Anda di halaman 1dari 46

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN APENDISITIS

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4 :

ADINDA SALSA BILLA (2114201002)

SUCI RAHAYU (2114201047)

PUTRI MULIA NINGSIH (2114201001)

NADYA FITRIA SARI (2114201028)

IKE INDRIANI (2114201022)

RANI MARZA PUTRI (2114201037)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG

TA. 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai.Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya. Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar
makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai
penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami.Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Padang, 21 Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN........................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG...........................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................1
C. TUJUAN............................................................................................................. 2
BAB II......................................................................................................................... 3
TINJAUAN TEORISTIS..............................................................................................3
A. Konsep Dasar Medis Appendisitis......................................................................3
1. Definisi............................................................................................................. 3
2. Anatomi dan Fisiologi Appendiks........................................................................4
3.Etiologi Appendisitis...........................................................................................5
4. Patofisiologis.....................................................................................................5
5. Manifestasi Klinis..............................................................................................6
6. Pathway............................................................................................................ 6
7. Penatalaksanaan Medis.......................................................................................7
8. Komplikasi........................................................................................................7
B. Konsep Masalah keperawatan...........................................................................8
C. Konsep Asuhan Keperawatan..........................................................................11
1. Pengkajian Keperawatan...................................................................................11
2. Diagnosa Keperawatan.....................................................................................13
3. Perencanaan Keperawatan.................................................................................13
4.Pelaksanaan Tindakan Keperawatan....................................................................15
5. Evaluasi Keperawatan......................................................................................16
BAB III...................................................................................................................... 18
ASKEP KASUS........................................................................................................18
1. LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN............................................................18
A. PENGKAJIAN..................................................................................................18
B. KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................39

iii
A. Kesimpulan....................................................................................................39
B. Saran............................................................................................................. 40
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................41

iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Apendisitis adalah peradangan dari apendiks periformis, dan merupakan penyebab
abdomen akut yang paling sering (dermawan&Rahayu Ningsih, 2010). Istilah usus buntu
dikenal masyarakat awam adalah kurang tepat karena usus yang buntu yang sebenarnya
adalah sekum. Apendiks diperkirakan ikut serta dalam system imun sektorik disaluran
pencernaan. Namun, pengangkatan apendiks tidak menimbulkan efek system imun yang jelas
(Syamyuhidayat, 2005).
Peradangan pada apendisitis selain mendapatkan intervensi farmakologik juga
memerlukan tindakan bedah segera mencegah komplikasi dan memberikan implikasi pada
perawat dalam membentuk asuhan keperawatan. Berlanjutnya kondisi apendisitis akan
meningkatkan resiko terjadinya perforasi dan pembentukan masa periapedikula. Perkurasi
dengan cairan inflamasi dan bakteri masuk ke rongga abdomen lalu memberikan trespon
inflamasi permukaan peritoneum atau terjadi peritonisis. Apabila berforasi apendisitis disertai
dengan material ases, maka akan memberikan manifestasi nyeri local akibat akumulasi akses
dan kemudian juga akan memberikan respon peritonistis. Manifestasi yang khas dari
perforasi apendiks adalah nyeri hebat yang tiba-tiba dating pada aabdomen kanan bawah
(Tzanakis,2005).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan apendisitis?
2. Apa etiologi dan factor resiko dari apendisitis?
3. Apa patofisiologi dari apendisitis?
4. Bagaimana manifestasi klinis dari apendisitis?
5. Apa komplikasi dari apendisitis?
6. Bagaiman penatalaksanaan medis apendisitis?
7. Bagaimana pengkajian keperawatan dari apendisitis ?
8. Bagaimana gejala dari apendisitis?
9. Apa diagnose dari apendisitis?
10. Bagaimana pengobatan dari apendisitis?
11. Bagaimana asuhan keperawatan dari apendisitis?

1
C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian dari apendisitis
2. mengetahui etiologic dan factor resiko adari apendisiti mengetahui patofisiologi dari
appendisitis
3. mengetahui manifestasi klinis dari apendisitis mengetahui komplikasi dari apendisitis
4. mengetahui penatalaksanaan dari apendisitis mengetahui pengkajian keperawatan dari
apendisitis mengetahui gejala apendisitis
5. mengetahui diagnose apendisitis
6. mengetahui pengobatan apendisitis
7. mengetahui asuhan keperawatan apendisitis

2
BAB II
TINJAUAN TEORISTIS
A. Konsep Dasar Medis Appendisitis

1. Definisi
Apendisitis adalah penyebab utama inflamasi akut di kuadran kanan bawah abdomen dan
penyebab tersering pembedahan abdomen darurat. Meskipun dapat dialami oleh semua
kelompok usia, apendisitis paling sering terjadi antara usia 10 dan 30 tahun (Brunner dan
Suddarth,2014).

Apendisitis adalah proses peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing
atau disebut apendiks. Infeksi ini bisa mengakibatkan komplikasi apabila tidak segera
mendapatkan tindakan bedah segera untuk penanganannya. Apendisitis adalah penyebab
utama inflamasi akut di kuadran kanan bawah abdomen. Meskipun dapat dialami oleh semua
kelompok usia, apendisitis paling sering terjadi antara usia 10 dan 30 tahun (Awan Hariyanto
dan Rini Sulistyowati, 2015)

Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing
(apendiks). Usus buntu sebenernya adalah sekum (cecum). Infeksi ini bisa mengakibatkan
peradangan akut sehingga memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi
yang umumnya berbahaya (Saputro, 2018).

Dari tiga pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Apendisitis adalah
peradangan pada apendiks yang disebabkan karena adanya sumbatan pada lumen apendiks.
Apendisitis merupakan salah satu penyebab nyeri abdomen akut. Apendisitis terjadi dalam
jangka waktu yang bervariasi. Semakin lama apendisitis dibiarkan maka resiko komplikasi
yang ditimbulkan akan semakin besar

3
2. Anatomi dan Fisiologi Appendiks
a. Anatomi Appendisitis

Appendiks vermiformis atau yang sering disebut sebagai apendiks adalah organ
berbentuk tabung dan sempit yang mempunyai otot dan banyak mengandung jaringan
limfoid.Panjang apendiks vermiformis bervariasi dari 3-5 inci (8-13 cm). Dasarnya melekat
pada permukaan aspek posteromedial caecum, 2,5 cm dibawah junctura iliocaecal dengan
lainnya bebas. Lumennya melebar di bagian distal dan menyempit di bagian proksimal (S. H.
Sibuea, 2014).

Apendiks vermiformis terletak pada kuadran kanan bawah abdomen di region iliaca
dextra. Pangkalnya diproyeksikan ke dinding anterior abdomen pada titik sepertiga bawah
yang menghubungkan spina iliaca anterior superior dan umbilicus yang disebut titik
McBurney (Siti Hardiyanti Sibuea, 2014).

Pada apendiks posisi yang normal adalah apendiks yang terletak pada dinding abdomen
di bawah titik Mc. Burney. Untuk menentukan titik Mc.Burney caranya adalah dengan
menarik garis semu dari umbilikal kanan ke anterior superior iliac spina kanan dan 2/3 dari
garis tersebut merupakan titik Mc Burney.

b. Fisiologi Appendiks

Secara fisiologis, apendiks menghasilkan lendir 1 – 2 ml per hari. Lendir normalnya


dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya mengalirkan ke sekum. Hambatan aliran lendir
di muara apendiks berperan pada patogenesis apendiks. Immunoglobulin sekreator yang
dihasilkan oleh GALT (Gut Associated Lympoid Tissue) yang terdapat di sepanjang saluran
pencerna termasuk apendiks ialah IgA. Immunoglobulin tersebut sangat efektif sebagai
perlindungan terhadap infeksi. Namun demikian, pengangkatan apendiks tidak

4
mempengaruhi sistem imun tubuh karena jumlah jaringan limfa disini kecil sekali jika
dibandingkan dengan jumlahnya disaluran cerna dan diseluruh tubuh (Arifin, 2014)

3.Etiologi Appendisitis
Menurut Nuzulul (2009) dalam Sulekale (2016)menjelaskan bahwa Appendisitis belum
ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada factor prediposisi dimana faktor yang
tersering adalah obstruksi lumen. Pada umumnya obstruksi ini terjadi karena:
a. Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab terbanyak.
b. Adanya faekolit dalam lumen appendiks.
c. Adanya benda asing seperti biji-bijian.
d. Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya.
e. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan
Streptococcus.
f. Laki-laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur
15-30 tahun (remaja dewasa). Ini disebabkan oleh karena
peningkatan jaringan limpoid pada masa tersebut.
g. Tergantung pada bentuk apendiks:
h. Appendik yang terlalu panjang.
i. Massa appendiks yang pendek.
j. Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen appendiks.
k. Kelainan katup di pangkal appendiks.

4. Patofisiologis
Menurut Burkitt (2007) dalam Hidayat (2020)menjelaskan bahwa Appendisitis
kemungkinan dimulai oleh obstruksi dari lumen yang disebabkan oleh feses yang terlibat atau
fekalit. Penjelasan ini sesuai dengan pengamatan epidemiologi bahwa appendisitis
berhubungan dengan asupan serat dalam makanan yang rendah. Pada stadium awal dari
appendisitis, terlebih dahulu terjadi inflamasi mukosa. Inflamasi ini kemudian berlanjut ke
submukosa dan melibatkan lapisan muskular dan serosa (peritoneal). Cairan eksudat
fibrinopurulenta terbentuk pada permukaan serosa dan berlanjut ke beberapa permukaan
peritoneal yang bersebelahan, seperti usus atau dinding abdomen, menyebabkan peritonitis
lokal.
Dalam stadium ini mukosa glandular yang nekrosis terkelupas ke dalam lumen, yang
menjadi distensi dengan pus. Akhirnya, arteri yang menyuplai apendiks menjadi bertrombosit

5
dan apendiks yang kurang suplai darah menjadi nekrosis atau gangren. Perforasi akan segera
terjadi dan menyebar ke rongga peritoneal. Jika perforasi yang terjadi dibungkus oleh
omentum, abses lokal akan terjadi.

5. Manifestasi Klinis
a. Nyeri kuadran kanan bawah dan biasanya demam ringan
b. Mual, muntah
c. Anoreksia, malaise
d. Nyeri lepas lokal pada titik Mc. Burney
e. Spasme otot
f. Konstipasi, diare

6. Pathway

6
7. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis pasca operasi pada appendisits adalah dilakukan observasi tanda-
tanda vital untuk mengetahui terjadinya perdarahan di dalam, syok, hipertermia atau
gangguan pernapasan. Klien dibaringkan dalam posisi terlentang. Klien dikatakan baik bila
dalam 12 jam tidak terjadi gangguan. Puasa diteruskan sampai fungsi usus kembali normal.
Pada fase lanjutan dari Appendisitis yang sudah memberat dan tidak ditangani dalam waktu
lama biasanya akan menyebabkan perforasi appendiks yaitu pecahnya apendiks yang sudah
gangren yang menyebabkan pus masuk ke dalam rongga perut sehingga terjadi peritonitis
umum. Pada fase ini biasanya tindakan yang akan dilakukan adalah laparatomi, yaitu
prosedur pembedahan yang melibatkan suatu insisi pada dinding abdomen hingga ke cavitas
abdomen yang memberikan akses lebih untuk mengetahui penyebab dari masalah yang
menimbulkan nyeri khususnya pada bagian abdomen (Sjamsurihidayat dan jong dalam
Erianto, Fitriyani, Siswandi, dan Sukulima, 2020).

8. Komplikasi
Komplikasi menurut Deden Dermawan dan Tutik Rahayuningsih
(2010):
a. Perforasi apendiks
Perforasi jarang terjadi dalam 8 jam pertama, observasi aman untuk dilakukan dalam
masa tersebut. Tanda-tanda perforasi meliputi meningkatnya nyeri, spasme otot dinding perut
kuadran kanan bawah dengan tanda peritonitis umum atau abses yang terlokalisasi, ileus,
demam, malaise, dan leukositosis semakin jelas. Bila perforasi dengan peritonitis umum atau
pembentukan abses telah terjadi sejak klien pertama kali datang, diagnosis dapat ditegakkan
dengan pasti.
b. Peritonitis
Bila terjadi peritonitis umum terapi spesifik yang dilakukan adalah operasi untuk
menutup asal perforasi. Bila terbentuk abses apendiks akan teraba massa di kuadran kanan
bawah yang cenderung menggelembung kearah rectum atau vagina.
c. Dehidrasi
d. Sepsis
e. Elektrolit drah tidak seimbang
f. Pneumoni (Deden Dermawan dan Tutik Rahayuningsih, 2010)

7
B. Konsep Masalah keperawatan
1. Definisi
Masalah keperawatan merupakan label diagnosis keperawatan yang menggambarkan inti
dari respon klien terhadap kondisi kesehatan atau proses kehidupannya (PPNI, 2017).
2. Kriteria Mayor dan Minor
Kriteria mayor adalah tanda dan gejala yang ditemukan sekitar 80%-100% untuk validasi
diagnosa. Sedangkan kriteria minor adalah tanda dan gejala yang tidak harus ditemukan,
namun dapat mendukung penegakan diagnosis (PPNI, 2017).
3. Faktor Yang Berhubungan Kondisi atau situasi yang berkaitan dengan suatu masalah
yang dapat menunjang kelengkapan data untuk menegakan suatu diagnosis atau masalah
keperawatan (PPNI, 2017).
Masalah keperawatan yang akan muncul pada kasus post operatif
appendisitis yaitu:
a. Nyeri akut(D.0077)
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual
atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat
yang berlangsung kurang dari 3 bulan. Adapun penyebabnya yaitu:
1) Agen pencedera fisiologis (mis. inflamasi, iskemia, neoplasma).
2) Agen pencedera kimiawi (mis. terbakar, bahan kimia iritan).
3) Agen pencedera fisik (mis. abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat berat,
prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan).
Gejala dan kriteria:
1) Mayor:
a) Subjektif: Mengeluh nyeri.
b) Objektif: Tampak meringis, bersikap protektif (mis. Waspada posisi menghindari
nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur.
2) Minor:
a) Subjektif:
b) Objektif: Tekanan darah meningkat, pola nafas berubah, nafsu makan berubah, proses
berfikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri sendiri, diaphoresis
b. Resiko Hipovolemia (D.0034)
Beresiko mengalami penurunan volume cairan intravaskuler, interstisiel, dan atau
intraseluler. Adapun faktor resikonya yaitu:

8
1) Kehilangan cairan secara aktif.
2) Gangguan absorsi cairan.
3) Usia lanjut.
4) Kelebihan berat badan.
5) Status hipermetabolik.
6) Kegagalan mekanisme regulasi.
7) Evaporasi.
8) Kekurangan intake dan output cairan.
9) Efek agen farmakologis

c. Resiko Infeksi(D.0142)
Beresiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik. Adapun faktor
resikonya yaitu:
1) Penyakit kronis (mis. Diabetes mellitus).
2) Efek prosedur infasif.
3) Malnutrisi.
4) Peningkatan paparan organisme pathogen lingkungan.
5) Ketidak adekuatan pertahanan tubuh primer :
a) Gangguan peristaltic.
b) Perubahan sekresi HP.
c) Kerusakan integritas kulit.
d) Penurunan kerja siliaris.
e) Ketuban pecah lama.
f) Ketuban pecah sebelum waktunya.
g) Merokok.
h) Status cairan tubuh.
6) Ketidak adekuatan pertahanan pertahanan tubuh sekunder :
a) Penurunan hemoglobin.
b) Imunosupresi.
c) Leukopenia.
d) Supresi respon inflamasi.
e) Vaksinasi tidak adekuat.

9
d. Gangguan Mobilitas Fisik(D.0054)
Keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas
secara mandiri. Adapun penyebabnya yaitu:
1) Kerusakan intergritas struktur tulang
2) Perubahan metabolism ketidakbugaran fisik
3) Penurunan kendali otot
4) Penurunan masa otot
5) Penurunan kekuatan otot
6) Keterlambatan perkembangan
7) Kekakuan sendi
8) Kotraktur
9) Malnutrisi
10) Gangguan musculoskeletal
11) Gangguan neuromuscular
12) Indeks masa tubuh diatas persentill ke-75 sesuai usia
13) Efek agen parmakologis
14) Program pembatasan gerak
15) Nyeri
16) Kurang terpapar informasi tentang aktvitas fisik
17) Kecemasan gangguan kognitif
18) Keengganan melakukan pergerakan
19) Gangguan sensoripersepsi
Gejala dan kriteria:
1) Mayor
a) Subjektif: mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas.
b) Objektif: kekuatan otot menurun, rentang gerak (ROM) menurun.
2) Minor :
a) Subjektif: nyeri saat bergerak, enggan melakukan pergerakan, merasa cemas saat
bergerak.
b) Objektif: sendi kaku, gerakan tidak terkoordinasi, gerakan terbatas, fisik lemah

10
C. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian Keperawatan
a. Data demografi Identitas klien: Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor register.

b. Riwayat kesehatan

1) Keluhan utama Nyeri pada daerah abdomen kanan bawah.


2) Riwayat kesehatan sekarang Klien mengatakan nyeri pada daerah abdomen kanan
bawah yang menembus kebelakang sampai pada punggung dan mengalami demam
tinggi.
3) Riwayat kesehatan dahulu 21 Apakah klien pernah mengalami operasi sebelumnya
pada colon.
4) Riwayat kesehatan keluarga Apakah anggota keluarga ada yang mengalami jenis
penyakit yang sama.

c. Pemeriksaan fisik ROS (review of system)

a. Keadaan umum: Kesadaran composmentis, wajah tampak menyeringai,


konjungtiva anemis.
b. Sistem kardiovaskuler: Ada distensi vena jugularis, pucat, edema, TD
>110/70mmHg; hipertermi.
c. Sistem respirasi: Frekuensi nafas normal (16-20x/menit), dada simetris, ada
tidaknya sumbatan jalan nafas, tidak ada gerakan cuping hidung, tidak terpasang
O2, tidak ada ronchi, whezing, stridor.
d. Sistem hematologi: Terjadi peningkatan leukosit yang merupakan tanda adanya
infeksi dan pendarahan
e. Sistem urogenital: Ada ketegangan kandung kemih dan keluhan sakit pinggang
serta tidak bisa mengeluarkan urin secara lancar.
f. Sistem muskuloskeletal: Ada kesulitan dalam pergerakkan karena proses
perjalanan penyakit
g. Sistem Integumen: Terdapat oedema, turgor kulit menurun, sianosis, pucat.
h. Abdomen: Terdapat nyeri lepas, peristaltik pada usus ditandai dengan distensi
abdomen.

11
d. Pola fungsi kesehatan menurut Gordon.

1. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat Adakah ada kebiasaan merokok,
penggunaan obat-obatan, alkohol dan kebiasaan olahraga (lama frekwensinya),
karena dapat mempengaruhi lamanya penyembuhan luka.
2. Pola nutrisi dan metabolism Klien biasanya akan mengalami gangguan pemenuhan
nutrisi akibat pembatasan intake makanan atau minuman sampai peristaltik usus
kembali normal.
3. Pola Eliminasi Pada pola eliminasi urine akibat penurunan daya konstraksi kandung
kemih, rasa nyeri atau karena tidak biasa BAK ditempat tidur akan mempengaruhi
pola eliminasi urine. Pola eliminasi alvi akan mengalami gangguan yang sifatnya
sementara karena pengaruh anastesi sehingga terjadi penurunan fungsi.
4. Pola aktifitas Aktifitas dipengaruhi oleh keadaan dan malas bergerak karena rasa
nyeri, aktifitas biasanya terbatas karena harus bedrest berapa waktu lamanya setelah
pembedahan.
5. Pola sensorik dan kognitif. Ada tidaknya gangguan sensorik nyeri, penglihatan serta
pendengaran, kemampuan berfikir, mengingat masa lalu, orientasi terhadap orang
tua, waktu dan tempat.
6. Pola Tidur dan Istirahat Insisi pembedahan dapat menimbulkan nyeri yang sangat
sehingga dapat mengganggu kenyamanan pola tidur klien.
7. Pola Persepsi dan konsep diri Penderita menjadi ketergantungan dengan adanya
kebiasaan gerak segala kebutuhan harus dibantu. Klien mengalami kecemasan
tentang keadaan dirinya sehingga penderita mengalami emosi yang tidak stabil.
8. Pola hubungan Dengan keterbatasan gerak kemungkinan penderita tidak bisa
melakukan peran baik dalam keluarganya dan dalam masyarakat. Penderita
mengalami emosi yang tidak stabil.
9. Pemeriksaan diagnostic

i. Ultrasonografi adalah diagnostik untuk apendistis akut. b) Foto polos abdomen


dapat memperlihatkan distensi sekum, kelainan non spesifik seperti fekalit dan
pola gas dan cairan abnormal atau untuk mengetahui adanya komplikasi pasca
pembedahan.
ii. Pemeriksaan darah rutin untuk mengetahui adanya peningkatan leukosit yang
merupakan tanda adanya infeksi.

12
iii. Pemeriksaan Laboratorium
1. Darah: Ditemukan leukosit 10.000 – 18.0000 μ/ml.

2. Urine: Ditemukan sejumlah kecil leukosit dan eritrosit.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis mengenai respon klien terhadap
masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung aktual
maupun potensial (PPNI, 2017). Berdasarkan pada semua data pengkajian diagnosa
keperawatan utama yang dapat muncul pada appendicitis, antara lain:

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (Prosedur oprasi).

b. Risiko Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan secara aktif (muntah).

c. Resiko Infeksi dibuktikan dengan efek prosedur infasive.

d. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.

3. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan atau intervensi keperawatan adalah perumusan tujuan,
tindakan dan penilaian rangkaian asuhan keperawatan pada klien berdasarkan analisa
pengkajian agar masalah kesehatan dan keperawatan klien dapat diatasi (Nurarif, A. H.,
danamp; Kusuma, 2016).

Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan Post Operatif

NO Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi

1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen nyeri (I.08238)


berhubungan dengan tingkat nyeri (L.08066) menurun dengan Observasi:
agen pencedera fisik kriteria hasil:
(Prosedur oprasi). 1.1. Identifikasi lokasi,
(D.0077) 1. Keluhan nyeri menurun. karakteristik, durasi frekuensi,
kulaitas nyeri, intensitas nyeri,
2. Meringis menurun. skala nyeri.

3. Sikap protektif menurun. 1.2. Identifikasi respon nyeri


non-verbal.
4. Gelisah menurun.
1.3. Identivikasi factor yang
5. Frekuensi nadi membaik. memperberat dan
memperingan nyeri.
Terapeutik:

1.4. Berikan teknik non

13
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.

1.5. Kontrol lingkungan yang


memperberat rasa nyeri.

1.6. Pertimbangkan jenis dan


sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri.
Edukasi: 1.7. Jelaskan
penyebab, periode, dan pemicu
nyeri. 1.8. Jelaskan strategi
meredakan nyeri.

1.9. Ajarkan teknik non


farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri. 1.10.
Kolaborasi pemberian
analgetik bila perlu

2 Risiko hipovolemia Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen hypovolemia


ditandai dengan efek status cairan (L.0328) membaik dengan (I.03116) Observasi : 3.1.Periksa
agen farmakologis kriteria hasil: tanda dan gejala hipovolemia.
(D.0034) 3.2.Monitor intake dan output
1. Kekuatan nadi meningkat. cairan.

2. Membrane mukosa lembab Terapeutik:

3. Frekuensi nadi membaik. 3.3.Berikan asupan cairan oral.


Edukasi:
4. Tekanan darah membaik.
3.4.Anjurkan memperbanyak
5. Turgor kulit membaik asupan cairan oral.

3.5.Anjurkan menghindari
perubahan posisi mendadak.
Kolaborasi: 3.6.Kolaborasi
peberian cairan IV.

3 Risiko Infeksi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pencegahan infeksi (I.14539)


dibuktikan dengan tingkat infeksi (L.14137) dengan kriteria Observasi : 3.1.Monitor tanda
efek prosedur hasil: dan gejala infeksi local dan
infasive (D.0142) sistemik.
1. Kebersihan tangan meningkat. 2.
Kebersihan badan meningkat. 3. Demam, 3.2.Batasi jumlah pengunjung
kemerahan, nyeri, bengkak menurun.
3.3.Berikan perawatan kulit pada
4. Kadar sel darah putih meningkat. area edema.

3.4.Cuci tangan sebelum dan


sesudah kontak dengan klien dan
lingkungan klien.
3.5.Pertahankan teknik aseptic
pada klien beresiko tinggi.
Edukasi: 3.6.Jelaskan tanda dan

14
gejala infeksi.

3.7.Ajarkan cara mencuci tangan


dengan benar. kolaborasi

3.8.Kolaborasi pemberian
imunisasi jika perlu

4 Gangguan Mobilitas Setelah melakukan tindakan keperawatan Dukungan mobilisasi (I.05173)


Fisik (D.0054 mobilitas fisik (L.05042) dengan kriteria Observasi: 3.1.Identifikasi
hasil: adanya nyeri atau keluhan fisik
lainnya.
1. Pergerakan ekstremitas meningkat
3.2.Monitor kondisi umum
2. Kekuatan otot meningkat selama melakukan mobilisasi.
Terapeutik: 3.3.Fasilitasi
3. Nyeri menurun melakukan pergerakan, bila perlu
3.4.Libatkan keluarga untuk
4. Kecemasan menurun membantu pasien. Edukasi:
5. Kelemahan fisik menurun 3.5.Jelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi 3.6.Anjurkan
melakukan mobilisasi dini

4.Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang
baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Potter, P., dan Perry, 2014).

Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana rencana


keperawatan dilaksanakan melaksanakan intervensi/aktivitas yang telah ditentukan, pada
tahap ini perawat siap untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam
rencana perawatan klien. Agar implementasi perencanaan dapat tepat waktu dan efektif
terhadap biaya, pertama-tama harus mengidentifikasi prioritas perawatan klien, kemudian
bila perawatan telah dilaksanakan, memantau dan mencatat respons klien terhadap setiap
intervensi dan mengkomunikasikan informasi ini kepada penyedia perawatan kesehatan
lainnya. Kemudian, dengan menggunakan data, dapat mengevaluasi dan merevisi rencana
perawatan dalam tahap proses keperawatan berikutnya (Wilkinson.M.J, 2012)

Komponen tahap implementasi:

a. Tindakan keperawatan mandiri.

b. Tindakan keperawatan edukatif.

15
c. Tindakan keperawatan kolaboratif.

d. Dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien terhadap asuhan keperawatan.

5. Evaluasi Keperawatan
Menurut (Setiadi, 2012) dalam buku konsep dan penulisan asuhan keperawatan
tahapan penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang
kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan dengan melibatkan klien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. Terdapa
dua jenis evaluasi:

a. Evaluasi Formatif (Proses)

Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan hasil tindakan
keperawatan. Evaluasi formatif ini dilakukan segera setelah perawat
mengimplementasikan rencana keperawatan guna menilai keefektifan tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan. Perumusan evaluasi formatif ini meliputi 4
komponen yang dikenal dengan istilah SOAP:

1) S (subjektif): Data subjektif dari hasil keluhan klien, kecuali pada klien yang
afasia.
2) O (objektif): Data objektif dari hasi observasi yang dilakukan oleh perawat.
3) A (analisis): Masalah dan diagnosis keperawatan klien yang dianalisis atau
dikaji dari data subjektif dan data objektif.
4) P (perencanaan): Perencanaan kembali tentang pengembangan tindakan
keperawatan, baik yang sekarang maupun yang akan datang dengan tujuan
memperbaiki keadaan kesehatan klien.
b. Evaluasi Sumatif (Hasil) Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah
semua aktivitas proses keperawatan selesi dilakukan. Evaluasi sumatif ini bertujuan
menilai dan memonitor kualitas asuhan keperawatan yang telah diberikan. Ada 3
kemungkinan evaluasi yang terkait dengan pencapaian tujuan keperawatan (Setiadi,
2012), yaitu:

1) Tujuan tercapai atau masalah teratasi jika klien menunjukan perubahan sesuai
dengan standar yang telah ditentukan.

2) Tujuan tercapai sebagian atau masalah teratasi sebagian atau klien masih
dalam proses pencapaian tujuan jika klien menunjukkan perubahan pada sebagian
kriteria yang telah ditetapkan.

16
3) Tujuan tidak tercapai atau masih belum teratasi jika klien hanya menunjukkan
sedikit perubahan dan tidak ada kemajuan sama sekali. Video

17
BAB III
ASKEP KASUS
1. LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN
Tn. Z (40 tahun) ,dirawat dengan post op Laparatomi hari kedua akibat
appendix perforasi, Keadaan umum masih lemah, kesadaran composmentis. Vital
sign TD: 100/70 mmHg; HR 88 x/menit; RR 22 x/menit, T 37 °C: masih dipuasakan,
saat ini terpasang NGT terbuka cairan berwarna kuning kehijauan sebanyak 350 cc;
pada daerah luka incici operasi terpasang drainage berwarna merah sebanyak 150 cc,
infus di up karena flebitis satu jam yang lalu. Rencana akan diberikan cairan selang
seling Dextrose 5% dan RL 0.9 % + drip Antrain 1 ampul (2 cc )/kolf : 3000 cc/24
jam, terpasang catheter urine dengan jumlah urine 2300 cc, dan mendapat tranfusi
WB 300 cc; mendapat actortic Cefat 1 gram  /12 jam yg didripkan dalam NaCl 50 cc
setiap kali pemberian.
A. PENGKAJIAN
a) Biodata
Nama : Tn. Z
Umur : 40 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Mariental : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan :t SMA
Pekerjaan : Karyawan
Suku Bangsa : Indonesia
Alamat :Pandean ,serang
No. Medrec : 57.15.33
No. Rawat : 58.16.34
Dx. Medis : Apendisitis
Tgl. Masuk : 20 januari 2021
Tgl. Pengkajian : 21 januari 2021

Penanggung Jawab
Nama : Ny. A

18
Umur : 35 Tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Hubungan dengan Pt: Istri

b) Keluhan Utama :
Pasien mengeluh nyeri pada bagian abdomen kuadran kanan bawah bekas
luka insisi.
c) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien di rawat di RS dengan keluhan nyeri pada bagian abdomen yang
disebabkan oleh bekas luka incici operasi, nyeri seperti ditusuk-tusuk pada
saat melakukan mobilisasi, nyeri tidak menyebar dan disertai dengan badan
terasa lemah, mual dan muntah, dan kadang susah BAB (konstipasi), nyeri
dirasakan pada bagian abdomen kuadran kanan bawah dan bagian tengah
abdomen, skala nyeri 7 (1-10), nyeri dirasakan sejak 3 hari setelah operasi
dan 2 hari sebelum operasi sudah merasakan nyeri.
d) Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Klien mengatakan tidak pernah mengalami sakit seperti ini, tidak pernah
mengalami operasi sebelumnya, dan tidak memiliki Riwayat alergi.
e) Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga klien mengatakan bahwa tidak ada anggota keluarga yang pernah
mengalami penyakit tersebut dan tidak ada penyakit turunan.
f) Pemeriksaan Fisik
1. Tanda-tanda vital
a. Keadaan umum : Lemah, gelisah
b. Kesadaran : Compos mentis (GCS: E4 M5 V6)
c. Tekanan darah :100/70 mmHg
Nilai MAP (mean atrial pressure)

100+2(70)
=80
3
Kesimpulan : MAP Minimal 70 – 100 mmHg : perfusi ginjal yang memadai

19
d. Nadi :88x/ menit(N: 60x/mnt – 100x/mnt)
e. Suhu : 37oC (N: 36,5 oC – 37,5 oC)
f. RR : 22x/ menit (N :16 – 24 x /mnt)
2. Antropometri
BB = 60kg
TB = 172cm
IMT = BB/ TB x TB
= 60kg = 20,2
172cm
Berat Badan Ideal = (TB-100) – ((TB-100) x 10%)
= (172-100) – ((172-100) x 10%)
= 72 – 7,2
= 64,8 kg ( Berat badan ideal)

1. Pemeriksaan Sistematika / persistem


a) Sistem pernafasan
1. Inspeksi :
 Bentuk hidung simetris, tidak ada secret, tidak ada peradangan, dan mukosa
hidung warna merah muda.
2. Palpasi :
Tidak ada masa lesi dan tidak ada vocal premitus
3. Perkusi :
Suara perkusi paru resonan/sonor.
4. Auskultasi :
Suara nafas vesikuler.
5. Pengukuran :
RR 22x/ menit, irama reguler, kedalaman dangkal.
b) Sistem Kardiovaskuler dan Limfe
1. Inspeksi :

20
Mukosa bibir pucat, tidak ada cyanosis, tidak ada pembesaran kelenjar getah
bening, tidak ada vena jugularis yang berlebih.
2. Palpasi
Akral hangat, capillary refill time < 2 detik
3. Perkusi
Suara perkusi redup
4. Auskultasi
Bunyi jantung regular
5. Pengukuran
Tekanan darah : 100/70mmHg
Nadi : 88x/ menit
c) Sistem Pencernaan
1. Inspeksi
Konjungtiva tidak anemis, tidak ada stomatitis, tidak carries pada gigi, lidah
tampak kotor, perut buncit, terdapat luka incici kurang lebih 15cm dan
terpasang drainage berwarna merah sebanyak 150cc, serta terpasangan NGT
secara terbuka untuk menghisap pus yang masuk di rongga abdomen akibat
pecahnya apendiks, terdapat cairan berwarna kuning kehijauan sebanyak
350cc.
2. Auskultasi
Bising Usus : 11x/ menit (Normal : 5-25x/menit)
3. Palpasi
Nyeri pada abdomen kuadran kanan bawah dan bagian tengah pada luka
bekas incici, distensi abdomen.
4. Perkusi
Perkusi perut timpani.
d) Sistem persyarafan
Pasien tidak ada keluhan sakit kepala, tingkat kesadaran compos mentis,
GCS (E4 M5 V6), tidak ada gangguan sistem persyarafan.
e) Sistem penglihatan

21
1. Inspeksi
Tidak terdapat tanda-tanda radang , tidak ada kelainan otot-otot mata, pupil
bereaksi terhadap rangsang cahaya, posisi mata simetris, warna scelera putih
tidak ikterik , penglihatan normal
2. Palpasi
Tekanan intraokuler: normal
3. Test snallen
Normal
f) Sistem Pendengaran
1. Inspeksi
Pinna kiri & kanan simetris,kanalis bersih
2. Palpasi
 Nyeri post auricle : tidak
3. Test kemampuan pendengaran
 Garpu tala : normal
 Detak jam : normal
 Test berbisik : normal
g) Sistem Perkemihan
1. Inspeksi
Warna kuning jernih, tidak ada edema, tidak ada hematuria, terpasangan
kateter urine dengan julah urine 2300cc.
2. Palpasi
Tidak ada nyeri tekan, tidak ada distensi kandung kemih.
3. Perkusi
Nyeri ketuk pada ginjal : tidak

h) Sistem Muskuloskeletal
1. Inspeksi
Pasien dapat menggerakan anggota gerak pada bagian atas dan bawah tidak
ada kelainan hanya kondisi tubuh klien lemah dan harus tirah baring,

22
terpasang infus selang seling Dextrose 5% dan RL 0.9% + Drip Antrain 1
ampul (2cc) kolf : 3000cc/24jam.
2. Palpasi
Uji kekuatan otot :

KIRI KANAN
3 3

3 3
3. ROM
Rentang gerak :
Anggota gerak pada bagian atas dan bawah lengkap tidak ada kelainan,
namun ROM terganggu karena kondisi pasien lemah dan tirah baring.
i) Sistem Endokrin
1. Inspeksi
Pasien tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, nafas tidak berbau keton,
terdapat luka gangren pada apendiks.
2. Palpasi
Kelenjar tyroid : normal
j) Sistem Integumen
1. Inspeksi
Terdapat luka laparotomi sepanjang kurang lebih 15cm, turgor kulit baik,
temperatur kulit hangat, warna kulit pucat, tidak ada kelainan kulit, tidak ada
tanda-tanda peradangan pada kondisi pemasangan infus.
2. Palpasi
Turgor kulit baik, tidak ada edema, suhu tubuh 37oC

23
Pola Aktivitas dan Kebiasaan Sehari-hari

N POLA SEBELUM SAKIT SESUDAH SAKIT


O AKTIVITAS
1. Pola Nutrisi

- Makan 3x/hari Setelah sakit dan di


Frekuensi komposisi makanan operasi klien di
jenis nasi, lauk, dan sayur puasakan dan
dan suka makanan diberikan diet
pedas. makanan cair, diet
lunak dan diet tinggi
- jumlah 1 porsi serat secara
bertahap.
- Minum
Jenis Air mineral, soda, Air mineral
susu dll.

Kurang lebih 2
- Jumlah Kurang lebih 1 liter/hari
liter/hari

Ket :
Tidak ada pantangan
makanan.
2. Pola Eliminasi

- BAB
Frekuensi 1x/hari Frekuensi BAB
Konsistensi Lembek menurun karena
Warna Coklat kekuningan prosedur diet post
operasi
Padat
Kecoklatan

- BAK 5-6x/hari Terpasangan kateter


Frekuensi Kurang lebih urine dengan jumlah
Warna 1500cc/hari urine 2300cc
Kuning jernih Kuning pekat.

3. Pola Aktivitas Pasien tidur selama Pasien mengalami


Tidur 7 jam/hari di malam gangguan tidur
hari. Dan tidak karena sering
mempunyai terbangun pada

24
kebiasaan sebelum malam hari akibat
tidur dan sesudah terasa nyeri pada
tidur. bagian bekas luka
insisi.
4. Personal Higiene

- Mandi 2x/ sehari 1x/ hari, dilap


- Keramas 2x/ seminggu 1x/ minggu
- Sikat gigi 2x/ sehari 1x/sehari
- Gunting 1x/ minggu 1x/ minggu
kuku
Ket :
Karena kondisi
tubuh lemah klien
tidak bisa
melakukannya
secara mandiri
sehingga
membutuhkan
bantuan orang lain.
5. Aktivitas Pasien masih Aktivitas pasien
mampu melakukan terganggu karena
aktivitas sendiri, setelah operasi
seperti bekerja dan pasien merasa lemah
lainnya. dan nyeri saat
mobilisasi
6. Kebiasaan lain Kebiasaan lain klien Setelah sakit klien
selain bekerja, klien menyadari bahwa
merokok 1 bungkus/ mulai sekarang klien
perhari dan akan mengurangi
kebiasaan pulang merokok serta akan
kerja larut malam melaksanakan pola
sehingga kurang hidup yang bersih
menjaga pola makan dan sehat.
dan kebersihan yang
sehat.
A. Data Psikologis
1. Status Emosi
Klien kurang dapat mengontrol emosinya dengan baik sehingga cenderung
berdiam diri.
2. Kecemasan

25
Tingkat kecemasan klien sedang menuju berat : klien takut tidak sembuh
bahkan meninggal
3. Konsep Diri
a. Citra tubuh
Klien bersyukur atas tubuhnya dengan segala kekurangan yang klien miliki
b. Identitas diri
Klien merasa puas dengan status nya sebagai ayah dan kepala keluarga.
c. Peran
Sebagai ayah, kepala keluarga, dan warga masyarakat.
d. Ideal diri
Klien berharap dapat segera sembuh seperti sedia kala.
e. Harga diri
Klien merasa sedikit tenang karena ada keluarga yang menemani dan
merawatnya.
4. Koping mekanisme yang digunakan
Sebelum dirawat klien dapat beraktivitas dengan baik dan berkomunikasi
dengan baik. Setelah di rawat aktivitas klien terhambat namun masih
mampu untuk berkomunikasi dengan baik meskipun dengan kondisi lemah.
B. Data Sosial
1. Pola Komunikasi
Tenang meski kondisi lemah, jelas dan kooperatif.
2. Pola Interaksi
a. Dengan perawat : Baik
b. Dengan keluarga : Baik
c. Dengan klien lain : Baik
C. Data Spiritual
1. Motivasi religi klien
Pasien percaya dan yakin kepada Allah SWT
2. Persepsi klien terhadap penyakitnya

26
Klien mengatakan bahwa penyakitnya adalah ujian dan juga akibat atas
kurangnya menjaga pola makan, kebersihan dan pola hidup.
3. Pelaksanaan ibadah
Sebelum sakit ibadah pasien tidak terganggu, namun setelah sakit ibadah klien
menjadi terganggu karena kondisinya yang lemah dan terasa nyeri pada
saat mobilisasi.
D. Data Penunjang
a. Hasil pemeriksaan Laboratorium :

NO JENIS HASIL NILAI NORMAL


. PEMERIKSAAN
1. Hemoglobin 14,8 13,0-18,0 g/dL
2. Jumlah eritrosit 5,34 4,50-6,20 106/uL
3. Hematokrit 40,3 40,0-54,0 %
4. MCV 76,9 81,0-96,0 fL
5. RDW-CV 12,1 11,6-16,0 %
6. RDW-SD 34,2 37-54 fL
7. Jumlah leukosit 3,7 4,0-10,0 103/uL
8. Eosinofil 0,4 1,0-5,0 %
9. Netrofil 87,2 50-70%
10. Limfosit 6,2 20-40%
11. Jumlah netrofil 11,58 1,50-7,00 103/uL
12. Jumlah limfosit 0,82 1,00-3,70 103/uL
13. Jumlah monosit 0,79 0,00-0,70 103/uL
14. Trombosit 259 140-392 103/uL

b. Hasil pemeriksaan USG (Ultrasonografi) :


Ket : Hasil USG ditemukan pada bagian dalam rongga abdomen terdapat
berupa cairan yang berada disekitar apendiks.

c. Program terapi :
a. Obat-obatan yang diberikan :
 Pemenuhan cairan : Dextrose 5%, RL 0,9%, dan drip Antrain 1 ampul
(2cc)/kolf 3000 cc/24jam, transfuse WB 300cc, actortic cefat 1gram/12jam
yang di drip kan dalam NaCl 50cc setiap kali pemberian, Metronidazol infus
100cc(30gtt)
 Obat lain :
Ketorolac 3x30mg secara IV
b. Diet :

27
 Diet cair
 Diet lunak
 Diet tinggi serat

Ket : dilakukan secara bertahap

E. ANALISA DATA

NO TANGGAL DATA ETIOLOGI MASALAH


. KEPERAWATAN
1. 21 Maret DS : Apendisitis Nyeri Akut
2021 - Klien mengeluh
nyeri pada
bagian abdomen
kuadran kanan perforasi
bawah dan Thrombosis pada
bagian tengah
- Klien
mengatakan vena intramural
nyeri seperti pembengkakan
ditusuk-tusuk
DO :
- Klien tampak
meringis dan iskemia
menahan sakit perforasi
- Skala nyeri 7 (1- pembedahan
10)
- Klien tampak
gelisah
- Klien sulit tidur
saat malam hari
karena luka operasi
bekas operasi
terasa nyeri
- Nafsu makan
luka insisi
klien menurun
Nyeri Akut

2. 21 januari DS : Apendisitis Resiko Infeksi


2021 - Klien mengeluh
nyeri pada luka
bekas incici
operasi perforasi
DO : Thrombosis pada
- Terpasang vena intramural

28
drainage
berwarna merah
sebanyak 150cc pembengkakan
pada daerah luka
incici operasi
- Terdapat luka dan iskemia
bekas operasi perforasi
pada abdomen pembedahan
kanan bawah
- Tanda infeksi
rubor (-), dolor
(-), color (-),
tumor (-)
operasi

luka insisi

nyeri
jalan masuk
kuman
Resiko Infeksi

F. MASALAH KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS


1. Nyeri Akut b.d agen pencedera fisik akibat prosedur operasi
2. Resiko Infeksi b.d efek prosedur operasi yang dilakukan
G. RENCANA KEPERAWATAN

NO MASALAH TUJUAN DAN INTERVENSI (SIKI) RASIONAL


KEPERAWATAN KRITERIA
HASIL (SLKI)
1. Nyeri Akut b.d Setelah dilakukan Manajemen Nyeri - Untuk
agen pencedera tindakan mengudentifikasi
fisik akibat keperawatan Observasi : lokasi,
prosedur operasi selama 3x24 jam - Identifikasi lokasi, karakteristik,
diharapkan Nyeri karakteristik, durasi, durasi, frekuensi,
Akut dapat teratasi frekuensi, kualitas, kualitas, intensitas
dengan kriteria intensitas nyeri nyeri

29
hasil : - Identifikasi skala - Untuk memantau
- Keluhan nyeri skala nyeri adanya
nyeri - Identifikasi faktor perubahan atau
menurun yang memperberat tindak
- Meringis dan memperingan - Untuk mengetahui
menurun nyeri nyeri bertambah
- Gelisah - Montor keberhasilan atau menurun
menurun terapi komplementer - Untuk mengetahui
- Kesulitan yang sudah diberikan apakah terapi yang
tidur - Monitor efek diberikan berhasil
menurun samping penggunaan atau tidak
- Mual dan analgetik - Untuk memantau
muntah Terapeutik : adanya efek
menurun - Berikan teknik samping setelah
- Skala nyeri nonfarmakologis pemberian obat
menurun untuk analgesic
- Drainage mengurangi rasa
menurun nyeri (mis. - Untuk membantu
TENS, hipnosis, klien mengurangi
akupresur, rasa nyeri
terapi musik, - Untuk menghindari
biofeedback, hal-hal yang dapat
terapi pijat, memperberat nyeri
aromaterapi, - Untuk mengetahui
teknik imajinasi strategi lanjut yang
terbimbing, kompres akan dilakukan
hangat/dingin, - Untuk membantu
terapi bermain) klien memenuhi
- Control lingkungan kualitas tidur
yang memperberat
nyeri - Agar klien
- Pertimbangkan jenis mengetahui apa
dan sumber nyeri saja hal yang dapat
dalam pemilihan memicu timbulnya
strategi meredakan nyeri
nyeri - Agar klien
- Fasilitas istirahat dan mengetahui hal apa
tidur yang harus
Edukasi : dilakukan pada saat
- Jelaskan penyebab, timbul nyeri
periode, dan pemicu - Agar klien mampu
nyeri mengetahui tingkat
- Jelaskan strategi nyeri
meredakan nyeri - Agar klien tidak
salah dalam

30
- Anjurkan memonitor meminum obat
nyeri secara mandiri analgetic
- Anjurkan - Agar klien
menggunakan mengetahui cara
analgetic secara tepat mengurangi nyeri
- Ajarkan Teknik
nonfarmakologis - Untuk membantu
untuk mengurangi meredakan atau
nyeri mengurangi nyeri
Kolaborasi :
- Kolaborasi
pemberian
analgetik seperti,
Antasida

2. Resiko Infeksi b.d Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi - Untuk mengetahui


efek prosedur tindakan tanda dan gejala
operasi keperawatan Obervasi : adanya infeksi local
selama 3x 24 jam - Monitor tanda dan dan sistemik
diharapkan Diare gejala infeksi local
dapat teratasi dan sistemik - Untuk merawat
dengan kriteria luka agar tidak
hasil : Terapeutik : terjadi infeksi
- Nafsu - Berikan perawatan - Untuk menjaga
makan kulit pada area kebersihan area
meningkat disekitar luka incici luka
- Drainage - Pertahankan Teknik
menurun aseptic pada pasien - Agar klien
- Nyeri beresiko tinggi mengetahui tanda
menurun terkena infeksi dan gejala adanya
- Luka incici infeksi
membaik Edukasi : - Agar klien dapat
- Jelaskan tanda dan mengetahui kondisi
gejala infeksi lukanya secara
- Ajarkan cara mandiri
memeriksa kondisi - Agar dapat
luka atau luka meningkatkan
operasi asupan nutrisi dan
- Anjurkan cairan secara
meningkatkan mandiri
asupan nutrisi
- Anjurkan
meningkatkan
asupan cairan

31
H. TINDAKAN KEPERAWATAN

NO DX WAKTU Tindakan Keperawatan dan Evaluasi Nama dan


Tindakan Keperawatan TTD
Perawat
Manajemen Nyeri
1. 22 januari Rita ines
- Mengidentifikasi lokasi, karakteristik,
2021 respati
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
- Mengidentifikasi skala nyeri
- Mengidentifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan nyeri
- Memonitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah diberikan
- Memonitor efek samping penggunaan
analgetik
- Memberikan Teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hipnosis, akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
- Mengontrol lingkungan yang
memperberat nyeri
- Mempertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
- Memfasilitas istirahat dan tidur
- Menjelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
- Menjelaskan strategi meredakan nyeri
- Menganjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
- Menganjurkan menggunakan analgetic
secara tepat
- Mengajarkan Teknik nonfarmakologis

32
untuk mengurangi nyeri
- Mengkolaborasi pemberian
analgetik seperti, Antasida dan Keterolac
3x30mg
Pencegahan Infeksi
2. 22 januari - Memonitor tanda dan gejala infeksi local
2021 dan sistemik
- Memberikan perawatan kulit pada area Rita Ines
disekitar luka incici
- Mempertahankan Teknik aseptic pada respati
pasien beresiko tinggi terkena infeksi
- Menjelaskan tanda dan gejala infeksi
- Mengajarkan cara memeriksa kondisi luka
atau luka operasi
- Menganjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
- Menganjurkan meningkatkan asupan
cairan

Manajemen Nyeri
3. 23 januari
- Memonitor keberhasilan terapi
2021
komplementer yang sudah diberikan Rita ines
- Memonitor efek samping penggunaan
analgetik respati
- Memberikan Teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hipnosis, akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
- Mengontrol lingkungan yang
memperberat nyeri
- Memfasilitas istirahat dan tidur
- Mengkolaborasi pemberian analgetik
seperti, Antasida dan Keterolac 3x30mg
Pencegahan Infeksi
4 23 januari - Memonitor tanda dan gejala infeksi local Rita Ines
2021 dan sistemik Respati
- Memberikan perawatan kulit pada area
disekitar luka incici
- Mempertahankan Teknik aseptic pada
pasien beresiko tinggi terkena infeksi

33
- Menjelaskan tanda dan gejala infeksi
- Mengajarkan cara memeriksa kondisi luka
atau luka operasi
- Menganjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
- Menganjurkan meningkatkan asupan
cairan
Manajemen Nyeri
5 24 januari - Memberikan Teknik nonfarmakologis Rita ines
2021 untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, respati
hipnosis, akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
- Memfasilitas istirahat dan tidur
- Mengkolaborasi pemberian analgetik
seperti, Antasida dan Keterolac 3x30mg

Pencegahan Infeksi
6 24 januari - Memberikan perawatan kulit pada area Rita ines
2021 disekitar luka incici respati
- Mempertahankan Teknik aseptic pada
pasien beresiko tinggi terkena infeksi

I. CATATAN PERKEMBANGAN KEPERAWATAN

NO. WAKTU Perkembangan (SOAP) Nama dan


TTD perawat
Catatan perkembangan dilakukannya
1. 24 januari 2021 tindakan keperawatan : Rita ines
respati
S : Klien mengeluh nyeri pada bagian
abdomen kanan bawah dan bagian
tengah bawah, nyeri terasa seperti
ditusuk-tusuk menetap tidak menjalar

O : Skala nyeri 7 (1-10), klien masih

34
tampak meringis

A : Nyeri Akut belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan dengan :


- Memberikan Teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hipnosis, akupresur,
terapi musik, biofeedback, terapi
pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin, terapi
bermain)
- Memfasilitas istirahat dan tidur
- Mengkolaborasi pemberian
analgetik seperti, Antasida dan
Keterolac 3x30mg secara IV

Catatan perkembangan dilakukannya


2. 24 januari 2021 tindakan keperawatan : Rita ines
respati
S: Klien mengeluh nyeri pada luka
bekas incici operasi

O: masih terpasang drainage berwarna


merah sebanyak 150cc pada daerah luka
incici operasi, dan masih terdapat luka
bekas operasi pada bagian abdomen
kanan bawah

A: Resiko Infeksi belum teratasi

P: Intervensi dilanjutkan dengan :


- Memonitor tanda dan gejala
infeksi local dan sistemik
- Memberikan perawatan kulit
pada area disekitar luka incici
- Mempertahankan Teknik aseptic
pada pasien beresiko tinggi
terkena infeksi
- Menjelaskan tanda dan gejala

35
infeksi
- Mengajarkan cara memeriksa
kondisi luka atau luka operasi
- Menganjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
- Menganjurkan meningkatkan
asupan cairan

Catatan perkembangan dilakukannya


3. 24 januari 2021 tindakan keperawatan : Rita ines
respati
S : Klien masih mengeluh nyeri
abdomen, dan tidak mual muntah
O : Klien distensi abdomen, dan suara
peristaltic usus 11x/menit, serta
abdomen berisi cairan
A : Disfungsi Motilitas Gastrointestinal
belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan dengan :
- Pemasangan NGT untuk
mengeluarkan cairan/pus
didalam rongga abdomen

Catatan perkembangan dilakukannya


4. 25 januari 2021 tindakan keperawatan : Rita ines
respati
S : Klien masih mengeluh sedikit nyeri
pada bagian abdomen kanan bawah dan
bagian tengah bawah

O : Skala nyeri 5 (1-10), klien tidak


tampak meringis, klien masih sulit tidur

A : Nyeri Akut belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan dengan :


- Memberikan Teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hipnosis, akupresur,
terapi musik, biofeedback, terapi

36
pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin, terapi
bermain)
- Memfasilitas istirahat dan tidur
- Mengkolaborasi pemberian
analgetik seperti, Antasida dan
Keterolac 3x30mg secara IV

Catatan perkembangan dilakukannya


5. 25 januari 2021 tindakan keperawatan : Rita ines
respati
S: Klien sedikit mengeluh mengeluh
nyeri pada luka bekas incici operasi

O: masih terpasang drainage berwarna


merah sebanyak 80cc pada daerah luka
incici operasi, dan masih terdapat luka
bekas operasi pada bagian abdomen
kanan bawah

A: Resiko Infeksi belum teratasi

P: Intervensi dilanjutkan dengan :


- Memberikan perawatan kulit
pada area disekitar luka incici
- Mempertahankan Teknik aseptic
pada pasien beresiko tinggi
terkena infeksi

Catatan perkembangan dilakukannya


6. 25 januari 2021 tindakan keperawatan : Rita ines
respati
S : Klien sudah tidak mengeluh nyeri
abdomen, dan tidak mual muntah
O : Klien sudah tidak distensi
abdomen,dan suara peristaltic usus
normal, serta selang NGT nampak
bersih tidak ada cairan warna kuning
kehijauan.
A : Disfungsi Motilitas Gastrointestinal
teratasi
P : Intervensi dihentikan

37
Catatan perkembangan dilakukannya
7. 26 januari 2021 tindakan keperawatan : Rita ines
respati
S : Klien sudah tidak mengeluh nyeri
pada bagian abdomen kanan bawah dan
bagian tengah bawah

O : Skala nyeri 3 (1-10), klien tidak


tampak meringis, klien sudah tidak sulit
tidur

A : Nyeri Akut teratasi

P : Intervensi dihentikan
Catatan perkembangan dilakukannya
8. 26 januari 2021 tindakan keperawatan : Rita ines
respati
S: Klien sudah tidak mengeluh nyeri
pada luka bekas incici operasi

O: Klien sudah tidak terpasang drainage


, dan luka bekas operasi pada bagian
abdomen kanan bawah sudah kering.

A: Resiko Infeksi teratasi

P: Intervensi dihentikan

38
B. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian penerapan asuhan keperawatan pada klien 1 dan klien 2 pada
klien post operatif appendicitis di Ruangan Flamboyan A dan B di RSUD dr. Kanujoso
Djatiwibowo Kalimantan Timur peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengkajian Pengkajian yang dilakukan oleh peneliti pada klien 1 dan peneliti pada
klien 2 sesuai dengan teori. Salah satu focus utama pengkajian pada klien dengan post
operatif appendisitis adalah pengkajian nyeri dengan menggunakan metode PQRST
(Provokes/Palliates, Quality, Region/Radian, Scale/Severity, Time).

2. Diagnosa keperawatan Menurut teori yang dikemukakan peneliti di bab sebelumnya,


terdapat 4 diagnosa yang biasa muncul pada kasus post operatif Appendisitis. Namun pada
pasien 1 dan 2 peneliti hanya menemukan 2 diagnosa yang dengan teori pada bab
sebelumnya.

3. Intervensi keperawatan Perencanaan atau intervensi keperawatan yang digunakan


dalam kasus pada kedua pasien dirumuskan berdasarkan prioritas masalah dengan teori
yang ada, Intervensi setiap diagnosa dapat

sesuai dengan kebutuhan klien dan memperhatikan kondisi klien serta kesanggupan
keluarga dalam kejasama. Intervensi yang dilakukan oleh peneliti yaitu intervensi yang
dilakukan secara mandiri maupun kolaborasi.

4. Implementasi keperawatan Pelaksanaan tindakan pada kasus ini dilaksanakan sesuai


dengan intervensi yang sudah di buat namun ada beberapa intervensi yang tidak
dilakukan, sesuai dengan kebutuhan kedua pasien dengan post operatif Appendisitis.

5. Evaluasi keperawatan Proses akhir dari asuhan keperawatan adalah evaluasi


terhadap asuhan keperawatan yang dilakukan. Evaluasi yang dilakukan oleh peneliti pada
pasien 1 dan 2 selama 3 hari oleh peneliti dan dibuat dalam bentuk SOAP. Respon pasien
dalam pelaksanaan asuhan keperawatan baik, pasien cukup kooperatif dalam pelaksanaan

39
setiap tindakan keperawatan. Hasil evaluasi yang dilakukan oleh peneliti pada klien 1 dan
2 menunjukan bahwa masalah yang dialami pada kedua klien teratasi sepenuhnya

B. Saran
1. Bagi peneliti

Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien post operatif appendisitis yang
dilakukan secara benar dan bias mencapai tujuan, peneliti selanjutnya harus benar-
benar paham, mengerti serta menguasai konsepyang berkaitan dengan Appendicitis,
baik itu konsep anatomi dan fisiologi etiologi dan patofisiologi tentang appendicitis
serta konsep 96 asuhan keperawatan itu sendiri, selain itu peneliti juga harus
melakukan pengkajian dengan tepat dan komperhensif agar tersusun asuhan
keperawatan yang sesuai dengan masalah yang ditemukan pada pasien serta tidak ada
masalah yang lepas dari perhatian dalam memberikan asuhan keperawatan pada
pasien.

Untuk menegakkan diagnose keperawatan diharapkan peneliti juga harus teliti


dalam mengangkat diagnosa keperawatan yang ada pada pasien sesuai dengan SDKI
(Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia) agar masalah keperawatan yang muncul
pada klien dapat ditangani dengan sempurna, serta diharapkan juga peneliti melakukan
tindakan yang sesuai dengan yang direncanakan dengan acuan SIKI (Standar
Intervensi Keperawatan Indonesia) agar tindakan yang dilakukan dalam asuhan
keperawatan tersusun dengan baik serta tepat sasaran. Dan didalam penilaian evaluasi
akhir pun diharapkan untuk peneliti selanjutnya benar benar menilai secara
keseluruhan tentang segala yang tercakup dalam sebuah proses asuhan keperawatan
yang diberikan agar tercipta sebuah asuhan keperawatan yang komperhensif dan
menyeluruh

2. Bagi tempat penelitian

Sebagai tempat penelitian sebaiknya suatu instansi khususnya fasilitas kesehatan


dapat meningkatkan kualitas dari sumber daya agar dapat meningkatkan kualitas dari
sebuah sarana sebagai tempat penelitian 97

40
3. Bagi perkembangan

ilmu keperawatan Peneliti sangat berharap agar hasil penelitian ini bisa menjadi
sumber ilmu pengetahuan yang bisa menambah wawasan dalam ilmu keperawatan
serta membantu perkembangan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien
Post operatif Appendisitis dengan sumber dan referensi referensi terbaru.

DAFTAR PUSTAKA

Aprilia, M. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Klien Post Operasi Laparatomi


Eksplorasi A.I. Apendisitis Akut Dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut Di Ruang Melati
4 Rsud Dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya. Universitas Bhakti Kencana.

Arianto, F. M. (2020). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Cholelithiasis yang


dirawat di Rumah Sakit. Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur.

Erianto, M., Fitriyani, N., Siswandi, A., dan Sukulima, A. P. (2020). Perforasi pada
Penderita Apendisitis Di RSUD DR.H.Abdul Moeloek Lampung. Jurnal Ilmiah Kesehatan
Sandi Husada, 11(1), 490–496. https://doi.org/10.35816/jiskh.v11i1.335

HIDAYAT, E. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Appendicitis Yang Di


Rawat Di Rumah Sakit (POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KALIMANTAN
TIMUR). Retrieved from http://repository.poltekkes-kaltim.ac.id/id/eprint/1066

Saputro, N. E. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Klien Post Operasi Apendisitis


Dengan Masalah Keperawatan Kerusakan Integritas Jaringan (STIKKES Insan Cendikia
Medika Jombang). Retrieved from
http://awsassets.wwfnz.panda.org/downloads/earth_summit_2012_v3.pdf%0
Ahttp://hdl.handle.net/10239/131%0Ahttps://www.uam.es/gruposinv/meva/p ublicaciones
jesus/capitulos_espanyol_jesus/2005_motivacion para el aprendizaje Perspectiva
alumnos.pdf%0Ahttps://ww

Setyaningrum, W. A. (2013). Asuhan Keperawatan Pada Sdr. Y Dengan Post Operasi


Appendektomi Hari Ke-1 Di Ruang Dahlia RSUD Banyudono. Naskah Publikasi, 16.

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Bandung: Alfabeta.

Sulekale, A. (2016). Penerapan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Kasus


Apendisitis Di Rumah Sakit Santa Anna Kendari Tahun 2015 Karya. POLITEKNIK
KESEHATAN KENDARI.

41
Sulistiyawati. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Stroke Non Hemoragik Yang
Di Rawat Di Rumah Sakit (POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
KALIMANTAN TIMUR).

42

Anda mungkin juga menyukai