Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

PERSIAPAN INSTRUMENT UNTUK OPERASI APENDIKTOMIE


(Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas Instrumentasi)

Dosen Pembimbing : Bangun Wijonarko, SST, M.Kes

DISUSUN OLEH :

Ananda Ariva Rahma P27904117004


Eka Supriyanti P27904117012
Fifi Maghfiroh P27904117019

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN
JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG
PROGRAM STUDI D IV KEPERAWATAN
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah pencurah kasih sayang tiada batas kepada yang dikehendaki-
Nya. Allah telah mencurahkan rahmat-Nya kepada penyusun sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Persiapan Instrument Untuk Operasi Apendiktomie.
Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai
pemberi syafaat dan pembawa kabar gembira.
Penyusun menyampaikan terima kasih kepada berbagai pihak yang bersangkutan dalam
menyelesaikan penulisan makalah ini. Makalah ini penyusun ajukan untuk memenuhi tugas
yang ditetapkan oleh dosen Instrumentasi Poltekkes kemenkes Banten. Penyusun telah
berusaha sangat maksimal untuk memberikan yang terbaik, tetapi tidak menutup
kemungkinan untuk menerima kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan di masa
yang akan datang.

Tangerang, Juli 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................ 1
1.2 Tujuan Penulisan..................................................................... 2
1.3 Manfaat Penulisan................................................................... 2
1.4 Metode Penulisan.................................................................... 2
1.5 Sistematika Penulisan.............................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertiaan Apendiksitis.......................................................... 3
2.2 Etiologi Apendiksitis................................................................ 4
2.3 Patofisiologi.............................................................................. 4
2.4 Manifestasi Klinik..................................................................... 5
2.5 Pemeriksaan Penunjang............................................................ 6
2.6 Penatalaksanaan........................................................................ 7
2.7 Komplikasi................................................................................ 9
2.8 Pencegahan ............................................................................... 9
2.9 Macam – macam apendiktomi.................................................. 9
2.10 Bagian tubuh yang akan di operasai apendiktomi................... 12
2.11 Persiapan pasien....................................................................... 12
2.12 Persiapan Perawat Instrumen................................................... 13
2.13 Persiapan Tempat & Alat......................................................... 14
2.14 Prosedur untuk operasi apendektomi....................................... 25
2.15 Tehnik Menyeterilkan Instrumen alat operasi apendiktomi…. 26

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan............................................................................. 27
5.2 Saran....................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 28

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Seorang yang bertugas di kamar bedah harus mempunyai pengetahuan yang cukup
tentang berbagai alat atau biasa kita sebut dengan instrumen. Jenis instrumen
bermacam-macam tergantung fungsi pada waktu melakukan tindakan pembedahan.
Apendisitis adalah peradangan dari apendik periformis, dan merupakan penyebab
abdomen akut yang paling sering (Dermawan & Rahayuningsih, 2010). Istilah usus
buntu yang dikenal di masyarakat awam adalah kurang tepat karena usus yang buntu
sebenarnya adalah sekum. Apendiks diperkirakan ikut serta dalm system imun sektorik
di saluran pencernaan. Namun, pengangkatan apendiks tidak menimbulkan efek fungsi
system imun yang jelas (syamsyuhidayat, 2005).

Insiden apendisitis di Negara maju lebih tinggi daripada di Negara berkembang.


Namun, dalm tiga-empat dasawarsa terakhir kejadiannya menurun secara bermakna. Hal
ini di duga disebabkan oleh meningkatnya penggunaan makanan berserat pada diit harian
(Santacroce,2009). Dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di indonesia,
apendisitis akut merupakan salah satu penyebab dari akut abdomen dan beberapa
indikasi untuk dilakukan operasi kegawatdaruratan abdomen. Insidens apendisitis di
Indonesia menempati urutan tertinggi di antara kasus kegawatan abdomen lainya
(Depkes 2008).

Peradangan pada apendiks selain mendapat intervensi farmakologik juga


memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi dan memberikan
implikasi pada perawat dalam bentuk asuhan keperawatan. Berlanjutnya kondisi
apendisitis akan meningkatkan resiko terjadinya perforasi dan pembentukan masa
periapendikular. Perforasi dengan cairan inflamasi dan bakteri masuk ke rongga
abdomen lalu memberikan respons inflamasi permukaan peritoneum atau terjadi
peritonitis. Apabila perforasi apendiks disertai dengan material abses, maka akan
memberikan manifestasi nyeri local akibat akumulasi abses dan kemudian juga akan
memberikan respons peritonitis. Manifestasi yang khas dari perforasi apendiks adalah
nyeri hebat yang tiba-tiba datang pada abdomen kanan bawah (Tzanakis, 2005).

1
Tujuh persen penduduk di Amerika menjalani apendiktomi (pembedahan untuk
mengangkat apendiks) dengan insidens 1,1/1000 penduduk pertahun, sedang di negara-
negara barat sekitar 16%. Di Afrika dan Asia prevalensinya lebih rendah akan tetapi
cenderung meningkat oleh karena pola dietnya yang mengikuti orang barat
(www.ilmubedah.info.com, 2011).

Dilihat dari konsep diatas, maka penulis tertarik untuk menyusun makalah yang
berjudul tentang Persiapan Instrument Untuk Operasi Appendiktomy.

1.2 Tujuan Penulisan


Makalah Instrumentasi ini dapat menggambarkan bagaimana persiapan untuk
pembedahan apendiktomi di rumah sakit.
1.3 Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Sebagai sumber informasi khususnya bagi mahasiswa program profesi D4
Keperawatan dalam melaksanakan kegiatan Persiapan Instrument Untuk Operasi
Apendiktomie, melalui kegiatan perkuliahan mata kuliah Instrumentasi.
2. Manfaat Praktis
Sebagai bahan masukan khususmya bagi mahaiswa program profesi D4
Keperawatan untuk meningkatkan pengetahuan dan praktek klinik.

1.4 Metode Penulisan


Data-data yang diperlukan diperoleh dengan menggunakan teknik pengumpulan data
Studi kepustakaan yaitu usaha memperoleh data secara teori yang berhubungan dengan
Persiapan Instrument Untuk Operasi Apendiktomie.

1.5 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan dalam penyusunan makalah instrumentasi ini adalah sebagai
berikut :
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertiaan Apendiksitis


Apendiksitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis dan merupakan penyebab
abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini mengenai semua umur baik laki-laki
maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia 10 sampai 30 tahun
(Mansjoer, 2000).
Menurut Smeltzer C. Suzanne (2001), apendiksitis adalah penyebab paling umum
inflamasi akut pada kuadran bawah kanan dari rongga abdomen dan merupakan penyebab
paling umum untuk bedah abdomen darurat.
Berdasarkan defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa apendisitis adalah kondisi
dimana terjadi infeksi pada umbai apendiks dan merupakan penyakit bedah abdomen yang
paling sering terjadi.
Apendiksitis terdiri dari lima bagian antara lain  :
1. Apendiksitis akut
Adalah peradangan apendiks yang timbul meluas dan mengenai peritoneum pariental
setempat sehingga menimbulkan rasa sakit di abdomen kanan bawah.
2. Apendiksitis infiltrat (Masa periapendikuler)
Apendisitis infiltrat atau masa periapendikuler terjadi bila apendisitis ganggrenosa  di
tutupi pendinginan oleh omentum.
3. Apendiksitis perforata
Ada fekalit didalam lumen, Umur (orang tua atau anak muda) dan keterlambatan 
diagnosa merupakan faktor yang berperan  dalam terjadinya perforasi apendiks.
4. Apendiksitis rekuren
Kelainan ini terjadi bila serangan apendisitis akut pertama kali sembuh spontan, namun
apendiks tidak pernah kembali ke bentuk aslinya karena terjadi fibrosis dan jaringan
parut. Resikonya untuk terjadinya serangan lagi sekitar 50%.
5. Apendiksitis kronis
Fibrosis menyeluruh dinding apendiks, sumbatan parsial atau total lumen apendiks,
adanya jaringan parut dan ulkus lama di mukosa dan infiltrasi sel inflamasi kronik.

3
Apendiktomi adalah pembedahan atau operasi pengangkatan apendiks (Haryono,
2012). Apendiktomi merupakan pengobatan melalui prosedur tindakan operasi hanya
untuk penyakit apendisitis atau penyingkiran/pengangkatan usus buntu yang terinfeksi.
Apendiktomi dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan risiko perforasi lebih
lanjut seperti peritonitis atau abses (Marijata dalam Pristahayuningtyas, 2015).

2.2 Etiologi Apendiksitis


Etiologi dilakukannya tindakan pembedahan pada penderita apendiksitis dikarenakan
apendik mengalami peradangan. Apendiks yang meradang dapat menyebabkan infeksi
dan perforasi apabila tidak dilakukan tindakan pembedahan. Berbagai hal berperan
sebagai faktor pencetusnya. Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor yang
diajukan sebagai faktor pencetus. Disamping hiperplasia jaringan limfe, fekalit, tumor
apendiks, dan cacing askariasis dapat pula menyebabkan sumbatan. Penyebab lain
yang diduga dapat menimbulkan apendisitis ialah erosi mukosa apendiks akibat parasit
seperti E.histolytica (Sjamsuhidayat, 2011).
Appendicitis disebabkan karena adanya obstruksi pada lumen appendix sehingga
terjadi kongseti vaskuler, iskemik nekrosis dan akibatnya terjadi infeksi. Appendicitis
umumnya terjadi karena infeksi bakteri. Penyebab obstruksi yang paling sering adalah
fecolith. Fecolith ditemukan pada sekitar 20% anak dengan appendicitis. Penyebab
lain dari obstruksi appendiks meliputi: Hiperplasia folikel lymphoid Carcinoid atau
tumor lainnya Benda asing (pin, biji-bijian) Kadang parasit 1 Penyebab lain yang
diduga menimbulkan Appendicitis adalah ulserasi mukosa appendix oleh parasit E.
histolytica. Berbagai spesies bakteri yang dapat diisolasipada pasien appendicitis
yaitu7: Bakteri aerob fakultatif Bakteri anaerob Escherichia coli Viridans streptococci
Pseudomonas aeruginosa Enterococcus Bacteroides fragilis Peptostreptococcus micros
Bilophila species Lactobacillus species

2.3 Patofisiologi
Apendiksitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh hiperplasia
folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat peradangan
sebelumnya, atau neoplasma. Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi
mukosa mengalami bendungan. Semakin lama mukus tersebut semakin banyak, namun
elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan
peningkatan tekanan intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat
4
aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada
saat inilah terjadi apendisitis akut lokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium. Bila
sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan
menyebkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus dinding.
Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga
menimbulkan nyeri di daerah kanan bawah. Keadaan ini disebut apendisitis supuratif
akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti
dengan gangren. Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila dinding yang
telah rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis perforasi. Bila semua proses diatas
berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan bergerak ke arah apendiks
hingga timbul suatu massa lokal yang disebut infiltrate apendikularis. Peradangan pada
apendiks tersebut dapat menjadi abses atau menghilang. Pada anak-anak, kerena
omentum lebih pendek dan apendiks lebih panjang, maka dinding apendiks lebih
tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang sehingga
memudahkan terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua, perforasi mudah terjadi
karena telah ada gangguan pembuluh darah.

2.4 Manifestasi Klinik


Keluhan apendisitis biasanya bermula dari nyeri di daerah umbilikus atau
periumbilikus yang berhubungan dengan muntah. Dalam 2 – 12 jam nyeri akan beralih ke
kuadran kanan bawah yang akan menetap dan diperberat bila berjalan atau batuk. Terdapat
juga keluhan anoreksia, malaise dan demam yang tak terlalu tinggi. Biasanya juga terdapat
konstipasi tetapi kadang-kadang terjadi diare, mual dan muntah.
Pada permulaan timbulnya penyakit belum ada keluhan abdomen yang menetap
namun dalam beberapa jam nyeri abdomen kanan bawah akan semakin progresif dan
dengan pemeriksaan seksama akan dapat ditunjukkan satu titik dengan nyeri maksimal
perkusi ringan pada kuadran kanan bawah dapat membantu menentukan lokasi nyeri.
Apendisitis akut sering tampil dengan gejala yang khas yang didasari oleh radang
mendadak umbai cacing yang memberikan tanda setempat. Nyeri kuadran bawah terasa
dan biasanya disertai oleh demam ringan, mual, muntah dan hilangnya nafsu makan. Pada
apendiks yang terinflamasi, nyeri tekan dapat dirasakan pada kuadran kanan bawah pada
titik Mc.Burney yang berada antara umbilikus dan spinalis iliaka superior anterior. Derajat
nyeri tekan, spasme otot dan apakah terdapat konstipasi atau diare tidak tergantung pada
5
beratnya infeksi dan lokasi apendiks. Bila apendiks melingkar di belakang sekum, nyeri
tekan terasa di daerah lumbal. Bila ujungnya ada pada pelvis, tanda-tanda ini dapat
diketahui hanya pada pemeriksaan rektal. Nyeri pada defekasi menunjukkan ujung
apendiks berada dekat rektum. Nyeri pada saat berkemih menunjukkan bahwa ujung
apendiks dekat dengan kandung kemih atau ureter. Adanya kekakuan pada bagian bawah
otot rektus kanan dapat terjadi. Tanda rovsing dapat timbul dengan melakukan palpasi
kuadran bawah kiri yang secara paradoksial menyebabkan nyeri yang terasa dikuadran
kanan bawah. Apabila apendiks telah ruptur, nyeri menjadi menyebar. Distensi abdomen
terjadi akibat ileus paralitik dan kondisi pasien memburuk. Pada pasien lansia, tanda dan
gejala apendisitis dapat sangat bervariasi. Tanda-tanda tersebut dapat sangat meragukan,
menunjukkan obstruksi usus atau proses penyakit lainnya. Pasien mungkin tidak
mengalami gejala sampai ia mengalami ruptur apendiks. Insidens perforasi pada apendiks
lebih tinggi pada lansia karena banyak dari pasien-pasien ini mencari bantuan perawatan
kesehatan tidak secepat pasien-pasien yang lebih muda.
Manifestasi klinis apendiksitis adalah sebagai berikut:
1. Nyeri kuadran kanan bawah dan biasanya disertai dengan demam derajat rendah, mual,
dan seringkali muntah
2. Pada titik Mc Burney terdapat nyeri tekan setempat karena tekanan dan sedikit kaku
dari bagian bawah otot rektus kanan
3. Nyeri alih mungkin saja ada; letak apendiks mengakibatkan sejumlah nueri tekan,
spasme otot, dan konstipasi serta diare kambuhan
4. Tanda Rovsing (dapat diketahui dengan mempalpasi kuadran kanan bawah , yang
menyebabkan nyeri kuadran kiri bawah)
5. Jika terjadi ruptur apendiks, maka nyeri akan menjadi lebih menyebar; terjadi distensi
abdomen akibat ileus paralitik dan kondisi memburuk.

2.5 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang biasa dilakukan pada pasien yang diduga
appendicitis akut adalah pemeriksaan darah lengkap dan test protein reaktive
(CRP). Pada pemeriksaan darah lengkap sebagian besar pasien biasanya ditemukan
jumlah leukosit di atas 10.000 dan neutrofil diatas 75 %. Sedangkan pada
pemeriksaan CRP ditemukan jumlah serum yang mulai meningkat pada 6-12 jam
setelah inflamasi jaringan.
6
2. Pemeriksaan urine
Untuk melihat adanya eritrosit, leukosit dan bakteri di dalam urin.
pemeriksaan ini sangat membantu dalam menyingkirkan diagnosis banding seperti
infeksi saluran kemih atau batu ginjal yang mempunyai gejala klinis yang hampir
sama dengan appendisitis.
3. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan radiologi yang biasa dilakukan pada pasien yang diduga
appendicitis akut antara lain adalah Ultrasonografi, CT-scan. Pada pemeriksaan
ultrasonogarafi ditemukan bagian memanjang pada tempat yang terjadi inflamasi
pada appendiks. Sedang pada pemeriksaan CT-scan ditemukan bagian yang
menyilang dengan apendicalith serta perluasan dari appendiks yang mengalami
inflamasi serta adanya pelebaran dari saekum.
4. Pemeriksaan USG
Bila hasil pemeriksaan fisik meragukan, dapat dilakukan pemeriksaan
USG, terutama pada wanita, juga bila dicurigai adanya abses. Dengan USG dapat
dipakai untuk menyingkirkan diagnosis banding seperti kehamilan ektopik,
adnecitis dan sebagainya.
5. Abdominal X-Ray
Digunakan untuk melihat adanya fecalith sebagai penyebab appendisitis.
pemeriksaan ini dilakukan terutama pada anak-anak.

2.6 Penatalaksanaan
Pembedahan diindikasikan bila diagnosa apendisitis telah ditegakkan. Antibiotik
dan cairan IV diberikan serta pasien diminta untuk membatasi aktivitas fisik sampai
pembedahan dilakukan. Analgetik dapat diberikan setelah diagnosa ditegakkan.
Apendiktomi (pembedahan untuk mengangkat apendiks) dilakukan sesegera
mungkin untuk menurunkan resiko perforasi. Apendiktomi dapat dilakukan dibawah
anestesi umum atau spinal, secara terbuka ataupun dengan cara laparoskopi yang
merupakan metode terbaru yang sangat efektif. Bila apendiktomi terbuka, insisi
Mc.Burney banyak dipilih oleh para ahli bedah. Pada penderita yang diagnosisnya tidak
jelas sebaiknya dilakukan observasi dulu. Pemeriksaan laboratorium dan ultrasonografi
bisa dilakukan bila dalam observasi masih terdapat keraguan. Bila terdapat
laparoskop, tindakan laparoskopi diagnostik pada kasus meragukan dapat segera
menentukan akan dilakukan operasi atau tidak (Smeltzer C. Suzanne, 2002).
7
Menurut Arief Mansjoer (2000), penatalaksanaan apendisitis adalah sebagai berikut:
1. Tindakan medis
a. Observasi terhadap diagnosa
Dalam 8 – 12 jam pertama setelah timbul gejala dan tanda apendisitis, sering tidak
terdiagnosa, dalam hal ini sangat penting dilakukan observasi yang cermat. Penderita
dibaringkan ditempat tidur dan tidak diberi apapun melalui mulut.  Bila diperlukan
maka dapat diberikan cairan aperviteral. Hindarkan pemberian narkotik jika
memungkinkan, tetapi obat sedatif seperti barbitural atau penenang tidak karena
merupakan kontra indikasi. Pemeriksaan abdomen dan rektum, sel darah putih dan
hitung jenis di ulangi secara periodik. Perlu dilakukan foto abdomen dan thorak posisi
tegak pada semua kasus apendisitis, diagnosa dapat jadi jelas dari tanda lokalisasi
kuadran kanan bawah dalam waktu 24 jam setelah timbul gejala.
b. Intubasi
Dimasukkan pipa naso gastrik preoperatif jika terjadi peritonitis atau toksitas yang
menandakan bahwa ileus pasca operatif yang sangat menggangu. Pada penderita ini
dilakukan aspirasi kubah lambung jika diperlukan. Penderita dibawa kekamar operasi
dengan pipa tetap terpasang.
c. Antibiotik
Pemberian antibiotik preoperatif dianjurkan pada reaksi sistematik dengan toksitas yang
berat dan demam yang tinggi .
2. Terapi bedah
Pembedahan diindikasikan bila diagnosa apendisitis telah ditegakkan. Apendiktomi
adalah pembedahan yang dilakukan untuk mengangkat apendiks yang telah
terinflamasi, hal ini dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan risiko perforasi.
Apendiktomi dapat dilakukan dibawah anastesi umum atau spinal dengan insisi
abdomen bawah atau dengan laparoskopi (Smeltzer & Bare, 2013).
3. Terapi pasca operasi
Perlu dilakukan obstruksi tanda-tanda vital untuk mengetahui terjadinya perdarahan
didalam, syok hipertermia, atau gangguan  pernapasan angket sonde lambung bila
pasien telah sadar, sehingga aspirasi cairan lambung dapat dicegah. Baringkan pasien
dalam posisi fowler. Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan.
Selama itu pasien dipuasakan. Bila tindakan operasi lebih besar, misalnya pada
perforasi atau peritonitis umum, puasa diteruskan sampai fungsi usus kembali normal.
Kemudian berikan minum mulai  15 ml/jam selama 4-5 jam lalu naikkan menjadi 30
8
ml/jam.  Keesokan harinya diberikan makan saring, dan hari berikutnya diberikan
makanan lunak. Satu hari pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak ditempat
tidur selama 2 x 30 menit. Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk  diluar
kamar. Hari ketujuh jahitan dapat diangkat dan pasien diperbolehkan pulang. 

2.7 Komplikasi
a. Perdarahan
b. Infeksi pada luka dan usus perforasi (pecah).
c. Pembentukan abses di daerah usus buntu yang telah dibuang atau pada luka sayatan
d. Komplikasi yang relatif jarang atau langka lainnya mungkin termasuk ileus (gerak
peristaltik usus melambat-berhenti),
e. gangren usus, 
f. peritonitis (infeksi di rongga peritoneal)
g. obstruksi usus (usus tersumbat).
h. Cedera pada organ didekatnya

2.8 Pencegahan
a) Diet tinggi serat akan sangat membantu melancarkan aliran pergerakan makanan
dalam saluran cerna sehingga tidak tertumpuk lama dan mengeras.
b) Minum air putih minimal 8 gelas sehari dan tidak menunda buang air besar juga akan
membantu kelancaran pergerakan saluran cerna secara keseluruhan.

2.9 Macam – macam apendiktomi


Pembedahan untuk mengangkat apendiks dapat dilakukan dengan apendiktomi
terbuka dan apendiktomi laparoskopi.
1. Apendiktomi Terbuka
Bila apendiktomi terbuka, incise McBurney paling banyak dipilih oleh ahli bedah.
Mc Burney/ Wechselschnitt/ muscle splitting adalah sayatan berubah-ubah sesuai
serabut otot.
Apendektomi terbuka biasanya akan dilakukan jika kondisi usus buntu pasien
sudah pecah dan menyebar ke organ tubuh lainnya. Sehingga, dibutuhkan prosedur
tambahan untuk membersihkan cairan dari umbai cacing yang sudah menyebar ke
organ lain di sekitarnya. Selain itu, metode ini juga dipilih jika pasien sudah pernah
menjalani prosedur operasi sebelumnya di area perut.
9
Sejumlah faktor lainnya yang membuat dokter untuk memilih proses operasi usus
buntu dengan metode apendektomi terbuka, yaitu :
i. Pembengkakan pada perut yang terlalu besar, sehingga menghalangi
pandangan dokter selama proses pembedahan usus buntu
ii. Terjadi peritonitis atau peradangan pada lapisan tipis di perut dalam dan
menyebabkan timbulnya nanah
iii. Obesitas
iv. Kehamilan

Teknik Apendiktomi McBurney :


a. Pasien berbaring terlentang dalam anastesi umum ataupun regional. Kemudian
dilakukan tindakan asepsis dan antisepsis pada daerah perut kanan bawah
b. Dibuat sayatan menurut Mc Burney sepanjang kurang lebih 10 cm dan otot-otot
dinding perut dibelah secara tumpul menurut arah serabutnya, berturut-turut m.
oblikus abdominis eksternus, m. abdominis internus, m. transverses abdominis,
sampai akhirnya tampak peritoneum
c. Peritoneum disayat sehingga cukup lebar untuk eksplorasi
d. Sekum beserta apendiks diluksasi keluar
e. Mesoapendiks dibebaskan dann dipotong dari apendiks secara biasa, dari
puncak ke arah basis
f. Semua perdarahan dirawat.
g. Disiapkan tabac sac mengelilingi basis apendiks dengan sutra, basis apendiks
kemudian dijahit dengan catgut
h. Dilakukan pemotongan apendiks apical dari jahitan tersebut
i. Puntung apendiks diolesi betadine
j. Jahitan tabac sac disimpulkan dan puntung dikuburkan dalam simpul tersebut.
Mesoapendiks diikat dengan sutra
k. Dilakukan pemeriksaan terhadap rongga peritoneum dan alat-alat didalamnya,
semua perdarahan dirawat.
l. Sekum dikembalikan ke abdomen.
m. Sebelum ditutup, peritoneum dijepit dengan minimal 4 klem dan didekatkan
untuk memudahkan penutupannya. Peritoneum ini dijahit jelujur dengan
chromic catgut dan otot-otot dikembalikan.

10
2. Apendiktomi Laparoscopi
Pengangkatan usus buntu ini dilakukan untuk usus buntu akut. Apendiktomi
laparoskopi merupakan alternatif yang baik untuk pasien dengan usus buntu akut,
khususnya wanita muda pada usia subur, karena prosedur laparoskopi memiliki
keunggulan diagnosa untuk diagnosa yang belum pasti. Keunggulan lainnya
termasuk hasil kosmetik lebih baik, nyeri berkurang dan pemulihan lebih cepat.
Tindakan laparoskopi umumnya dilakukan sebagai prosedur rawat jalan. Dengan
kata lain, seseorang bisa pulang pada hari yang sama setelah menjalani laparoskopi.
Sebelum tindakan dimulai, pasien diberikan anestesi umum yang membuat pasien
tidur selama proses bedah berlangsung. Pada beberapa kasus, digunakan anestesi
lokal. Anestesi ini mematikan area yang akan dilakukan pembedahan, dan pasien
tetap terjaga selama tindakan.
Berbeda dengan metode sebelumnya, dalam teknik laparoskopi dokter hanya
memberi sayatan kecil pada bagian perut, yaitu kurang dari 2 cm. Selain itu,
dibanding melihat langsung ke dalam bagian perut pasien, dokter akan memasukan
sebuah tabung kecil yang berisi kamera yang bercahaya bernama laparoskop untuk
memberi visual organ dalam pasien pada monitor. Sebelum memasukan alat
tersebut, dokter akan menginjeksi gas ke dalam perut agar dinding perut terpompa
dan memberi ruang pada organ dalam lainnya. Dengan adanya ruang tersebut, dokter
menjadi lebih mudah menemukan jaringan usus buntu yang sudah meradang.
Setelah ditemukan, umbai cacing akan diikat dan kemudian dipotong dibuang.
Setelah umbai cacing yang meradang selesai dibedah, dokter akan mengeluarkan
gas yang berada di dalam perut, kemudian menjahitnya dan ditutup dengan perban.
Mengingat ukuran sayatan yang dibuka hanya sekitar 1 cm, luka akan hilang dan
sembuh sendiri seiring berjalannya waktu.
Tahap selanjutnya, dokter akan memasukkan laparoskop lewat sayatan yang
sudah dibuat sebelumnya. Kamera yang terpasang pada alat laparoskop ini
menampilkan gambar pada layar, sehingga ahli bedah bisa melihat masalah yang
terjadi di bagian dalam tubuh dengan lebih jelas. Setelah prosedur selesai dilakukan,
luka sayatan ditutup dengan dijahit atau plester bedah dan ditutup dengan perban.
Pasien akan dianjurkan untuk beristirahat selama satu atau dua jam sebelum kembali
ke rumah.

11
2.10Bagian tubuh yang akan di operasai apendiktomi

2.11Persiapan Pasien
1. Pre Operasi
a. Tes darah dan USG (ultrasonografi) untuk memastikan gejala tersebut adalah
akibat usus buntu.
b. Melakukan tes alergi obat bius sebelum jadwalnya diresmikan.
c. Diwajibkan untuk berpuasa makan dan minum setidaknya 8 jam sebelum
operasi usus buntu dilakukan. Puasa ini dilakukan untuk mengurangi risiko
aspirasi, kondisi isi perut masuk yang ke paru-paru. Perut yang kosong juga
memudahkan dokter untuk melihat rongga perut.
d. Tidak minum obat-obatan yang dapat mempengaruhi pembekuan darah seperti
aspirin, warfarin dan obat antikoagulan lainnya
e. Pasien diberi obat-obatan untuk mengurangi atau
menghilangkan mual dan muntah.
f. Antibiotik melalui infus juga dapat diberikan sebelum operasi.

2. Post Operasi
a. Setelah operasi, pasien akan dibawa ke ruang pemulihan untuk mengawasi organ
vital seperti detak jantung dan pernapasan pasien. Setelah tekanan darah, denyut
nadi, dan pernapasan stabil, pasien akan dipindah ke kamar rawat inap biasa.
b. Waktu pemulihan tiap orang setelah operasi berbeda-beda. Ini tergantung dari
kondisi, tingkat keparahan infeksi, dan apakah usus buntunya pecah atau tidak.

12
Menurut American College of Surgeons, jika apendiks tidak pecah, pasien
biasanya dapat pulang dalam 1-2 hari setelah operasi.
c. Beberapa jam setelah operasi, pasien diperbolehkan minum cairan. Pasien juga
mungkin diperbolehkan makan makanan padat, belajar duduk, dan berjalan
kembali pelan-pelan.

2.12Persiapan Perawat Instrumen


1. Pengertian
Perawat instrumen / scrub nurseadalah seorang tenaga perawat profesional yang diberi
wewenang dan ditugaskan dalam pengelolaan paket alat pembedahan selama
tindakanpembedahan berlangsung. Secara administratif bertanggung jawab kepada
kepala kamar operasi, dan secara operasional / tindakan bertanggung jawab terhadap
ahli bedah dan perawat kepala kamar operasi.

2. Pre Operasi : Melakukan kunjungan pasien yang akan dibedah minimal sehari
sebelum pembedahan untuk memberikan penjelasan / memperkenalkan tim bedah,
menyiapkan ruangan operasi dalam keadaan siap pakai meliputi : Kebersihan ruang
operasi dan peralatan, meja mayo / instrumen, meja operasi lengkap, lampu operasi,
mesin anestesi lengkap, suction pump,gas medis, menyiapkan set instrumen steril
sesuai jenis pembedahan, menyiapkan cairan antiseptik dan bahan-bahan sesuai
keperluan pembedahan

3. Saat operasi : Memperingati “tim bedah steril” jika terjadi penyimpangan prosedur
aseptik, membantu mengenakanjas steril dan sarung tangan untuk ahli bedah dan
asisten, menata instrumen steril di meja mayo sesuai dengan urutan proedur
pembedahan, emberikan cairan antiseptik kulit daerah yang akan diinsisi, memberikan
kain steril untuk prosedur draping, memberikaninstrumen kepada ahli bedah sesuai
urutan prosedur dan kebutuhan tindakan pembedahan secara tepat dan benar,
memberikan kain / duk steril kepada operator, dan mengambil kain kassa yang telah
digunakan dengan memakai alat, menyiapkan benang jahitan sesuai kebutuhan, dalam
keadaan siap pakai, mempertahankan instrumen selama pembedahan dalam keadaan
tersusun secara sistematis untuk memudahkan saat bekerja, membersihkan instrumen
dari darah pada saat pembedahan untuk mempertahankan sterilisasi alat dari meja
mayo, enghitung kain kassa, jarum dan instrumen, memberitahukan hasil perhitungan
13
jumlah alat, kain kassa dan jarum pada ahli bedah sebelum operasi dimulai dan
sebelum luka ditutup lapis demi lapis, menyiapkan cairan untuk mencuci luka,
membersihkan kulit sekitar luka setelah luka dijahit, penutup luka dengan kassa steril,
penyiapan bahan pemeriksaan laboratorium / patologi jika ada.

4. Post Operasi : Memfiksasi drain, dan kateter (jika terpasang), membersihkan dan
memeriksa adanya kerusakan kulit pada daerah yang terpasang elektrode, mengganti
alat tenun, baju pasien dan penutup serta memindahkan pasie dari meja operasi ke
kereta dorong, memeriksa dan menghitung semua instrumen sebelum dikeluarkan dari
kamar operasi, memeriksa ulang catatan dan dokumentasi pembedahan dalam
keadaan lengkap, membersihkan instrumen bekas pakai dengan benar dengan cara
sebagai berikut : pembersihan awal, merendam dengan cairan desinfektan yang
mengandung deterjen, menyikat sela-sela engsel instrumen, membilas dengan air
mengalir, mengeringkan, membungkus instrumen sesuai jenis macam, bahan,
kegunaan dan ukuran. Memasang indikator autoclavedan membuat label nama alat-
alat (set) pada setiap bungkusan instrumen dan selanjutnya siap untuk di sterilkan
sesuai prosedur yang berlaku, membersikan kamar operasi setelah tindakan
pembedahan selesai agar siap pakai.

2.13Persiapan Tempat & Alat


1. Alat-alat steril
 Set dasar yang disiapkan (Basic Instrument Set)
 Desinfeksi Klem (Sponge Holding Forceps). 1 (satu)

Klem adalah suatu alat untuk menjepit ( memegang dan menekan ) sesuatu benda.

14
 DoekKlem (Towel Forceps)5 (lima)

Towel clamp merupakan clamp pemegang dengan ujungnya yang runcing untuk
menahan tepi handuk/ doek pada tempatnya. Berguna untuk menjepit kain operasi
juga untuk memegang tulang coste ketika dilakukan traksi eksternal pada dinding
dada.

 Pincet Chirurgie 2 (dua)

Pinset Chirurgis atau biasa disebut juga pinset jaringan tissue forceps atau pinset
operasi (surgical forceps) ini biasanya memiliki susunan gigi 1x2 (dua gigi pada
satu bidang) 2x3 dan 3x4 pinset bergigi ini digunakan pada jaringan.

 Pincet Ariatomie 2 (dua)

15
Pinset Anatomi memiliki ujung tumpul halus. Secara umum, pinset digunakan
oleh ibu jari dan dua atau tiga anak jari lainnya dalam satu tangan. Tekanan pegas
muncul saat jari-jari tersebut saling menekan ke arah yang berlawanan dan
menghasilkan kemampuan menggenggam. Alat ini dapat menggenggam objek
atau jaringan kecil dengan cepat dan mudah, serta memindahkan dan
mengeluarkan jaringan dengan tekanan yang beragam. Pinset Anatomi ini juga
digunakan saat jahitan dilakukan, berupa eksplorasi jaringan dan membentuk pola
jahitan tanpa melibatkan jari.

 Scaple handle 1 (satu)

Scaple handle berfungsi untuk memotong.


 Arteri klem van pean lurus 8 (delapan)

Klem Arteri Pean lurus. Fungsinya untuk hemostatis untuk jaringan tipis dan
lunak.

 Arteri klem van pean bengkok (chrorn kiern) 8(delapan)

16
Arteri klem van pean bengkok (chrorn kiern) Fungsinya untuk hemostatis untuk
jaringan tipis dan lunak.

 Arteri klem van Kocher 6 (enam)

Sifatnya mempunyai gigi pada ujungnya seperti pinset sirugis. Fungsinya untuk
menjepit jaringan.

 Gunting Benang (Ligature Scissors) 2 (dua)

Gunting Benang (Ligature Scissors) fungsinya untuk memotong benang saat


operasi.

 Gunting Metzembaum panjang / pendek 1/1 (satu)

Gunting yang digunakan untuk memotong jaringan-jaringan tubuh; termasuk


golongan ini tipe kilner, littler, cartilago scissor, gunting pembuluh darah dan
tendon.

17
 Nald Voerder panjang/pendek 1/1

Nald vooder termasuk dalam jenis needle holder, dalam bahasa belanda disebut
dengan nama Naald-Voerder. Kegunaannya untuk memegang jarum jahit
(hechtnaald) serta menjahit luka terbuka seperti luka bekas pembedahan.

 Langenbeck 2 (dua)

Langenback alat ini digunakan untuk melebarkan lubang operasi dengan tujuan
untuk kemudahan melakukan tindakan operasi. Alat ini berujung tumpul dengan
tujuan agar jaringan yang ditarik atau dilebarkan tidak mengalami cedera.

 Crush klem 1 (satu)

Crush klem fungsinya untuk menjepit.

 Rektator

18
Rektator fungsi untuk membuka bagian operasi

 Set dan bahan penunjang operasi


 Linen Set

Linen Set untuk melindungi tubuh dari darah, cairan dan mikroba mikroba
ketika operasi.

 Duk Bolong

Duk Bolong berfungsi untuk membatasi daerah yang akan dioperasi atau yang
sedang dioperasi.

19
 Sarung tangan bermacam-macam ukuran

Sarung tangan untuk melindungi tangan dari kontamitasi.

 Desinfektan dan Alkohol 70 %, NS 0.9 %

Desinfektan dan Alkohol 70 %, NS 0.9 % fungsinya untuk membersihkan tangan


kita dari kuman kuman sebelum melakukan operasi.

 Kanul Diathermi + Kabel

 Pisau bedah no. 10

20
Pisau bedah untuk memotong bagian yang akan dioperasi.

 Kasa, kom tutup, bengkok, korentang pada tempatnya

 Jarum 1/2 bulat (round), tajam (cutting)

Untuk membantu menusukan benang ke kulit, atau menjahit.

21
 Benang nonabsorbable

Benang operasi ini untuk menjahit luka. Agar tertutup lukanya.

2. Alat tidak Steril


 Plester lebar

Alat ini sebagai perekat untuk mengencangkan pembalut yang memiliki luka
lebar.

 Gunting Verban/ Bandage scissors

Gunting Verban/ Bandage scissors untuk memotong perban.

22
 Mesin Diatermi

 Mesin Suction

Mesin Suction untuk menghisap cairan yang tidak diperlukan didalam tubuh
pasien. Seperti nanah, lendir, darah, ludah dan lainnya.

 Lampu Operasi

Lampu Operasi untuk menerangi saat melakukan operasi

 Meja Operasi

23
Meja operasi adalah sebagai sebuah meja yang digunakan untuk berbaringan
pasien bedah, sesuai dengan posisi yang sesuai, dimana dokter akan melakukan
operasi pembedahan.

 Meja Mayo

Meja Mayo berfungsi untuk menyimpan atau meletakan alat-alat ketika


melakukan operasi.

 Meja Instrumen

Meja Instrumen berfungsi untuk menyimpan atau meletakan alat-alat ketika


melakukan operasi.

 Standar Infus

24
Standar Infus berfungsi untuk menyangga cairan infus

 Tempat sampah

Tempat sampah untuk membuang bekas bekasa alat steril yang tidak terepakai.
Seperti kasa bekas.

2.14Prosedur untuk operasi apendiktomi


1. Perawat instrumen cuci tangan.
2. Operator dan asisten cuci tangan.
3. Perawat instrumen memakai baju steril. dan sarung tangan .
4. Beri dan pakaikan baju operasi, sarung tangan pada asisten dan operator.
5. Atur instrumen di meja mayo sesuai kebutuhan.
6. Berikan klem dan deper desinfektan untuk desinfeksi lapangan operasi.
7. Siapkan duk besar 2 biji, duk kecil 5 biji, duk klem 4 buah untuk draping.
8. Pasang dan atur selang suction, kabel diathermi, klem dengan duk klem dan
memberitahu operator bahwa instrurnen siap dipergunakan.
9. Berikan pincet chirurgie, hand vat mes, mes no.10 pada operator untuk incisi, arteri
klem van pean, kasa dan diathermi untuk merawat perdarahan.
10. Berikan dua hak tajam untuk memperlebar permukaan kulit.
11. Berikan pincet chirurgie, dan gunting metzenbaum untuk membuka fascia, dua
arteri klem van kocher untuk memegang fasia yang sudah terbuka.
12. Berikan dua pinset chirurgie dan gunting metzenbaum dan mikulitz untuk
memegang peritonium yang sudah dibuka.
13. Berikan deppers kecil untuk mengait appendik dan pincet anatomis panjang untuk
mengambil appendik.

25
14. Berikan bab cock untuk menjepit appendik kemudian pisahkan dari meso appendik
dengan couter.
15. Berikan crushing klem untuk menjepit pangkal appendik kemudian berikan benang
non absorbable 2/0 untuk mengikat pangkal appendik 2 x.
16. Berikan crusing klem lagi untuk menjepit diatas ikatan da berikan pisau bedah no
10 yang telah dibasahi dengan desinfektan untuk memotong appendik.
17. Berikan pinset panjang untuk mengkoter ujung potongan appendik dan untuk
merawat perdarahan.
18. Inventaris alat dan kasa
19. Jahit lapis demi lapis dengan benang absorbtabel 2/0 , 3/0. dan tutup dengan kasa
& plester.
20. Cuci tangan, cuci instrumen dan setting kembali instrumen

2.15 Tehnik Menyeterilkan Instrumen alat operasi apendiktomi


Ada beberapa cara untuk usaha sterilisasi, diantaranya adalah :
1. Sterilisasi panas : yaitu dengan menggunaakan uap pada suhu 1210C dalam
tekanan 106 kPa selama 20 menit (autoclave); dalam oven selama 1 jam pada
suhu 1710C; rebus pada air mendidih selama 20 menit (Disinfeksi tingkat tinggi).
2. Sterilisasi kimia : yaitu dengan merendam pada larutan formaldehid 8% selam 24
jam; larutan glutardehid selam 8-10 jam; clorin 0,5% selam 10 menit (air
pelarutnya mendidih); Hidrogen peroksida 6% selama 20 menit.
3. Untuk sarung tangan, kassa, dan duk bolong
Cukup dengan menempatkan tablet formalin dalam wadah tertutup bersama
dengan sarung tangan, kassa, dan duk bolong selama 24 jam.
Sterilisasi atau suci hama yaitu suatu proses membunuh segala bentuk kehidupan
mikro organisme yang ada dalam sample/contoh, alat-alat atau lingkungan
tertentu. Dalam bidang bakteriologi, kata sterilisasi sering dipakai untuk
menggambarkan langkah yang diambil agar mencapai tujuan meniadakan atau
membunuh semua bentuk kehidupan mikroorganisme.

26
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1 Apendiktomy adalah suatu tindakan pengangkatan apendiks yang terimflamasi
dengan menggunakan pendekatan endoskopi.
2 Dalam melakukan pengkajian
keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis apendiktomy dijumpai adanya
nyeri, aktivitas dibantu, luka insisi + 5 cm, nyeri tekan.
3 Rencana keperawatan yang dilaksanakan dalam Asuhan Keperawatan pada pasien
apendiktomy adalah kaji intensitas nyeri, kaji pernyataan verbal dan non verbal,
berikan kenyamanan dengan mengubah posisi, ganti perban, bantu aktivitas,
pendidikan kesehatan mengawasi tanda-tanda vital, pantau gejala infeksi, gunakan
desinfektan.
4 Tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan
antaranya penggunaan skala rentang nyeri dalam mengkaji tingkat nyeri, ketidak
sesuaian antara petunjuk verbal dan non verbal, memberikan kenyamanan dengan
mengubah posisi, untuk mempercepat penyembuhan dan mencegah infeksi,
membantu aktivitas, memberikan pendidikan kesehatan, mengatasi tanda-tanda vital,
memantau gejala infeksi dan menggunakan desinfektan.

3.2 Saran
Untuk rekan-rekan mahasiswa
1 Diharapkan dalam melakukan pengkajian keperawatan dengan klien post
appendiktomy agar mengkaji secara menyeluruh dan disesuaikan dengan teori yang
ada.
2 Diharapkan agar lebih memahami dan mempelajari lebih dalam ilmu keperawatan
medical bedah khususnya tentang asuhan keperawatan pada klien dengan post
appendiktomi dan juga untuk meningkatkan kepercayaan diri.

27
DAFTAR PUSTAKA

Dony Setiawan HP,S.Kep.,Ners.,MM., Drs. Hendro Prasetyo, S.Kep.,Ners.,M.Kes, ALAT


KESEHATAN UNTUK PRAKTIK KLINIK & SOP TINDAKAN KEPERAWATAN, 2014,
Yogyakarta : Nuha Medika.

Baughman, Diane C dan Hackley, JiAnn C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah: Buku Saku
untuk Brunner dan Suddarth. Jakarta: EGC.

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : EGC.

_____________2002. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : EGC.

Sjamsuhidajat, R dan Wim de Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.

Smeltzer, Suzanne C dan Bare, Brenda G. 2002. Buku Ajar Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2,
Alih Bahasa Kuncara, H.Y, dkk. Jakarta: EGC.

Wilkinson, Judith M dan Ahern, Nancy R. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan:
Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil Noc. Jakarta: EGC.

https://www.academia.edu/12956687/APENDISITIS
https://id.scribd.com/document/361976690/BAB-Instrumen-docx

28

Anda mungkin juga menyukai