APPENDISITIS AKUT
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien dengan apendisitis meliputi terapi medis dan
terapi bedah. Terapi medis terutama diberikan pada pasien yang tidak
mempunyai akses ke pelayanan bedah, dimana pada pasien diberikan
antibiotik. Namun sebuah penelitian prospektif menemukan bahwa dapat
terjadi apendisitis rekuren dalam beberapa bulan kemudian pada pasien yang
diberi terapi medis saja. Selain itu terapi medis juga berguna pada pasien
apendisitis yang mempunyai resiko operasi yang tinggi.
Namun pada kasus apendisitis perforasi, terapi medis diberikan
sebagai terapi awal berupa antibiotik dan drainase melalui CT-scan pada
absesnya. The Surgical Infection Society menganjurkan pemberian antibiotik
profilaks sebelum pembedahan dengan menggunakan antibiotik spektrum luas
kurang dari 24 jam untuk apendisitis non perforasi dan kurang dari 5 jam
untuk apendisitis perforasi.
Penggantian cairan dan elektrolit, mengontrol sepsis, antibiotik
sistemik adalah pengobatan pertama yang utama pada peritonitis difus
termasuk akibat apendisitis dengan perforasi.
a. Cairan intravena
Cairan yang secara massive atau padat ke rongga peritonium harus
di ganti segera dengan cairan intravena, jika terbukti terjadi toxix sistemik,
atau pasien tua atau kesehatan yang buruk harus dipasang pengukur
tekanan vena central. Balance cairan harus diperhatikan. Cairan atau
berupa ringer laktat (RL) harus di infus secara cepat untuk mengkoreksi
hipovolemia dan mengembalikan tekanan darah serta pengeluaran
urin pada level yang baik. Darah di berikan bila mengalami anemia dan
atau dengan perdarahan secara bersamaan.
b. Antibiotik
Pemberian antibiotik intravena diberikan untuk antisipasi bakteri
patogen, antibiotik initial diberikan termasuk gegerasi ke 3
cephalosporins, ampicillin– sulbaktam, dan lain-lain dan metronidazol
atau klindanisin untuk kuman anaerob. Pemberian antibiotik postops harus
di ubeah berdasarkan kultur dan sensitivitas. Antibiotik tetap diberikan
sampai pasien tidak demam dengan normal leukosit. Setelah memperbaiki
keadaan umum dengan infus, antibiotic serta pemasangan pipa nasogastrik
perlu di lakukan pembedahan sebagai terapi definitif dari apendisitis
perforasi.
Perlu dilakukan insisi yang panjang supaya mudah dilakukan
pencucian rongga peritonium untuk mengangkat material seperti darah,
fibrin serta dilusi dari bakteria. Pencucian cukup dengan larutan kristaloid
isotonis yang hangat, penambahan antiseptik dan antibiotik untuk irigasi
cenderung tidak berguna bahkan malah berbahaya karena menimbulkan
adhesive (misal tetrasiklin atau provine iodine), anti biotik yang diberikan
secara parenteral dapat mencapai rongga peritonium dalam kadar
bakterisid.
Tapi ada juga ahli yang berpendapat bahwa dengan penambahan
tetrasiklin 1 mg dalam 1 ml larutan garam dapat mengendalikan sepsis dan
bisul residual, pada kadar ini antibiotik bersifat bakterisid terhadap
kebanyakan organisme. Walaupun sedikit membuat kerusakan pada
permungkaan peritonial tapi tidak ada bukti bahwa menimbulkan resiko
perlengketan. Tapi zat lain seperti iodine tidak populer. Setelah pencucian
seluruh cairan di rongga peritonium seluruh cairan harus diaspirasi.
c. Pembedahan
Apendektomi adalah pembedahan untuk mengangkat apendiks
dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi. (Smeltzer
Suzanne, C., 2001 dalam Albert, 2015 ). Terapi bedah meliputi
apendiktomi dan laparoskopik apendiktomi. Apendiktomi terbuka
merupakan operasi klasik pengangkatan apendiks. Mencakup Mc Burney,
Rocke-Davis atau Fowler-Weir insisi. Dilakukan diseksi melalui oblique
eksterna, oblique interna dan transversal untuk membuat suatu muscle
spreading atau muscle splitting, setelah masuk ke peritoneum apendiks
dikeluarkan ke lapangan operasi, diklem, diligasi dan dipotong. Mukosa
yang terkena dicauter untuk mengurangi perdarahan, beberapa orang
melakukan inversi pada ujungnya, kemudian sekum dikembalikan ke
dalam perut dan insisi ditutup.
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa,
pendidikan, pekerjaan, pendapatan, alamat, nomor register.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Klien akan mendapatkan nyeri di sekitar epigastrium menjalar ke
perut kanan bawah. Timbul keluhan Nyeri perut kanan bawah mungkin
beberapa jam kemudian setelah nyeri di pusat atau di epigastrium
dirasakan dalam beberapa waktu lalu. Nyeri dirasakan terus-menerus.
Keluhan yang menyertai antara lain rasa mual dan muntah, panas.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien merasa nyeri disekitar perut kanan bawah, nyeri ini
dirasakan terus menerus dan terkadang merasa mual dan muntah,
peningkatan suhu tubuh, peningkatan leukosit
c. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Perlu dikaji apakah klien pernah mengalami penyakit yang sama
atau penyakit organ pencernaan lainnya.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang pernah mengalami
yang sama atau penyakit organ pencernaan lainnya.
e. Riwayat Psikososial
Mekanisme koping yang digunakan klien untuk mengatasi masalah
dan bagaimana besarnya motivasi kesembuhan dan cara klien menerima
keadaannya.
3. Pola Fungsi Kesehatan
a. Aktivitas/ istirahat: Malaise
b. Sirkulasi : Tachikardi
c. Eliminasi
1) Konstipasi pada awitan awal
2) Diare (kadang-kadang)
3) Distensi abdomen
4) Nyeri tekan/lepas abdomen
5) Penurunan bising usus
d. Cairan/makanan : anoreksia, mual, muntah
e. Kenyamanan
Nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilikus yang meningkat
berat dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney meningkat karena berjalan,
bersin, batuk, atau nafas dalam
f. Keamanan : demam
g. Pernapasan
1) Tachipne
f. Pernapasan dangkal (Albert, 2015)
4. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Pada apendisitis akut sering ditemukan adanya abdominal
swelling, sehingga pada pemeriksaan jenis ini biasa ditemukan distensi
perut.
b. Palpasi
Pada daerah perut kanan bawah apabila ditekan akan terasa nyeri.
Dan bila tekanan dilepas juga akan terasa nyeri. Nyeri tekan perut kanan
bawah merupakan kunci diagnosis dari apendisitis. Pada penekanan perut
kiri bawah akan dirasakan nyeri pada perut kanan bawah. Ini disebut tanda
Rovsing (Rovsing Sign). Dan apabila tekanan di perut kiri bawah
dilepaskan juga akan terasa nyeri pada perut kanan bawah.Ini disebut
tanda Blumberg (Blumberg Sign).
c. Pemeriksaan uji psoas dan uji obturator
Pemeriksaan ini juga dilakukan untuk mengetahui letak apendiks
yang meradang. Uji psoas dilakukan dengan rangsangan otot psoas lewat
hiperektensi sendi panggul kanan atau fleksi aktif sendi panggul kanan,
kemudian paha kanan ditahan. Bila appendiks yang meradang menempel
di m. psoas mayor, maka tindakan tersebut akan menimbulkan nyeri.
Sedangkan pada uji obturator dilakukan gerakan fleksi dan endorotasi
sendi panggul pada posisi terlentang. Bila apendiks yang meradang kontak
dengan m.obturator internus yang merupakan dinding panggul kecil, maka
tindakan ini akan menimbulkan nyeri. Pemeriksaan ini dilakukan pada
apendisitis pelvika.
d. Pemeriksaan colok dubur
Pemeriksaan ini dilakukan pada apendisitis, untuk menentukan
letak apendiks, apabila letaknya sulit diketahui. Jika saat dilakukan
pemeriksaan ini dan terasa nyeri, maka kemungkinan apendiks yang
meradang terletak didaerah pelvis. Pemeriksaan ini merupakan kunci
diagnosis pada apendisitis pelvika.
5. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (mis, abses, amputasi, terbakar,
terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik
berlebihan )
b. Risiko infeksi b.d efek prosedur invasi
c. Ansietas b.d krisis situasional
d. Risiko ketidaksembangan cairan b.d prosedur pembedahan mayor
e. Gangguan mobilitas fisik b.d efek agen farmakologis
6. Intervensi
a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (mis, abses, amputasi, terbakar,
terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik
berlebihan )
NOC :
- Kontrol nyeri
SKALA :
1. Tidak pernah menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang-kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Secara konsisten menunjukkan
INDICATOR :
- Mengenali kapan nyeri
- Menggambarkan faktor penyebab
- Menggunakan tindakan pengurangan nyeri tanpa analgesic
INTERVENSI
a. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi,
karakteristik, frekuensi, kualitas
b. Berikan informasi mengenai nyeri seperti penyebab nyeri, berapa
lama nyeri akan dirasakan
c. Ajarkan metode farmakologi untuk menurunkan nyeri
d. Bantu kelurga dalam mencari dan menyediakan dukungan
e. Dorong pasien untuk menggunakan obat-obatan penurunan nyeri
yang adekuat
b. Risiko infeksi b.d efek prosedur invasi
NOC
- Control risiko : proses infeksi
SKALA :
SKALA :
1. Berat
2. Cukup berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
INDIKATOR :
- Tidak dapat beristirahat
- Meremas-remas tangan
- Perasaan gelisah
- Tidak bisa mengambil keputusan
INTERVENSI
1) Identifikasi saat tingkat ansietas (mis, kondisi, waktu, stressor)
2) Pahami situasi yang membuat ansietas
3) Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
4) Jelaskan prosedur termasuk sensasi yang mungkin dialami
5) Latih teknik relaksasi
d. Risiko ketidaksembangan cairan b.d prosedur pembedahan mayor
NOC :
- Keseimbangan cairan
SKALA
1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu
INDIKATOR
- Tekanan darah
- Denyut nadi radial
- Turgor kulit
INTERVENSI