Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN Nn. G DENGAN DIAGNOSA APPENDISTIS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas PKK Keperawatan Dasar

Di Ruang Keperawatan Lavender RSUD Kota Kendari

Oleh:

DIAN SAFITRI

P00320021108

CI INSTITUSI CI RS

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI

PRODI D-III KEPERAWATAN

SEMESTER V

TAHUN AJARAN 2023


LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Appendiks adalah ujung seperti jari yang kecil panjangnya kira-kira 10 cm(94
inci), melekat pada sekum tepat di bawah katup ileosekal. Appendiks berisimakanan
dan mengosongkan diri secara teratur ke dalam sekum. Karena pengosongannya tidak
efektif dan lumennya kecil, appendiks cenderung menjaditersumbat dan rentan
terhadap infeksi. (Smeltzer, 2002).

Apendisitis adalah peradangan dari apendiks vermivormis, dan merupakan


penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini dapat mengenai semua umur
baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki
berusiaantara 10 sampai 30 tahun (Mansjoer, Arief,dkk, 2007)

Apendisitis adalah infeksi pada appendiks karena tersumbatnya lumen


olehfekalith (batu feces), hiperplasi jaringan limfoid, dan cacing usus. Obstruksi
lumenmerupakan penyebab utama Apendisitis. Erosi membran mukosa appendiks
dapatterjadi karena parasit seperti Entamoeba histolytica, Trichuristrichiura, dan
Enterobius vermikularis (Ovedolf, 2006)

Apendisitis merupakan inflamasi apendiks vermiformis, karena struktur


yangterpuntir, appendiks merupakan tempat ideal bagi bakteri untuk berkumpul
danmultiplikasi (Chang, 2010)

Apendisitis merupakan inflamasi di apendiks yang dapt terjadi tanpa penyebab


yang jelas, setelah obstruksi apendiks oleh feses atau akibat terpuntirnyaapendiks atau
pembuluh darahya (Corwin, 2009).

B. Etiologi

Apendisitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada factor prediposisi
yaitu:

a. Faktor yang tersering adalah obstruksi lumen. Pada umumnya obstruksi ini terjadi
karena:

1) Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab terbanyak.

2) Adanya faekolit dalam lumen appendiks

3) Adanya benda asing seperti biji-bijian

4) Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya

b. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan Streptococcus

c. Laki-laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15-30
tahun(remaja dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan jaringan limpoid
padamasa tersebut.

d. Tergantung pada bentuk apendiks:

1) Appendik yang terlalu panjang

2) Massa appendiks yang pendek


3) Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen appendiks

4) Kelainan katup di pangkal appendiks(Nuzulul, 2009)

C. Manifestasi klinis
a. Nyeri kuadran bawah terasa dan biasanya disertai dengan demam ringan,
mual,muntah dan hilangnya nafsu makan.
b. Nyeri tekan local pada titik McBurney bila dilakukan tekanan.
c. Nyeri tekan lepas dijumpai
d. Terdapat konstipasi atau diare
e. Nyeri lumbal, bila appendiks melingkar di belakang sekum
f. Nyeri defekasi, bila appendiks berada dekat rektal
g. Nyeri kemih, jika ujung appendiks berada di dekat kandung kemih atau ureter
h. Pemeriksaan rektal positif jika ujung appendiks berada di ujung pelvis
i. Tanda Rovsing dengan melakukan palpasi kuadran kiri bawah yang secara
paradoksial menyebabkan nyeri kuadran kanan.
j. Apabila appendiks sudah ruptur, nyeri menjadi menyebar, disertai abdomen
terjadiakibat ileus paralitik.
k. Pada pasien lansia tanda dan gejala appendiks sangat bervariasi. Pasien
mungkintidak mengalami gejala sampai terjadi ruptur appendiks.

D. Patofisiologi
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh
hiperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat
peradangan sebelumnya, atau neoplasma.
Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami
bendungan. Makin lama mukus tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding
apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan penekanan
tekananintralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe
yangmengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat
inilahterjadi terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium.
Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal
tersebutakan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan
menembus dinding. Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum
setempatsehingga menimbulkan nyeri di daerah kanan bawah. Keadaan ini disebut
denganapendisitis supuratif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks
yang diikuti dengan gangren. Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa.
Biladinding yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis perforasi.Bila semua
proses di atas berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatanakan bergerak ke
arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal yang disebut infiltratapendikularis.
Peradangan apendiks tersebut dapat menjadi abses atau menghilang.Pada anak-anak,
karena omentum lebih pendek dan apediks lebih panjang, dindingapendiks lebih tipis.
Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masihkurang memudahkan
terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua perforasi mudahterjadi karena telah
ada gangguan pembuluh darah (Mansjoer, 2007)

E. Komplokasi
Komplikasi terjadi akibat keterlambatan penanganan Apendisitis.
Faktorketerlambatan dapat berasal dari penderita dan tenaga medis. Faktor
penderitameliputi pengetahuan dan biaya, sedangkan tenaga medis meliputi
kesalahandiagnosa, menunda diagnosa, terlambat merujuk ke rumah sakit, dan
terlambatmelakukan penanggulangan. Kondisi ini menyebabkan peningkatan angka
morbiditasdan mortalitas. Proporsi komplikasi Apendisitis 10-32%, paling sering pada
anakkecil dan orang tua. Komplikasi 93% terjadi pada anak-anak di bawah 2 tahun
dan40-75% pada orang tua. CFR komplikasi 2-5%, 10-15% terjadi pada anak-anak
danorang tua.43 Anak-anak memiliki dinding appendiks yang masih tipis, omentum
lebih pendek dan belum berkembang sempurna memudahkan terjadinya
perforasi,sedangkan pada orang tua terjadi gangguan pembuluh darah. Adapun
jeniskomplikasi diantaranya:
a. Abses merupakan peradangan appendiks yang berisi pus. Teraba
massalunak di kuadran kanan bawah atau daerah pelvis. Massa ini mula-
mula berupaflegmon dan berkembang menjadi rongga yang mengandung
pus. Hal ini terjadi bila Apendisitis gangren atau mikroperforasi ditutupi
oleh omentum
b. Perforasi
Perforasi adalah pecahnya appendiks yang berisi pus sehingga
bakterimenyebar ke rongga perut. Perforasi jarang terjadi dalam 12 jam
pertama sejakawal sakit, tetapi meningkat tajam sesudah 24 jam.
Perforasi dapat diketahui praoperatif pada 70% kasus dengan gambaran
klinis yang timbul lebih dari 36 jamsejak sakit, panas lebih dari 38,50C,
tampak toksik, nyeri tekan seluruh perut, danleukositosis terutama
polymorphonuclear (PMN) Perforasi, baik berupa perforasi bebas
maupun mikroperforasi dapat menyebabkan peritonitis
c. Peritonitis
Peritonitis adalah peradangan peritoneum, merupakan komplikasi
berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis. Bila
infeksitersebar luas pada permukaan peritoneum menyebabkan timbulnya
peritonitisumum. Aktivitas peristaltik berkurang sampai timbul ileus
paralitik, ususmeregang, dan hilangnya cairan elektrolit mengakibatkan
dehidrasi, syok,gangguan sirkulasi, dan oligouria. Peritonitis disertai rasa
sakit perut yang semakinhebat, muntah, nyeri abdomen, demam, dan
leukositosis

F. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada penderita Apendisitis meliputi
penanggulangan konservatif dan operasi.

a. Penanggulangan konservatif

Penanggulangan konservatif terutama diberikan pada penderita yang


tidakmempunyai akses ke pelayanan bedah berupa pemberian antibiotik.
Pemberianantibiotik berguna untuk mencegah infeksi. Pada penderita
Apendisitis perforasi,sebelum operasi dilakukan penggantian cairan dan
elektrolit, serta pemberianantibiotik sistemik

b. Operasi
Bila diagnosa sudah tepat dan jelas ditemukan Apendisitis maka tindakan
yangdilakukan adalah operasi membuang appendiks (appendektomi).
Penundaan

appendektomi dengan pemberian antibiotik dapat mengakibatkan abses


dan perforasi. Pada abses appendiks dilakukan

drainage

(mengeluarkan nanah).

c. Pencegahan Tersier

Tujuan utama dari pencegahan tersier yaitu mencegah terjadinya


komplikasi yanglebih berat seperti komplikasi intra-abdomen.
Komplikasi utama adalah infeksiluka dan abses intraperitonium. Bila
diperkirakan terjadi perforasi maka abdomendicuci dengan garam
fisiologis atau antibiotik. Pasca appendektomi diperlukan perawatan
intensif dan pemberian antibiotik dengan lama terapi disesuaikandengan
besar infeksi intra-abdomen.

G. Pemeriksaan Penunjang
a. LaboratoriumTerdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan C-reactive protein
(CRP). Pada pemeriksaan darah lengkap ditemukan jumlah leukosit antara
10.000-18.000/mm3 (leukositosis) dan neutrofil diatas 75%, sedangkan pada
CRPditemukan jumlah serum yang meningkat. CRP adalah salah satu
komponen protein fase akut yang akan meningkat 4-6 jam setelah terjadinya
proses inflamasi,dapat dilihat melalui proses elektroforesis serum protein.
Angka sensitivitas danspesifisitas CRP yaitu 80% dan 90%.

b. RadiologiTerdiri dari pemeriksaan ultrasonografi (USG) dan Computed


Tomography Scanning (CT-scan). Pada pemeriksaan USG ditemukan
bagian memanjang padatempat yang terjadi inflamasi pada appendiks,
sedangkan pada pemeriksaan CT-scan ditemukan bagian yang menyilang
dengan fekalith dan perluasan dari appendiks yang mengalami inflamasi
serta adanya pelebaran sekum. Tingkatakurasi USG 90-94% dengan
angka sensitivitas dan spesifisitas yaitu 85% dan92%, sedangkan CT-
Scan mempunyai tingkat akurasi 94-100% dengan sensitivitasdan
spesifisitas yang tinggi yaitu 90-100% dan 96-97%

c. Analisa urin bertujuan untuk mendiagnosa batu ureter dan kemungkinan


infeksi saluran kemih sebagai akibat dari nyeri perut bawah.

d. Pengukuran enzim hati dan tingkatan amilase membantu mendiagnosa


peradanganhati, kandung empedu, dan pankreas

e. Serum Beta Human Chorionic Gonadotrophin (B-HCG) untuk


memeriksa adanyakemungkinan kehamilan

f. Pemeriksaan barium enema untuk menentukan lokasi sekum.


Pemeriksaan Bariumenema dan Colonoscopy merupakan pemeriksaan
awal untuk kemungkinankarsinoma colon.

g. Pemeriksaan foto polos abdomen tidak menunjukkan tanda pasti


Apendisitis,tetapi mempunyai arti penting dalam membedakan
Apendisitis dengan obstruksiusus halus atau batu ureter kanan
I. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
anamnesa pada pasien dengan kasus appendisitis meliputi identitas klien,
keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat
penyakit keluarga, dan pengkajian psikososial.
a. Identitas
b. Keluhan utama
c. Riwayat penyakit masuk RS
d. Riwayat penyakit dahulu
e. Riwayat penyakit keluarga Keluarga
klien mengatakan anggota keluarganya sehat
f. Riwayat psikososial klien meliputi beberapa dimensi yang memungkinkan
perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai status emosi,
kognitif, dan perilaku klien. Pengkajian mekanisme koping yang digunakan
klien juga penting untuk menilai respons emosi klien terhadap penyakit yang
dideritanya dan perubahan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta
respons atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya, baik dalam
keluarga ataupun dalam masyarakat.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul :

1. Nyeri akut b/d agen pencederaan fisik


2. Gangguan rasa nyaman b/d gejala penyakit
3. Ansietas b/d kurang terpapar informasi

3. Perencanaan

Table perencanaan

No. Diagnosa Rencana Keperawatan


Keperawatan
Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi

1 Nyeri akut b/d Setelah dilakukan Manajemen nyeri


agen tindakan keperawatan
pencederaan selama 3 x 24 jam maka Observasi
fisik tingkat nyeri menurun a) Lokasi karakteristik, durasi,
dengan kriteria hasil: frekuensi kualitas, intensitas
1. Keluhan nyeri nyeri
menurun b) Identifikasi skala nyeri
2. Meringis c) Indentifikasi respon nyeri
menurun non verbal
3. Gelisah menurun d) Identfikasi factor yang
4. Skala nyeri dapat memperberat dan
berkurang memperingan nyeri
e) Identifikasi pengetahuan
dan keyakinan tentang nyeri
f) Identifikasi pengaruh
budaya terhadap respon
nyeri
g) Identifikasi pengaruh nyeri
pada kualitas hidup
h) Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
i) Monitor efek samping
pengunaan analgetik

Terapeutik

a) Berikan teknik
nonfarmakologi Untuk
mengurangi rasa nyeri
( missal: kompres air
hangat/dingn, terapi
bermain, terapi pijat)
b) Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(misalnya: suhu ruangan,
pencahayaan,kebisingan )
c) Fasilitasi istrahat dan tidur
d) Pertimbangkan jenis dan
sumber strategi meredakan
nyeri

Edukasi

a) Jelaskan penyebab, periode,


dan pemicu nyeri
b) Jelaskan strategi meredakan
nyeri
c) Anjurkan monitor nyeri
secara mandiri
d) Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
e) Anjarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi

a) Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

1 Gangguan rasa Setelah dilakukan Manajemen nyeri


nyaman b/d tindakan keperawatan
gejala penyakit selama 3 x 24 jam maka Observasi
status kenyamanan a) Lokasi karakteristik,
meningkat dengan durasi, frekuensi kualitas,
kriteria hasil: intensitas nyeri
b) Identifikasi skala
1. Keluhan tidak nyeri
nyaman menurun c) Indentifikasi respon
2. Gelisah menurun nyeri non verbal
d) Identfikasi factor
yang memperberat dan
memperingan nyeri
e) Identifikasi
pengetahuan dan keyakinan
tentang nyeri
f) Identifikasi
pengaruh budaya terhadap
respon nyeri
g) Identifikasi
pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
h) Monitor
keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
i) Monitor efek
samping pengunaan
analgetik

Terapeutik

a) Berikan teknik
nonfarmakologi Untuk
mengurangi rasa nyeri
( missal: kompres air
hangat/dingn, terapi
bermain, terapi pijat)
b) Control lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri (misalnya: suhu
ruangan,
pencahayaan,kebisingan )
c) Fasilitasi istrahat
dan tidur
d) Pertimbangkan jenis
dan sumber strategi
meredakan nyeri

Edukasi

a) Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
b) Jelaskan strategi
meredakan nyeri
c) Anjurkan monitor
nyeri secara mandiri
d) Anjurkan
menggunakan analgetik
secara tepat
e) Anjarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi

Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

3 Ansietas b/d Setelah dilakukan Reduksi ansietas


kurang terpapar tindakan keperawatan
informasi selama 3 x 24 jam maka a) Monitor tanda tanda
tingkat ansietas menurun ansietas
dengan kriteria hasil : b) Ciptakan suasana terapeutik
untuk menumbuhkan
1. Verbalisasi kepercayaan
khawatir akibat c) Temani pasien untuk
kondisi yang mengurangi kecemasan,
dihadapi jika kemungkinkan
menurun d) Pahami situasi yang
2. Kebingungan membuat ansietas
menurun e) Diskusikan perencanaan
3. Gelisah menurun realistis tentang peristiwa
4. Tegang menurun yang akan datang
5. Pucat menurun f) Anjurkan mengungkapkan
6. Pola tidur perasaan dan persepsi
membaik g) Anjurkan keluarga untuk
selalu disamping dan
mendukung pasien
h) Latih teknik relaksasi
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/27325901/ASKEP_appendisitis
https://www.academia.edu/40715406/LAPORAN_PENDAHULUAN_appendisitis

Anda mungkin juga menyukai