupresi.
c) Leukopenia.
d) Supresi respon inflamasi.
e) Vaksinasi tidak adekuat.
9
d. Gangguan Mobilitas Fisik(D.0054)
Keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas
secara mandiri. Adapun penyebabnya yaitu:
1) Kerusakan intergritas struktur tulang
2) Perubahan metabolism ketidakbugaran fisik
3) Penurunan kendali otot
4) Penurunan masa otot
5) Penurunan kekuatan otot
6) Keterlambatan perkembangan
7) Kekakuan sendi
8) Kotraktur
9) Malnutrisi
10) Gangguan musculoskeletal
11) Gangguan neuromuscular
12) Indeks masa tubuh diatas persentill ke-75 sesuai usia
13) Efek agen parmakologis
14) Program pembatasan gerak
15) Nyeri
16) Kurang terpapar informasi tentang aktvitas fisik
17) Kecemasan gangguan kognitif
18) Keengganan melakukan pergerakan
19) Gangguan sensoripersepsi
Gejala dan kriteria:
1) Mayor
a) Subjektif: mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas.
b) Objektif: kekuatan otot menurun, rentang gerak (ROM) menurun.
2) Minor :
a) Subjektif: nyeri saat bergerak, enggan melakukan pergerakan, merasa cemas saat
bergerak.
b) Objektif: sendi kaku, gerakan tidak terkoordinasi, gerakan terbatas, fisik lemah
10
C. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
a. Data demografi Identitas klien: Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor register.
b. Riwayat kesehatan
11
d. Pola fungsi kesehatan menurut Gordon.
1. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat Adakah ada kebiasaan merokok,
penggunaan obat-obatan, alkohol dan kebiasaan olahraga (lama frekwensinya),
karena dapat mempengaruhi lamanya penyembuhan luka.
2. Pola nutrisi dan metabolism Klien biasanya akan mengalami gangguan pemenuhan
nutrisi akibat pembatasan intake makanan atau minuman sampai peristaltik usus
kembali normal.
3. Pola Eliminasi Pada pola eliminasi urine akibat penurunan daya konstraksi kandung
kemih, rasa nyeri atau karena tidak biasa BAK ditempat tidur akan mempengaruhi
pola eliminasi urine. Pola eliminasi alvi akan mengalami gangguan yang sifatnya
sementara karena pengaruh anastesi sehingga terjadi penurunan fungsi.
4. Pola aktifitas Aktifitas dipengaruhi oleh keadaan dan malas bergerak karena rasa
nyeri, aktifitas biasanya terbatas karena harus bedrest berapa waktu lamanya setelah
pembedahan.
5. Pola sensorik dan kognitif. Ada tidaknya gangguan sensorik nyeri, penglihatan serta
pendengaran, kemampuan berfikir, mengingat masa lalu, orientasi terhadap orang
tua, waktu dan tempat.
6. Pola Tidur dan Istirahat Insisi pembedahan dapat menimbulkan nyeri yang sangat
sehingga dapat mengganggu kenyamanan pola tidur klien.
7. Pola Persepsi dan konsep diri Penderita menjadi ketergantungan dengan adanya
kebiasaan gerak segala kebutuhan harus dibantu. Klien mengalami kecemasan
tentang keadaan dirinya sehingga penderita mengalami emosi yang tidak stabil.
8. Pola hubungan Dengan keterbatasan gerak kemungkinan penderita tidak bisa
melakukan peran baik dalam keluarganya dan dalam masyarakat. Penderita
mengalami emosi yang tidak stabil.
9. Pemeriksaan diagnostic
12
iii. Pemeriksaan Laboratorium
1. Darah: Ditemukan leukosit 10.000 – 18.0000 μ/ml.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis mengenai respon klien terhadap
masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung aktual
maupun potensial (PPNI, 2017). Berdasarkan pada semua data pengkajian diagnosa
keperawatan utama yang dapat muncul pada appendicitis, antara lain:
3. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan atau intervensi keperawatan adalah perumusan tujuan,
tindakan dan penilaian rangkaian asuhan keperawatan pada klien berdasarkan analisa
pengkajian agar masalah kesehatan dan keperawatan klien dapat diatasi (Nurarif, A. H.,
danamp; Kusuma, 2016).
13
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.
3.5.Anjurkan menghindari
perubahan posisi mendadak.
Kolaborasi: 3.6.Kolaborasi
peberian cairan IV.
14
gejala infeksi.
3.8.Kolaborasi pemberian
imunisasi jika perlu
15
c. Tindakan keperawatan kolaboratif.
5. Evaluasi Keperawatan
Menurut (Setiadi, 2012) dalam buku konsep dan penulisan asuhan keperawatan
tahapan penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang
kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan dengan melibatkan klien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. Terdapa
dua jenis evaluasi:
Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan hasil tindakan
keperawatan. Evaluasi formatif ini dilakukan segera setelah perawat
mengimplementasikan rencana keperawatan guna menilai keefektifan tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan. Perumusan evaluasi formatif ini meliputi 4
komponen yang dikenal dengan istilah SOAP:
1) S (subjektif): Data subjektif dari hasil keluhan klien, kecuali pada klien yang
afasia.
2) O (objektif): Data objektif dari hasi observasi yang dilakukan oleh perawat.
3) A (analisis): Masalah dan diagnosis keperawatan klien yang dianalisis atau
dikaji dari data subjektif dan data objektif.
4) P (perencanaan): Perencanaan kembali tentang pengembangan tindakan
keperawatan, baik yang sekarang maupun yang akan datang dengan tujuan
memperbaiki keadaan kesehatan klien.
b. Evaluasi Sumatif (Hasil) Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah
semua aktivitas proses keperawatan selesi dilakukan. Evaluasi sumatif ini bertujuan
menilai dan memonitor kualitas asuhan keperawatan yang telah diberikan. Ada 3
kemungkinan evaluasi yang terkait dengan pencapaian tujuan keperawatan (Setiadi,
2012), yaitu:
1) Tujuan tercapai atau masalah teratasi jika klien menunjukan perubahan sesuai
dengan standar yang telah ditentukan.
2) Tujuan tercapai sebagian atau masalah teratasi sebagian atau klien masih
dalam proses pencapaian tujuan jika klien menunjukkan perubahan pada sebagian
kriteria yang telah ditetapkan.
16
3) Tujuan tidak tercapai atau masih belum teratasi jika klien hanya menunjukkan
sedikit perubahan dan tidak ada kemajuan sama sekali. Video
17
BAB III
ASKEP KASUS
1. LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN
Tn. Z (40 tahun) ,dirawat dengan post op Laparatomi hari kedua akibat
appendix perforasi, Keadaan umum masih lemah, kesadaran composmentis. Vital
sign TD: 100/70 mmHg; HR 88 x/menit; RR 22 x/menit, T 37 °C: masih dipuasakan,
saat ini terpasang NGT terbuka cairan berwarna kuning kehijauan sebanyak 350 cc;
pada daerah luka incici operasi terpasang drainage berwarna merah sebanyak 150 cc,
infus di up karena flebitis satu jam yang lalu. Rencana akan diberikan cairan selang
seling Dextrose 5% dan RL 0.9 % + drip Antrain 1 ampul (2 cc )/kolf : 3000 cc/24
jam, terpasang catheter urine dengan jumlah urine 2300 cc, dan mendapat tranfusi
WB 300 cc; mendapat actortic Cefat 1 gram /12 jam yg didripkan dalam NaCl 50 cc
setiap kali pemberian.
A. PENGKAJIAN
a) Biodata
Nama : Tn. Z
Umur : 40 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Mariental : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan :t SMA
Pekerjaan : Karyawan
Suku Bangsa : Indonesia
Alamat :Pandean ,serang
No. Medrec : 57.15.33
No. Rawat : 58.16.34
Dx. Medis : Apendisitis
Tgl. Masuk : 20 januari 2021
Tgl. Pengkajian : 21 januari 2021
Penanggung Jawab
Nama : Ny. A
18
Umur : 35 Tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Hubungan dengan Pt: Istri
b) Keluhan Utama :
Pasien mengeluh nyeri pada bagian abdomen kuadran kanan bawah bekas
luka insisi.
c) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien di rawat di RS dengan keluhan nyeri pada bagian abdomen yang
disebabkan oleh bekas luka incici operasi, nyeri seperti ditusuk-tusuk pada
saat melakukan mobilisasi, nyeri tidak menyebar dan disertai dengan badan
terasa lemah, mual dan muntah, dan kadang susah BAB (konstipasi), nyeri
dirasakan pada bagian abdomen kuadran kanan bawah dan bagian tengah
abdomen, skala nyeri 7 (1-10), nyeri dirasakan sejak 3 hari setelah operasi
dan 2 hari sebelum operasi sudah merasakan nyeri.
d) Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Klien mengatakan tidak pernah mengalami sakit seperti ini, tidak pernah
mengalami operasi sebelumnya, dan tidak memiliki Riwayat alergi.
e) Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga klien mengatakan bahwa tidak ada anggota keluarga yang pernah
mengalami penyakit tersebut dan tidak ada penyakit turunan.
f) Pemeriksaan Fisik
1. Tanda-tanda vital
a. Keadaan umum : Lemah, gelisah
b. Kesadaran : Compos mentis (GCS: E4 M5 V6)
c. Tekanan darah :100/70 mmHg
Nilai MAP (mean atrial pressure)
100+2(70)
=80
3
Kesimpulan : MAP Minimal 70 – 100 mmHg : perfusi ginjal yang memadai
19
d. Nadi :88x/ menit(N: 60x/mnt – 100x/mnt)
e. Suhu : 37oC (N: 36,5 oC – 37,5 oC)
f. RR : 22x/ menit (N :16 – 24 x /mnt)
2. Antropometri
BB = 60kg
TB = 172cm
IMT = BB/ TB x TB
= 60kg = 20,2
172cm
Berat Badan Ideal = (TB-100) – ((TB-100) x 10%)
= (172-100) – ((172-100) x 10%)
= 72 – 7,2
= 64,8 kg ( Berat badan ideal)
20
Mukosa bibir pucat, tidak ada cyanosis, tidak ada pembesaran kelenjar getah
bening, tidak ada vena jugularis yang berlebih.
2. Palpasi
Akral hangat, capillary refill time < 2 detik
3. Perkusi
Suara perkusi redup
4. Auskultasi
Bunyi jantung regular
5. Pengukuran
Tekanan darah : 100/70mmHg
Nadi : 88x/ menit
c) Sistem Pencernaan
1. Inspeksi
Konjungtiva tidak anemis, tidak ada stomatitis, tidak carries pada gigi, lidah
tampak kotor, perut buncit, terdapat luka incici kurang lebih 15cm dan
terpasang drainage berwarna merah sebanyak 150cc, serta terpasangan NGT
secara terbuka untuk menghisap pus yang masuk di rongga abdomen akibat
pecahnya apendiks, terdapat cairan berwarna kuning kehijauan sebanyak
350cc.
2. Auskultasi
Bising Usus : 11x/ menit (Normal : 5-25x/menit)
3. Palpasi
Nyeri pada abdomen kuadran kanan bawah dan bagian tengah pada luka
bekas incici, distensi abdomen.
4. Perkusi
Perkusi perut timpani.
d) Sistem persyarafan
Pasien tidak ada keluhan sakit kepala, tingkat kesadaran compos mentis,
GCS (E4 M5 V6), tidak ada gangguan sistem persyarafan.
e) Sistem penglihatan
21
1. Inspeksi
Tidak terdapat tanda-tanda radang , tidak ada kelainan otot-otot mata, pupil
bereaksi terhadap rangsang cahaya, posisi mata simetris, warna scelera putih
tidak ikterik , penglihatan normal
2. Palpasi
Tekanan intraokuler: normal
3. Test snallen
Normal
f) Sistem Pendengaran
1. Inspeksi
Pinna kiri & kanan simetris,kanalis bersih
2. Palpasi
Nyeri post auricle : tidak
3. Test kemampuan pendengaran
Garpu tala : normal
Detak jam : normal
Test berbisik : normal
g) Sistem Perkemihan
1. Inspeksi
Warna kuning jernih, tidak ada edema, tidak ada hematuria, terpasangan
kateter urine dengan julah urine 2300cc.
2. Palpasi
Tidak ada nyeri tekan, tidak ada distensi kandung kemih.
3. Perkusi
Nyeri ketuk pada ginjal : tidak
h) Sistem Muskuloskeletal
1. Inspeksi
Pasien dapat menggerakan anggota gerak pada bagian atas dan bawah tidak
ada kelainan hanya kondisi tubuh klien lemah dan harus tirah baring,
22
terpasang infus selang seling Dextrose 5% dan RL 0.9% + Drip Antrain 1
ampul (2cc) kolf : 3000cc/24jam.
2. Palpasi
Uji kekuatan otot :
KIRI KANAN
3 3
3 3
3. ROM
Rentang gerak :
Anggota gerak pada bagian atas dan bawah lengkap tidak ada kelainan,
namun ROM terganggu karena kondisi pasien lemah dan tirah baring.
i) Sistem Endokrin
1. Inspeksi
Pasien tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, nafas tidak berbau keton,
terdapat luka gangren pada apendiks.
2. Palpasi
Kelenjar tyroid : normal
j) Sistem Integumen
1. Inspeksi
Terdapat luka laparotomi sepanjang kurang lebih 15cm, turgor kulit baik,
temperatur kulit hangat, warna kulit pucat, tidak ada kelainan kulit, tidak ada
tanda-tanda peradangan pada kondisi pemasangan infus.
2. Palpasi
Turgor kulit baik, tidak ada edema, suhu tubuh 37oC
23
Pola Aktivitas dan Kebiasaan Sehari-hari
Kurang lebih 2
- Jumlah Kurang lebih 1 liter/hari
liter/hari
Ket :
Tidak ada pantangan
makanan.
2. Pola Eliminasi
- BAB
Frekuensi 1x/hari Frekuensi BAB
Konsistensi Lembek menurun karena
Warna Coklat kekuningan prosedur diet post
operasi
Padat
Kecoklatan
24
kebiasaan sebelum malam hari akibat
tidur dan sesudah terasa nyeri pada
tidur. bagian bekas luka
insisi.
4. Personal Higiene
25
Tingkat kecemasan klien sedang menuju berat : klien takut tidak sembuh
bahkan meninggal
3. Konsep Diri
a. Citra tubuh
Klien bersyukur atas tubuhnya dengan segala kekurangan yang klien miliki
b. Identitas diri
Klien merasa puas dengan status nya sebagai ayah dan kepala keluarga.
c. Peran
Sebagai ayah, kepala keluarga, dan warga masyarakat.
d. Ideal diri
Klien berharap dapat segera sembuh seperti sedia kala.
e. Harga diri
Klien merasa sedikit tenang karena ada keluarga yang menemani dan
merawatnya.
4. Koping mekanisme yang digunakan
Sebelum dirawat klien dapat beraktivitas dengan baik dan berkomunikasi
dengan baik. Setelah di rawat aktivitas klien terhambat namun masih
mampu untuk berkomunikasi dengan baik meskipun dengan kondisi lemah.
B. Data Sosial
1. Pola Komunikasi
Tenang meski kondisi lemah, jelas dan kooperatif.
2. Pola Interaksi
a. Dengan perawat : Baik
b. Dengan keluarga : Baik
c. Dengan klien lain : Baik
C. Data Spiritual
1. Motivasi religi klien
Pasien percaya dan yakin kepada Allah SWT
2. Persepsi klien terhadap penyakitnya
26
Klien mengatakan bahwa penyakitnya adalah ujian dan juga akibat atas
kurangnya menjaga pola makan, kebersihan dan pola hidup.
3. Pelaksanaan ibadah
Sebelum sakit ibadah pasien tidak terganggu, namun setelah sakit ibadah klien
menjadi terganggu karena kondisinya yang lemah dan terasa nyeri pada
saat mobilisasi.
D. Data Penunjang
a. Hasil pemeriksaan Laboratorium :
c. Program terapi :
a. Obat-obatan yang diberikan :
Pemenuhan cairan : Dextrose 5%, RL 0,9%, dan drip Antrain 1 ampul
(2cc)/kolf 3000 cc/24jam, transfuse WB 300cc, actortic cefat 1gram/12jam
yang di drip kan dalam NaCl 50cc setiap kali pemberian, Metronidazol infus
100cc(30gtt)
Obat lain :
Ketorolac 3x30mg secara IV
b. Diet :
27
Diet cair
Diet lunak
Diet tinggi serat
E. ANALISA DATA
28
drainage
berwarna merah
sebanyak 150cc pembengkakan
pada daerah luka
incici operasi
- Terdapat luka dan iskemia
bekas operasi perforasi
pada abdomen pembedahan
kanan bawah
- Tanda infeksi
rubor (-), dolor
(-), color (-),
tumor (-)
operasi
luka insisi
nyeri
jalan masuk
kuman
Resiko Infeksi
29
hasil : - Identifikasi skala - Untuk memantau
- Keluhan nyeri skala nyeri adanya
nyeri - Identifikasi faktor perubahan atau
menurun yang memperberat tindak
- Meringis dan memperingan - Untuk mengetahui
menurun nyeri nyeri bertambah
- Gelisah - Montor keberhasilan atau menurun
menurun terapi komplementer - Untuk mengetahui
- Kesulitan yang sudah diberikan apakah terapi yang
tidur - Monitor efek diberikan berhasil
menurun samping penggunaan atau tidak
- Mual dan analgetik - Untuk memantau
muntah Terapeutik : adanya efek
menurun - Berikan teknik samping setelah
- Skala nyeri nonfarmakologis pemberian obat
menurun untuk analgesic
- Drainage mengurangi rasa
menurun nyeri (mis. - Untuk membantu
TENS, hipnosis, klien mengurangi
akupresur, rasa nyeri
terapi musik, - Untuk menghindari
biofeedback, hal-hal yang dapat
terapi pijat, memperberat nyeri
aromaterapi, - Untuk mengetahui
teknik imajinasi strategi lanjut yang
terbimbing, kompres akan dilakukan
hangat/dingin, - Untuk membantu
terapi bermain) klien memenuhi
- Control lingkungan kualitas tidur
yang memperberat
nyeri - Agar klien
- Pertimbangkan jenis mengetahui apa
dan sumber nyeri saja hal yang dapat
dalam pemilihan memicu timbulnya
strategi meredakan nyeri
nyeri - Agar klien
- Fasilitas istirahat dan mengetahui hal apa
tidur yang harus
Edukasi : dilakukan pada saat
- Jelaskan penyebab, timbul nyeri
periode, dan pemicu - Agar klien mampu
nyeri mengetahui tingkat
- Jelaskan strategi nyeri
meredakan nyeri - Agar klien tidak
salah dalam
30
- Anjurkan memonitor meminum obat
nyeri secara mandiri analgetic
- Anjurkan - Agar klien
menggunakan mengetahui cara
analgetic secara tepat mengurangi nyeri
- Ajarkan Teknik
nonfarmakologis - Untuk membantu
untuk mengurangi meredakan atau
nyeri mengurangi nyeri
Kolaborasi :
- Kolaborasi
pemberian
analgetik seperti,
Antasida
31
H. TINDAKAN KEPERAWATAN
32
untuk mengurangi nyeri
- Mengkolaborasi pemberian
analgetik seperti, Antasida dan Keterolac
3x30mg
Pencegahan Infeksi
2. 22 januari - Memonitor tanda dan gejala infeksi local
2021 dan sistemik
- Memberikan perawatan kulit pada area Rita Ines
disekitar luka incici
- Mempertahankan Teknik aseptic pada respati
pasien beresiko tinggi terkena infeksi
- Menjelaskan tanda dan gejala infeksi
- Mengajarkan cara memeriksa kondisi luka
atau luka operasi
- Menganjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
- Menganjurkan meningkatkan asupan
cairan
Manajemen Nyeri
3. 23 januari
- Memonitor keberhasilan terapi
2021
komplementer yang sudah diberikan Rita ines
- Memonitor efek samping penggunaan
analgetik respati
- Memberikan Teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hipnosis, akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
- Mengontrol lingkungan yang
memperberat nyeri
- Memfasilitas istirahat dan tidur
- Mengkolaborasi pemberian analgetik
seperti, Antasida dan Keterolac 3x30mg
Pencegahan Infeksi
4 23 januari - Memonitor tanda dan gejala infeksi local Rita Ines
2021 dan sistemik Respati
- Memberikan perawatan kulit pada area
disekitar luka incici
- Mempertahankan Teknik aseptic pada
pasien beresiko tinggi terkena infeksi
33
- Menjelaskan tanda dan gejala infeksi
- Mengajarkan cara memeriksa kondisi luka
atau luka operasi
- Menganjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
- Menganjurkan meningkatkan asupan
cairan
Manajemen Nyeri
5 24 januari - Memberikan Teknik nonfarmakologis Rita ines
2021 untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, respati
hipnosis, akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
- Memfasilitas istirahat dan tidur
- Mengkolaborasi pemberian analgetik
seperti, Antasida dan Keterolac 3x30mg
Pencegahan Infeksi
6 24 januari - Memberikan perawatan kulit pada area Rita ines
2021 disekitar luka incici respati
- Mempertahankan Teknik aseptic pada
pasien beresiko tinggi terkena infeksi
34
tampak meringis
35
infeksi
- Mengajarkan cara memeriksa
kondisi luka atau luka operasi
- Menganjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
- Menganjurkan meningkatkan
asupan cairan
36
pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin, terapi
bermain)
- Memfasilitas istirahat dan tidur
- Mengkolaborasi pemberian
analgetik seperti, Antasida dan
Keterolac 3x30mg secara IV
37
Catatan perkembangan dilakukannya
7. 26 januari 2021 tindakan keperawatan : Rita ines
respati
S : Klien sudah tidak mengeluh nyeri
pada bagian abdomen kanan bawah dan
bagian tengah bawah
P : Intervensi dihentikan
Catatan perkembangan dilakukannya
8. 26 januari 2021 tindakan keperawatan : Rita ines
respati
S: Klien sudah tidak mengeluh nyeri
pada luka bekas incici operasi
P: Intervensi dihentikan
38
B. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian penerapan asuhan keperawatan pada klien 1 dan klien 2 pada
klien post operatif appendicitis di Ruangan Flamboyan A dan B di RSUD dr. Kanujoso
Djatiwibowo Kalimantan Timur peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengkajian Pengkajian yang dilakukan oleh peneliti pada klien 1 dan peneliti pada
klien 2 sesuai dengan teori. Salah satu focus utama pengkajian pada klien dengan post
operatif appendisitis adalah pengkajian nyeri dengan menggunakan metode PQRST
(Provokes/Palliates, Quality, Region/Radian, Scale/Severity, Time).
sesuai dengan kebutuhan klien dan memperhatikan kondisi klien serta kesanggupan
keluarga dalam kejasama. Intervensi yang dilakukan oleh peneliti yaitu intervensi yang
dilakukan secara mandiri maupun kolaborasi.
39
setiap tindakan keperawatan. Hasil evaluasi yang dilakukan oleh peneliti pada klien 1 dan
2 menunjukan bahwa masalah yang dialami pada kedua klien teratasi sepenuhnya
B. Saran
1. Bagi peneliti
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien post operatif appendisitis yang
dilakukan secara benar dan bias mencapai tujuan, peneliti selanjutnya harus benar-
benar paham, mengerti serta menguasai konsepyang berkaitan dengan Appendicitis,
baik itu konsep anatomi dan fisiologi etiologi dan patofisiologi tentang appendicitis
serta konsep 96 asuhan keperawatan itu sendiri, selain itu peneliti juga harus
melakukan pengkajian dengan tepat dan komperhensif agar tersusun asuhan
keperawatan yang sesuai dengan masalah yang ditemukan pada pasien serta tidak ada
masalah yang lepas dari perhatian dalam memberikan asuhan keperawatan pada
pasien.
40
3. Bagi perkembangan
ilmu keperawatan Peneliti sangat berharap agar hasil penelitian ini bisa menjadi
sumber ilmu pengetahuan yang bisa menambah wawasan dalam ilmu keperawatan
serta membantu perkembangan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien
Post operatif Appendisitis dengan sumber dan referensi referensi terbaru.
DAFTAR PUSTAKA
Erianto, M., Fitriyani, N., Siswandi, A., dan Sukulima, A. P. (2020). Perforasi pada
Penderita Apendisitis Di RSUD DR.H.Abdul Moeloek Lampung. Jurnal Ilmiah Kesehatan
Sandi Husada, 11(1), 490–496. https://doi.org/10.35816/jiskh.v11i1.335
41
Sulistiyawati. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Stroke Non Hemoragik Yang
Di Rawat Di Rumah Sakit (POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
KALIMANTAN TIMUR).
42