Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN

APPENDISITIS
STASE MANAJEMEN KEPERAWATAN

Disusun Oleh

Serly Widia Ningsih, S.Kep (20174030047)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2018

A. Pengertian
Appendiks adalah ujung seperti jari yang kecil panjangnya kira-kira 10 cm (94
inci), melekat pada sekum tepat di bawah katup ileosekal. Appendiks berisi makanan
dan mengosongkan diri secara teratur ke dalam sekum. Karena pengosongannya tidak
efektif dan lumennya kecil, appendiks cenderung menjadi tersumbat dan rentan
terhadap infeksi. (Brunner dan Sudarth, 2002).
Apendisitis adalah infeksi pada appendiks karena tersumbatnya lumen oleh
fekalith (batu feces), hiperplasi jaringan limfoid, dan cacing usus. Obstruksi lumen
merupakan penyebab utama Apendisitis. Erosi membrane mukosa appendiks dapat
terjadi karena parasit seperti Entamoebahistolytica, Trichuristrichiura, dan Enterobius
vermikularis(Ovedolf, 2006).
Apendisitis merupakan inflamasi di apendiks yang dapat terjadi tanpa
penyebab yang jelas, setelah obstruksi apendiks oleh feses atau akibat terpuntirnya
apendiks atau pembuluh darahya (Corwin, 2009).
Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus
memerlukan laparatomi dengan menyingkirkan umbai cacing yang terinfeksi. Bila
tidak dirawat, angka kematian cukup tinggi karena peritonitis dan shock ketika umbai
cacing yang terinfeksi hancur (Anonim, 2007 dalam Sugeng Jotowiyono dan Weni
Kristinasari, 2010).
Dari penengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa apendisitis adalah
sebuah proses inflamasi yang dapat disebabkan oleh obstruksi apendiks atau atau
karena adanya parasit pada appendiks.

B. Etiologi
Menurut Nuzulul, 2009 Apendisitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi
ada factor prediposisi yaitu:
1. Faktor yang tersering adalah obstruksi lumen. Pada umumnya obstruksi ini
terjadi karena:
a.     Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab terbanyak.
b.     Adanya faekolit dalam lumen appendiks
c.      Adanya benda asing seperti biji-bijian
d.     Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya.
2.  Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan Streptococcus
3. Laki-laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15-30 tahun
(remaja dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan jaringan limpoid pada
masa tersebut.
C. Pathway

D. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium darah, biasanya didapati peningkatan jumlah leukosit
(sel darah putih).
2. Urinalisa diperlukan untuk menyingkirkan penyakit lainnya berupa peradangan
saluran kemih.
3. Pada pasien wanita, pemeriksaan dokter kebidanan dan kandungan diperlukan
untuk menyingkirkan diagnosis kelainan peradangan saluran telur/kista indung
telur kanan atau KET (kehamilan diluar kandungan) (Sanyoto, 2007)
4. Pemeriksaan radiologi berupa foto barium usus buntu (Appendicogram) dapat
membantu melihat terjadinya sumbatan atau adanya kotoran (skibala) didalam
lumen usus buntu.
5. Pemeriksaan USG (Ultrasonografi) dan CT scan bisa membantu dalam
menegakkan adanya peradangan akut usus buntu atau penyakit lainnya di daerah
rongga panggul (Sanyoto, 2007)

E. Pengkajian
a. Wawancara Dapatkan riwayat kesehatan dengan cermat khususnya mengenai:
1) Keluhan utama klien akan mendapatkan nyeri di sekitar epigastrium menjalar
ke perut kanan bawah. Timbul keluhan Nyeri perut kanan bawah mungkin
beberapa jam kemudian setelah nyeri di pusat atau di epigastrium dirasakan
dalam beberapa waktu lalu.Sifat keluhan nyeri dirasakan terus-menerus, dapat
hilang atau timbul nyeri dalam waktu yang lama. Keluhan yang menyertai
biasanya klien mengeluh rasa mual dan muntah, panas.
2) Riwayat kesehatan masa lalu biasanya berhubungan dengan masalah.
kesehatan klien sekarang.
3) Diet,kebiasaan makan makanan rendah serat.
4)   Kebiasaan eliminasi.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan fisik keadaan umum klien tampak sakit ringan/sedang/berat.
2) Sirkulasi : Takikardia.
3) Respirasi : Takipnoe, pernapasan dangkal.
4) Aktivitas/istirahat : Malaise.
5)   Eliminasi : Konstipasi pada awitan awal, diare kadang-kadang.
6)  Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan atau tidak
ada bising usus.
7) Nyeri/kenyamanan, nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus, yang
meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney, meningkat karena
berjalan, bersin, batuk, atau napas dalam. Nyeri pada kuadran kanan bawah
karena posisi ekstensi kaki kanan/posisi duduk tegak.
8) Demam lebih dari 38oC.
9) Data psikologis klien nampak gelisah.
10) Ada perubahan denyut nadi dan pernapasan.
11) Pada pemeriksaan rektal toucher akan teraba benjolan
F. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
1. Nyeri akut b/d agens cedera biologis
2. Cemas b/d prosedur operasi
3. Perubahan eliminasi b/d penurunan peristaltik
4. Resiko kekurangan volume cairan b/d mual muntah
5. Resiko infeksi b/d prosedur invasif (post op)
6. Hambatan mobilitas fisik
DAFTAR PUSTAKA

Elizabeth, J, Corwin. (2009). Biku saku Fatofisiologi, EGC, Jakarta.


Fatma. (2010). Askep Appendicitis. Diakses
http://fatmazdnrs.blogspot.com/2010/08/askep-appendicitis.html pada tanggal 09
Mei 2017.
Johnson, M.,et all, 2002, Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition, IOWA
Intervention Project, Mosby.
Mansjoer, A.  (2001). KapitaSelektaKedokteran.Jakarta : Media Aesculapius FKUI
Mc Closkey, C.J., Iet all, 2002, Nursing Interventions Classification (NIC) second Edition,
IOWA Intervention Project, Mosby.
NANDA, 2012, Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi.
Smeltzer, Bare (2002).Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner & suddart. Edisi
8.Volume 2. Jakarta, EGC

Anda mungkin juga menyukai