v
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Apendisitis merupakan infeksi bakteria yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor
pencetusnya, namun sumbatan Lumen apendiks merupakan faktor yang diajukan sebagai
pencetus disamping Hyperplasia jaringan limfoid, tumor Apendiks, dan cacing askaris
dapat menyebabkan sumbatan. Apendisitis adalah erosi mukosa apendisitis karena parasit
seperti E.histolytica. Penelitian epidemiologi menunjukan peran kebiasaan makan
makanan rendah serat mempengaruhi terjadinya konstipasi yang mengakibatkan
timbulnya apendisitis. Konstipasi akan menaikan tekanan Intrasekal, yang berakibat
timbulnya sumbatan fungsional apendisitis dan meningkatnya pertumbuhan kuman Flora
kolon biasa (Adhar, Lusia & Andi, 2018).
Angka kejadian Apendisitis menurut World Health Organization (WHO), data dari
35.539 pasien bedah dirawat di Unit Perawatan Intensif, di antaranya 8.622 pasien
(25,1%) mengalami masalah kejiwaan dan 2,473 pasien (7%) mengalami kecemasan
(WHO, 2017). Angka kejadian Apendisitis berdasarkan data Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia pada tahun 2017 sebesar 596.132 orang dengan persentase 3.36%
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2017). Pada tahun 2018 menempati urutan
ke 4 terbanyak di indonesia dengan jumlah pasien rawat inap sebanyak 28.040 (Depkes
RI,2018 )
Desain penelitian menggunakan metode experimental dengan desain studi true
eksperimen. Populasi dalam penelitian adalah semua pasien post operasi appendicitis di
RSUD Waikabubak Sumba Barat-NTT sebanyak 60 orang pada bulan april 2017, sampel
dalam penelitian ini dalah sebanyak 40 orang pasien post operasi appendicitis di RSUD
Waikabubak Sumba Barat- NTT. Pengambilan data awal yang dilakukan penelitian di
RSUD Waikabubak tahun 2020 didapatkan data angka kejadian appendicitis dari bulan
januari-juni 2019 menempati urutan pertama dengan jumlah kasus 234 kasus
appendicitis. Angka kejadian appendicitis dari tahun ke tahun mengalami peningkatan,
pada tahun 2017 jumlah kasus sebanyak 293, tahun 2018 jumlah kasus sebanyak 480, dan
tahun 2019 jumlah kasus bertambah sebanyak 540 kasus.
1
Apendisitis bisa terjadi pada semua usia namun jarang terjadi pada usia dewasa
akhir dan balita, kejadian Apendisitis ini meningkat pada usia remaja dan dewasa. Usia
20–30 Tahun bisa dikategorikan sebagai usia produktif, dimana orang yang berada pada
usia tersebut melakukan banyak sekali kegiatan. Hal ini menyebabkan orang tersebut
mengabaikan nutrisi makanan yang dikonsumsinya. Akibatnya terjadi kesulitan buang air
besar yang akan menyebabkan peningkatan tekanan pada rongga usus dan pada akhirnya
menyebabkan sumbatan pada saluran apendisitis (Adhar, Lusia & Andi, 2018).
Kebiasaan pola makan yang kurang dalam mengkonsumsi serat yang berakibat timbulnya
sumbatan fungsional apendisitis dan meninggkatkan pertumbuhan kuman, sesingga
terjadi peradangan pada apendisitis (Adhar, Lusia & Andi, 2018).
Kecemasan (ansietas) adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan
ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami
gangguan dalam menilai realitas, kepribadian masih tetap utuh, Perilaku dapat terganggu
tetapi masih dalam batas-batas normal (Hawari,H.D, 2013). Dampak Ansietas
(Kecemasan) pada penderita apendisitis, misalnya penderita apendisitis mengalami
ansietas (kecemasan) akan memperlama proses penyembuhan, akan mengakibatkan stres,
takut dan gangguan jiwa bahkan mengakibatkan kematian.
Peran perawat terhadap penyakit Apendisitis Akut adalah memberikan asuhan
keperawatan yang efektif dan mampu ikut serta dalam upaya kuratif yaitu memberikan
pengobatan kepada pasien. Maka dari itu, penulis tertarik untuk menulis proposal asuhan
keperawatan pada pasien Apendisitis Akut di Bangsal A Rumah Sakit Kristen Lende
Moripa Kabupaten Sumba Barat.
2
B. Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran asuhan keperawatan jiwa pada pasien Apendisitis Akut dengan
kecemasan dalam pemenuhan kebutuhan psikososial
3
Gambar 2.1: Anatomi dan Fisiologi Apendisitis
Sumber: (Wedjo,2019).
7
striktutur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya, atau neoplasma. Obstruksi
tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan. Makin
lama mukus tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai
keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intralumen. Tekanan yang
meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema,
diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi apendisitis akut fokal
yang ditandai oleh nyeri epigastrium. Apabila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan
akan terus meningkat. Hal tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema
bertambah, dan bakteri akan menembus dinding. Peradangan yang timbul meluas dan
mengenai peritonium setempat sehingga menimbulkan nyeri di daerah kanan bawah.
Keadaan ini disebut dengan apendisitis supuraktif akut. Apabila kemudian aliran
arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti dengan gengren.
Stadium disebut dengan apendisitis. Bila dinding yang rapuh itu pecah, akan terjadi
apendisitis perforasi (Wedjo, 2019).
Apendiks terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat terlipat atau
tersumbat kemungkinan oleh fekalit (massa keras dari feses) atau benda asing. Proses
inflamasi meningkatkan tekanan intraluminal, menimbulkan nyeri abdomen atas atau
menyebar hebat secara progresif, dalam beberapa jam terlokalisasi dalam kuadran
kanan bawah dari abdomen (Munir, 2011). Situasi tersebut diatas dapat dan
kurangnya pengetahuan persepsi pasien tentang penyakit apendisitis mengakibatkan
masalah keperawatan kecemasan. Kecemasan menjadi suatu beban berat yang
menyebabkan individu hidupnya tersebut terbayang-bayang cemas berkepanjangan.
Pasien yang mengalami cedera atau menderita penyakit kritis, seringkali mengalami
kesulitan mengontrol lingkungan dan perawatan diri dapat menimbulkan tingkat
kecemasan. Kecemasan timbul sebagai respons fisiologi maupun psikologi artinya
kecemasan terjadi ketika seseorang terancam baik secara fisik maupun psikologi
(Lubis,2016)
8
dan mengakui adanya Tuhan yang Maha Esa, memiliki pandangan hidup, dorongan hidup
yang sejalan, dengan sifat religius yang dianutnya.
14