Disusun oleh:
Aris Munandar
Junaedi
Kamarudin Sapsuha
Nurwahyudin
Siti Mutomima
Yurnawati Kamah
STIKES YOGYAKARTA
2020
1
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN APPENDIKSITIS
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Pengertian
Apendisitis adalah peradangan dari apendiks vermivormis, dan merupakan
penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini dapat mengenai semua umur
baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia
antara 10 sampai 30 tahun (Mansjoer, Arief,dkk, 2007).
Apendisitis adalah infeksi pada appendiks karena tersumbatnya lumen oleh
fekalith (batu feces), hiperplasi jaringan limfoid,. Obstruksi lumen merupakan
penyebab utama Apendisitis. Erosi membran mukosa appendiks dapat terjadi karena
parasit seperti Entamoeba histolytica, Trichuris trichiura, danEnterobius vermikularis
(Ovedolf, 2006).
Apendisitis merupakan inflamasi apendiks vermiformis, karena struktur yang
terpuntir, appendiks merupakan tempat ideal bagi bakteri untuk berkumpul dan
multiplikasi (Chang, 2010)
2. Penyebab dan faktor predisposisi
Apendisitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada factor
prediposisi yaitu:
a. Faktor yang tersering adalah obstruksi lumen. Pada umumnya obstruksi ini terjadi
karena:
1) Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab terbanyak.
2) Adanya faekolit dalam lumen appendiks
3) Adanya benda asing seperti biji-bijian
4) Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya.
b. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan Streptococcus
c. Laki-laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15-30 tahun
(remaja dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan jaringan limpoid pada
masa tersebut.
d. Tergantung pada bentuk apendiks:
1) Appendik yang terlalu panjang
2) Massa appendiks yang pendek
3) Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen appendiks
2
4) Kelainan katup di pangkal appendiks
(Nuzulul, 2009)
3. Manifestasi klinik (tanda & gejala)
a. Nyeri kuadran bawah terasa dan biasanya disertai dengan demam ringan, mual,
muntah dan hilangnya nafsu makan.
b. Nyeri tekan lepas dijumpai.
c. Terdapat konstipasi atau diare.
d. Nyeri kemih, jika ujung appendiks berada di dekat kandung kemih atau ureter.
e. Adanya demam sebagai tanda inflamasi.
f. Hilangnya nafsu makan karena mual
g. Rasa berputar di kepala
h. Adanya pembengkakan pada perut
4. Patofisiologi
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh
hiperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat
peradangan sebelumnya, atau neoplasma. Obstruksi tersebut menyebabkan mukus
yang diproduksi mukosa mengalami bendungan. Makin lama mukus tersebut makin
banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga
menyebabkan penekanan tekanan intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan
menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi
mukosa. Pada saat inilah terjadi terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri
epigastrium.
Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut
akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus
dinding. Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga
menimbulkan nyeri di daerah kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan apendisitis
supuratif akut. Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding
apendiks yang diikuti dengan gangren. Stadium ini disebut dengan apendisitis
gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis perforasi.
Bila semua proses di atas berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan
akan bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal yang disebut infiltrat
apendikularis. Peradangan apendiks tersebut dapat menjadi abses atau menghilang.
Pada anak-anak, karena omentum lebih pendek dan apediks lebih panjang, dinding
apendiks lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih
3
kurang memudahkan terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua perforasi mudah
terjadi karena telah ada gangguan pembuluh darah (Mansjoer, 2007) .
5. Pathway keperawatan (jalan munculnya semua masalah keperawatan sesuai
teori)
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada penderita Apendisitis meliputi
penanggulangan konservatif dan operasi.
a. Penanggulangan konservatif
Penanggulangan konservatif terutama diberikan pada penderita yang tidak
mempunyai akses ke pelayanan bedah berupa pemberian antibiotik. Pemberian
4
antibiotik berguna untuk mencegah infeksi. Pada penderita Apendisitis perforasi,
sebelum operasi dilakukan penggantian cairan dan elektrolit, serta pemberian
antibiotik sistemik
b. Operasi
Bila diagnosa sudah tepat dan jelas ditemukan Apendisitis maka tindakan yang
dilakukan adalah operasi membuang appendiks (appendektomi). Penundaan
appendektomi dengan pemberian antibiotik dapat mengakibatkan abses dan
perforasi. Pada abses appendiks dilakukan drainage (mengeluarkan nanah).
c. Pencegahan Tersier
Tujuan utama dari pencegahan tersier yaitu mencegah terjadinya komplikasi yang
lebih berat seperti komplikasi intra-abdomen. Komplikasi utama adalah infeksi
luka dan abses intraperitonium. Bila diperkirakan terjadi perforasi maka abdomen
dicuci dengan garam fisiologis atau antibiotik. Pasca appendektomi diperlukan
perawatan intensif dan pemberian antibiotik dengan lama terapi disesuaikan
dengan besar infeksi intra-abdomen.
7. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
Terdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan C-reactive protein (CRP). Pada
pemeriksaan darah lengkap ditemukan jumlah leukosit antara 10.000-18.000/mm3
(leukositosis) dan neutrofil diatas 75%, sedangkan pada CRP ditemukan jumlah
serum yang meningkat. CRP adalah salah satu komponen protein fase akut yang
akan meningkat 4-6 jam setelah terjadinya proses inflamasi, dapat dilihat melalui
proses elektroforesis serum protein. Angka sensitivitas dan spesifisitas CRP yaitu
80% dan 90%.
b. Radiologi
Terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi (USG) dan Computed Tomography
Scanning(CT-scan). Pada pemeriksaan USG ditemukan bagian memanjang pada
tempat yang terjadi inflamasi pada appendiks, sedangkan pada pemeriksaan CT-
scan ditemukan bagian yang menyilang dengan fekalith dan perluasan dari
appendiks yang mengalami inflamasi serta adanya pelebaran sekum. Tingkat
akurasi USG 90-94% dengan angka sensitivitas dan spesifisitas yaitu 85% dan
92%, sedangkan CT-Scan mempunyai tingkat akurasi 94-100% dengan sensitivitas
dan spesifisitas yang tinggi yaitu 90-100% dan 96-97%.
5
c. Pemeriksaan foto polos abdomen tidak menunjukkan tanda pasti Apendisitis, tetapi
mempunyai arti penting dalam membedakan Apendisitis dengan obstruksi usus
halus atau batu ureter kanan.
6
m. Pada pemeriksaan rektal toucher akan teraba benjolan dan penderita merasa nyeri
pada daerah prolitotomi.
n. Berat badan sebagai indicator untuk menentukan pemberian obat.
2. Diagnose keperawatan
a. Pre operasi
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi (distensi jaringan intestinal
oleh inflamasi)
2) Perubahan pola eliminasi (konstipasi) berhubungan dengan penurunan peritaltik.
3) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual muntah.
4) Cemas berhubungan dengan akan dilaksanakan operasi.
b. Post operasi
1) Nyeri berhubungan dengan agen injuri fisik (luka insisi post operasi
appenditomi).
2) Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (insisi post pembedahan).
3) Defisit self care berhubungan dengan nyeri.
4) Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan b.d
kurang informasi.
7
3. Perencanaan keperawatan (prioritas diagnosa keperawatan, tujuan dan kriteria hasil dan rencana tindakan disertai rasional
sesuai teori)
PRE OPERASI
N DIAGNOSA
NOC NIC RASIONAL
O KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan asuhan keperawatan, - Kaji tingkat nyeri, lokasi dan -Untuk mengetahui sejauh mana tingkat
dengan agen injuri diharapkan nyeri klien berkurang dengan karasteristik nyeri. nyeri dan merupakan indiaktor secara
biologi (distensi jaringan kriteria hasil : dini untuk dapat memberikan tindakan
intestinal oleh inflamasi) - Klien mampu mengontrol nyeri (tahu selanjutnya
penyebab nyeri, mampu - Jelaskan pada pasien tentang -Informasi yang tepat dapat menurunkan
menggunakan tehnik nonfarmakologi penyebab nyeri tingkat kecemasan pasien dan
untuk mengurangi nyeri, mencari menambah pengetahuan pasien tentang
bantuan) - Ajarkan tehnik untuk nyeri.
- Melaporkan bahwa nyeri berkurang pernafasan diafragmatik lambat -Napas dalam dapat menghirup O2 secara
dengan menggunakan manajemen / napas dalam adequate sehingga otot-otot menjadi
nyeri relaksasi sehingga dapat mengurangi
- Tanda vital dalam rentang normal : - Berikan aktivitas hiburan rasa nyeri.
TD (systole 110-130mmHg, diastole (ngobrol dengan anggota -Meningkatkan relaksasi dan dapat
70-90mmHg), HR(60-100x/menit), keluarga) meningkatkan kemampuan kooping.
RR (16-24x/menit), suhu (36,5- - Observasi tanda-tanda vital
37,50C) -Deteksi dini terhadap perkembangan
- Klien tampak rileks mampu - Kolaborasi dengan tim medis kesehatan pasien.
tidur/istirahat dalam pemberian analgetik -Sebagai profilaksis untuk dapat
menghilangkan rasa nyeri.
8
N DIAGNOSA
NOC NIC RASIONAL
O KEPERAWATAN
2. Perubahan pola eliminasi Setelah dilakukan asuhan keperawatan, - Pastikan kebiasaan - Membantu dalam pembentukan
(konstipasi) berhubungan diharapkan konstipasi klien teratasi defekasi klien dan gaya hidup jadwal irigasi efektif
dengan penurunan dengan kriteria hasil: sebelumnya.
peritaltik. - BAB 1-2 kali/hari - Auskultasi bising usus - Kembalinya fungsi gastriintestinal
- Feses lunak mungkin terlambat oleh inflamasi
- Bising usus 5-30 kali/menit intra peritonial
- Tinjau ulang pola diet dan - Masukan adekuat dan serat, makanan
jumlah / tipe masukan cairan. kasar memberikan bentuk dan cairan
adalah faktor penting dalam
menentukan konsistensi feses.
- Berikan makanan tinggi serat. - Makanan yang tinggi serat dapat
memperlancar pencernaan sehingga
tidak terjadi konstipasi.
- Berikan obat sesuai indikasi, - Obat pelunak feses dapat melunakkan
contoh : pelunak feses feses sehingga tidak terjadi
konstipasi.
3. Kekurangan volume Setelah dilakukan asuhan keperawatan - Monitor tanda-tanda vital - Tanda yang membantu
cairan berhubungan diharapkan keseimbangan cairan dapat mengidentifikasikan fluktuasi volume
dengan mual muntah. dipertahankan dengan kriteria hasil: intravaskuler.
- kelembaban membrane mukosa - Kaji membrane mukosa, kaji - Indicator keadekuatan sirkulasi
9
N DIAGNOSA
NOC NIC RASIONAL
O KEPERAWATAN
turgor kulit baik tugor kulit dan pengisian perifer dan hidrasi seluler.
- Haluaran urin adekuat: 1 cc/kg kapiler.
BB/jam - Awasi masukan dan haluaran, - Penurunan haluaran urin pekat dengan
- Tanda-tanda vital dalam batas catat warna urine/konsentrasi, peningkatan berat jenis diduga
normal : TD (systole 110-130mmHg, berat jenis. dehidrasi/kebutuhan peningkatan
diastole 70-90mmHg), HR(60- - Auskultasi bising usus, catat cairan.
100x/menit), RR (16-24x/menit), suhu kelancaran flatus, gerakan
(36,5-37,50C) usus.
- Berikan perawatan mulut - Indicator kembalinya peristaltic,
sering dengan perhatian khusus kesiapan untuk pemasukan per oral.
pada perlindungan bibir.
- Pertahankan penghisapan - Dehidrasi mengakibatkan bibir dan
gaster/usus. mulut kering dan pecah-pecah
10
N DIAGNOSA
NOC NIC RASIONAL
O KEPERAWATAN
mengakibatkan hipovolemia.
Dehidrasi dapat terjadi
ketidakseimbangan elektrolit
4. Cemas berhubungan Setelah dilakukan asuhan keperawatan, - Evaluasi tingkat ansietas, catat -Ketakutan dapat terjadi karena nyeri
dengan akan diharapkan kecemasan klien berkurang verbal dan non verbal pasien. hebat, penting pada prosedur diagnostik
dilaksanakan operasi. dengan kriteria hasil : dan pembedahan.
- Melaporkan ansietas menurun sampai - Jelaskan dan persiapkan untuk -Dapat meringankan ansietas terutama
tingkat teratasi tindakan prosedur sebelum ketika pemeriksaan tersebut melibatkan
- Tampak rileks dilakukan pembedahan.
- Jadwalkan istirahat adekuat
dan periode menghentikan -Membatasi kelemahan, menghemat energi
tidur. dan meningkatkan kemampuan koping.
- Anjurkan keluarga untuk
menemani disamping klien -Mengurangi kecemasan klien
POST OPERASI
N DIAGNOSA
NOC NIC RASIONAL
O KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan Setelah dilakukan asuhan keperawatan, - Kaji skala nyeri lokasi, -Berguna dalam pengawasan dan
dengan agen injuri fisik diharapkan nyeri berkurang dengan karakteristik dan laporkan keefesien obat, kemajuan
(luka insisi post operasi kriteria hasil : perubahan nyeri dengan tepat. penyembuhan,perubahan dan
appenditomi). - Melaporkan nyeri berkurang - Monitor tanda-tanda vital karakteristik nyeri.
11
N DIAGNOSA
NOC NIC RASIONAL
O KEPERAWATAN
- Klien tampak rileks -Deteksi dini terhadap perkembangan
- Dapat tidur dengan tepat - Pertahankan istirahat dengan kesehatan pasien.
- Tanda-tanda vital dalam batas posisi semi powler. -Menghilangkan tegangan abdomen yang
normal : TD (systole 110-130mmHg, - Dorong ambulasi dini. bertambah dengan posisi terlentang.
diastole 70-90mmHg), HR(60- - Berikan aktivitas hiburan. -Meningkatkan kormolisasi fungsi organ.
100x/menit), RR (16-24x/menit), suhu - Kolaborasi tim dokter dalam -Meningkatkan relaksasi.
(36,5-37,50C) pemberian analgetika. -Menghilangkan nyeri.
2. Resiko infeksi Setelah dilakukan asuhan keperawatan - Kaji adanya tanda-tanda infeksi -Dugaan adanya infeksi
berhubungan dengan diharapkan infeksi dapat diatasi dengan pada area insisi
tindakan invasif (insisi kriteria hasil : - Monitor tanda-tanda vital.
post pembedahan). - Klien bebas dari tanda-tanda infeksi Perhatikan demam, menggigil, -Dugaan adanya infeksi/terjadinya sepsis,
- Menunjukkan kemampuan untuk berkeringat, perubahan mental abses, peritonitis
mencegah timbulnya infeksi - Lakukan teknik isolasi untuk
- Nilai leukosit (4,5-11ribu/ul) infeksi enterik, termasuk cuci -Mencegah transmisi penyakit virus ke
tangan efektif. orang lain.
- Pertahankan teknik aseptik
ketat pada perawatan luka -Mencegah meluas dan membatasi
insisi / terbuka, bersihkan penyebaran organisme infektif /
dengan betadine. kontaminasi silang.
- Awasi / batasi pengunjung dan
siap kebutuhan. -Menurunkan resiko terpajan.
- Kolaborasi tim medis dalam
-Terapi ditunjukkan pada bakteri anaerob
12
N DIAGNOSA
NOC NIC RASIONAL
O KEPERAWATAN
pemberian antibiotik dan hasil aerob gra negatif.
3. Defisit self care Setelah dilakukan asuhan keperawatan - Mandikan pasien setiap hari -Agar badan menjadi segar, melancarkan
berhubungan dengan diharapkan kebersihan klien dapat sampai klien mampu peredaran darah dan meningkatkan
nyeri. dipertahankan dengan kriteria hasil : melaksanakan sendiri serta cuci kesehatan.
- klien bebas dari bau badan rambut dan potong kuku klien.
- klien tampak bersih - Ganti pakaian yang kotor -Untuk melindungi klien dari kuman dan
- ADLs klien dapat mandiri atau dengan yang bersih. meningkatkan rasa nyaman
dengan bantuan - Berikan Hynege Edukasipada -Agar klien dan keluarga dapat
klien dan keluarganya tentang termotivasi untuk menjaga personal
pentingnya kebersihan diri. hygiene.
- Berikan pujian pada klien
tentang kebersihannya. -Agar klien merasa tersanjung dan lebih
- Bimbing keluarga klien kooperatif dalam kebersihan
memandikan / menyeka pasien
- Bersihkan dan atur posisi serta -Agar keterampilan dapat diterapkan
tempat tidur klien.
-Klien merasa nyaman dengan tenun yang
bersih serta mencegah terjadinya
infeksi.
4. Kurang pengetahuan Setelah dilakukan asuhan keperawatan - Kaji ulang pembatasan -Memberikan informasi pada pasien
tentang kondisi prognosis diharapkan pengetahuan bertambah aktivitas pascaoperasi untuk merencanakan kembali rutinitas
13
N DIAGNOSA
NOC NIC RASIONAL
O KEPERAWATAN
dan kebutuhan dengan kriteria hasil : biasa tanpa menimbulkan masalah.
pengobatan b.d kurang - menyatakan pemahaman proses - Anjuran menggunakan -Membantu kembali ke fungsi usus
informasi. penyakit dan pengobatan laksatif/pelembek feses ringan semula mencegah ngejan saat
- berpartisipasi dalam program bila perlu dan hindari enema defekasi
pengobatan - Diskusikan perawatan insisi,
termasuk mengamati balutan, -Pemahaman meningkatkan kerja sama
pembatasan mandi, dan dengan terapi, meningkatkan
kembali ke dokter untuk penyembuhan
mengangkat jahitan/pengikat
- Identifikasi gejala yang
memerlukan evaluasi medic, -Upaya intervensi menurunkan resiko
contoh peningkatan nyeri komplikasi lambatnya penyembuhan
edema/eritema luka, adanya peritonitis.
drainase, demam
14
BAB II
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
ASUHAN KEPERAWATAN POST OPERASI APPENDIKSITIS PADA Tn. W
DI RUANG MELATI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
YOGYAKARTA
A. Identifikasi
1. Identitas Pasien
Nama : Tn.W
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat/Tanggal Lahir : Bantul, 17 September 1989
Umur : 31 tahun
Golongan Darah : O
Pendidikan terakhir : SMP
Agama : Islam
Suku : Jawa
Status Perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Ngasem, Timbulharjo Sewon Bantul
Diagnosa Medik :
a) POST APP Tanggal: 25-11-2020
3. Genogram
15
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Tinggal satu rumah
X : Meninggal
B. Status Kesehatan
1. Status Kesehatan saat ini
a. Keluhan utama:
Pasien menggatakan merasa nyeri di bagian perut kanan bawah.
b. Faktor Pencetus:
Pasien menggatakan merasa nyeri saat melakukan aktivitas seperti hendak
miring kiri atau miring kanan atau berbaring
c. Lamanya keluhan: Pasien mengatakan lama nyeri sekitar 5-10 menit
d. Timbulnya keluhan: ( ) Bertahap ( - ) Mendadak
e. Faktor yang memperberat: pasien menggatakan saat bergerak
2. Status kesehatan masa lalu
a. Penyakit yang pernah dialami (kaitkan dengan penyakit sekarang):
16
Pasien mengatakan sejak 1 tahun yang lalu mengalami tipes dan pernah
dirawat inap di rumah sakit.
b. Kecelakaan:
Pasien mengatakan pernah mengalami kecelakaan sejak 2 tahun yang lalu dan
hanya mengalami luka lecet saja.
3. Peran perawat
a. Penyakit : Pasien mengatakan hanya mengalami mag dan
asam lambung
b. Waktu : Tidak terkaji
c. Riwayat operasi : Pasien mengatakan tidak ada riwayat operasi
sebelumnya
C. Pengkajian Pola Fungsi dan Pemeriksaan Fisik
1. Persepsi dan pemeliharaan
a. Persepsi tentang kesehatan diri
Pasien mengatakan selalu menjaga kesehatan karena bagi dirinya
kesehatannya sangat penting.
b. Pengetahuan dan persepsi pasien tentang penyakit dan perawatannya
Pasien mengatakan tahu tentang penyakit yang dideritanya dan perawatannya.
c. Upaya yang biasa dilakukan dalam mempertahankan kesehatan
1) Kebiasaan diit yang adekuat, diit yang tidak sehat?
Pasien mengatakan tidak ada diit yang dianjurkan akan tetapi ada
beberapa makanan yang dipantang karena asam lambung, seperti makanan
yang terlalu pedas dan yang mengandung asam.
2) Pemeriksaan kesehatan berkala, perawatan kebersihaan diri, imunisasi
Pasien mengatakan jarang memeriksakan kesehatan dirinya ke fasilitas
kesehatan secara berkala kecuali saat sakit. Pasien mengatakan selalu
memperhatikan kebersihan dirinya, karena pasien merasa risih jika
badannya berbau ataupun merasa kotor. Ibu pasien mengatakan sejak kecil
selalu divaksinasi oleh tenaga kesehatan.
3) Kemampuan pasien untuk mengontrol kesehatan
a) Yang dilakukan bila sakit
Pasien mengatakan disaat sakit dibiarkan saja dan jika mulai parah
baru meminum obat yang dibeli di apotek terdekat.
b) Kemana pasien biasa berobat bila sakit?
Pasien mengatakan bila sakit berobat ke rumah sakit atau ke
puskesmas terdekat.
c) Kebiasaan hidup (konsumsi jamu/alkohol/rokok/kopi/kebiasaan
olahraga)
Merokok: tidak merokok
Alkohol: tidak penah
17
dikonsumsi
Tidak ada Tidak ada Tidak ada
b. Tanda (Obyektif)
1) Suhu tubuh: 36,7oC
Diaphoresis: Tidak ada
2) Berat badan: 79 Kg, tinggi badan: 170cm
Turgor kulit: elastis. Tonus otot: (+2 yaitu normal)
3) Edema: Tidak ada
Lokasi dan karakteristik: tidak ada
4) Asites: Tidak ada
Jelaskan: tidak ada penumpukan cairan
5) Integritas kulit perut: terdapat luka operasi di bagian perut kanan bawah
perut. Tidak ada benjolan, tidak ada jaringan parut.
Lingkar abdomen: 87 cm.
6) Distensi vena jugularis: Tidak ada
7) Hernia/massa: Tidak ada
8) Bau mulut/halitosis: Tidak ada, pasien tampak selalu menggosok giginya
walaupun dibantu oleh ibunya.
18
9) Kondisi mulut gigi/gusi/mukosa mulut dan lidah: tampak bersih dan tidak
berbau.
b. Tanda (Objektif)
1) Pernapasan: Frekuensi 21x/menit,
Simetris: ya, tidak ada benjolan, tidak ada luka
2) Penggunaaan alat bantu nafas: tidak ada
Nafas cuping hidung: tidak ada
3) Batuk: tidak ada , Sputum (karakter sputum): tidak ada
4) Fremitus: normal (terdengar intensitas dan kulitas yang sama antara kanan
dan kiri.
5) Egofoni: normal (suara terdengar bergema)
6) Sianosis: tidak ada
19
1) Respon terhadap aktivitas yang teramati : aktivitasnya menurun karena
takut nyeri.
2) Status mental (misalnya menarik diri, eltargi): tidak ada perubahan status
mental
3) Penampilan umum
a) Tampak lemah: ( - ) Tidak ( ) Ya, Jelaskan: hanya sakit pada bekas
operasi
b) Kerapian berpakaian: terlihat rapi
4) Pengkajian neuromoskular
Masa/Tonus: tidak ada masalah
Kekuatan otot: ektremitas atas kiri dan kanan 5┼5, ektremitas bawah kiri
dan kanan 4┼5
Rentang gerak: dibatasi karena ada luka operasi di perut kanan bawah
Deformasi: tidak ada masalah
5) Bau badan: tidak ada masalah,
Bau mulut: tidak ada masalah
Kondisi kulit kepala: tidak ada masalah.
Kebersihan kuku: tidak ada masalah
5. Istirahat
a. Gejalah (Subjektif)
1) Kebiasaan tidur: pasien mengatakan tidurnya pulas, walaupun kadang
terbanggun karena nyeri timbul.
Lama tidur: 6-7 jam
2) Masalah berhubungan dengan tidur
a) Insomnia: ( - ) Tidak ada ( ) Ada
b) Kurang puas/seger setelah bangun tidur: ( - ) Tidak ada ( ) Ada,
c) Lain-lain, sebutkan: tidak ada
b. Tanda (Objektif)
1) Tampak mengantuk/mata sayu: ( - ) Tidak ada ( ) Ada,
Jelaskan: tidak ada masalah.
2) Mata merah: ( - ) Tidak ada ( ) Ada
3) Sering menguap: ( - ) Tidak ada ( ) Ada
4) Sering menguap: ( - ) Tidak ada ( ) Ada
5) Kurang konsentrasi: ( - ) Tidak ada ( ) Ada
6. Sirkulasi
a. Gejalah (Subjektif)
1) Riwayat hipertensi dan masalah jantung: ( - ) Tidak ada ( ) Ada
2) Riwayat edema kaki: ( - ) Tidak ada ( ) Ada
3) Flebitis: tidak ada
4) Rasa kesemutan: ( - ) Tidak ada ( ) Ada
5) Palpitasi: ( - ) Tidak ada maslah ( ) Ada
20
b. Tanda (Objektif)
1) Tekanan darah: 130/80mmHg
2) Mean arteri/Tekanan nadi: 90x/menit
3) Nadi/Pulsasi:
a) Karotis: teraba
b) Femoralis: teraba
c) Popliteal:.teraba
d) Jugularis: teraba
e) Radialis: teraba
f) Dorsal pedis: teraba
g) Bunyi jantung: S1 S2 reguler
Irama: teratur
4) Ekstermitas, suhu: 36,7 oC Warna: tidak pucat
5) Tanda homan: tidak ada masalah
6) Pengisian kapiler: tidak ada masalah
Varises: tidak ada, Phlebitis: ptidak ada masalah
7) Warna: membran mukosa: merah muda bibir: tidak ada masalah
8) Konjungtiva: an anemis
Sklera: tidak ada masalah
Punggung kuku: tidak ada masalah
7. Eliminasi
a. Gejalah (Subjektif)
1) Pola BAB: Frekuensi: 1x/ hari, Konsistensi: lunak
2) Perubahan dalam kebiasaan BAB (penggunaan alat tertentu, misal:
terpasang kolostomi/ileostomy): tidak ada masalah
3) Kesulitan BAB konstipasi: tidak ada masalah.
Diare: tidak ada masalah
4) Penggunaa laksatif: ( -) Tidak ada ( ) Ada
5) Waktu BAB terakhir: hari selasa (1 hari yang lalu)
6) Riwayat perdarahan: tidak ada masalah
Hemoroid: tidak ada masalah.
7) Riwayat inkontinensia: tidak ada masalah
8) Penggunaan alat-alat: misalnya pemasangan kateter: tidak ada
9) Riwayat penggunaan deuretik: tidak ada masalah
10) Rasa nyeri/rasa terbakar saat BAK: tidak ada masalah
11) Kesulitan BAK: tidak ada masalah.
b. Tanda (Objektif)
1) Abdomen
a) Inspeksi: abdomen membucit ada/tidak, jelaskan: tampak agak
membuncit karena pasien gendut.
b) Auskultasi: bising usus: 30x/menit bunyi abnormal ( - ) tidak ada
c) Perkusi
21
(1) Bunyi tympani ( ) Tidak ada ( - ) Ada
Kembung ( - ) Tidak ada ( ) Ada
(2) Bunyi abnormal ( - ) Tidak ada ( ) Ada
Jelaskan: tidak ada masalah
1) Adanya nyeri
P = paliatif/propokatif (yang mengurangi/meningkatkan nyeri)
Saat bergerak
Q = qualitas/quantitas (frekuensi dan lamanya keluhan dirasakan serta
deskripsi sifat nyeri yang dirasakan :
Seperti tertusuk-tusuk
R = region/tempat (lokasi sumber & penyebarannya)
Di perut kanan bawah
S = severety/tingkat berat nyeri (skala nyer 1-10)
Skala nyeri 7
T = time (kapan keluhan dirasakan dan lamanya)
Hilang timbul sekita 5-10 menit
2) Rasa ingin pingsan/pusing ( - ) Tidak ada ( ) Ada
3) Sakit kepala: lokasi nyeri tidak ada.
4) Kesemutan/kebas/kelemahan (lokasi): tidak ada masalah
5) Kejang: ( - ) Tidak ada ( ) Ada
Jelaskan: tidak ada
Cara mengatasi: tidak ada
6) Mata: penurunan penglihatan ( - ) Tidak ada ( ) Ada
7) Pendengaran: penurunan pendengaran ( - ) Tidak ada ( ) Ada
8) Epitaksis: ( - ) Tidak ada ( ) Ada
b. Tanda (Objektif)
1) Status mental
Kesadaran: (- ) composmentsi, ( ) apatis, ( ) somnolen, ( ) sopor, ( )
koma
2) Skala koma glaslow (GCS): respon membuka mata (E) 4
Respon motorik (M) 6 respon verbal (V) 5
Persepsi sensori: ilusi: tidak ada masalah, Halusinasi: tidak ada masalah
Delusi: tidak ada masalah, Afek: tidak ada masalah
22
..
3) Memori: saat ini : tidak ada masalah
Masa lalu: tidak ada masalah
4) Alat bantu penglihatan/pendengaran ( -) Tidak ada ( ) Ada
5) Reaksi pupil terhadap cahaya: Ka/Ki
Ukuran pupil: mengecil jika ada cahaya
6) Facial drop: tidak ada, postur: tidak ada masalah
Reflek: tidak ada masalah
7) Penampilan umum tampak kesakitan: ( ) Tidak ada (-) Ada, menjaga
area sakit, respon emocional: ada ( wajah tampak meringis, penyempitan
fokus: ada.
9. Keamanan
a. Gejalah (Subjek)
1) Alergi
Obat-obatan: tidak ada alergi obat-obatan
Makanan: tidak ada alergi makanan
2) Faktor lingkungan
Riwayat hubungan seksual: ( - ) Tidak ada ( ) Ada, jelaskan
3) Riwayat tranfusi darah riwayat adanya reaksi tranfusi (tidak ada)
4) Kerusakan penglihatan, pendengaran: ( - ) Tidak ada ( ) Ada, sebutkan
Riwayat cidera: ( ) Tidak ada ( - ) Ada, sebutkan kecelakaan kendaraan
5) Riwayat kejang ( - ) Tidak ada ( ) Ada, sebutkan
b. Tanda (Objek)
1) Suhu tubuh: 36,7oC
2) Integritas jaringan: luka operasi
3) Jaringan parut ( - ) Tidak ada ( ) Ada, jelaskan
4) Kemerahan pucat ( ) Tidak ada ( - ) Ada, jelaskan bekas operasi
5) Adanya luka: Luas 8cm kedalaman:
Drainase prulen: tidak ada
Peningkatan nyeri pada luka : saat bergerak
6) Ekimosis/tanda perdarahan lain: tidak ada
7) Faktor resiko: terpasang alat invasive ( - ) Tidak ada ( ) Ada, jelaskan
8) Gangguan keseimbangan ( ) Tidak ada ( - ) Ada, jelaskan belum bisa
berjalan, karena kaki kanan belum bisa di tekuk
9) Kekuatan umum: melemah, Tonus otot: terdapat kelemahan otot di
ekstemitas kanan bawah
Parese atau paraisa: tidak ada masalah
23
2) Gangguan hubungan seksual karena berbagai kondisi (fertilitas, libido,
ereksi, menstruasi, kehamilan, pemakaian alat kontrasepsi, atau kondisi
sakit)
3) Permasalahan selama aktivitas seksual ( - ) Tidak ada ( ) Ada, jelaskan
4) Pengkajian pada laki-laki: raba pada penis: tidak terkaji
Gangguan prostat: tidak ada masalah
5) Pengkajian pada perempuan
a) Riwayat menstruasi (keturunan, keluhan): -
b) Riwayat kehamilan:-
c) Riwayat pemeriksaan ginekologi misal pap smear:-
b. Tanda (Objek)
1) Pemeriksaan payudara/penis/testis: tidak terkaji
2) Kutil genital, lesi: tidak ada masalah
b. Tanda (Objek)
1) Status emosional: ( ) Tenang, ( - ) gelisah, ( ) marah, (- ) takut, ( )
mudah tersinggung
Respon fisiologis yang terobservasi: Pasien tampak meringis menahan
nyeri, pasien tampak gelisah, pasien tak waspada terhadap gerakan.
2) Perubahan tanda vital: TTV
TD: 130/80 mmHg RR: 20x/menit
N: 90x/ menit S: 36,70c
24
12. Interaksi sosial
a. Gejalah (Subjek)
1) Orang terdekat & lebih berpengaruh: anggota keluarga
2) Kepada siapa pasien meminta bantuan bila mempunyai masalah: pasien
mengatakan selalu meminta bantu kepada anggota keluarga.
3) Adakah kesulitan dalam keluarga hubungan dengan orang tua, saudara,
pasangan ( - ) Tidak ada ( ) Ada, jelaskan
4) Kesulitan berhubungan dengan tenaga kesehatan, klien lain: ( - ) Tidak
ada ( ) Ada, jelaskan
b. Tanda (Objek)
1) Kemampuan berbicara: ( ) Tidak ada ( - ) Ada, jelaskan
2) Pola bicara tidak biasa/kerusakan: tidak ada masalah
3) Penggunaan alat bantu bicara: tidak ada
4) Adanya jaringan laringaktomi/trakeostomi: tidak ada
5) Komunikasi non verbal/verbal dengan keluarga/orang lain: tidak ada
masalah
6) Perilaku menarik diri: ( - ) Tidak ada ( ) Ada, jelaskan
b. Tanda (Objek)
1) Perubahan perilaku
Menolak pengobatan (-) Tidak ada ( ) Ada, jelaskan
Berhenti menjalankan aktivitas agama: ( ) Tidak ada ( - ) Ada,
jelaskan: Jika nyerinya tak kunjung hilang.
Menunjukkan sikap permusuhan dengan tenaga kesehatan ( - ) Tidak ada
( ) Ada, jelaskan
D. Data Penunjang
1. Laboratorium
Eritrosit 5,60 meningkat ( 4,50-5,50)
Eosonafil 12 meningkat (2-4%)
25
Kalium 2,40 menurun (3,5-5,10)
2. Radiologi
Toraxs PA dewasa (pulmo cor normal)
3. EKG
Tidak ada
4. USG
Lingkar abdomen: ren dex & sin, echostruhtur normal, callices tak melebar, tak
tampak batu
Vesika urinaria: dinding fak melebar tak tampak batu
5. CT Scan
Tidak ada
6. Pemeriksaan lain
Tidak ada pemeriksaan lain
7. Obat-obatan
8. Diit
Tidak ada diet yang di jalankan pasien
E. Analisa Data
No Data Problem Etiologi
1. Ds pasien mengatakan nyeri dibagian Nyeri Akut Agen Pencedera Fisik
kanan bawah bekas operasi (Post Pembedahan)
P: saat bergerak
Q: tertusuk-tusuk
R: perut bagian kanan bawah
S:7
T: hilang timbul
Do
- Pasien tampak melindungi
nyeri
26
- Pasien tampak meringis
- TTV
TD: 130/80 mmHg
S:36,7oc
N: 90x/menit
RR: 20x/menit
27
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
No Diagnosa Waktu Tujuan & Kriteria Hasil Perencanaan Rasional
Keperawatan (Tgl/Jam)
1 Nyeri akut b/d Rabu 25-11- Setelah dilakukan tindakan Menajemen nyeri
agens cidera 2020 keperawatan selama 3x24 O:
fisik (post 15:25 WIB jam diaharapkan nyeri akut - Lakukan pengkajian nyeri - Untuk memilih
pembedahan) pada pasien dapat teratasi komrehensif yang meliputi intervensi yang tepat
dengan kriteria hasil sebagai lokasi, karateristik, durasi, mengatasi nyeri
berikut: frekuensi, beratnya nyeri dan
Kepuasan klien : faktor pencetus
menajemen nyeri - Observasi adanya petunjuk non - Untuk mengevaluasi
- Nyeri terkontrol dari 1- verbal mengenai ketidaknyamamanan
5 ketidaknyamanan pasien.
- Tingkat nyeri dipantaui N:
secara reguler dari 1-5 - Berikan informasi mengenai - Untuk meningkatkan
- Mengambil tindakan nyeri, seperti penyebab nyeri pemahaman pasien
untuk mengurangi nyeri berapa nyeri akan dirasakan dan terhadap nyeri yang di
dari 1-5 antisipasi dari ketidaknyamanan rasakan.
- Masalah keamanan akibat prosedur
ditangani dengan E:
penggunaan obat nyeri - Ajarkan tehnik non farmakologi
dari 1-5 relaksasi (terapi musik dan - Untuk membantu
- Menajemen nyeri sesuai pijatan lembut ). mengurangi rasa nyeri.
dengan keyakinan - Libatkan keluarga dalam - Dapat mengalihkan
budaya dari 1-5 modalitas penurun nyeri (ajak pasien agar tidak fokus
ngobrol) pada rasa nyeri.
C:
- Kolaborasi dengan tim - Untuk menghilangan
kesehataan lainnya untuk nyeri
pemberian obat anti nyeri.
2 Gangguan Rabu 25-11- Setelah dilakukan tindakan Peningkatan mekanika tubuh
mobilitas fisik 2020 keperawatan selama 3x24 O:
b/d nyeri 16:00 WIB jam diharapkan hamabatan - Kaji komitmen pasien untuk - Untuk mengetahui
mobilitas fisik pada pasien belajar dan menggunakan postur postur tubuh yang
28
No Diagnosa Waktu Tujuan & Kriteria Hasil Perencanaan Rasional
Keperawatan (Tgl/Jam)
dapat teratasi dengan tubuh yang benar benar .
kriteria hasil sebagai berikut - Kaji pemahaman pasien
: mekanika tubuh dan latihan - Untuk mengetahui
Kemampuan berpindah (mis:mendemonstrasikan kembali keluhan pasien.
- Berpindah dari satu tehnik latihan )
permukaan ke N:
permukaan lain sambil - Menginstruksikan untuk - Menghindari posisi
berbaring dari 1-5 menghindari tidur dengan posisi yang tidak nyaman
- Berpindah dari tempat telungkup.
tidur ke kursi dari 1-5 - Instruksikan pasien untuk
- Berpindah dari kursi ke menggerakan kaki terlebih
tempat tidur dari 1-5 dahulu
- Berpindah dari kursi E:
roda ke toilet dari 1-5 - Edukasi pasien tentang
- Berpindah dari toilet ke pentingnya postur tubuh unutk
kursi roda dari 1-5 mencegah kelelahan ketegangan
atau injuri.
- Edukasi pasien dan keluarga
tentang frekuensi dan jumlah
pengulangan dari setiap latihan
C:
- Kolaborasi dengan tenaga
kesehatan untuk pemberian
tehnik latihan ROM
29
No Diagnosa Waktu Tujuan & Kriteria Hasil Perencanaan Rasional
Keperawatan (Tgl/Jam)
dari 1-5 - Berikan aktivitas penggantin merelaksasi otot-otot
- Perasaan gelisah dari 1 yang bertujuan untuk pada leher sehingga
–5 mengurangi tekanan dapat mengurangi rasa
- Wajah tegang dari 1 – 5 - Lakukan usapan pada punggung cemas yang dialami
- Kesulitan leher klien
berkonsentrasi dari 1 - 5 - Didampingi keluarga
- Rasa cemas di E: dapat menenangkan
sampaikan secara lisan - Dorong keluarga untuk klien karena dapat
dari 1-5 mendampingi klien menyampaikan hal-hal
- Berikan informasi faktual berikut yang dirasakan oleh
diagnosis perawatan dan klien
prognosis - Agar klien dapat
merasa nyaman setelah
C: diajari teknik relaksasi
- Kolaborasi dengan tim kesehatan
lainnya untuk mengurangi
kecemasan menggunakan teknik
non farmakologi misalnya teknik
relaksasi.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No Diagnosa Waktu Tindakan Keperawatan Respon Pasien/Hasil (S,O) Tanda
Keperawatan (Tgl/Jam) tangan
1. Nyeri akut b/d Rabu, 25-11- 1. Melakukan pengkajian nyeri S: pasien mengatakan merasa nyeri dibagian Firmina
agens cidera 2020 komprehensif yang meliputi perut kanan bawah bekas operasi.
fisik lokasi, karakteristik, durasi, O: pasien tampak menyeringis skala nyeri 6.
18:00 WIB frekuensi, beratnya nyeri dan
faktor pencetus.
30
No Diagnosa Waktu Tindakan Keperawatan Respon Pasien/Hasil (S,O) Tanda
Keperawatan (Tgl/Jam) tangan
nyamanan.
19:00 WIB
2. Gangguan Rabu, 25-11- 1. Mengkaji komitmen pasien S: pasien mengatakan belum bisa duduk karena Firmina
Mobilitas fisik 2020 untuk belajar dan menggunakan nyeri
b/d Nyeri 19.15 WIB postur tubuh yang benar O: pasien tampak berbaring terlentang terpasang
31
No Diagnosa Waktu Tindakan Keperawatan Respon Pasien/Hasil (S,O) Tanda
Keperawatan (Tgl/Jam) tangan
infuse RL 20 tpm
3. Ansietas b/d Rabu 25-11- 1. Mengidentifikasi pada saat terjadi S: pasien mengatakan merasakan cemas dan Firmina
hubungan 2020 perubahan tingkat kecemasan takut dengan bekas operasinya
interpersonal Jam O: pasien tampak gelisah
32
No Diagnosa Waktu Tindakan Keperawatan Respon Pasien/Hasil (S,O) Tanda
Keperawatan (Tgl/Jam) tangan
20. 00 WIB
20.15 WIB 2. Mengkaji tanda verbal dan non S:pasien mengatakan jahitannya masih basah
verbal kecemasan O:wajah pasien tampak kosong
20.30 WIB 3. Memberikan aktivitas penggantin S: pasien mengatakan memahami instruksi yang
yang bertujuan untuk mengurangi diberikan
tekanan O: pasien tampak mengingat
1. Nyeri akut b/d Kamis 26-11- 1. Melakukan pengkajian nyeri S:pasien mengatakan nyeri post kanan bawah Firmina
agens cidera 2020 komprehensif yang meliputi lokasi, bekas operasi
fisik karakteristik, durasi, frekuensi, O: pasien tampak nyeri denagn skala 4
08.30 WIB beratnya nyeri dan faktor pencetus.
33
No Diagnosa Waktu Tindakan Keperawatan Respon Pasien/Hasil (S,O) Tanda
Keperawatan (Tgl/Jam) tangan
2. Gangguan Kamis . 26-11- 1. Mengkaji komitmen pasien untuk S: pasien mengatakan sudah bisa duduk Firmina
Mobilitas fisik 2020 belajar dan menggunakan postur O: pasien tampak duduk
b/d Nyeri tubuh yang benar
09.40 WIB
2. Mengkaji pemahaman pasien S: pasien mengatakan paham dengan instruksi
mekanika tubuh dan latihan (mis : perawat
mendemonstrasikan kembali O: pasien tampak bergerak sesuai latihan
tehnik latihan )
34
No Diagnosa Waktu Tindakan Keperawatan Respon Pasien/Hasil (S,O) Tanda
Keperawatan (Tgl/Jam) tangan
3. Ansietas b/d Kamis 26-11- 1. Mengidentifikasi pada saat terjadi S: pasien mengatakan kecemasan berkuramg Firmina
hubungan 2020 perubahan tingkat kecemasan O:pasien tampak sedikit tenang
interpersonal Jam
22.00 WIB 2. Mengkaji tanda verbal dan non S: pasien mengatakan jahitan lukanya sudah
verbal kecemasan mulai mengering
O:wajah pasien tampak rileks
22.15 WIB 3. Memberikan aktivitas penggantin S: pasien mengatakan selalu mengobrol dengan
yang bertujuan untuk mengurangi ibunya
tekanan O:pasien tampak riilks dan mengobrol dengan
ibunya
22.35 WIB 4. Melakukan usapan pada punggung S: pasien mengatakan ibunya selalu mengusap
35
No Diagnosa Waktu Tindakan Keperawatan Respon Pasien/Hasil (S,O) Tanda
Keperawatan (Tgl/Jam) tangan
leher punggungnya
O: pasien tampak kooperatife
22.40 WIB 5. Mendorong keluarga untuk S: pasien mengatakan selalu ditemani oleh
mendampingi klien ibunya
O:ibu pasien tampak berada di samping pasien
1. Nyeri akut b/d Jumat 27-11- 1. Melakukan pengkajian nyeri S: pasien mengatakan nyerinya susdah berkurang Firmina
agens cidera 2020 komprehensif yang meliputi lokasi, P: Saat bergerak/berbaring Q: tertusuk-tusuk
fisik karakteristik, durasi, frekuensi, R: di perut bagian kanan bawah S: skala
06.00 WIB beratnya nyeri dan faktor pencetus. nyeri 2 T: 11-20 detik (hilang timbul)
O: pasien tampak kooperatif, pasien tampak
rileks
36
No Diagnosa Waktu Tindakan Keperawatan Respon Pasien/Hasil (S,O) Tanda
Keperawatan (Tgl/Jam) tangan
2. Gangguan Jumat 27-11- 1. Menginstruksikan untuk S: pasien mengatakan tidak pernah melakukan Firmina
Mobilitas fisik 2020 menghindari tidur dengan posisi tidur dengan posisi teruncup
b/d Nyeri telungkup O: pasien tampak tidur terlentang dan miring kiri
07. 00 WIB walaupun kanan
3. Ansietas b/d Jumat 27-11- 1. Memberikan aktivitas penggantin S: pasien mengatakan selalu diajak ngobrol oleh Firmina
hubungan 2020 yang bertujuan untuk mengurangi ibunya
interpersonal tekanan yaitu mengobrol dengan O: pasien tampak mengobrol dengan ibunya
07.47 WIB ibunya
37
EVALUASI KEPERAWATAN
No Diagnosa Waktu Evaluasi (SOAP) Tanda
Keperawatan (Tgl/Jam) tangan
1. Nyeri Akut Rabu, 25-11-2020, S: Pasien mengatakan masih merasa nyeri di bagian perut bawah Firmina
behubungan dengan Jam 21.00 WIB kanan akibat jahitan operasi
Agen Pencedera P: Saat bergerak
Fisik Q: Seperti ditusuk-tusuk
R: dibagian perut bawah kanan
S: Skala nyeri 5
T: 5-6 menit hilang timbul
2. Gangguan mobilitas Rabu, 25-11-2020, S: Pasien mengatakan masih susah untuk bergerak seperti miring kiri Firmina
fisik berhubungan Jam 12.15 WIB maupun kanan
dengan nyeri
38
O: - pasien tampak berbaring terlentang
- Pasien tampak kesulitan membolak balik posisi
- Gerakan pasien tampak lambat
P: Lanjutkan intervensi 1, 4, 6
2. Gangguan mobilitas Kamis, 26-11-2020, S: Pasien mengatakan sudah mulai bisa bergerak seperti miring kiri Firmina
fisik berhubungan Jam 23.00 WIB dan miring kanan
dengan nyeri
O: - pasien tampak bisa bergerak
- Pasien tampak rileks
- Gerakan pasien mulai lancar
39
P: Lanjutkan intervensi 3, 5, dan 7
3. Ansietas Kamis, 26-11-2020, S: Pasien mengatakan cemasnya sudah mulai berkurang Firmina
berhubungan Jam 23.20 WIB
dengan hubungan O: - pasien tampak rileks
interpersonal - Pasien tampak mulai tenang
- Pasien tampak kooperatif
- TTV:
- TD: 120/80 mmHg
- N: 80 x/Menit
- RR: 20 x/menit
- S: 36,5 oC
A: Maslaah teratasi
P: Hentikan intervensi
2. Gangguan mobilitas Jumat, 27-11-2020, S: Pasien mengatakan sudah bisa berjalan, duduk, dan berdiri serta Firmina
fisik berhubungan Jam 09.30 sudah bisa menekuk kaki kanannya
40
dengan nyeri
O: - Pasien tampak berpindah dari tempat tidur ke kursi
- Pasien tampak berjalan ke kamar mandi
- Pasien tampak duduk tenang di tempat tidur
A: masalah teratasi
P: Hentikan intervensi
3. Ansietas Jumat, 27-11-2020, S: Pasien mengatakan sudah tidak merasa cemas dan takut lagi Firmina
berhubungan Jam 09.45 O: - pasien tampak tenang
dengan hubungan - Pasien tampak rileks
interpersonal - Pasien tampak kooperatif
- TD: 120/80 mmHg
- Nadi: 80 x/menit
- RR: 19 x/menit
- Suhu: 36,5 oC
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi
41
BAB II
ANALISIS JURNAL DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Jurnal Penelitian
1. Latar Belakang:
Apendisitis adalah peradangan dari apendik vermiformis, dan merupakan penyebab masalah
abdomen yang paling sering. Insidens apendisitis di dunia tahun 2007 mencapai 7% dari
keseluruhan jumlah penduduk dunia. Angka kejadian apendisitis di negara maju lebih besar
daripada di negara berkembang. Satu dari 15 orang pernah menderita apendisitis dalam
hidupnya, yakni jumlah penderita appendisitis di Indonesia mencapai 591.819 orang dan
angka kejadian apendisitis meningkat pada tahun 2009 sebesar 596.132 orang. Data Depkes
2008 didapatkan bahwa insidens apendisitis di Indonesia menempati urutan tertinggi di antara
kasus kegawatan abdomen lainya.
2. Tujuan: Menganalisis pengaruh mobilisasi dini terhadap perubahan tingkat nyeri klien post
operasi apendektomi.
3. Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian pre eksperimental: one group pretest-
postest. Subjek penelitian ini adalah BBLR sesuai kriteria. Teknik sampling yang digunakan
adalah consecutive sampling yang melibatkan 8 orang tanpa kelompok kontro. Analisis data
yang digunakan adalah dependent ttest dengan tingkat signifikansi 95% (α = 0,05).
4. Hasil : Hasil penelitian ini yang menggunakan analisa dependent-t test didapatkan hasil
p=0,000 yang menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara skala nyeri sebelum
dan setelah dilakukan mobilisasi dini
5. Kesimpulan: Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh mobilisasi dini
terhadap perubahan tingkat nyeri klien post operasi apendektomi. Mobilisasi dini ini
diharapkan dapat diterapkan sebagai salah satu metode dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada klien dengan post operasi apendektomi.
B. Analisis PICO
P (Problem) : Penelitian ini dilakukan pada pasien post operasi apendektomi sebanyak 8 orang.
I (Intervention) : Mobilisasi dini dilakukan 1x24 jam selama ± 45 menit, dalam 6-8 jam pertama
post operasi apendektomi yang terdiri dari dua langkah yakni langkah pertama menggerakkan
ekstremitas klien dengan menekuk dan meluruskannya, masing-masing diulang 3 kali, setiap
pengulangan 8 kali hitungan, kemudian langkah kedua melakukan miring kanan dan miring kiri,
masing-masing selama 15 menit.
C (Comparison) : Pengaruh mobilisasi dini terhadap perubahan tingkat nyeri klien post operasi
appendiktomi. Variabel bebasnya adalah mobilisasi dini. Variabel terikatnya adalah perubahan
tingkat nyeri klien post operasi apendiktomi.
O (Outcome) :
42
a. Hasil penelitian menunjukan klien dengan post operasi apendektomi sebelum dilakukan
mobilisasi dini ini menununjukkan bahwa klien post operasi apendektomi masih merasakan
nyeri yang berat meskipun diberikan terapi farmakologis. Oleh karena itu diperlukan terapi
nonfarmakologis yang digunakan untuk mendampingi terapi farmakologis, sehingga dapat
membantu untuk mengurangi nyeri.
b. Hasil penelitian menunjukan penurunan skala nyeri setelah dilakukan mobilisasi juga
dipengaruhi karena mobilisasi dini mempunyai peranan penting dalam mengurangi rasa nyeri
dengan cara menghilangkan konsentrasi pasien pada lokasi nyeri atau daerah operasi,
mengurangi aktivasi mediator kimiawi seperti histamin, bradikinin, prostaglandin, asetilkolin,
substansi P, leukotrien, dan kalium pada proses peradangan yang meningkatkan respon nyeri
serta meminimalkan transmisi saraf nyeri menuju saraf pusat. Pergerakan fisik bisa dilakukan
diatas tempat tidur dengan menggerakkan tangan dan kaki yang bisa ditekuk atau diluruskan,
mengkontraksikan otot-otot dalam keadaan statis maupun dinamis termasuk juga
menggerakkan badan lainnya, miring ke kiri atau ke kanan
c. Hasil penelitian didapatkan hasil uji bivariat dependent t-test atau paired t-test dengan p value
= 0,000 yang artinya terdapat perbedaan bermakna antara skala nyeri sebelum dilakukan
mobilisasi dini dengan skala nyeri setelah dilakukan mobilisasi dini. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan, nilai skala nyeri responden setelah dilakukan mobilisasi dini didapatkan hasil
bahwa 100% responden mengalami penurunan nilai skala nyeri dan hasil rerata penurunan
skala nyeri klien sebelum dan setelah dilakukan mobilisasi dini adalah dari rerata 7,75 yang
termasuk kategori skala nyeri berat menjadi 5,62 yang termasuk kategori skala nyeri sedang
43
2. Dimensi metodologi
Desain Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimental
dengan desain penelitian pre eksperimen dengan
menggunakan metode one group pretest posttest. Desain
ini tidak memiliki kelompok pembanding (kontrol), tetapi
setidaknya telah dilakukan observasi pertama (pretest)
yang memungkinkan menguji perubahan yang terjadi
setelah dilakukan eksperimen meskipun tidak ada jaminan
bahwa perubahan yang terjadi pada variabel dependen
karena intervensi atau perlakuan.
Sampel Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan
teknik consecutive sampling. Sampel diambil sebanyak 8
responden.
Metode Penelitian ini dilakukan di Ruang Bedah Mawar Rumah
Sakit Baladhika Husada Kabupaten Jember. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Mei 2015.
Teknik pengumpulan data dengan menggunakan lembar
observasi Numeric Rating Scale (NRS). Mobilisasi dini
dilakukan 1x24 jam selama ± 45 menit, dalam 6-8 jam
pertama post operasi apendektomi yang terdiri dari dua
langkah yakni langkah pertama menggerakkan ekstremitas
klien dengan menekuk dan meluruskannya, masing-masing
diulang 3 kali, setiap pengulangan 8 kali hitungan,
kemudian langkah kedua melakukan miring kanan dan
miring kiri, masing-masing selama 15 menit.
Analisis statistik Analisis data menggunakan analisis deskriptif dan analisis
inferensial. Analisis deskriptif untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik responden. Analisis
inferensial menggunakan uji statistik paramaterik
dependent-t test.
Instrumen Instrumen pengumpulan data pada penelitian ini
menggunakan lembar observasi Numeric Rating Scale
(NRS).
3. Dimensi Etik
Subjek penelitian Subjek pada penelitian ini yaitu klien post operasi
apendektomi.
Dilema etik Sebelum melakukan penelitian ini peneliti tidak
menyatakan telah memberikan informed consent pada
keluarga atau pasien sebelum diberikan perlakuan
Pencegahan pelanggaran Dalam penelitian ini tidak terjadi adanya pelanggaran etik
etik selama proses penelitian.
4. Dimensi Interpretasi
Pembahasan Dalam pembahasan cukup mendalam karena disertai teori
yang mendukung hasil penelitian dan terdapat
perbandingan dengan hasil penelitian lain.
Simpulan Kesimpulan dari hasil penelitian adalah terdapat pengaruh
dari teknik mobilisasi dini terhadap perubahan tingkat
nyeri klien post operasi apendektomi. Hasil ini
menunjukkan bahwa mobilisasi dini dapat diberikan untuk
menurunkan skala nyeri klien pada klien post operasi
apendektomi.
44
C. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis jurnal penelitan diatas dapat dibahas mengenai kekuatan,
kelemahan dan kemungkinan penerapannya di Rumah Sakit terkait dengan terapi non
farmakologis dengan mengobservasi mobilisasi dini terhadap perubahan tingkat nyeri
klien post operasi apendektomi, sehingga dapat diketahui hasil dari tindakan yang
dilakukan.
1. Kekuatan
a. Instrumen pada penelitian ini yang digunakan berupa lembar observasi
Numeric Rating Scale (NRS).
b. Hasil penelitian dalam jurnal diterangkan serta dijabarkan satu per satu secara
mendetail dan disertai dengan tabel sehingga hasilnya lebih akurat dan dapat
dipertanggung jawabkan.
2. Hasil penelitian cukup bagus sehingga dapat memberikan kontribusi pada kalangan
kesehatan khususnya perawat untuk lebih melakukan pengembangan pengetahuan
pada penggunaan teknik mobilisasi dini terhadap perubahan tingkat nyeri klien post
operasi apendektomi,
3. Kelemahan
Pada penelitian ini tidak terdapat kelemahan pada hasil, pembahasan dan kesimpulan
dijelaskan secara rinci, akan tetapi pada rencana peneliti tidak menjelaskan tentang
pemberian informed consent.
4. Kemungkinan dan Strategi Penerapannya di Rumah sakit
Hasil penelitian ini bisa diterapkan di rumah sakit dengan menggunakan teknik
mobilisasi dini yang dapat menurunkan tingkat nyeri pada klien post operasi
apendektomi. Sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dengan
memberikan salah satu intervensi yaitu untuk mengurangi nyeri non farmakologis.
45
DAFTAR PUSTAKA
1. Elizabeth, J, Corwin. (2009). Biku saku Fatofisiologi, EGC, Jakarta.
2. Johnson, M et all, (2002). Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition,
IOWA Intervention Project, Mosby.
3. Mansjoer, A. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius FKUI
4. Mc Closkey, C.J., I et all, (2002). Nursing Interventions Classification (NIC) second
Edition, IOWA Intervention Project, Mosby.
5. NANDA, (2012.) Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi.
6. Smeltzer, Bare (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner & Suddart.
Edisi 8. Volume 2. Jakarta, EGC
46