Anda di halaman 1dari 14

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN


APPENDICITIS AKUT DENGAN KECEMASAN DALAM
PEMENUHAN KEBUTUHAN PSIKOSOSIAL
DI BANGSAL A RUMAH SAKIT KRISTEN LENDE MORIPA
KABUPATEN SUMBA BARAT

DEBORA DADA TODU


P0530321219709
PENDAHULUAN
 Latar Belakang
 Apendisitis merupakan infeksi bakteria yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor
pencetusnya, namun sumbatan Lumen apendiks merupakan faktor yang diajukan sebagai
pencetus disamping Hyperplasia jaringan limfoid, tumor Apendiks, dan cacing askaris dapat
menyebabkan sumbatan.
 Angka kejadian Apendisitis menurut World Health Organization (WHO), data dari 35.539
pasien bedah dirawat di Unit Perawatan Intensif, di antaranya 8.622 pasien (25,1%)
mengalami masalah kejiwaan dan 2,473 pasien (7%) mengalami kecemasan (WHO, 2017).
Angka kejadian Apendisitis berdasarkan data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
pada tahun 2017 sebesar 596.132 orang dengan persentase 3.36% (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2017). Pada tahun 2018 menempati urutan ke 4 terbanyak di indonesia
dengan jumlah pasien rawat inap sebanyak 28.040 ( Depkes RI,2018 .)
 Di NTT pada tahun 2009 jumlah kunjungan penderita Apendisitis rawat jalan di rumah sakit
adalah 2.904. Data Dinas Kesehatan Sumba Timur menunjukan bahwa jumlah penderita
Apendisitis pada tahun 2009 sebanyak 408 orang dan tahun 2010 meningkat menjadi 864
orang ( Dinkes Provinsi NTT,2011).
 Dampak Ansietas (Kecemasan) pada penderita apendisitis, misalnya penderita apendisitis
mengalami ansietas (kecemasan) akan memperlama proses penyembuhan, akan
mengakibatkan stres, takut dan gangguan jiwa bahkan mengakibatkan kematian.
 Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran asuhan keperawatan jiwa pada pasien Apendisitis Akut dengan
kecemasan dalam pemenuhan kebutuhan psikososial?
 Tujuan Studi Kasus
Menggambarkan asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan apendisitis akut dengan
kecemasan dalam pemenuhan kebutuhan psikososial.
 Manfaat Studi Kasus
1. Institusi Pelayanan Kesehatan
2. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan teknologi keperawatan
3. Individu
4. Penulis
KONSEP DASAR PENYAKIT APPENDICITIS AKUT

 Definisi Appendicitis Akut


Apendisitis merupakan penyebab yang paling umum dari inflamasi akut kuadran kanan bawah
abdomen dan penyebab yang paling umum dari pembedahan abdomen darurat. (Baughman,
Hackley, 2016).
Apendisitis adalah proses peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbi cacing atau
disebut Apendiks. Infeksi ini dapat mengakibatkan komplikasi apabila tidak segera
mendapatkan tindakan bedah segera untuk penanganannya. Menurut Wim de Jong et all.
(2005)

 Etiologi Apendisitis akut


Menurut Jay dan Marks (2016), etiologi apendisitis yaitu sebagai berikut :
• Penyebab terjadinya apendisitis dapat terjadi karena adanya makanan keras (biji-bijian) yang
masuk ke dalam usus buntu dan tidak bisa keluar lagi. Setelah isi usus tercemar dan usus
meradang timbullah kuman-kuman yang dapat memperparah keadaan tadi.
• Mucus maupun feses kemudian mengeras seperti batu (fekalit) lalu menutup lubang
penghubung antara apendiks dengan caeceum.
• Apendisitis disebabkan oleh adanya obstruksi yang diakibatkan juga karena gaya hidup
manusia yang kurang dalam mengkonsumsi makanan tinggi serat.
 Anatomi Fisiologi
1. Anatomi
Apendisitis merupkan organ yang berbentuk tabung dengan panjang kira-kira 10 cm dan
berpangkal pada sekum. Apendiks pertama kali tampak saat perkembangan embriologi
minggu ke delapan yaitu bagian ujung dari protuberans sekum.
2. Fisiologi
Apendisitis menghasilkan lendir 1-2 ml per hari. Lendir itu secara normal dicurahkan ke
dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan aliran lendir di muara apendisitis
tampaknya berperan pada patogenesis apendisitis.
 Patofisiologi Apendisitis Akut
Appendicitis terjadi karena penyumbatan lumen apendiks oleh hyperplasia folikel limfoid,
fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya, atau neoplasma.
Obstruksi tersebut menyebabkan mucus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan.
Makin lama mucus tersumbat makin banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai
keterbatasan sehingga menyebabkan piningkatan tekanan intralumen. Tekanan yang
meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapedesis
bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi appendicitis akut fokal yang ditandai
oleh nyeri epigastrium. Bila sekresi mucus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat.
Situasi tersebut diatas dapat dan kurangnya pengetahuan persepsi pasien tentang penyakit
apendisitis mengakibatkan masalah keperawatan kecemasan.
 pathway
 Manifestasi Klinis
Menurut Baughman dan Hackley (2016), manifestasi klinis apendisitis meliputi :
1. Nyeri kuadran bawah biasanya disertai dengan demam derajat rendah, mual dan seringkali
muntah.
2. Pada titik McBurney (terletak dipertengahan antara umbilicus dan spina anterior dari ilium)
nyeri tekan setempat karena tekanan dan sedikit kaku dari bagian bawah otot rektus kanan.
3. Nyeri alih mungkin saja ada, letak apendiks mengakibatkan sejumlah nyeri tekan, spasm otot,
dan konstipasi atau diare kambuhan.
4. Tanda rovsing (dapat diketahui dengan mempalpasi kuadran kanan bawah, yang menyebabkan
nyeri pada kuadran kiri bawah).
5. Jika terjadi rupture apendiks, maka nyeri akan menjadi lebih melebar; terjadi distensi
abdomen akibat ileus paralitik dan kondisi memburuk.
 Komplikasi
1. Komplikasi utama adalah perforasi Apendiks yang dapat menyebabkan peritonitis
pembentukan abses (tertampungnya materi purulen), atau flebilitis portal.
2. Perforasi biasanya terjadi setelah 24 jam setelah awitan nyeri. Gejala yang muncul antara lain:
Demam 37,70C, nyeri tekan atau nyeri abdomen.
 Penatalaksanaan
Pembedahan diindikasikan bila diagnosa apendisitis telah ditegakkan. Antibiotik
dan cairan IV diberikan sampai pembedahan dilakukan. Analgesik dapat diberikan
setelah diagnosa ditegakan. Apendiktomi (pembedahan untuk mengangkat
apendiks) dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi.

 Tindakan Pencegahan
a. Pencegahan Primer
1. Diet tinggi serat
2. Defekasi teratur
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder meliputi diagnosa dini dan pengobatan yang tepat untuk
mecegah timbulnya komplikasi (Kusharto, 2006) .
KONSEP DASAR KEPERAWATAN JIWA
 Definisi Sehat Jiwa
Menurut WHO definisi sehat jiwa: suatu kondisi yang sejahtera secara fisik, sosial dan mental
yang lengkap dan tidak hanya terbebas dari penyakit atau kecacatan. Atau dapat dikatakan bahwa
individu dikatakan sehat jiwa apabila berada dalam kondisi fisik, mental dan sosial yang terbebas
dari ganguan ( penyakit) atau tidak dalam kondisi tertekan sehingga dapat mengendalikan stress
yang timbul.
 Ciri-ciri Sehat Jiwa
a. Nyaman terhadap diri sendiri
b. Nyaman berhubungan dengan orang lain
c. Mampu memenuhi kebutuhan hidup
 Paradigma keperawatan jiwa
a. Manusia
b. Keperawatan
c. Kesehatan
d. Lingkungan

 Falsafah Keperawatan Jiwa


Falsafah keperawatan adalah pandangan dasar tentang hakikat manusia dan esensi keperawatan
yang menjadikan kerangka dasar dalam praktik keperawatan.Falsafah keperawatan bertujuan
mengarahkan keperawatan yang dilakukan.
 
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Kecemasan

 Pengkajian keperawatan jiwa


1. Identitas klien
2. Keluhan utama
3. Riwayat penyakit sekarang
4. Riwayat penyakit dahulu
5. Pemeriksaan fisik
 Diagnosa keperawatan
Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami kegagalan operasi
 Intervensi Keperawatan
 Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan oleh perawat
maupun tenaga medis lain untuk membantu pasien dalam proses penyembuhan dan perawatan
serta masalah kesehatan yang dihadapi pasien yang sebelumnya disusun dalam rencana
keperawatan
 Evaluasi
Dalam melaksanakan evaluasi keperawatan pada klien dilaksanakan pada saat sebelum dan
sesudah melaksanakan tindakan keperawatan berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan.
KONSEP PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR PSIKOSOSIAL

 Definisi
kebutuhan psikososial adalah setiap perubahan dalam kehidupan individu, baik yang bersifat
psikologi maupun sosial yang mempunyai pengaruh timbal balik.
Salah satu hal yang dibahas pada kebutuhan psikososial adalah status emosi. Setiap individu
mempunyai kebutuhan emosi dasar, termasuk kebutuhan akan cinta, kepercayaan, otonomi,
identitas, harga diri, penghargaan dan rasa aman.
Bila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, akibatnya dapat berupa perasaan atau perilaku yang
tidak diharapkan, seperti kecemasan:
a. Kecemasan adalah perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang sama disertai respon
autonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu), perasaan takut
yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya.
 Teori Psikososial
Menurut Erik H. Erikson berasumsi bahwa:

a. Perkembangan kepribadian manusia terjadi sepanjang rentang kehidupan


b. Perkembangan kepribadian manusia dipengaruhi oleh interaksi sosial hubungan dengan orang
lain
c. Perkembangan kepribadian manusia dipengaruhi oleh keberhasilan atau kegagalan seseorang
mengatasi krisis yang terjadi pada setiap tahapan sepanjang rentang kehidupan
 Stress dan Adaptis
Stress merupakan bagian dari kehidupan yang mempunyai efek positif dan negative yang
disebabkan karena perubahan lingkungan. Secara sederhana stress merupakan kondisi dimana
adanya respon tubuh terhadap perubahan untuk mencapai normal.
Adaptasi sesunggunya terjadi apabila adanya keseimbangan antara linggkungan internal dan
eksternal.
 Faktor-faktor yang dapat menimbulkan stres
1. Lingkungan yang asing
2. Kehilangan kemandirian sehingga mengalami ketergantungan dan memerlukan bantuan orang
lain
3. Berpisah dengan pasangan dan keluarga
4. Masalah biaya
5. Kurang informasi
6. Ancaman akan penyakit yang parah
7. Masalah pengobatan
METODE PENULISAN
 Rancangan Studi Kasus
Rancangan studi kasus yang digunakan ialah desain kasus deskriptif yaitu penulis
menggambarkan asuhan keperawatan jiwa pada Pasien Apendisitis Akut dengan kecemasan
dalam pemenuhan kebutuhan psikososial dengan pendekatan proses keperawatan meliputi
pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi.
 Subyek Studi Kasus
Subjek yang menjadi studi kasus adalah Pasien dengan Apendisitis Akut yang di rawat di
Bangsal A Rumah Sakit Kristen Lende Moripa.
 Fokus Studi Kasus
Fokus studi kasus adalah pemenuhan kebutuhan Psikososial pada Pasien dengan Apendisitis
Akut.
 Definisi Operasional
1. Kebutuhan Psikososial dalam hal ini kecemasan adalah perasaan tidak nyaman atau
kekhawatiran yang sama disertai respon autonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak
diketahui oleh individu), perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal
ini merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan
memampukan individu untuk bertindak menghadapi ancaman. Terpenuhinya kebutuhan
pasien dalam menjalankan asuhan keperawatan sehingga kebutuhan kecemasan pasien
terpenuhi.
2. Pasien dengan Apendisitis Akut adalah pasien yang mengalami peradangan akibat infeksi pada
usus buntu atau umbai cacing (apendiks). Apendisitis Akut yang memiliki tanda dan gejala
yaitu nyeri perut mendadak yang dimulai di sisikan dan perut bagian bawah, nyeri perut yang
bermula di sekitar pusar, lalu berpindah keperut kanan bawah, nyeri perut kanan bawah yang
terasa semakin buruk saat batuk, berjalan, atau bergerak, mual dan muntah, kehilangan nafsu
makan, demam. (Ardiansyah, 2019)
 Tempat dan Waktu Studi Kasus
1. Lokasi Pengambilan studi kasus
Penelitian ini dilaksanakan di Bangsal A RS Lende Moripa waikabubak Kabupaten Sumba
Barat.
2. Waktu
Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2022
 Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam studi kasus ini adalah wawancara, observasi dan pemeriksaan
fisik.
 Penyajian data
Penyajian data pada studi kasus ini ialah secara tekstular atau narasi, dan tabel
 Etika studi Kasus
1. Anomility ( tanpa nama)
2. Confidentiality ( kerahasian)
3. Informend consent ( lembar persetujuan)
SEKIAN DAN TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai