Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

DENGAN KASUS APPENDISITIS PADA An. B

Laporan Pendahuluan Keperawatan Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Metode


Daring Minggu Ke Tujuh Departemen Keperawatan Anak Daring Profesi Ners

Dosen Fasilitator:
Poppy Farasari, S.Tr. Keb, M. Kes

Disusun Oleh:

Wakhidatun Nur Riani


NIM : A3R21055

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES HUTAMA ABDI HUSADA TULUNGAGUNG
TAHUN AJARAN 2021
LAPORAN PENDAHULUAN
APPENDISITIS

A. DEFINISI
Appendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis dan merupakan
penyebab nyeri abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini menyerang semua
umur baik laki-laki maupun perempuan,tetapi lebih sering menyerang laki-laki
berusia 10 sampai 30 tahun dan merupakan penyebab paling umum inflamasi akut
pada kuadran bawah kanan dan merupakan penyebab paling umum untuk bedah
abdomen darurat (Smeltzer& Bare,2013).

Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing
(apendiks). Usus buntu adalah sekum (cecum). Infeksi ini bisa mengakibatkan
peradangan akut sehingga memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah
komplikasi yang umumnya berbahaya. (Wim de Jong et al. 2015)

Appendisitis adalah kondisi dimana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam kasus
ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi
dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi (Anonim,2017 dalam Docstoc,
2018).

Gambar 1 Gambar 2
B. ANATOMI DAN FISIOLOGI APPENDIKS

a. Anatomi Appendiks
Appendiks vermiformis atau yang sering disebut sebagai apendiks adalah organ
berbentuk tabung dan sempit yang mempunyai otot dan banyak mengandung
jaringan limfoid.Panjang apendiks vermiformis bervariasi dari 3-5 inci (8-13
cm). Dasarnya melekat pada permukaan aspek postero medial caecum, 2,5 cm
dibawah junctura iliocaecal dengan lainnya bebas. Lumennya melebar dibagian
distal dan menyempit dibagian proksimal (S. H. Sibuea, 2018). Apendiks
vermiformister letak pada kuadran kanan bawah abdomen diregio niliacadextra.
Pangkalnya diproyeksikan kedinding anterior abdomen pada titik sepertiga
bawah yang menghubungkan spinailiacaan terior superior dan umbilicus yang
disebut titik Mc Burney (Siti Hardiyanti Sibuea, 2018). Hampir seluruh
permukaan apendiks dikelilingi oleh peritoneum dan mesoapendiks (mesenter
dari apendiks) yang merupakan lipatan peritoneum berjalan continue
disepanjang apendiks dan berakhir di ujung apendiks.Vaskularisasi dari
apendiks berjalan sepanjang mesoapendiks kecuali di ujung dari apendiks
dimana tidak terdapat meso apendiks.Arteri apendikular, derivate cabang
inferior dari arteri ileocoli yang merupakan trunkus mesentrik superior. Selain
arteri apendikular yang memperdarahi hamper seluruh apendiks, juga terdapat
kontribusi dari arteri asesorius. Untuk aliran balik,vena apendiseal cabang dari
venaileocolic berjalan kevenamesentrik superior dan kemudian masuk
kesirkulasi portal (Eylin, 2019).
b. Fisiologi Appendisitis
Secarafisiologis, apendiks menghasilkan lendir1–2 ml per hari. Lendir normalnya
dicurahkan kedalam lumen dan selanjutnya mengalirkan kesekum. Hambatan
aliran lender di muara apendiks berperan pada pathogenesis apendiks.
Immunoglobulin sekreator yang dihasilkan oleh GALT (Gut Associated Lympoid
Tissue) yang terdapat disepanjang saluran pencerna termasuk apendiks ialah Ig
A. Immunoglobulin tersebut sangat efektif sebagai perlindungan terhadap
infeksi. Namun demikian pengangkatan apendiks tidak mempengaruhi system
imun tubuh karena jumlah jaringan limfa disini kecil sekali jika dibandingkan
dengan jumlahnya disaluran cerna dan diseluruh tubuh (Arifin, 2016).

C. ETIOLOGI
Appendisitis akut merupakan infeksi bakteria. Berbagai hal berperan sebagai
factor pencetusnya.Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor yang diajukan
sebagai factor pencetus disamping hyperplasia jaringan limfe, fekalit, tumor
apendiks,dan cacing askaris dapat pula menyebabkan sumbatan. Penyebab lain
yang diduga dapat menimbulkan appendicitis adalah erosi mukosa apendiks
karena parasit seperti Ehistolytica (Jong,2018).
Penelitian epidemilogi menunjukkan peran kebiasaan makan-makanan rendah
serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya appendisitis. Konstipasi akan
menaikkan tekanan intrasekal, yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional
apendiks dan meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon biasa. Semuanya ini
akan mempermudah timbulnya appendicitis akut (Jong,2018).

ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada factor prediposisi yaitu:
1. Faktor yang tersering adalah obstruksi lumen. Pada umumnya obstruksi ini
terjadi karena:
a. Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab terbanyak.
b. Adanya faekolit dalam lumen appendiks
c. Adanya benda asing seperti biji-bijian
d. Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya.
2. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan Streptococcus
a. Tergantung pada bentuk apendiks:
b. Appendik yang terlalu panjang.
c. Massa appendiks yang pendek.
d. Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen appendiks.
e. Kelainan katup di pangkal appendiks. (Nuzulul, 2019)

D. KLASIFIKASI
a. Apendisitis akut
Apendisitis akut adalah : radang pada jaringan apendiks. Apendisitis akut pada
dasarnya adalah obstruksi lumen yang selanjutnya akan diikuti oleh proses infeksi
dari apendiks.
Penyebab obstruksi dapat berupa :
1. Hiperplasi limfonodi sub mukosa dinding apendiks.
2. Fekalit
3. Benda asing
4. Tumor.
Adanya obstruksi mengakibatkan mucin/ cairan mukosa yang diproduksi tidak
dapat keluar dari apendiks, hal ini semakin meningkatkan tekanan intra luminer
sehingga menyebabkan tekanan intra mukosa juga semakin tinggi.
Tekanan yang tinggi akan menyebabkan infiltrasi kuman ke dinding apendiks
sehingga terjadi peradangan supuratif yang menghasilkan pus/ nanah pada
dinding apendiks. Selain obstruksi, apendisitis juga dapat disebabkan oleh
penyebaran infeksi dari organ lain yang kemudian menyebar secara hematogen ke
apendiks.
a. Apendisitis Purulenta (Supurative Appendicitis)
Tekanan dalam lumen yang terus bertambah disertai edema menyebabkan
terbendungnya aliran vena pada dinding appendiks dan menimbulkan trombosis.
Keadaan ini memperberat iskemia dan edema pada apendiks. Mikroorganisme
yang ada di usus besar berinvasi ke dalam dinding appendiks menimbulkan
infeksi serosa sehingga serosa menjadi suram karena dilapisi eksudat dan fibrin.
Pada appendiks dan mesoappendiks terjadi edema, hiperemia, dan di dalam
lumen terdapat eksudat fibrinopurulen. Ditandai dengan rangsangan peritoneum
lokal seperti nyeri tekan, nyeri lepas di titik Mc Burney, defans muskuler, dan
nyeri pada gerak aktif dan pasif. Nyeri dan defans muskuler dapat terjadi pada
seluruh perut disertai dengan tanda-tanda peritonitis umum.
a. Apendisitis kronik
Diagnosis apendisitis kronik baru dapat ditegakkan jika dipenuhi semua
syarat: riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari dua minggu, radang kronik
apendiks secara makroskopik dan mikroskopik, dan keluhan menghilang satelah
apendektomi. Kriteria  mikroskopik apendiksitis kronik adalah fibrosis
menyeluruh dinding apendiks, sumbatan parsial atau total lumen apendiks,
adanya jaringan parut dan ulkus lama dimukosa, dan infiltrasi sel inflamasi
kronik. Insidens apendisitis kronik antara 1-5 persen.
b. Apendissitis rekurens
Diagnosis rekuren baru dapat dipikirkan jika ada riwayat serangan nyeri
berulang di perut kanan bawah yang mendorong dilakukan apeomi dan hasil
patologi menunjukan peradangan akut. Kelainan ini terjadi bila serangan
apendisitis akut pertama kali sembuh spontan. Namun, apendisitis tidak pernah
kembali ke bentuk aslinya karena terjadi fribosis dan jaringan parut. Resiko
untuk terjadinya serangan lagi sekitar 50 persen. Insidens apendisitis rekurens
biasanya dilakukan apendektomi yang diperiksa secara patologik.
Pada apendiktitis rekurensi biasanya dilakukan apendektomi karena sering
penderita datang dalam serangan akut.
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Nyeri kuadran bawah terasa dan biasanya disertai dengan demam ringan,
mual, muntah, dan hilangnya nafsu makan.
2. Nyeri tekan local pada titik Mc. Burney bila dilakukan tekanan.
3. Nyeri tekan lepas dijumpai.
4. Terdapat konstipasi atau diare.
5. Nyeri lumbal, bila appendiks melingkar di belakang sekum.
6. Nyeri defekasi, bila appendiks berada dekat rektal.
7. Nyeri kemih, jika ujung appendiks berada di dekat kandung kemih atau
ureter.
8. Pemeriksaan rektal positif jika ujung appendiks berada di ujung pelvis.
9. Tanda Rovsing dengan melakukan palpasi kuadran kiri bawah yang secara
paradoksial menyebabkan nyeri kuadran kanan.
10. Apabila appendiks sudah ruptur, nyeri menjadi menyebar, disertai abdomen
terjadi akibat ileus paralitik.
11. Pada pasien anak dan lansia tanda dan gejala appendiks sangat bervariasi.
Pasien mungkin tidak mengalami gejala sampai terjadi ruptur appendiks.
12. Spasme otot
F. PATHWAY

Obstruksi lumen, infeksi kuman dari


kolon (E. Coli dan Streptococcus),
bentuk dari appendiks, idiopatik

Tersumbat fekolit atau benda asing

Inflamasi apendiks

APENDISITIS

Peradangan Infeksi
Sekresimucusberlebihpada Kurang informasi
pada jaringan epigastrium
lumenapendiks terkait penyakit

Mengaktifkan Inflamasi dan


hipothalamus perforasi pada Apendiks teregang Kesalahan interpretasi
apendiks

Merangsang pusat Cemas dan gelisah


Kerusakan kontrol Mual dan muntah saraf sensori dikarenakan gejala
suhu terhadap
tidak kunjung sembuh
inflamasi

MK: MK: NYERI


HIPOVOLEMI AKUT MK: ANSIETAS
MK : (D.0023) (D.0077) (D.0080)
HIPERTERMI
(D.0130)
G. KOMPLIKASI
a. Abses
Abses merupakan peradangan apendiks yang berisi pus. Teraba massa lunak dikuadran
kanan bawah atau daerah pelvis. Massa ini mula- mula berupa flegmon dan
berkembang menjadi rongga yang mengandung pus. Hal ini terjadi apabila appendisis
gangrene atau mikro perforasi ditutupi oleh omentum. Operasi appendek tomi untuk
kondisi abses apendiks dapat dilakukan secara dini (appendektomi dini) maupun
tertunda (appendektomi interval). Appendektomi dini merupakan appendektomi yang
dilakukan segera atau beberapa hari setelah kedatangan klien di rumah
sakit.Sedangkan appendektomi interval merupakan appendektomi yang dilakukan
setelah terapi konservatif awal,berupa pemberian antibiotic intravena selama beberapa
minggu.
b. Perforasi
Perforasi adalah pecahnya apendiks yang berisi pus sehingga bakteri menyebar ke
rongga perut. Perforasi jarang terjadi dalam 12 jam pertama sejak awal sakit, tetapi
meningkat tajam sesudah 24 jam. Perforasi dapat diketahui pra operatif pada 70 %
kasus dengan gambaran klinis yang timbul lebih dari 36 jam sejak sakit, panas lebih
dari 38,5 °C, tampak toksik, nyeri tekan seluruh perut, dan leukositosis terutama Poly
morphonuclear (PMN). Perforasi baik berupa perforasi bebas maupun mikroperforasi
dapat menyebabkan terjadinya peritonitis. Perforasi memerlukan pertolongan medis
segera untuk membatasi pergerakan lebih lanjut atau kebocoran dari isi lambung
kerongga perut. Mengatasi peritonitis dapat dilakukan oprasi untuk memperbaiki
perforasi, mengatasi sumber infeksi, atau dalam beberapa kasus mengangkat bagian
dari organ yang terpengaruh.
c. Peritonitis
Peritonitis adalah peradangan pada peritoneum. Bila infeksi tersebar luas pada
permukaan peritoneum dapat menyebabkan timbulnya peritonitis umum. Aktivitas
Peristaltic kurang sampai timbul ileus paralitik, usus meregang,dan hilangnya cairan
elektrolit mengakibatkan dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi, dan oliguria. Peritonitis
disertai rasa sakit perut yang semakin hebat, muntah, nyeri abdomen, demam,dan
leukositosis. Penderita peritoniis akan disarankan untuk menjalani rawat inap di
rumah sakit.
Beberapa penanganan bagi penderita peritonitis adalah:
1. Pemberian obat-obatan. Penderita akan diberikan antibiotic suntik atau obat anti
jamur bila dicurigai penyebabnya adalah infeksi jamur, untuk mengobati serta
mencegah infeksi menyebar keseluruh tubuh. Jangka waktu pengobatan akan
disesuaikan dengan tingkat keparahan yang dialami klien.
2. Pembedahan. Tindakan pembedahan dilakukan untuk membuang jaringan yang
terinfeksi atau menutup robekan yang terjadi pada organ dalam.

H. PENATALAKSANAAN
Menurut (Wijaya &Putri, 2013) penatalaksanaan medis pada appendicitis
meliputi:
a. Sebelum operasi
1. Observasi
Dalam 8-12 jam setelah timbulnya keluhan, tanda dan gejala appendicitis
seringkali belum jelas, dalam keadaan ini observasi ketat perlu
dilaksanakan.Klien diminta melakukan tirah baring dan dipuasakan.
Pemeriksaan abdomen dan rectal serta pemeriksaan darah (leukosit dan
hitung jenis) diulang secara periodik, foto abdomen dan toraks tegak dilakukan
untuk mencari kemungkinan adanya penyulit lain. Pada kebanyakan kasus,
diagnosis ditegakkan dengan lokalisasi nyeri didaerah kanan bawah dalam 12
jam setelah timbulnya keluhan.
2.Antibiotik
Antibiotik diberikan untuk mencegah terjadinya infeksi dan abses intra
abdominal luka operasi pada klien apendiktomi. Antibiotik diberikan
sebelum,saat,hingga 24 jam pasc aoperasi dan melalui cara pemberian
intravena (IV) (Sulikhah,2014).
b. Operasi
Tindakan operasi yang dapat dilakukan adalah apendiktomi. Apendiktomi
adalah suatu tindakan pembedahan dengan cara membuang apendiks (Wiwik
Sofiah, 2017). Indikasi dilakukannya operasi apendiktomi yaitu bila diagnose
appendicitis telah ditegakkan berdasarkan gejala klinis. Pada keadaan yang
meragukan diperlukan pemeriksan penunjang USG atau CT scan. Apendiktomi
dapat dilakukan dibawah anastesi umum atau spinal dengan insisi pada
abdomen bawah. Anastesi diberikan untuk memblokir sensasi rasa sakit. Efek
dari anastesi yang sering terjadi pada klien post operasi adalah
termanipulasinya organ abdomen sehingga terjadi distensi abdomen dan
menurunnya peristaltik usus. Hal ini mengakibatkan belum munculnya
peristaltic usus (Mulya,2015).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Kiik,2018) dalam 4 jam
pasca operasi klien sudah boleh melakukan mobilisasi bertahap, dan dalam 8 jam
pertama setelah perlakuan mobilisasi dini pada klien pasca operasi abdomen
terdapat peningkatan peristaltic usus bahkan peristaltic usus dapat kembali
normal. Kembalinya fungsi peristaltik ususakan memungkinkan pemberian diet,
membantu pemenuhan kebutuhan eliminasi serta mempercepat proses
penyembuhan.
Operasi apendiktomi dapat dilakukan dengan 2 teknik, yaitu operasi
apendiktomi terbuka dan laparaskopi apendiktomi. Apendiktomi terbuka
dilakukan dengan cara membuats ebuah sayatan dengan panjang sekitar 2–4 inci
pada kuadran kanan bawah abdomen dan apendiks dipotong melalui lapisan
lemakd an otot apendiks. Kemudian apendiks diangkat atau dipisahkan dari usus
(Dewi,2015).
Sedangkan pada laparas kopi apendiktomi dilakukan dengan membuat 3
sayatan kecil diperut sebagai akses, lubang pertama dibuat dibawah
pusar,fungsinya untuk memasukkan kamera supermini yang terhubung
kemonitor kedalam tubuh,melalui lubang ini pula sumber cahaya dimasukkan.
Sementara dualubang lain di posisikan sebagai jalan masuk peralatan bedahs
eperti penjepit atau gunting. Ahli bedah mengamati organ abdominal secara
visual dan mengidentifikasi apendiks.
Apendiks dipisahkan dari semua jaringan yang melekat, kemudian
apendiks diangkat dan di keluarkan melalui salah satu sayatan (Hidayatullah,
2014). Jika apendiks mengalami perforasi bebas, maka abdomen dicuci dengan
garam fisiologis dan antibiotika.Tindakan pembedahan dapat menimbulkan luka
insisi sehingga pada klien post operatif apendiktomi dapat terjadi resiko infeksi
luka operasi.
c. Pasca operasi
Dilakukan observasi tanda-tanda vital untuk mengetahui terjadinya perdarahan
di dalam,syok,hipertermia atau gangguan pernapasan .Klien dibaringkan dalam
posisi terlentang. Klien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan.
Puasa diteruskan sampai fungsi usus kembali normal.

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
Terdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan C-reactive protein (CRP). Pada
pemeriksaan darah lengkap ditemukan jumlah leukosit antara 10.000-18.000/
mm3 (leukositosis) dan neutrofil diatas 75%, sedangkan pada CRP ditemukan
jumlah serum yang meningkat. CRP adalah salah satu komponen protein fase
akut yang akan meningkat 4-6 jam setelah terjadinya proses inflamasi, dapat
dilihat melalui proses elektroforesis serum protein. Angka sensitivitas dan
spesifisitas CRP yaitu 80% dan 90%.
a. Hitung jenis leukosit dengan hasil leukositosis.
Pada kebanyakan kasus terdapat leukositosis terlebih pada kasus dengan
komplikasi berupa perforasi. Pada pemeriksaan ini leukosit meningkat
rentang 10.000–hingga 18.000/mm3, kemudian neutrofil meningkat 75%,
dan WBC meningkat sampai20.000 mungkin indikasi terjadinya perforasi
(jumlah sel darah merah).
b. Pemeriksaan urin dengan hasil sedimen dapat normal atau terdapat
leukosit dan eritosit lebih dari normal bila apendiks yang meradang
menempel pada ureter atau vesika. Laju endap darah (LED) meningkat
pada keadaan apendisitis infiltrat. Urin rutin penting untuk melihat apakah
ada infeksi pada ginjal
.

Data Pemeriksaan Diagnostik


c. Apendikogram
Dilakukan dengan cara pemberian kontras BaSO4 serbuk halus yang
diencerkan dengan perbandingan 1:3 secara peroral dan diminum sebelum
pemeriksaan kurang lebih 8-10 jam untuk anak-anak atau 10-12 jam untuk
dewasa hasil apendikogram dibaca oleh dokter spesialis radiologi adiologi
Terdiri dari pemeriksaan Ultrasonografi (USG) dan Computed Tomography
Scanning (CT-scan). Pada pemeriksaan USG ditemukan bagian memanjang
pada tempat yang terjadi inflamasi pada appendiks, sedangkan pada
pemeriksaan CT-scan ditemukan bagian yang menyilang dengan fekalith
dan perluasan dari appendiks yang mengalami inflamasi serta adanya
pelebaran sekum. Tingkat akurasi USG 90-94% dengan angka sensitivitas
dan spesifisitas yaitu 85% dan 92%, sedangkan CT-Scan mempunyai tingkat
akurasi 94-100% dengan sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi yaitu 90-
100% dan 96-97%.
2. Analisa urin bertujuan untuk mendiagnosa batu ureter dan kemungkinan
infeksi saluran kemih sebagai akibat dari nyeri perut bawah.
3. Pengukuran enzim hati dan tingkatan amilase membantu mendiagnosa
peradangan hati, kandung empedu, dan pankreas.
4. Serum Beta Human Chorionic Gonadotrophin (B-HCG) untuk memeriksa
adanya kemungkinan kehamilan.
5. barium enema untuk menentukan lokasi sekum. Pemeriksaan Barium enema
dan Colonoscopy merupakan pemeriksaan awal untuk kemungkinan
karsinoma colon.
6. Pemeriksaan foto polos abdomen tidak menunjukkan tanda pasti Apendisitis,
tetapi mempunyai arti penting dalam membedakan Apendisitis dengan
obstruksi usus halus atau batu ureter kanan.
J. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
a. Data demografi
Identitas klien: nama,umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor register.
b. Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama
Nyeri pada daerah abdomen kanan bawah.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengatakan nyeri pada daerah abdomen kanan bawah yang
menembus kebelakang sampai pada punggung dan mengalami demam
tinggi
3. Riwayat kesehatan dahulu
Apakah klien pernah mengalami operasi sebelumnya pada colon.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah anggota keluarga ada yang mengalami jenis penyakit yang sama.
c. Pemeriksaan fisik ROS (review ofsystem)
1. Kedaan umum : kesadaran composmentis, wajah tampak menyeringai,
konjungtiva anemis.
2. Sistem kardiovaskuler: ada distensi vena jugu laris, pucat ,edema, TD>
110/70 mmHg; hipertermi.
3. Sistem respirasi: frekuensi nafas normal (16-20x/menit), dada simetris,
ada tidaknya sumbatan jalan nafas, tidak ada gerakan cuping
hidung,tidak terpasang O2,tidak ada ronchi,whezing,stridor.
4. Sistem hematologi: terjadi peningkatan leukosit yang merupakan tanda
adanya infeksi dan pendarahan.
5. Sistem urogenital: ada ketegangan kandung kemih dan keluhan sakit
pinggang serta tidak bias mengeluarkan urin secara lancar.
6. Sistem muskuloskeletal: ada kesulitan dalam pergerakkan karena proses
perjalanan penyakit.
7. Sistem Integumen: terdapat oedema,turgor kulit menurun,sianosis,
pucat.
8. System Abdomen: terdapat nyeri lepas, peristaltic pada usus ditandai
dengan distensi abdomen.
d. Pola fungsi kesehatan menurut Gordon.
1. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Adakah ada kebiasaan merokok, penggunaan obat-obatan, alkohol dan
kebiasaan olahraga (lama frekwensinya), karena dapat mempengaruhi
lamanya penyembuhan luka
2. Pola nutrisi dan metabolisme.
Klien biasanya akan mengalami gangguan pemenuhan nutrisi akibat
pembatasan intake makanan atau minuman sampai peristaltic usus
kembali normal.
3. Pola Eliminasi.
Pada pola eliminasi urine akibat penurunan daya konstraksi kandung
kemih, rasa nyeri atau karena tidak biasa BAK ditempat tidur akan
mempengaruhi pola eliminasi urine. Pola eliminasi alvi akan
mengalami gangguan yang sifatnya sementara karena pengaruh anastesi
sehingga terjadi penurunan fungsi.
4. Pola aktifitas.
Aktifitas dipengaruhi oleh keadaan dan malas bergerak karena rasa
nyeri,aktifitas biasanya terbatas karena harus bedrest berapa waktu
lamanya setelah pembedahan.
5. Pola sensorik dan kognitif.
Ada tidaknya gangguan sensorik nyeri, penglihatan serta pendengaran,
kemampuan berfikir, mengingat masalalu, orientasi terhadap orang
tua,waktu dan tempat.
6. Pola Tidur dan Istirahat.
Insisi pembedahan dapat menimbulkan nyeri yang sangat sehingga dapat
mengganggu kenyamanan pola tidur klien

7. Pola Persepsi dan konsep diri.


Penderita menjadi ketergantungan dengan adanya kebiasaan gerak
segala kebutuhan harus di bantu. Klien mengalami kecemasan tentang
keadaan dirinya sehingga penderita mengalami emosi yang tidak stabil.
8. Pola hubungan.
Dengan keterbatasan gerak kemungkinan penderita tidak bisa
melakukan peran baik dalam keluarganya dan dalam masyarakat.
Penderita mengalami emosi yang tidak stabil.
9. Pemeriksaan diagnostic.
a. Ultra sonografi adalah diagnostic untuk apendistis akut.
b. Foto polosa bdomen: dapat memperlihatkan distensi sekum,
kelainan nonspesifik seperti fekalit dan pola gas dan cairan
abnormal atau untuk mengetahui adanya komplikasi pasca
pembedahan.
c. Pemeriksaan darah rutin: untuk mengetahui adanya peningkatan
leukosit yang merupakan tanda adanya infeksi.
d. Pemeriksaan Laboratorium.
Darah :Ditemukanl eukosit 10.000–18.0000µ/ml.
Urine :Ditemukan sejumlah kecil leukosit dan eritrosit
K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermi b.d proses penyakit (infeksi) d.d suhu tubuh diatas normal, kulit
merah, kejang, takikardia, takipnea, kulit terasa hangat (D.0130)
2. Hipovolemia b.d kehilangan cairan secara aktif d.d frekuensi nadi meningkat,
nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit
menurun, membran mukosa kering, volume urine menurun, hematokrit
meningkat, merasa lemah, mengeluh haus, pengisian vena menurun, status
mental berubah, suhu tubuh meningkat, konsentrasi urin meningkat, BB tiba-tiba
turun (D.0023)
3. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (proses penyakit appendisitis) d.d
tampak meringis,gelisah,frekuensi nadi meningkat,sulit tidur (D.0077)
4. Ansietas b.d kurang terpapar informasi d.d merasa bingung,merasa khawatir
dengan akibat dari kondisi yang dihadapi, mengeluh pusing, tampak gelisah,
tampak tegang,sulit tidur, diaphoresis, frekuensi nafas meningkat, frekuensi nadi
meningkat, tekanan darah meningkat (D.0080)
L. INTERVENSI
No Diagnosa SLKI SIKI
Keperawatan
1. Hipertermi b.d proses Termoregulasi L.14134 Manajemen Hipertermi I.15506
penyakit (infeksi) d.d Setelah dilakukan tindakan Observasi
suhu tubuh diatas keperawatan selama 3x24 1. Identifkasi penyebab
normal, kulit merah, jam diharapkan hipertermi (mis. dehidrasi
kejang, takikardia, termoregulasi pasien terpapar lingkungan panas
takipnea, kulit terasa membaik dengan kriteria penggunaan incubator)
hangat (D.0130) hasil : 2. Monitor suhu tubuh
- Menggigil menurun 3. Monitor kadar elektrolit
- Suhu tubuh membaik Terapeutik
- Suhu kulit membaik 4. Sediakan lingkungan yang
- Kulit memerah dingin
menurun 5. Longgarkan atau lepaskan
- Akrosianosis menurun pakaian
- Pucat menurun 6. Berikan cairan oral
- Takikardi menurun 7. Ganti linen setiap hari atau
lebih sering jika mengalami
hiperhidrosis (keringat berlebih)
8. Lakukan pendinginan
eksternal (mis. selimut
hipotermia atau kompres dingin
pada dahi, leher, dada,
abdomen,aksila)
9. Hindari pemberian antipiretik
atau aspirin
10. Batasi oksigen, jika perlu
Edukasi
11. Anjurkan tirah baring

Kolaborasi
12. Kolaborasi cairan dan
elektrolit intavena, jika perlu
2. Hipovolemia b.d Status Cairan L. 03028 MANAJEMEN HIPOVOLEMIA
kehilangan cairan setelah dilakukan tindakan  (I.03116)
secara aktif (D. 0023) keperawatan 3x24 jam Observasi
diharapkan status cairan 1. Periksa tanda dan gejala
membaik dengan kriteria hipovolemia (mis. frekuensi
hasil sbb : nadi meningkat, nadi teraba
- kekuatan nadimeningkat lemah, tekanan darah menurun,
- turgor kulit meningkat tekanan nadi menyempit,turgor
- output urine meningkat kulit menurun, membrane
- ortopnea menurun mukosa kering, volume urine
- dispnea menurun menurun, hematokrit meningkat,
- edema perifer menurun haus dan lemah)
- frekuensi nadi membaik 2. Monitor intake dan output
-tekanan darah, nadi cairan
membaik Terapeutik
- membran mukosa 3. Hitung kebutuhan cairan
membaik 4. Berikan posisi modified
- JVP membaik trendelenburg
- kadar Hb, Ht membaik 5. Berikan asupan cairan oral
Edukasi
6. Anjurkan memperbanyak
asupan cairan oral
7. Anjurkan menghindari
perubahan posisi mendadak
Kolaborasi
8. Kolaborasi pemberian cairan IV
issotonis (mis. cairan NaCl, RL)
9. Kolaborasi pemberian cairan IV
hipotonis (mis. glukosa 2,5%,
NaCl 0,4%)
10. Kolaborasi pemberian cairan
koloid (mis. albumin,
plasmanate)
11. Kolaborasi pemberian produk
darah
3. Nyeri Akut b.d agen TingkatNyeri ManajemenNyeri I.08238
pencedera fisiologis L.08066 Observasi
(proses penyakit setelah dilakukan 1. Identifikasilokasi, karakteristik,
appendisitis) d.d tindakan keperawatan durasi, frekuensi, kualitas,
tampak meringis, 3x24 jam diharapkan intensitas nyeri
gelisah, frekuensi tingkat nyeri menurun 2. Identifikasi skala nyeri
nadi meningkat,sulit dengan kriteria hasil sbb : 3. Identifikasi respon
tidur (D.0077) - Keluhan nyeri menurun nyerinon verbal
- Meringismenurun Terapeutik
- Sikap protektifmenurun 4.Berikan tekniknonfarmakologis

- Gelisah menurun untuk mengurangi rasa nyeri


(mis. TENS, hypnosis,
- Kesulitan tidur menurun
akupresur,terapi musik,
- Frekuensi nadi membaik
biofeedback, terapi pijat,
- Pola nafas membaik
aroma terapi, teknik imajinasi
- Tekanan darah membaik terbimbing, kompres
- Nafsu makan membaik hangat/dingin, terapi bermain)
5. Control lingkungan yang
- Pola tidur membaik
memperberat rasa nyeri
(mis.Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
Edukasi
6. Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
7. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
8. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasan yeri
Kolaborasi
9. Kolaborasi dalam pemberian
analgesic
4. Ansietasb.d kurang Tingkat Ansietas Reduksi Ansietas (I.09314)
terpapar informasi L.09093 Observasi
d.d merasa bingung, Setelah dilakukan 1. Identifikasi saat tingkat
merasa khawatir tindakan keperawatan anxietas berubah (mis.
dengan akibat dari selama 3x24 jam Kondisi, waktu, stressor)
kondisi yang diharapkan tingkat 2. Identifikasi kemampuan
dihadapi, mengeluh ansietas menurun dengan mengambil keputusan
pusing, tampak Kriteria hasil : 3. Monitor tanda anxietas
gelisah, tampak - Verbalisasi kebingungan (verbaldan non verbal)
tegang, sulit tidur, menurun Terapeutik
diaphoresis, - Verbalisasi khawatir 4. Ciptakan suasana terapeutik
frekuensi nafas akibat kondisiyang untuk menumbuhkan
meningkat, dihadapi menurun kepercayaan
frekuensinadi - Perilaku gelisah menurun 5. Temani pasien untuk
meningkat,tekanan - Perilaku tegang mengurangi kecemasan , jika
darah meningkat menurun memungkinkan
(D.0080) - Keluhan pusing 6. Pahami situasi yang membuat
menurun anxietas
- Anoreksia menurun 7. Dengarkan dengan penuh
- Palpitasi menurun perhatian

- Tekanan darah menurun 8. Gunakan pedekatan yang


tenang dan meyakinkan
- Frekuensi pernafasan
9. Motivasi mengidentifikasi
menurun
situasi yang memicu
- Frekuensi nadi menurun
kecemasan
- Diaphoresis menurun
10. Diskusikan perencanaan
- Tremor menurun
realistis tentang peristiwa
- Pucat menurun yang akan datang
- Pola tidur membaik Edukasi

- Orientasi membaik 11. Jelaskan prosedur,


termasuk sensasi yang
mungkin dialami
12. Informasikan secara
factual mengenai diagnosis,
pengobatan, dan prognosis
13. Anjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien, jikaperlu
14. Anjurkan melakukan kegiatan
yang tidak kompetitif, sesuai
kebutuhan
15. Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
16. Latih kegiatan pengalihan,
untuk mengurangi ketegangan
17. Latih penggunaan mekanisme
pertahanan diriyang tepat
18. Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
19. Kolaborasi pemberian obat
anti anxietas, jika perlu

M. IMPLEMENTASI
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan
mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi.Tindakan mandiri adalah tindakan
keperawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan perawat serta bukan atas petunjuk
tenaga kesehatan yang lain. Sedangkan tindakan kolaborasi adalah tindakan
keperawatan yang didasarkan oleh hasil keputusan bersama dengan dokter atau
petugas kesehatan lain.

N. EVALUASI
Merupakan penilaian dari hasil implementasi keperawatan yang berpedoman kepada
hasil dan tujuan yang hendak dicapai.
Discharge Planning
a. Ajarkan pada orang tua mengenal tanda-tanda kekambuhan dan laporkan
dokter/perawat
b. Instruksi kan untuk memberikan pengobatan sesuai dengan dosis dan waktu
c. Ajarkan bagaimana mengukur suhu tubuhdan intervensi
d. Instruksikan untukcontrol ulang
e. Jelaskan factor penyebab deman dan menghindari factor pencetus
DAFTAR PUSTAKA

Hartini, Sri, Pertiwi, P.P. (2015). Asuhan keperawatan pada pasien apendisitis. Jurnal
Keperawatan. Diakses dari ejournal.stikestelogorejo.ac.id pada 5 Juli 2018
Lestari, Titik. (2016). Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan Indikator
Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan Tindakan
Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan Kreteria Hasil
Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
“HUTAMA ABDI HUSADA”
Ijin Pendirian Mendiknas RI Nomor :
113/D/O/2009
Jl. Dr. Wahidin Sudiro Husodo Telp./Fax: 0355-
322738 Tulungagung 66224
Alamat E-mail : stikeshahta@yaoo.co.id

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK


DENGAN APPENDISITIS

Ruangan : Wijaya Kusuma


No. Reg : 0214862

Pengkajian diambil tanggal : 08 Desember 2021 Jam : 10.00 WIB

1. Identitas Klien
Nama / Jenis kelamin : An. B
Alamat : Trenggalek, Karangan
Umur anak : 6 tahun
Nama ayah : Tn. S
Pendidikan ayah : SLTA
Pekerjaan ayah : Wiraswasta
Pekerjaan ibu : Ibu rumah tangga
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Diagnosa medis : Appendisitis
Tanggal masuk RS : 08-12-2021
2. Riwayat Keperawatan
1. Riwayat penyakit
1.1. Keluhan utama : ibu pasien mengatakan anaknya mengeluh nyeri
perut bagian kanan bawah

1.2. Lama keluhan : 1 minggu


1.3. Akibat timbulnya keluhan : susah makan, lemes, rewel, anak murung
1.4. Faktor yang memperberat : ketika berlari
2. Riwayat penyakit sekarang :
Alasan masuk rumah sakit karena ibu px mengatakan px mengeluh nyeri pada perut
kanan bawah sejak seminggu yang lalu, disertai demam, saat malam hari sering susah
tidur, nyeri sering muncul saat aktifitas berlebihan dan hilang saat istirahat. Px tampak
lemas, dan lemah, px tampak memegangi perut dan meringis, kulit memerah dan
hangat. Hasil pemeriksaan didapatkan S: 38,80C, N : 126x/mnt, RR : 38x/mnt, skala
nyeri diperoleh nilai 6, nyeri seperti tertusuk jarum, durasi kurang lebih 5 menit.

3. Riwayat keperawatan dahulu : tidak mempunyai penyakit keturunan


3.1. Pre natal : selama kehamilan sudah periksa 4 kali, tidak ada masalah
kandungan
3.2. Natal : pasien lahir secara SC di rumahsakit dan tidak ada kelainan
3.3. Post natal : ibu memberikan inisiasi menyusui dini (IMD)
3.4. Luka / operasi : tidak ada
3.5. Allergi : tidak ada
3.6. Pola kebiasaan : bermain dengan teman sebaya
3.7. Tumbuh kembang :
- Tengkurap usia : 7 bulan
- Duduk usia : 12 bulan
- Berdiri usia : 15 bulan
- Mengoceh usia : 13 bulan
- Bicara usia : 26 bulan
3.8. Riwayat Imunisasi :
BCG : usia 2 bulan HB : usia 0 bulan
DPT : usai 3 bulan Meningitis : belum pernah
Polio : usia 3 bulan Lain – lain : tidak ada
Campak : usia 9 bulan

4. Riwayat kesehatan keluarga : tidak ada penyakit keturunan


5. Riwayat Psikososial : tidak ada kelainan psikososial
6. Riwayat seksual : tidak pernah mengalami kekerasan seksual
7. Riwayat keluarga :
7.1. Komposisi keluarga terhadap :
Keluarga Inti : Lengkap, yang terdiri dari ayah ibu dan adik
7.2. Lingkungan rumah dan Komunitas : terdapat toleransi diantara sesame keluarga
8. Kultur dan kepercayaan : penganut agama islam
9. Fungsi dan hubungan keluarga : terjalin baik dan sesuai peran ayah kepala keluarga dan
pencari nafkah, ibu dirumah merawat anak
10. Pola perilaku yang mempengaruhi kesehatan: tidak membedakan antara makanan orang
dewasa dengan anak-anak
11. Persepsi keluarga terhadap anak : anak adalah titipan yang harus di jaga dan
dibesarkan dengan baik

3. Pemeriksaan fisik
Anak dan neonatus
1. Keadaan umum : K/U lemah lemas pucat GCS 454
Kesadaran : compos mentis
BB : 20 Kg
TB : 125 cm
LL : 16,0 cm
2. Tanda – tanda vital :
- Tensi :- Nadi : 126x/mnt Suhu : 38,30C
- Pernafasan: 38 x/mnt
3. Kepala dan wajah
- Rambut kepala : berwarna hitam penyebaran rata
- Bentuk kepala : simetris
- Ukuran – ukuran kepala
- UUB : menutup
- UUK : menutup
4. Mata :
Sklera : putih, tidak ikterik
Konjungtiva : anemis
5. Telinga : normoltia, bersih
6. Hidung : tidak ada kelainan, bersih
7. Mulut : mukosa bibir lembab, lidah pucat, tdk ada stomatitis,
8. Tenggorokan : tidak ada kelainan
9. Leher : tidak ada bendungan vena jugularis
10. Dada : normal chest
11. Paru – paru : tidak terdapat suara nafas tambahan
12. Jantung : BJ1 : LUP BJ2: DUP tidak ada mur mur
13. Abdoment : ada nyeri tekan di bagian kanan bawah
14. Ginjal : tidak ada nyeri tekan
15. Genetalia : tidak ada kelainan
16. Axstremits : tidak ada kelainan, kekuatan otot 4 4 4
17. Rektum : terdapat lubang anus
18. Neurologi : tidak ada permasalahan pada saraf
19. Endokrin : tidak mengalami hipoglikemia maupun hiperglikemia

4. Pola Kesehatan Fungsional


1. Nutrisi / Makan / Minum : nutrisi cukup baik, makan minum melalui oral, namun
porsi sedikit
2. Eliminasi : BAK sering BAB 2 hari sekali
3. Istirahat dan tidur : saat dirumah tidur jam 8 malam
4. Aktivitas dan latihan : bermain dengan teman sebaya
V. Pemeriksaan Penunjang :
( Hasil Laboratorium dan Hasil Pemeriksaan Lain )
Jenis Hasil Nilai Rujukan Satuan
pemeriksaan
Pemeriksaan darah lengkap
Hemoglobin 11.2 11.0-16.5 gr/dl
Eritrosit 5.8 4,2 – 11,0 106 /ul
Trombosit 160.000 150.000-400.000 mcL
Leukosit 10.9 5.0-10.0 103 /ul
Eosinofil 5 0-4 %

VI. Persepsi Keluarga Terhadap Penyakit Anaknya :


Keluarga percaya penyakit anaknya bisa disembuhkan, dan anaknya dapat segera pulih dan
dapat beraktifitas secara normal seperti sedia kala.

VII. Penatalaksanaan DanTerapi :


- Inf RL 1500ml/24 jam = Membantu memenuhi kebutuhan cairan dalam tubuh
- Inf NaCl 1500ml/24 jam = Membantu memenuhi kebutuhan cairan dalam tubuh
- Inj Ciprofloxacin 20mg2x1 = obat antibiotic untuk mengatasi infeksi bakteri
- Inf sanmol 15mg/6 jam 2x1 = membantu menurunkan demam
- Inj Dexametason 0.2 mg 3x1 = untuk mengobati inflamasi
- Inj Ranitidin 20 mg 3x1 sehari = untuk mengurangi rasa mual muntah
- Inj santagesik 0.2 mg 3x1 = membantu mengurangi rasa nyeri
- PO Paracetamol 30 mg ¼ tablet 2x1 sehari = untuk menurunkan suhu tubuh
VIII. Pengkajian Tumbuh Kembang :
* Sebelum sakit : anak ceria,aktif,bermain dilingkungan rumah dengan teman sebaya,
mampu bercerita dengan baik dan tidak rewel asupan makan dan
minum baik, slalu mencari tahu tentang hal baru.
* Selama sakit : anak menjadi sosok pemurung , sering diam, rewel, sering meringis jika
dilakukan pemeriksaan, aktiftas hanya sebatas bermain gadget.

Mahasiswa

(Wakhidatun Nur Riani)


NIM: A3R21055
ANALISA DATA

Nama pasien : An. B


Umur : 6 thn
No. Register : 0214862
MASALAH
NO KELOMPOK DATA PENYEBAB
KEPERAWATAN
1 Tanda mayor : Infeksi kuman dari
HIPERTERMIA
DS: bakteri
(D. 0130)
- Ibu pasien ↓
mengatakan anaknya Tersumbat fekolit atau
demam sejak seminggu benda asing
lalu ↓
DO : k/u tampak lemas, Inflamasi apendiks
lemah ↓
- S : 38,80C Appendisitis
Tanda Minor : ↓
DS : - Peradangan pada
DO : jaringan
- Kulit tampak merah ↓
- Kulit terasa hangat Mengaktifkan
- TTV : hipotalamus
S: 38,30C ↓
N: 126 x/mnt Kerusakan kontrol suhu
RR: 38x/mnt terhadap inflamasi

HIPERTERMIA
(D.0130)
2 Tanda Mayor : Infeksi kuman dari NYERI AKUT
(D.0077)
DS : bakteri
- Ibu pasien ↓
mengatakan anaknya Tersumbat fekolit atau
sering mengeluh nyeri benda asing
pada perut bagian kanan ↓
bawah Inflamasi apendiks
DO : ↓
- K/u nampak lemas, Appendisitis
lemah ↓
- Nampak memegangi Sekresi mucus berlebih
perut dan meringis pada lumen apendiks
- Saat malam hari ↓
sering susah tidur Apendiks teregang
- N : 126x/mnt ↓
- P : aktifitas yang Merangsang pusat saraf
berlebihan sensori
- Q : tertusuk oleh ↓
jarum NYERI AKUT
(D.0077)
- R : perut kanan
bawah
- S:6
- T : kurang lebih 5
mnt, hilang saat istirahat
Tanda Minor :
DS : -
DO :
- N: 126 x/mnt
- RR: 38x/mnt
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama pasien : An. B


Umur : 6 thn
No. Register : 0214862

TANGGAL
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
MUNCUL
Hipertermi b.d infeksi meningkat d.d suhu tubuh diatas normal,
1 08 Desember 2021
takikardi, dan kulit terasa hangat
Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (proses penyakit
appendisitis) d.d tampak meringis,gelisah,frekuensi nadi
2 08 Desember 2012
meningkat,sulit tidur
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama pasien : An. B
Umur : 6 thn
No. Register : 0214862
DIAGNOSA
NO LUARAN (SLKI) INTERVENSI (SIKI)
KEPERAWATAN
1 Hipertermi b.d infeksi Termoregulasi Manajemen Hipertermi
meningkat d.d suhu tubuh L.14134 I.15506
Setelah dilakukan Observasi
diatas normal, takikardi,
tindakan keperawatan 1. Monitor tanda-tanda vital
dan kulit terasa hangat selama 3x24 jam 2. Monitor komplikasi akibat
(D. 0130) diharapkan demam
termoregulasi pasien Terapeutik
membaik dengan 3. Menutupi badan dengan
kriteria hasil : selimut (saat
- Suhu tubuh membaik dingin/memakai pakaian
- Suhu kulit membaik tipis saat panas)
- Kulit memerah 4. Lakukan pengompresan
menurun 5. Berikan oksigen, jika perlu
- Takikardi menurun Edukasi
6. Anjurkan tirah baring
7. Anjurkan perbanyak asupan
oral
Kolaborasi
8. Kolaborasi dalam
pemberian antipiretik
9. Kolaborasi cairan dan
elektrolit intavena, jika
perlu
2 Nyeri Akut b.d agen TingkatNyeri Manajemen Nyeri I.08238
pencedera fisiologis L.08066 Observasi
(proses penyakit setelah dilakukan 1. Identifikasi lokasi,
appendisitis) d.d tampak tindakan keperawatan karakteristik, durasi,
meringis, gelisah, 3x24 jam diharapkan frekuensi, kualitas,
frekuensi nadi meningkat, tingkat nyeri menurun intensitas nyeri
sulit tidur (D.0077) dengan kriteria hasil 2. Identifikasi skala nyeri
sbb : 3. Identifikasi respon
1. Keluhan nyeri nyerinon verbal
menurun
Terapeutik
2. Meringismenurun 4.Berikan teknik
3. Kesulitan tidur nonfarmakologis untuk
menurun mengurangi rasanyeri
4.Frekuensi nadi (mis. Teknik imajinasi
membaik terbimbing, kompres
hangat/dingin)
5. Pola tidur membaik
5. Control lingkungan
yang memperberatrasa
nyeri (mis.Suhu ruangan)
Edukasi
6. Anjurkan
menggunakanan algetik
secara tepat
7. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasanyeri
Kolaborasi
8. kolaborasi dalam
pemberian analgesik
TINDAKANKEPERAWATAN CATATANPERKEMBANGAN

Nama Pasien : An.B Umur : 6 tahun No.Register : 0214862 Kasus : APPENDISITIS

TANGGAL/ TANDA TANGGAL/ TANDA


NO NO. DX IMPLEMENTASI EVALUASI
JAM TANGAN JAM TANGAN
1 (D.0130) 08-12-2021 1. memonitor tanda-tanda vital 08-12-2021 S:
07.00 07.00
H: - Ibu pasien mengatakan anaknya demam
S: 38,80C sejak seminggu lalu
N: 126 x/mnt O : k/u tampak lemas, lemah
RR : 38x/mnt - S : 38,80C
2. Memonitor komplikasi akibat demam - Kulit tampak merah
08.30 08.30
H: Pasien lemah, lemas - Kulit terasa hangat
3. Menututupi badan dengan selimut (saat - TTV :
dingin/memakai pakaian tipis saat panas). N: 126 x/mnt
4. Melakukan pengompresan RR: 38x/mnt
09.45 09.45
H : ibu pasien mengompres dengan A : Masalah keperawatan hipertermi belum
kompres dingin di bagian ketiak, leher dan teratasi
dahi P : Intervensi dilanjutkan pada nomor
5. memberikan oksigen 1,3,4,6,7,8,9
12.00
H : pasien mampu bernafas tanpa bantuan
oksigen
10.50
6. Menganjurkan tirah baring
H :Pasien bedrest
16.00

Askep Anak
7. Menganjurkan memperbanyak minum
8. Berkolaborasi pemberian antipiretik
H: PO paracetamol 30 Mg ¼ tablet
9. Berkolaboraasi pemberian antibiotic
H : inj Ciprofloxacin 20 Mg
2 (D.0077) 08-12-2021 1.Mengidentifikasilokasi, karakteristik, 08-12-2021 S :
15.00 durasi,frekuensi, kualitas, intensitas nyeri 20.00 - Ibu pasien mengatakan anaknya sering
H : lokasi diperut sebelah kanan bawah mengeluh nyeri pada perut bagian kanan
Karakteristik seperti tertusuk jarum bawah
O:
Durasi kurang lebih 5 menit, hilang
21.00 - K/u nampak lemas, lemah
saat istirahat
- Nampak memegangi perut dan meringis
2. Mengidentifikasi skala nyeri
15.30 - Saat malam hari sering susah tidur
H : skala nyeri 6
- N : 126x/mnt
3. Mengidentifikasi respon nyerinon
- P : aktifitas yang berlebihan
verbal
- Q : tertusuk oleh benda tajam
H: nampak meringis dan 21.30
- R : perut kanan bawah
memegangi perut - S:6
15.45
4.memberikan teknik nonfarmakologis untuk - T : kurang lebih 5 mnt, hilang saat
mengurangi rasanyeri istirahat
H : kompres hangat 22.00 - RR: 38x/mnt
5. mengontrol lingkungan yang A : masalah keperawatan nyeri akut belum
memperberatrasa nyeri teratasi
H : Suhu ruangan lebih hangat P : intervensi dilanjutkan pada nomor 1-8
6. Menganjurkan menggunakanan algetik
15.50 secara tepat
7. Mengajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasanyeri
16.00 H : teknik imajinasi terbimbing

Askep Anak
8. berkolaborasi dalam pemberian
analgesik
H : Inj santagesik 0.2 mg

Askep Anak
TANGGAL/ TANDA TANGGAL/ TANDA
NO NO. DX IMPLEMENTASI EVALUASI
JAM TANGAN JAM TANGAN
3 (D.0130) 09-12-2021 1. memonitor tanda-tanda vital 09-12-2021 S:
15.00 20.00
H: - Ibu pasien mengatakan demam pada anak
S: 37,60C berkurang
N: 120 x/mnt O : k/u nampak mulai membaik
RR : 30x/mnt - S : 37,6 0C
2. Menututupi badan dengan selimut (saat - Kulit nampak merah berkurang
15.30
dingin/memakai pakaian tipis saat panas). - Kulit terasa hangat berkurang
3. Melakukan pengompresan - TTV :
H : ibu pasien mengompres dengan N: 120 x/mnt
kompres dingin di bagian ketiak, leher RR: 30x/mnt
15.45
dan dahi A : Masalah keperawatan hipertermi teratasi
4. Menganjurkan tirah baring sebagian
H :Pasien bedrest P : Intervensi dilanjutkan pada nomor 1,3,5,6,7
5. Menganjurkan memperbanyak minum
15.50
6. Berkolaborasi pemberian antipiretik
H: PO paracetamol 30 Mg ¼ tablet
16.00
7. Berkolaboraasi pemberian antibiotic
H : inj Ciprofloxacin 20 Mg

Askep Anak
4 (D.0077) 09-12-2021 1.Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, 09-12-2021 S :
15.00 durasi,frekuensi, kualitas, intensitas nyeri 20.00 - Ibu pasien mengatakan anaknya sudah
H : lokasi diperut sebelah kanan bawah jarang mengeluh nyeri pada perut bagian
Karakteristik seperti kram kanan bawah
O:
Durasi kurang lebih 2 menit, hilang
- K/u nampak mulai membaik
saat istirahat
21.00 - Nampak memegangi perut dan meringis
2. Mengidentifikasi skala nyeri
15.30 berkurang
H:4
- Saat malam hari mudah tidur
3. Mengidentifikasi respon nyeri non
- N : 120x/mnt
verbal
- P : aktifitas yang berlebihan
H : nampak meringis dan - Q : seperti kram
22.00
memegangi perut berkurang - R : perut kanan bawah
15.45
4. memberikan teknik nonfarmakologis - S:4
untuk mengurangi rasanyeri - T : kurang lebih 2 mnt, hilang saat
H : kompres hangat istirahat
5. mengontrol lingkungan yang - RR: 30x/mnt
22.30
memperberat rasa nyeri A : masalah keperawatan nyeri akut teratasi
H : Suhu ruangan lebih hangat sebagian
6. Menganjurkan menggunakan analgetik P : intervensi dilanjutkan pada nomor 1,2,3,7,8
15.50 secara tepat
7. Mengajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasanyeri
16.00 H : teknik imajinasi terbimbing
8. berkolaborasi dalam pemberian
analgesik
H : Inj santagesik 0.2 mg

Askep Anak
TANGGAL/ TANDA TANGGAL/ TANDA
NO NO. DX IMPLEMENTASI EVALUASI
JAM TANGAN JAM TANGAN
5 D.0130 10-12-2021 1. memonitor tanda-tanda vital 10-12-2021 S:
15.00 20.00
H: - Ibu pasien mengatakan anak sudah tidak
S: 370C demam
N: 120 x/mnt O : k/u nampak membaik
21.00
RR : 30x/mnt - S : 370C
2. Melakukan pengompresan - Kulit nampak merah berkurang
15.30
H : ibu pasien mengompres dengan 22.00 - Kulit terasa hangat berkurang
kompres dingin di bagian ketiak, leher dan - TTV :
dahi N: 120 x/mnt
3. Menganjurkan memperbanyak minum RR: 30x/mnt
4. Berkolaborasi pemberian antipiretik A : Masalah keperawatan hipertermi teratasi
15.45 23.00
H: PO paracetamol 30 Mg ¼ tablet P : Intervensi dihentikan, px KRS
5. Berkolaboraasi pemberian antibiotic
H : inj Ciprofloxacin 20 Mg

Askep Anak
6 (D.0077) 10-12-2021 1.Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, 10-12-2021 S :
15.00 durasi,frekuensi, kualitas, intensitas nyeri 20.00 - Ibu pasien mengatakan anaknya sudah
H : lokasi diperut sebelah kanan bawah tidakmengeluh nyeri pada perut bagian
Karakteristik dapat ditoleransi kanan bawah
O:
Durasi kurang lebih 1 menit, hilang
- K/u nampak membaik
saat istirahat
21.00 - Nampak memegangi perut dan meringis
2. Mengidentifikasi skala nyeri
15.30 berkurang
H:2
- Saat malam hari mudah tidur
3. Mengidentifikasi respon nyerinon
- N : 120x/mnt
verbal
- P : aktifitas yang berlebihan
H : nampak meringis dan - Q : dapat ditoleransi
22.00
memegangi perut berkurang - R : perut kanan bawah
15.45
4. Mengajarkan teknik nonfarmakologis - S:2
untuk mengurangi rasanyeri - T : kurang lebih 1 mnt, hilang saat
H : teknik imajinasi terbimbing istirahat
5. berkolaborasi dalam pemberian 23.30 - RR: 30x/mnt
analgesik A : masalah keperawatan nyeri akut teratasi
H : Inj santagesik 0.2 mg P : intervensi dihentikan, px KRS

Askep Anak

Anda mungkin juga menyukai