Disusun Oleh :
HERIADI
NIM. 1490122211
C. Etiologi
Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor yang diajukan sebagai
factor pencetus disamping hyperplasia jaringan limfe, fekalit, tumor
apendiks, dan cacing askaris dapat pula menyebabkan sumbatan. Penyebab
lain yang diduga dapat menimbulkan appendicitis adalah erosi mukosa
apendiks karena parasit seperti E. histolytica (Jong, 2011). Penelitian
epidemiologi menunjukkan peran kebiasaan makan makanan rendah serat
dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya appendisitis. Konstipasi akan
menaikkan tekanan intrasekal, yang berakibat timbulnya sumbatan
fungsional apendiks dan meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon
biasa. Semuanya ini akan mempermudah timbulnya appendisitis akut
(Jong, 2011).
Ulserasi mukosa merupakan tahap awal dari kebanyakan penyakit
ini. Namun ada beberapa faktor yang mempermudah terjadinya radang
apendiks, diantaranya :
1. Faktor Sumbatan
Faktor obstruksi merupakan factor terpenting terjadinya apendisitis
(90%) yang diikuti oleh infeksi. Sekitar 60% obstruksi disebabkan oleh
hyperplasia jaringan lymphoid sub mukosa, 35% karena stasis fekal,
4% karena benda asing dan sebab lainnya 1% diantaranya sumbatan
oleh parasit dan cacing. Obsrtruksi yang disebabkan oleh
fekalithdapatditemuipada bermacam-macam apendisitis akut
diantaranya ;fekalithditemukan 40% pada kasus apendisitis kasus
sederhana, 65% pada kasus apendisitis akut ganggrenosa tan paruptur
dan 90% pada kasus apendisitis akut dengan rupture.
2. Faktor Bakteri
Infeksi enterogen merupakan faktor pathogenesis primer pada
apendisitis akut. Adanya fekolith dalam lumen apendiks yang telah
terinfeksi memperburuk dan memperberat infeksi, karena terjadi
peningkatan stagnasi feses dalam lumen apendiks, pada kultur
didapatkan terbanyak ditemukan adalah kombinasi antara
Bacteriodesfragililis dan E.coli, lalu Splanchicus, lacto-bacilus,
Pseudomonas, Bacteriodessplanicus. Sedangkan kuman yang
menyebabkan perforasi adalah kuman anaerob sebesar 96% dan aerob
< 10%.
3. Kecenderungan familiar
Hal ini dihubungkan dengan terdapatnya malformasi yang herediter
dari organ, apendiks yang terlalu panjang, vaskularisasi yang tidak
baik dan letaknya yang mudah terjadi apendisitis. Hal ini juga
dihubungkan dengan kebiasaan makanan dalam keluarga terutama
dengan diet rendah serat dapat memudahkan terjadinya fekolith dan
mengakibatkan obstruksi lumen.
4. Faktor ras dan diet
Faktor ras berhubungan dengankebiasaan dan pola makanansehari-
hari. Bangsa kulit putih yang dulunya pola makan rendah serat
mempunyai resiko lebih tinggi dari Negara yang pola makannya
banyak serat. Namun saat sekarang, kejadiannya terbalik. Bangsa kulit
putih telah merubah pola makan mereka ke pola makan tinggi serat.
Justru Negara berkembang yang dulunya memiliki tinggi serat kini
beralih ke pola makan rendah serat, memiliki resiko apendisitis yang
lebih tinggi.
5. Faktor infeksi saluran pernapasan setelah mendapat penyakit saluran
pernapasan akut terutama epidemi influenza dan pneumonitis, jumlah
kasus apendisitis ini meningkat. Namun, hati-hati karena penyakit
infeksi saluran pernapasan dapat menimbulkan seperti gejala
permulaan apendisitis.
D. Patofisiologi
Appendisitis kemungkinan dimulai oleh obstruksi dari lumen yang
disebabkan oleh feses yang terlibat atau fekalit. Penjelasan ini sesuai
dengan pengamatan epidemiologi bahwa appendisitis berhubungan dengan
asupan serat dalam makanan yang rendah (Burkitt, 2010).
Pada stadium awal dari appendisitis, terlebih dahulu terjadi
inflamasi mukosa. Inflamasi ini kemudian berlanjut ke submukosa dan
melibatkan lapisan muskular dan serosa (peritoneal). Cairan eksudat
fibrino purulenta terbentuk pada permukaan serosa dan berlanjut ke
beberapa permukaan peritoneal yang bersebelahan, seperti usus atau
dinding abdomen, menyebabkan peritonitis lokal (Burkitt, 2010).
Dalam stadium ini mukosa glandular yang nekrosis terkelupas
kedalam lumen, yang menjadi distensi dengan pus. Akhirnya, arteri yang
menyuplai apendiks menjadi bertrombosit dan apendiks yang kurang
suplai darah menjadi nekrosis atau gangren. Perforasi akan segera terjadi
dan 12 menyebar ke rongga peritoneal. Jika perforasi yang terjadi
dibungkus oleh omentum, abses local akan terjadi (Burkitt, 2010).
Invasi & Multiplikasi
APPENDISITIS
Peradangan pada jaringan Mual Muntah Sekresi mucus berlebih pada
lumen apendiks
Kerusakan control suhu ResikoResik
Hipovolemia
terhadap inflamasi Appendiks teregang
Operasi
Resiko Luka Insisi efek Anastesi
perdar resiko jatuh
ahan kurang
Kerusakan Jaringan Pintu masuk Kuman informasi
Peristaltic usus
Ujung syaraf terputus Resiko infeksi Ansietas
Distensi abdomen
Pelepasan
Mual Muntah
Prostaglandin Nyeri Akut
nausea
Spinal cord
G. Data Focus
1. Anamnesa
2. Pemeriksaan Fisik
3. Pemeriksaan Diagnostik
F. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
Keperawatan
1. DS : Appendicitis Nyeri Akut
P : Klien mengatakan nyeri
area perut Sekresi Mukus
Q : Klien mengatakan nyeri Berlebih Pada
seperti di tusuk tusuk Lumen Appendiks
R : Klien mengatakan nyeri
perut area kanan bawah Appendik
S : Skala nyeri 6 Teregang
T : Klien mengatakan nyeri
hilang timbul Nyeri Akut
DO :
Wajah klien tampak
meringis
Terdapat nyeri tekan
pada perut bagian bawah
kanan saat palpasi
abdomen
2. DS : Appendisitis Hipertermia
Klien mengatakan badan
terasa panas dan Peradangan Pada
menggigil Jaringan
DO :
Klien tampak lemah dan Kerusakan control
menggigil suhu terhadap
T = 38 0C inflamasi
Muntah 4x
4. DS : Appendicitis Ansietas
Klien mengatakan cemas
dan takut terhadap Rencana Operasi
penyakitnya mau di
operasi Defisit
DO : Pengetahuan
Wajah klien tampak
tegang Ansietas
5. DS : Klien mengatakan ada Appendicitis Resiko Infeksi
luka operasi
DO : Adanya luka insisi
Tampak luka operasi di
area perut kanan bawah Pintu Masuknya
sekitar 4 cm Kuman
Kebersihan klien kurang
baik Resiko Infeksi
G. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis mengenai respon klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik
yang berlangsung aktual maupun potensial (PPNI, 2017). Berdasarkan
pada semua data pengkajian diagnosa keperawatan utama yang dapat
muncul pada kl appendicitis, antara lain :
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologi (inflamasi
appendicitis) .(D.0077)
b. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (Infeksi pada
appendicitis). (D.0130)
c. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi (D.0080
d. Risiko Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan secara
aktif (muntah). (D.0034)
e. Resiko Infeksi ditandai dengan efek prosedur infasive (D.0142).
H. PERENCANAAN DAN INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi Keperawatan Pre Operatif
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri
berhubungan dengan keperawatan diharapkan tingkat (I.08238).
agen pencedera nyeri (L.08066) dapat Observasi :
fisiologi (inflamasi menurun dengan Kriteria Hasil : 1. Identifikasi lokasi , 1. Sebagai dasar pengawasan
appendicitis).(D.0077) 1. Keluhan nyeri menurun. karakteristik,durasi, keefektifan intervensi
2. Meringis menurun frekuensi, kualitas
3. Sikap protektif menurun. nyeri, skala nyeri,
4. Gelisah menurun. intensitas nyeri
5. TTV dalam batas normal 2. Identifikasi respon 2. Untuk mengetahui intervensi
nyeri non verbal. yang akan di berikan
3. Identifikasi factor yang 3. Untuk mengetahui intervensi
memperberat dan yang akan diberikan
memperingan nyeri.
Terapeutik :
1. Berikan teknik 1. Untuk mengurangi nyeri yang
nonfarmakologis klien rasakan
untuk mengurangi rasa
nyeri.
2. Fasilitasi istirahat dan 2. Untuk mengurangi nyeri yang
tidur. klien rasakan
3. Kontrol lingkungan 3. Agar klien dapat merasa
yang memperberat nyaman jika lingkungan
rasa nyeri. tenang
Edukasi :
1. Jelaskan strategi 1. Agar dapat memberikan
meredakan nyeri intervensi yang tepat
2. Ajarkan teknik non 2. Agar mengurangi nyeri yang
farmakologis untuk klien rasakan
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian 1. Untuk menghilangkan nyeri
analgetik jika perlu
1.
2. Hipertermia Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipertermia
berhubungan dengan keperawatan diharapkan (I.15506).
proses penyakit termoregulasi (L.14134) membaik Observasi :
(Infeksi pada dengan Kriteria Hasil : 1. Identifikasi penyebab 1. Untuk menentukan intervensi
appendicitis). (D.0130) 1. Menggigil menurun. hipertermia. yang tepat
2. Takikardi menurun. 2. Monitor suhu tubuh. 2. Agar dapat memberikan
3. Suhu tubuh normal (36,5- 3. Monitor haluaran intervensi yang tepat
37,5) urine.
4. Turgor kulit membaik Terapeutik :
1. Sediakan lingkungan 1. Agar klien tidak merasa
yang dingin. kepanasan
2. Longgarkan atau 2. Agar klien tidak merasa
lepaskan pakaian. kepanasan
3. Berikan cairan oral 3. Agar kebutuhan cairan klien
terpenuhi
Edukasi :
1. Anjurkan tirah baring 1. Agar klien dapat istirahat
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian 1. Untuk mengurangi demam
cairan dan elektrolit klien
intravena, jika perlu.
3. Risiko Hipovolemia Setelah dilakukan tindakan Manajemen
berhubungan dengan keperawatan Status cairan hypovolemia (I.03116).
kehilangan cairan (L.0328) membaik dengan Observasi : 1. Untuk menentukan intervensi
secara aktif (muntah). Kriteria Hasil : 1. Periksa tanda dan yang tepat
(D.0034) 1 TTV dalam batas normal gejala hipovolemia. 2. Untuk mengetahui kebutuhan
2 Membrane mukosa lembab. 2. Monitor intake dan cairan klien
3 Turgor kulit membaik. output cairan.
Terapeutik :
1. Berikan asupan cairan 1. Untuk mengetahui kebutuhan
oral cairan klien
Edukasi :
1. Anjurkan 1. Agar kebutuhan cairan klien
memperbanyak terpenuhi
asupan cairan oral.
2. Anjurkan 2. Agar klien tidak mual muntah
menghindari
perubahan posisi
mendadak.
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian 1. Untuk mengurangi gejala mual
cairan IV. muntah klien
4. Ansietas berhubungan Setelah dilakukan tindakan Reduksi ansietas
dengan kurang keperawatan tingkat ansietas (I.09314).
terpapar informasi (L.01006) menurun dengan Observasi :
(D.0080) Kriteria Hasil : 1. Identifikasi saat 1. Untuk menentukan intervensi
1. Verbalisasi tingkat ansietas yang tepat
kebingungan menurun. berubah.
2. Verbalisasi khawatir akibat 2. Monitor tanda tanda
menurun. ansietas verbal non 2. Untuk menyiapkan tindakan
3. Prilaku gelisah menurun. verbal. atau terapi yang tepat
4. Prilaku tegang menurun. 3. Temani klien untuk 3. Agar cemas klien berkurang
mengurangi
kecemasan jika
perlu.
4. Dengarkan dengan 4. Agar klien merasa nyaman
penuh perhatian. karena didengarkan semua
keluhan yang dirasakan
5. Gunakan pendekatan 5. Agar klien merasa tenang dan
yang tenang dan tidak cemas lagi
meyakinkan.
6. Jelaskan prosedur, 6. Agar klien tahu apa yang di
termasuk sensasi alami dan mengetahui apa
yang mungkin yang harus dilakukan
dialami.
7. Anjurkan keluarga 7. Agar klien merasa tenang
untuk tetap bersama
klien, jika perlu. 8. Agar klien merasa tenang
8. Anjurkan dengan apa yang di alaminya
mengungkapkan
perasaan dan
persepsi. 9. Untuk mengurangi ketegangan
9. Latih teknik yang dirasakan oleh pasien
relaksasi.