Anda di halaman 1dari 43

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN APPENDICITIS

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
1. MAWAR NANTUDJU
2. TRIA PUSPITA SARIPI
3. ROSDIANA MOHI
4. HERLINA BIN MUKRI
5. DESRI ALIFAH IMBO
6. NURHAEDA LUN
7. ABDUL KARIM MAHANI

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN DAN TEKNOLOGI GRAHA MEDIKA
KOTAMOBAGU
T.A 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas


kehendak-Nya lah makalah ini dapat terselesaikan. Makalah ini membahas
tentang “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Apendisitis”. Dalam penyusunan
makalah ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada Bapak Ns. Jikrun Jaata., S.Kep., M.Kep dan
semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan makalah ini,
sehingga makalah ini bisa terselesaikan.
Semoga dengan makalah ini kita dapat menambah ilmu pengetahuan serta
wawasan tentang penyakit Appendicitis. Penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini tentu masih banyak kekurangan baik dari segi
penyusunan kalimat maupun dari segi pengetikan makalah, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan tugas makalah ini. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita
semua.

Kotamobagu, 20 Februari 2023

Penyusun
Kelompok 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................3
BAB I......................................................................................................................4
PENDAHULUAN..................................................................................................4
A. Latar Belakang............................................................................................4
B. Rumusan Masalah.......................................................................................6
C. Tujuan.........................................................................................................7
BAB II....................................................................................................................7
PEMBAHASAN.....................................................................................................7
A. Pengertian Appendicitis..............................................................................7
B. Etiologi Appendicitis..................................................................................8
C. Patofisiologi................................................................................................8
D. Pathway Appendicitis.................................................................................9
E. Tanda dan Gejala.......................................................................................10
F. Pemeriksaan Penunjang.............................................................................11
G. Penatalaksanaan........................................................................................12
H. Komplikasi................................................................................................13
I. Pencegahan.................................................................................................14
BAB III.................................................................................................................17
ASUHAN KEPERAWATAN APPENDICITIS..................................................17
A. ANALISA DATA.....................................................................................30
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN..............................................................33
C. TUJUAN DAN INTERVENSI KEPERAWATAN.................................33
BAB IV.................................................................................................................41
PENUTUP............................................................................................................41
A. Kesimpulan...............................................................................................41
B. Saran.........................................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................43
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Apendisitis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya


peradangan pada usus atau disebut juga dengan apendiks. Apendisitis sendiri
adalah suatu benjolan kecil,yang mana benjolan ini terletak pada bagian usus
tepatnya pada bagian usus besar pada daerah perbatasan antara usus
halus,benjolan ini mempunyai bentuk mirip jari dan berukuran kecil. Meskipun
usus ini tergolong organ pertahanan bagi tubuh, namun banyak dikatakan sebagai
organ yang kurang penting, apabila penderita mengalami peradangan pada usus
sebaiknya dilakukan pengobatan dengan segera (Masriadi,2016).
Angka kejadian apendisitis cukup tinggi di dunia. Berdasarkan Word
Health Organisation (2010) yang dikutip oleh Naulibasa (2011), angka mortalitas
akibat apendisitis adalah 21.000 jiwa, di mana populasi laki-laki lebih banyak
dibandingkan perempuan. Angka mortalitas apendisitis sekitar 12.000 jiwa pada
laki-laki dan sekitar 10.000 jiwa pada perempuan. Di Amerika Serikat setiap
tahunnya terdapat 70.000 kasus apendisitis. Kejadian apendisitis di Amerika
memiliki insiden 1- 2 kasus per 10.000 anak pertahunya antara kelahiran sampai
umur 4 tahun. Kejadian appendicitis meningkat 25 kasus per 10.000 anak
pertahunnya antara umur 10-17 tahun di Amerika Serikat.
Apabila dirata-rata apendisitis 1,1 kasus per 1000 orang pertahun di
Amerika Serikat. Insiden appendisitis di Indonesia juga tinggi yang merupakan
penyakit urutan keempat setelah dyspepsia, gastritis dan duodenitis dan system
cerna lainnya (Stefanus Satrio,2009). Statistik menunjukan bahwa setiap tahun
apendisitis menyerang 10 juta penduduk Indonesia. Menurut Lubis. A (2008),
saat ini morbiditas angka apendisitis di Indonesia mencapai 95 per 1000
penduduk dan angka ini merupakan tertinggi di antara Negaranegara di
Assosiation south East Asia Nation (ASEAN).Survey di 12 provinsi di Indonesia
tahun 2008 3.251 kasus. Jumlah ini meningkat drastis dibandingkan dengan
tahun sebelumnya,yaitu sebanyak 1.236 orang. Diawal tahun 2009, tercatat 2.159
orang di Jakarta yang dirawat di rumah sakit akibat apendiitis (Ummualya,
2008).
Apendisitis dapat terjadi pada segala usia dan megenai laki –laki serta
perempuan sama banyak (Kowalak, 2011). Prevalensi insiden apendisitis pada
laki-laki dan perempuan umumnya sebanding, kecuali pada umur 20- 30 tahun
sedikit lebih banyak pada laki-laki dibandingkan pada perempuan dengan rasio
1,4 : 1. Insiden tertinggi terjadi pada umur ini (Riwanto et al., 2010; Horn, 2011;
Lindseth, 2002).
Faktor yang menyebabkan terjadinya apendisitis,di antaranya sumbatan
lumen appendisitis, hyperplasia jaringan limfe, tumor appendisitis, erosi mukosa
oleh cacing askaris dan E.Histolytica. Penelitian epidemiologi menunjukkan
peran kebiasaan makanan rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap
timbulnya appendisitis. Konstipasi menaikkan tekanan intrasekal, menyebabkan
sumbatan fungsional apendisitis dan meningkatkan pertumbuhan florakolon.
Semuanya ini akan mempermudah timbulnya appendisitis akut (Potter and Pery,
2005).
Dalam bentuk tanda dan gejala fisik, apendisitis adalah suatu penyakit
prototipe yang berlanjut melalui peradangan, obstruksi dan iskemia dalam jangka
waktu yang bervariasi. Gejala awal apendisitis akut adalah nyeri atau rasa tidak
enak di sekitar umbilikus. Gejala ini umumnya berlangsung lebih dari 1 atau 2
hari. Dalam beberapa jam nyeri bergeser ke kuadran kanan bawah dengan
disertai oleh anoreksia, mual dan muntah. Dapat juga terjadi nyeri tekan disekitar
titik Mc Burney. Kemudian timbul spasme otot dan nyeri tekan lepas. Apabila
terjadi ruptur pada apendiks, tanda perforasi dapat berupa nyeri, nyeri tekan dan
spasme (Price S, Wilson L, 2012).
Dampak dari appendisitis terhadap kebutuhan dasar manusia diantaranya
kebutuhan dasar cairan, karena penderita mengalami demam tinggi sehingga
pemenuhan cairan berkurang. Kebutuhan dasar nutrisi berkurang karena pasien
apendisitis mengalami mual, muntah, dan tidak nafsu makan. Kebutuhan rasa
nyaman penderita mengalami nyeri pada abdomen karena peradangan yang
dialami dan personal hygine terganggu karena penderita mengalami kelemahan.

B. Rumusan Masalah

a. Apa yang dimaksud dengan Appendicitis ?


b. Apa penyebab Appendicitis?
c. Bagaimana patofisiologi dari Appendicitis?
d. Bagaimana pathway dari Appendicitis?
e. Apa saja tanda dan gejala dari Appendicitis?
f. Apa saja pemeriksaan penunjang/diagnostic dari Appendicitis?
g. Apa saja penatalaksanaan medis dari Appendicitis?
h. Apa saja komplikasi dari Appendicitis?
i. Bagaimana pencegahan Appendicitis?
j. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien Appendicitis?

C. Tujuan

a. Mengetahui penyakit Appendicitis


b. Mengetahui penyebab Appendicitis
c. Mengetahui patofisiologi pada Appendicitis
d. Mengetahui pathway Appendicitis
e. Mengetahui tanda dan gejala dari Appendicitis
f. Mengetahui pemeriksaan penunjang/diagnostic pada Appendicitis
g. Mengetahui penatalaksanaan medis pada Appendicitis
h. Mengetahui komplikasi dari Appendicitis
i. Mengetahui pencegahan Appendicitis
j. Mengetahui Asuhan Keperawatan pada klien Appendicitis
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Appendicitis

Appendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis dan


merupakan penyebab nyeri abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini
menyerang semua umur baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering
menyerang laki-laki berusia 10 sampai 30 tahun dan merupakan penyebab paling
umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan dan merupakan penyebab
paling umum untuk bedah abdomen darurat (Smeltzer & Bare, 2013).
Appendisitis adalah kondisi dimana infeksi terjadi di umbai cacing.
Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus
memerlukan laparotomi dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi
(Anonim, 2007 dalam Docstoc, 2010).

B. Etiologi Appendicitis

Appendisitis akut merupakan infeksi bakteria. Berbagai hal berperan


sebagai faktor pencetusnya. Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor yang
diajukan sebagai faktor pencetus disamping hiperplasia jaringan limfe, fekalit,
tumor apendiks, dan cacing askaris dapat pula menyebabkan sumbatan.
Penyebab lain yang diduga dapat menimbulkan appendisitis 11 adalah erosi
mukosa apendiks karena parasit seperti E. histolytica (Jong, 2010).
Penelitian epidemiologi menunjukkan peran kebiasaan makan makanan
rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya appendisitis. Konstipasi
akan menaikkan tekanan intrasekal, yang berakibat timbulnya sumbatan
fungsional apendiks dan meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon biasa.
Semuanya ini akan mempermudah timbulnya appendisitis akut (Jong, 2010).
C. Patofisiologi

Appendicitis kemungkinan dimulai dengan dari lumen yang disebabkan


oleh feses yang terlinat atau fekalit. Penjelasan ini sesuai dengan pengamatan
epidemologi bahwa appendicitis berhubungan dengan asupan serat dalam
makanan yang rendah.
Pada stadium awal dari appendcitis, terlebih dahulu inflamasi mukosa.
Inflamasi ini kemudian berlanjut ke submukosa dan melibatkan muskular dan
serosa (peritoneal). cairan eksudat fibrinopurulenta terbentuk pada permukaan
serosa dan berlanjut ke beberapa permukaan peritoneal yang bersebelahan,
seperti usus atau dinding abdomen, menyebabkan peritonitis lokal (Burkitt,
2007). Dalam stadium ini mukosa glandular yang nekrosis terkelupas ke dalam
lumen, yang menjadi distensi dengan pus. Akhirnya, arteri yang menyuplai
apendiks menjadi bertrombosit dan apendiks yang kurang suplai darah menjadi
nekrosis atau gangren. Perforasi akan segera terjadi dan 12 menyebar ke rongga
peritoneal. Jika perforasi yang terjadi dibungkus oleh omentum, abses lokal akan
terjadi (Burkitt, 2007)
D. Pathway Appendicitis

Hiperplasi jaringan limfoit, Fekalit, Tumor


apendiks, Infeksi parasite, Makanan rendah
serat, konstipasi

APPENDISITIS

Pre Operasi Post Operasi

Pintu masuk
Luka insisi kuman
Usus buntu tersumbat feses, Kekhawatiran Anestes
kanker benda asing mengetahui
kegagalan Kerusakan Resiko
Peristaltik jaringan Infeksi
usus menurun
Ansietas
Kerusakan Sekresi Ujung syaraf
control suhu mucus terputus
Distensi
terhadap berlebih abdomen
inflamasi pada lumen
appendiks Pelepasan
Resiko prostaglandi
Hipertermia Hipovolemia
Appendiks
Terenggang Spinal cotd

Cortex serebri
Nyeri Akut

Nyeri dipersepsikan

Nyeri Akut
E. Tanda dan Gejala

Terasaa sakit di daerah epigastrum, daerah periumbilikus, di seluruh


abdomen atau di kuadran kanan bawah merupakan gejala-gejala pertama. Rasa
sakit ini samar-samar, ringan sampai moderat, dan kadang-kadang berupa kejang.
Sesudah empat jam biasanya rasa nyeri itu sedikit demi sedikit menghilang
kemudian beralih ke kuadran bawah kanan. Rasa nyeri menetap dan secara
progesif bertambah hebat apabila pasien bergerak.
a. Nyeri tekan didaerah kuadran kanan bawah. Nyeri tekan mungkin ditemukan
juga di daerah panggul sebelah kanan jika apendisitis terletak retrocaecal. Rasa
nyeri ditemukan di daerah rektum pada pemeriksaan rektum apabila posisi
appendiks di pelvic. Letak appendiks mempengaruhi letak rasa nyeri
b. Anoreksia, mual, dan muntah yang timbul selang beberapa jam dan merupakan
kelanjutan dari rasa sakit yang timbul permulaan.
c. Demam tidak tinggi (kurang dari 38 °C), kekakuan otot, dan konstipasi.
Tanda dan gejala apendisitis(Hariyanto,2015) :
a. Nyeri,kram didaerah perumbilikus menjalar ke kuadran kanan bawah.
b. Demam tinggi.
c. Mual.
d. Muntah.
e. Malaise.
f. Anorexia.
g. Nyeri tekan lokal pada titik Mc Burney.
h. Nyeri tekan lepas (hasil atau intensifikasi dari nyeri bila tekanan dilepaskan).
i. Konstipasi.
j. Kadang-kadang disertai diare.
k. Bising usus menurun atau tidak ada sama sekali.
l. Nyeri bertambah parah jika dipakai untuk beraktifitas (berjalan,batuk,dan
mengedan).
F. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium
ini termasuk hitung kelengkapan darah dan protein penghasil (CRP). Tes
darah menunjukan jumlah sel darah putih 10.000-18.000mm3 leukositosis dan
lebih dari 75% neutrofil, tetapi CRP menunjukan jumlah serum
2. Radiologi
Termasuk ultrasound (USG) dan komputer tomography scanning
(CTscan). Ultrasound menemukan bagian longitudinal dari apendiks yang
meradang, tetapi CT menunjukan apendiks yang meradang dan bagian apendiks
yang melebar.
3. Pemeriksaan abdomen singkat
Pemeriksaan ini tidak menunjukkan tanda-tanda apendisitis yang jelas.
Namun, penting untuk membedakan penyakit apendisitis dari batu ureter kanan
atau obstruksi usus halus

G. Penatalaksanaan

a. Medis
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada penderita Apendisitis
meliputi penanggulangan konservatif dan operasi.
1. Penanggulangan konservatif, Penanggulangan konservatif terutama diberikan
pada penderita yang tidak mempunyai akses ke pelayanan bedah berupa
pemberian antibiotik. Pemberian antibiotik berguna untuk mencegah infeksi.
Pada penderita Apendisitis perforasi, sebelum operasi dilakukan penggantian
cairan dan elektrolit, serta pemberian antibiotik sistemik
2. Operasi, Bila diagnosa sudah tepat dan jelas ditemukan Apendisitis maka
tindakan yang dilakukan adalah operasi membuang appendiks (appendektomi).
Penundaan appendektomi dengan pemberian antibiotik dapat mengakibatkan
abses dan perforasi. Pada abses appendiks dilakukan drainage (mengeluarkan
nanah).
3. Pencegahan Tersier, Tujuan utama dari pencegahan tersier yaitu mencegah
terjadinya komplikasi yang lebih berat seperti komplikasi intra-abdomen.
Komplikasi utama adalah infeksi luka dan abses intraperitonium. Bila
diperkirakan terjadi perforasi maka abdomen dicuci dengan garam fisiologis atau
antibiotik. Pasca appendektomi diperlukan 23 perawatan intensif dan pemberian
antibiotik dengan lama terapi disesuaikan dengan besar infeksi intra-abdomen.
b. Keperawatan
Tidak ada penatalaksanaan appendisitis, sampai pembedahan dapat di
lakukan. Cairan intra vena dan antibiotik diberikan intervensi bedah meliputi
pengangkatan appendics dalam 24 jam sampai 48 jam awitan manifestasi.
Pembedahan dapat dilakukan melalui insisi kecil/laparoskop. Bila operasi
dilakukan pada waktunya laju mortalitas kurang dari 0,5%. Penundaan selalu
menyebabkan ruptur organ dan akhirnya peritonitis. Pembedahan sering ditunda
namun karena dianggap sulit dibuat dan klien sering mencari bantuan medis tapi
lambat. Bila terjadi perforasi klien memerlukan antibiotik dan drainase.
Komplikasi yang dapat terjadi akibat apendisitis yang tak tertangani
yakni: 1. Perforasi dengan pembentukan abses
2. Peritonitis generalisata
3. Pieloflebitis dan abses hati, tapi jarang

H. Komplikasi

Komplikasi terjadi akibat keterlambatan penanganan Apendisitis. Faktor


keterlambatan dapat berasal dari penderita dan tenaga medis. Faktor penderita
meliputi pengetahuan dan biaya, sedangkan tenaga medis 24 meliputi kesalahan
diagnosa, menunda diagnosa, terlambat merujuk ke rumah sakit, dan terlambat
melakukan penanggulangan.
Kondisi ini menyebabkan peningkatan angka morbiditas dan mortalitas.
Proporsi komplikasi Apendisitis 10-32%, paling sering pada anak kecil dan
orang tua. Komplikasi 93% terjadi pada anak-anak di bawah 2 tahun dan 40-
75% pada orang tua. CFR komplikasi 2-5%, 10-15% terjadi pada anakanak dan
orang tua.43 Anak-anak memiliki dinding appendiks yang masih tipis, omentum
lebih pendek dan belum berkembang sempurna memudahkan terjadinya
perforasi, sedangkan pada orang tua terjadi gangguan pembuluh darah.
Adapun jenis komplikasi diantaranya:
1. Abses
Abses merupakan peradangan appendiks yang berisi pus. Teraba massa
lunak di kuadran kanan bawah atau daerah pelvis. Massa ini mula-mula berupa
flegmon dan berkembang menjadi rongga yang mengandung pus. Hal ini terjadi
bila Apendisitis gangren atau mikroperforasi ditutupi oleh omentum
2. Perforasi
Perforasi adalah pecahnya appendiks yang berisi pus sehingga bakteri
menyebar ke rongga perut. Perforasi jarang terjadi dalam 12 jam pertama sejak
awal sakit, tetapi meningkat tajam sesudah 24 jam. Perforasi dapat diketahui
praoperatif pada 70% kasus dengan gambaran klinis yang timbul lebih dari 36
jam sejak sakit, panas lebih dari 38,50C, tampak toksik, nyeri tekan seluruh
perut, dan 25 leukositosis terutama polymorphonuclear (PMN). Perforasi, baik
berupa perforasi bebas maupun mikroperforasi dapat menyebabkan peritonitis.
3. Peritononitis
Peritonitis adalah peradangan peritoneum, merupakan komplikasi
berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis. Bila infeksi
tersebar luas pada permukaan peritoneum menyebabkan timbulnya peritonitis
umum. Aktivitas peristaltik berkurang sampai timbul ileus paralitik, usus
meregang, dan hilangnya cairan elektrolit mengakibatkan dehidrasi, syok,
gangguan sirkulasi, dan oligouria. Peritonitis disertai rasa sakit perut yang
semakin hebat, muntah, nyeri abdomen, demam, dan leukositosis.
I. Pencegahan

Penyakit Apendisitis tidak bisa dicegah sepenuhnya. Penyakit ini bisa


terjadi pada siapa pun dan kapan saja. Namun, ada beberapa cara yang bisa
dilakukan untuk mengurangi risiko Anda untuk terkena penyakit apendisitis, di
antaranya:
1. Konsumsi makanan berserat
Serat merupakan asupan yang penting untuk melancarkan pencernaan dan
menjaganya tetap sehat. Dengan mengonsumsi makanan berserat dalam
jumlahyang cukup, pencernaan Anda akan lebih lancar dan aktif sehingga
memudahkan proses pembuangan tinja. Hal ini baik untuk mencegah terjadinya
apendisitis.
Anda bisa mencukupi asupan serat dengan mengonsumsi makanan tinggi
serat, seperti sayuran, buah-buahan, gandum utuh, oatmeal, biji-bijian, serta
kacang-kacangan.
2. Minum air putih yang cukup
Selain untuk mencegah dehidrasi, konsumsi air putih yang cukup juga
penting untuk memaksimalkan kinerja usus dalam mencerna makanan dan
menghasilkan tinja. Sebaliknya, bila Anda kurang minum, usus akan menyerap
cairan dari sisa makanan untuk menjaga tubuh tetap terhidrasi.
Hal tersebut bisa membuat Anda susah buang air besar atau sembelit dan
berisiko menimbulkan penumpukan tinja yang dapat memicu radang usus buntu.
Oleh karena itu, untuk membantu mencegah usus buntu, pastikan Anda cukup
minum air putih setiap hari setidaknya 8 gelas per hari.
3. Konsumsi makanan mengandung probiotik
Makanan dan minuman yang mengandung probiotik baik dikonsumsi
untuk menjaga kesehatan sistem pencernaan. Bakteri baik dalam probiotik
diketahui dapat menekan pertumbuhan bakteri jahat dalam tubuh, termasuk
bakteri yang dapat menyebabkan peradangan atau infeksi usus buntu.
Anda bisa mendapatkan probiotik dari berbagai sumber, seperti yogurt,
tempe, kefir, kombucha, atau kimchi. Agar manfaat tersebut bisa diperoleh
dengan maksimal, Anda juga dianjurkan untuk mengonsumsi asupan serat,
misalnya dari gandum utuh, apel, pisang, bawang putih, atau artichoke.
Meski demikian, sayangnya, efektivitas probiotik dalam mencegah
apendisitis masih perlu diteliti lebih lanjut.
4. Makan dengan tenang dan perlahan
Meski terdengar sepele, makan dengan tenang justru membawa banyak
manfaat untuk kesehatan tubuh. Salah satunya adalah dapat membantu tubuh
menyerap nutrisi dengan baik dan mendukung proses pencernaan.
Hal tersebut bisa terjadi karena orang yang makan lambat akan
mengunyah makanannya hingga benar-benar halus saat ditelan, sehingga
cenderung mudah dicerna. Begitu sebaliknya, orang yang terbiasa makan cepat
cenderung lebih sering menyantap makanan dalam potongan besar dan tidak
mengunyahnya sampai halus.
Alhasil, potongan makanan tersebut bisa membuat proses penernaan
menjadi lambat dan berisiko menimbulkan penyumbatan di apendisitis.
5. Rutin cek kesehatan ke dokter
Dalam beberapa kasus, penyakit apendisitis terkadang bisa lebih sering
terjadi pada orang yang pernah mengalami cedera di perut dan memiliki riwayat
penyakit yang sama di keluarganya.
Kelompok orang yang berisiko ini tentu harus rutin cek kesehatan ke
dokter guna memantau perkembangan apendisitis serta menerima perawatan
medis yang sesuai. Dengan begitu, risiko terjadinya apendisitis juga dapat
dicegah sedini mungkin.
Pada dasarnya, memang tidak ada cara yang bisa 100% mencegah usus
buntu. Namun, dengan menerapkan beberapa cara di atas, risiko Anda untuk
terkena penyakit usus buntu bisa berkurang.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN APPENDICITIS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama Anak : An. A
Tempat/Tanggal lahir : Manado, 11 desember 2014
Usia : 9 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Anak Ke 1 Dari 2 Bersaudara
Tanggal Masuk/Jam : 22 Feberuari 2023/07.24 WITA
Diagnosa Medis : Appendisitis
No. RM : 01240517

II. NAMA PENANGGUNG JAWAB


Nama Penanggung jawab : Ny. W
Usia Penanggung jawab : 38 Tahun
Hubungan dengan klien : Ibu
Agama : Kristen
Suku /Bangsa : Minahasa
Alamat : Gogagoman, kec. Kotamobagu barat
Pendidikan : SMA Sederajat

III. RIWAYAT KESEHATAN


3.1 Riwayat penyakit sekarang
 Keluhan utama saat dikaji
Klien mengatakan bahwa nyeri dirasakan diperut kanan bawah, nyeri
dirasakan saat beraktivitas dan istirahat, nyeri semakin meningkat ketika
beraktivitas
 Lama keluhan
Ibu Klien mengatakan keluhan dirasakan sejak 1 hari sebelum masuk
rumah sakit
 Sifat keluhan
Ibu klien mengatakan keluhan dirasakan secara terus-menerus
 Mulai timbul keluhan
Ibu klien mengatakan keluhan mulai timbul sejak 1 hari yang lalu
 Keluhan yang menyertai saat dikaji
Ibu klien mengatakan An. A mulai mual muntah serta demam sejak 1 hari
yang lalu
 Faktor pencetus
Adanya infeksi cacing atau parasit sehingga terjadi pembesaran kelenjar
getah bening di dinding saluran cerna.
 Alasan utama saat masuk rumah sakit
Ibu klien mengatakan alasan utama masuk Rumah Sakit, karena An. A
mengeluh nyeri disertai mual, muntah serta demam dengan suhu 39
derajat celcius
 Upaya untuk mengatasi
Ibu klien memberikan paracetamol untuk menurunkan demam

3.2 Riwayat Kesehatan Keluarga


Klien mengatakan di dalam anggota keluarga tidak ada yang memiliki
penyakit Hipertensi, Diabetes, Appendicitis dan penyakit yang bersifat
turun temurun lainnya.
GENOGRAM

Keterangan

: Laki-laki

: Perempuan

: Pasien Laki-laki
: Garis Keturunan

………….. : Tinggal Serumah

3.3 Riwayat Aktivitas Sehari-hari/Pola Fungsi Kesehatan


A. Pola nutrisi dan metabolisme (Makanan)
KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
Frekuensi Ibu klien mengatakan Ibu klien mengatakan
frekuensi makan An. A frekuensi makan An. A
makan 3 kali dalam makan 2 kali sehari
sehari
Jenis Nasi, ikan, sayur, tahu, Bubur, ikan, sayur, dan
tempe, roti, buah dan buah
wafer
Porsi 1 Piring 1/2 piring
Keluhan Tidak ada Tidak nafsu makan dan
muntah
Makanan Pantangan Tidak ada Tidak ada

Pola nutrisi dan metabolisme (Minuman)


KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
Frekuensi Ibu klien mengatakan Ibu klien mengatakan
frekuensi minum 7x frekuensi minum 7x
sehari sehari
Jenis Air Putih dan Susu Air Putih
Porsi 1 Gelas 1 Gelas
Keluhan Tidak ada Tidak ada
Minuman Pantangan Tidak ada Tidak ada

B. Pola Eliminasi Urine


KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
Frekuensi Ibu klien mengatakan Ibu klien mengatakan
frekuensi BAK 6-7 kali frekuensi BAK 6-7 kali
sehari sehari
Pancaran Lancar dan cepat Lancar dan cepat
Jumlah 450 ml 450 ml
Bau Tidak Berbau Berbau
Warna Kuning Jernih Kuning Jernih
Perasaan setelah BAK Lega Lega
Total Produksi Urine 2,3 L 2,3 L

Pola Eliminasi Alvi (BAB)


KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
Frekuensi Ibu klien mengatakan Ibu klien mengatakan
frekuensi BAB 1 kali frekuensi BAB 1 kali
sehari sehari
Konsistensi Lunak Lunak
Warna Kuning khas feses Kuning khas feses
Keluhan Tidak ada Tidak ada

C. Pola aktivitas dan kebersihan diri


KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
Mobilitas rutin Ibu klien mengatakan Ibu klien mengatakan
sebelum sakit pasien untuk melakukan
melakukam aktivitas aktivitas klien dibantu
sehari hari dengan oleh orang tuanya
bermain bersama teman
sebayanya.
Waktu senggang Ibu klien mengatakan Ibu klien mengatakan
sebelum sakit klien saat sakit klien hanya
biasanya mengisi waktu bisa terbaring ditempat
senggang dengan tidur
menonton tv dan bermain
dengan teman sebayanya
Mandi Ibu klien mengatakan Ibu klien mengatakan
klien mandi 2 kali sehari saat sakit klien tidak
secara mandiri mampu membersihkan
dirinya sendiri
Berpakaian Ibu klien mengatakan Ibu klien mengatakan
sebelum sakit klien bisa saat sakit klien tidak
berpakaian sendiri mampu berpakaian
sendiri dan harus dibantu
oleh keluarga
Berhias Ibu klien mengatakan Ibu klien mengatakan
sebelum sakit klien saat sakit tidak lagi
selalu berhias diri sendiri berhis diri
Toileting Ibu klien mengatakan Ibu klien mengatakan
sebelum sakit klien bisa saat sakit klien tidak
cebok sendiri mampu cebok sendiri
Makanan/minuman Ibu Klien mengatakan Ibu klien mengatakan
sebelum sakit klien bisa saat sakit masih bisa
makan dan minum makan dan minum
sendiri sendiri
Tingkat Klien mengatakan Klien mengatakan saat
ketergantungan sebelum sakit klien tidak sakit klien sangat
bergantung kepada bergantung pada
keluarga dan semua keluarga karena tidak
aktivitas bisa dilakukan bisa lagi beraktivitas
sendiri sendiri

D. Pola Istirahat Tidur

AKTIVITAS SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT

Jumlah Jam Tidur Ibu klien mengatakan Ibu klien mengatakan


Siang sebelum sakit klien saat sakit klien tidak
memiliki jam tidur siang tidur siang
1 jam dalam sehari

Jumlah Jam Tidur Ibu klien mengatakan Ibu klien mengatakan


Malam sebelum sakit klien saat sakit klien memiliki
memiliki jam tidur jam tidur malam8-9 jam
malam8-9 jam dalam dalam sehari
sehari

Pengantar Tidur Klien mengatakan Tidak ada


sebelum sakit klien
sering menonton
YouTube sebelum tidur
Gangguan Tidur Tidak ada Ibu klien mengatakan
klien tidak nyaman
dengan kondisinya
karena rasa nyeri
dibagian perut sebelah
kanan bawah sehingga
susah tidur
Perasaan Waktu Merasa segar bugar dan Masih merasa lemas dan
Bangun tubuh terasa veet tidak bergairah

E. Kognitif dan Persepsi


Pasien belum bisa memahami penjelasan sakit yang dialaminya. Pasien
ketika dipanggil menoleh, ketika diajak bicara dapat memberikan respon.
Pasien juga bisa menyebutkan namanya. Pasien akan menangis ketika dirinya
merasa tidak nyaman dan mengeluh sakit. Orang tua pasien tidak mengalami
masalah dengan penglihatan, pendengaran, sentuhan, tidak mengalami
kesulitan dalam membuat keputusan karena orang tua mampu memutuskan
untuk dilakukan tindakan operasi kepada An. A.

F. Konsep Diri
 Gambaran diri: Ibu klien mengatakan selama sakit klien cenderung diam
 Peran diri : Ibu klien mengatakan klien sebagai anak
 Identitas diri : Ibu klien mengatakan klien sebagai anak pertama dari
bersaudara
 Ideal diri : Ibu klien mengatakan klien ingin cepat sembuh dan
pulang kerumah
 Harga diri : Ibu klien mengatakan klien sangat disayangi dan selalu di
rawat oleh orangtuanya
G. Psikologis
Ibu klien mengatakan selalu memahami klien agar klien tidak merasa
takut.
H. Nilai dan kepercayaan
 Sebelum sakit : Ibu klien mengatakan klien selalu beribadah di
gereja bersama keluarganya
 Saat sakit : Ibu klien mengatakan di rumah sakit hanya bisa berdoa
ditempat tidur saja

IV. PEMERIKSAAN FISIK


3.1 Status Kesehatan Umum
Keadaan umum: Klien tampak dalam kondisi sakit
Tingkat kesadaran: Composmentis dengan hasil pemeriksaan (V=6, M=5,
E=4 total 15)
3.2 Tanda-Tanda Vital
a. TD : 106/62 mmHg
b. Suhu: 390C
c. Nadi: 112 x/menit
d. Respiratory: 38x/menit
3.3 Pengukuran pertumbuhan
a. Berat badan: 19kg
b. Tinggi badan: 110cm
c. Lingkar kepala: 43cm
d. Lingkar dada: 60cm

1. Kepala dan Rambut


a. Inspeksi
 Bentuk kepala : Mesochepal
 Pergerakan kepala : Normal
 Kebersihan rambut : Rambut berwarna hitam, bersih, tidak ada lesi.
 Ekspresi wajah : Tampak cemas
b. Palpasi
 Masa tumor : Tidak ada
 Nyeri tekan : Tidak ada
 Tekstur rambut : Halus

2. Mata
a. Inspeksi
 Struktur luar mata : Mata kanan dan kiri simetris, konjungtifa
anemis, sklera tidak ikretik, tidak ada pembesaran pupil, tidak ada
secret.
 Bentuk bola mata : Bentuk sempurna
 Pergerakan bola mata : Normal, bola mata klien bisa digerakan kearah
manapun
 Reflex cahaya : Pupil berbentuk bulat dan sama besar sehingga
saat terkena cahaya pupil mata akan mengecil
 Penglihatan : Normal dan penglihatan tajam

3. Hidung
a. Inspeksi
 Struktur luar : Bentuk hidung mancung,kedua lubang
hidungsimestris, dan tampak bersih
 Polip : Tidak terdapat polip di hidung klien
 Pengeluaran secret : Tidak ada sekret di hidung klien
 Fungsi Penciuman : Normal
b. Palpasi
 Nyeri Tekan : Tidak ada
 Ada tidaknya benjolan : Tidak ada

4. Telinga
a. Inspeksi
 Struktur Luar Telinga: Bentuk kedua telinga simetris, tampak bersih,
tidak ada cairan/nanah
 Fungsi Pendengaran: Normal
 Pengeluaran Secret: Tidak terdapat secret
b. Palpasi
 Nyeri tekan: Tidak ada

5. Pemeriksaan Mulut dan Faring


 Keadaan Bibir : Mulut dan gigi tampak bersih
 Keadaan Gusi : Normal dan tidak ada peradangan digusi
 Keadaan Mukosa Mulut: Tampak kering dan pecah-pecah
 Keadaan Lidah : Tampak kotor
 Nyeri Menelan : Tidak ada nyeri saat menelan
6. Pemeriksaan Kulit Dan Kuku
a. Inspeksi
 Perubahan Warna Kulit: Tidak ada
 Keadaan Kulit : Lembab
 Kelainan Kulit : Tidak ada
 Keadaan Kuku : Berwarna merah muda
 Kelainan Kuku : Tidak ada
b. Palpasi
 Suhu Kulit : 39°C
 Turgor Kulit : 3 detik
 Status Sensorik : Normal
 Kelainan Kulit : Tidak ada

7. Pemeriksaan Leher
a. Inspeksi
 Pergerakan Leher : Normal, leher klien bisa digerakkan ke arah
depan, samping, dan belakang
 Pembesaran Kelenjar Tiroid/Limfe : Tidak Terdapat Pembesaran
Kelenjar Tiroid
 Perubahan Warna Kulit : Tidak ada
 Distensi Vena Jugularis : Normal
 Kaku kuduk : Tidak ada kekakuan di bagian leher saat
digerakkan
b. Palpasi
 Kelenjar Tiroid/Limfe : Tidak ada
 Masa Tumor : Tidak ada
 Nyeri Tekan : Tidak ada

8. Pemeriksaan Thorax
a. Inspeksi
 Bentuk Dada : Bentuk dada simetris kiri dan kanan
 Pembesaran Dada : Tidak ada
 Pola Nafas : Frekuensi pernafasan 24x/menit
 Retraksi: Tidak ada
 Pernafasan Cuping Hidung : Tidak ada
b. Palpasi
 Restitusi Raba : Restitusi normal
 Masa Tumor : Tidak ada
 Nyeri Tekan: Tidak ada
c. Perkusi
 Bunyi dan Vibrasi yang dihasilkan : Sonor
d. Auskultasi
 Suara Nafas : Vesikuler (terdengar di semua lapang paru yang
normal, bersifat halus, nada rendah, inspirasi lebih panjang dari
ekspirasi)
 Suara Nafas Tambahan: Tidak ada
 Suara Jantung: Terdengar suara S1 dan S2 (lub-dub) irama jantung
normal

9. Pemeriksaan Abdomen
a. Inspeksi
 Bentuk Abdomen : Bentuk abdomen rata
 Warna : Sawo matang
 Jaringan Parut : Terdapat jaringan parut dibagian perut
 Kemerahan/Lesi : Tidak ada
 Umbilicus : Tidak Menonjol
 Kelainan : Tidak ada
b. Palpasi
 Masa Tumor : Tidak ada
 Nyeri Tekan : Terdapat nyeri tekan kuadran kanan
bawah
c. Perkusi
 Bunyi yang dihasilkan : Bunyi redup
d. Auskultasi
 Bising Usus : 15x/menit

10. Pemeriksaan Ekstremitas


a. Ekstremitas Atas: Kuku bersih berwarna merah muda, panjang simetris dan
tangan kiri terpasang infus ringer laktat (RL)
b. Ekstremitas Bawah : Kaki kiri dan kaki kanan normal, tidak ada edema,
kekuatan otot kiri dan kanan menurun

11. Penilaian Tingkat Nyeri


Provokatif (P) : Nyeri ketika aktivitas
Quality (Q) : Seperti ditusuk-tusuk
Region (R): Kuadran kanan bawah
Scale (S) : Sangat nyeri skala 7
Time (T) : Terus menerus

12. Pemeriksaan Diagnostik


a. Foto Rontgen :-
b. USG : Gambaran appendicitis akut disertai
periappendicular fluid collection
c. EKG :-
d. CT-Scan :-
e. Laboratorium :
JENIS PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN
HEMATOLOGI
Hemoglobin 12.8 10.7-14.7

Hematokrit 38.6 33.0-45.0

Leukosit 21.23 5.00-1450


5.0 4.4-5.9
Eritrosit 305 181-521
Trombosit
Hitung Jenis Leukosit 0.0 1.0-5.0

Eosinofil % 0.1 0-1

Basofil % 91.6 50-70

Neutrofil % 5.0 25-50

Limfosit % 5.0 1-6

Monoit % 0.4

IG % 31.6

Netrofil Limfosit Ratio 610

Absolut Limfosit Count 69;0-93.0


77.7
Index Eritrosit 22.0-34.0
25.8
MCV 32.0-36.0
33.2
MCH
O/Positif
MCHC
Golongan Darah 9.3-11.4
10.6
PPT
PT

13. Pengobatan dan Perawatan


a. Pengobatan/theraphy yang diprogramkan
a) Metronidazole 3x250 mg obat antibiotik untuk mencegah infeksi
b) Cefotaxime 2x500 mg obat antibiotik untuk mencegah infeksi
c) Paracetamol 3x200 mg obat anti nyeri dan penurun demam
d) Dexamethasone 2,5 mg ekstra, obat anti inflamasi nonsteroid untuk
mencegah perdangan dan anti inflamasi
e) Dexamethasone 3x5 mg, obat anti inflamasi nonsteroid untuk mencegah
perdangan dan anti inflamasi
b. Perawatan yang diprogramkan
a) Memenuhi kebutuhan nutrisi
b) Memotivasi pasien untuk makan
c) Mengobservasi vital sign secara teratur

A. ANALISA DATA

NO ANALISA DATA MASALAH ETIOLOGI


1. Data Subyektif Hipertermia Hiperplasi jaringan
 Ibu klien limfoid, Fekalit, Tumor
mengatakan appendiks, Infeksi
badan An. A parasite, Makanan rendah
terasa panas serat, Konstipasi
 Ibu klien
mengatakan An.
Appendicitis
A kesulitan tidur
pada malam hari

Pre-operasi
Data Obyektif :
 Suhu badan 39°C
 Tekanan darah Usus buntu tersumbat
106/65 mmHg feses, kanker, benda asing
 Klien tampak
lemah
Peradangan pada jaringan
usus

Kerusakan kontrol suhu


terhadap inflamasi

Hipertermia
2. Data Subyektif Nyeri Akut Hiperplasi jaringan
 Klien limfoid, Fekalit, Tumor
mengatakan appendiks, Infeksi
nyeri pada perut parasite, Makanan rendah
Data Obyektif : serat, Konstipasi
 Klien tampak
meringis
Appendicitis
 Klien tampak
gelisah
 Nadi 112 x/menit Pre-operasi
 Respirasi
24x/menit
 P : nyeri ketika Usus buntu tersumbat

aktivitas feses, kanker, benda asing

 Q : Seperti
ditusuk-tusuk
Sekresi mucus berlebih
 R : Kuadran
pada lumen appendiks
kanan bawah
 S:7
 T : Terus Appendiks terenggang
menerus

Nyeri Akut
3. Data Subyektif : Ansietas Hiperplasi jaringan
 Klien limfoid, Fekalit, Tumor
mengatakan takut appendiks, Infeksi
pada penyakitnya parasite, Makanan rendah
Data Obyektif : serat, Konstipasi
 Klien tampak
gelisah, tegang Appendicitis

dan selalu ingin


ditemani oleh
Pre-operasi
ibunya
Kekhawatiran
mengetahui kegagalan

Ansietas

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Hipertermia (D.0130) b/d proses penyakit d/d klien mengatakan badan


terasa panas, kesulitan tidur pada malam hari, suhu badan 39°C, tekanan
darah 106/65 mmHg, klien tampak lemah
2. Nyeri Akut (D.0077) b/d agen pencedera fisiologis d/d klien tampak
meringis dan gelisah.
3. Ansietas (D.0080) b/d kekhawatiran mengalami kegagalan d/d pasien klien
tampak tegang dan gelisah

C. TUJUAN DAN INTERVENSI KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI


KEPERAWATAN KEPERAWATAN KEPERAWATAN
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
1. Hipertermia(D.0130) b/d Setelah dilakukan Manajemen
proses penyakit d/d klien tindakan keperawatan hipertermia (l.15506)
mengatakan badan terasa selama 1x24 jam Observasi :
panas, kesulitan tidur diharapkan termogulasi (  Identifikasi
pada malam hari, suhu L.14134) membaik penyebab
badan 39°C, tekanan dengan kriteria hasil : hipertermia
darah 106/65 mmHg, (mis. dehidrasi,
klien tampak lemah  Suhu tubuh terpapar
membaik (5) lingkungan
 Suhu kulit panas,
membaik (5) penggunaan
 Tekanan darah incubator)
membaik (5)  Monitor suhu
tubuh
 Monitor kadar
elektrolit
 Monitor
haluaran urine
 Monitor
komplikasi
akibat
hipertemia
Terapeutik :
 Sediakan
lingkungan
yang dingin
 Longgarkan
atau lepaskan
pakaian
 Basahi dan
kipasi
permukaan
tubuh
 Berikan cairan
oral
 Ganti linen
setiap hari atau
lebih sering
jika mengalami
hyperhidrosis
(keringat
berlebih)
 Lakukan
pendinginan
eksternal (mis.
Selimut
hipotermia
atau kompres
dingin pada
dahi, leher,
dada,
abdomen,
aksila)
 Hindari
pemberian
antipiretik atau
aspirin
Edukasi :
 Anjurkan tirah
baring
Kolaborasi :
 Kolaborasi
pemberian
cairan dan
elektrolit
intravena, jika
perlu
2. Nyeri Akut (D.0077) b/d Setelah dilakukan Manajemen Nyeri (I.
agen pencedera fisiologis tindakan keperawatan 08238)
d/d klien tampak selama 1x24 jam
meringis dan gelisah. diharapkan tingkat Observasi :
nyeri(L.08066) menurun  Identifikasi
dengan kriteria hasil : lokasi,
 Keluhan nyeri karakteristik,
menurun (5) durasi,
 Meringis frekuensi,
Menurun (5) kualitas,
 Gelisah menurun intensitas nyeri
(5)  Identifikasi
skala nyeri
 Identifikasi
respon nyeri
non ferbal
 Identifikasi
faktor yang
memperberat
dan
meringankan
nyeri
 Identifikasi
pengaruh nyeri
pada kualitas
hidup
 Monitor efek
samping
penggunaan
analgetik.
Terapeutik :
 Berikan teknik
non
farmakologis
untuk
mengurangi
rasa nyeri (mis,
TENS,
hipnosis,
akupresur, dll)
 Kontrol
lingkungan
yang
memperberat
rasa nyeri (mis,
suhu, ruangan,
pencahayaan,
kebisingan.
 Fasilitasi
istirahat dan
tidur
 Pertimbangkan
jenis dan
sumber nyeri
dalam
pemilihan
strategi
meredakan
nyeri
Edukasi :
 Jelaskan
penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri
 Jelaskan
strategi
meredakan
nyeri
 Anjurkan
memonitor
nyeri secara
mandiri
 Anjurkan
menggunakan
analgetik
secara tepat
 Ajarkan teknik
non
farmakologis
untuk
mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi :
 Kolaborasi
pemberian
analgetik, Jika
perlu

3. Ansietas (D.0080) b/d Setelah dilakukan Reduksi Ansietas


kekhawatiran mengalami tindakan keperawatan (I.09314)
kegagalan d/d pasien selama 1x8 jam Observasi :
klien tampak tegang dan diharapkan tingkat  Identifikasi
gelisah ansietas saat tingkat
(L.09093)menurun ansietas
dengan kriteria hasil : berubah (mis:
 Verbalisasi kondisi, waktu,
kebingungan stresor)
menurun (5)  Identifikasi
 Perilaku gelisah kemampuan
menurun (5) mengambil
 Perilaku tegang keputusan
menurun (5)  Monitor tanda-
 Konsentrasi tanda ansietas
membaik (5) (verbal dan
nobverbal)
Terapeutik :
 Ciptakan
suasana
terapeutik
untuk
menumbuhkan
kepercayaan
 Temani pasien
untuk
mengurangi
kecemasan,
jika
memungkinkan
 Pahami situasi
yang membuat
ansietas
 Dengarkan
dengan penuh
perhatian
 Gunakan
pendekatan
yang tenang
dan
meyakinkan
 Motivasi
mengidentifika
si situasi yang
memicu
kecemasan
 Diskusikan
perencanaan
realistis
tentang
peristiwa yang
akan datang
Edukasi :
 Jelaskan
prosedur,
termasuk
sensasi yang
mungkin
dialami
 Informasikan
secara faktual
mengenai
diagnosis,
pengobatan,
dan prognosis
 Anjurkan
keluarga untuk
tetap bersama
pasien, jika
perlu
 Anjurkan
mengungkapka
n perasaan dan
persepsi
 Latih kegiatan
pengalihan
untuk
mengurangi
ketegangan
Kolaborasi :
 Kolaborasi
pemberian obat
antiansietas,
jika perlu

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis dan merupakan
penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini mengenai semua umur
baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia
10 sampai 30 tahun. Apendiksitis terbagi menjadi 2 yaitu apendiksitis akut dan
apendisitis kronik. Apendiksitis akut dapat disebabkan oleh trauma, misalnya
pada kecelakaan atau operasi, tetapi tanpa lapisan eksudat dalam rongga maupun
permukaan apendiks. Apendiksitis kronik biasanya disebabkan oleh penyumbatan
lumen apendiks. Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi
mukosa apendiks mengalami bendungan.
Semakin lama mukus tersebut semakin banyak, namun elasitas dinding
apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan
intra lumen. Oleh karena itu perlu perhatian khusus yang memiliki penyakit
apendisitis untuk Melakukan perawatan pada luka dengan cara mamantau
keadaan luka, melakukan penggatian balutan (ganti verban) dan mencegah
terjadinya infeksi. Penggunaan therapy antibiotic topical pada luka apendisitis
seperti metrodinazole sangat efektif untuk membunuh bakteri yang dapat menim
bulkan bau (Gitaraja, 2004).

B. Saran

1. Saran Bagi Mahasiswa

Bagi system keilmuan khususnya bagi ilmu keperawatan diharapkan dapat


meningkatkan ketersediaan teori-teori mengenai asuhan keperawatan pada klien
dengan luka apendisitis. Hal ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi
untuk dijadikan pedoman bagi pelaksanaan asuhan keperawatan apendisitis
perforasi dan bermanfaat untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
dimasa yang akan datang.

2. Saran Bagi Pelayanan

Diharapkan dalam perawatan luka apendisitis perawat dapat


mengembangkan keterampilan kliniknya dalam melakukan asuhan keperwatan
khususnya apendisitis perforasi, pihak manajemen rumah sakit diharapkan juga terus
memfasilitasi pelaksanaan asuhan keperawatan dengan sarana dan prasarana yang
memadai, dan terus mendukung keterampilan perawat dengan meningkatkan
aktivitas pelatihan dan kegiatan-kegiatan ilmiah lainnya yang dapat diikuti perawat
secara berjunjung dan berkesinambungan

DAFTAR PUSTAKA

Elizabeth, J, Corwin. (2009). Buku saku Fatofisiologi, EGC, Jakarta.

Fatma (2010). Askep Appendiksitis. Diakses


http://fatmazdnrs.blogspot.com/2010/08/askep appendicitis.html pada
tanggal 09 Mei 2012.
Johnson, M.,et all, 2002, Nursing Outcomes Classification (NOC) Second
Edition, IOWA Intervention Project, Mosby.

Mansjoer, A. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media


Aesculapius FKUI

Mc Closkey, C.J., Iet all, 2002, Nursing Interventions Classification (NIC)


second Edition, IOWA Intervention Project, Mosby.

NANDA, 2012, Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi.

Nuzulul. (2009). Askep Appendiksitis. Diakses


http://nuzulul.fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35840- Kep
%20Pencernaan Askep%20Apendisitis.html tanggal 09 Mei 2012.

Smeltzer, Bare (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner &
suddart. Edisi 8. Volume 2. Jakarta, EGC

Anda mungkin juga menyukai