Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

DEFISIT PERAWATAN DIRI

1. KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGERTIAN
Defisit perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannyya guna mempertahankan hidupnya, kesehatannya dan kesejahteraannya
sesuai dengan kondisi kesehatannya.Klien dinyatakan terganggu perawatan dirinya jika
tidak dapat melakukan perawatan dirinya. (Aziz R.,2013)

B. TANDA DAN GEJALA


Adapun tanda dan gejala defisit perawatan diri menurut fitria(2009) adalah sebagai
berikut :
1. Mandi/ hygiene
Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersikan badan, memperoleh atau
mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air mandi, mendapatkan
pperlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta masuk dan keluar kamar mmandi
2. Berpakaian/bershias
Klienmempunyai kkelemahan dalam meletakan atau mengambil potongan pakaian,
menanggalkan pakaian, serta memperoleh aatau menukarpakaian. Klian juga
memiliki ketidakmapuan untukpengenakan pakaian dalam, memilih pakain,
menggunakan alat tambahan, menggunakan kancing tarikmelepaskan pakaian,
mengguankan kaos kaki, mempertahankan penampilan pada tingkat yang
memuaskan, mengambil pakaian dan mengenakan sepatu.
3. Makan
Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan, mempersiapkan
makanan, menangani perkakas, mengunya makanan, menggunakan alat tambahan,
mendapatkan makanan, membuka container, memanipulasi makanan dalam mulut,
mengambil makanan dalam wadahlalu memasukannya ke mulut, melengkai makan,
mencerna makanan menurut, cara yang diterima masyarakat, mengambil cangkir atau
gelas, serta mencerna cukup makanan dengan aman
4. Eliminasi
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan jamban atau
kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi pakaian untuk toileting,
membersihkan diri setelah BAB/BAK dengan tepat, dan menyiram toilet atau kamar
kecil.
Menurut Depkes (2000), tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri
adalah :
a. Fisik
1) Badan bauh, pakaian kotor
2) Rambut dan kulit kotor
3) Kuku panjang dan kotor
4) Gigi kotor disertai mulut bauh
5) Penampilan tidak rapih
b. Psikologis
1) Malas, tidak ada inisiatif
2) Menarik diri, isolasi diri
3) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa terhina
c. Sosial
1) Interaksi kurang
2) Kegiatan kurang
3) Tidak mampu berperilaku sesuai normal
4) Cara makan tidak teratur, Bak dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan
mandi tidak mampu mandiri.
C. ETIOLOGI
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000), Penyebab kurangnya perawatan diri adalah
kelelahan fisik dan penurunan kesadaran. Menurut Depkes (2000), Penyebab kurang
perawatan diri adalah:
1. Faktor predisposisi
a. Perkembangan
Eluarga terlalu melindungi dan menjalani klien sehingga perkembangan inisiatif
terganggu.
b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri

c. Kemampuan realitas turun


Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termauk perwatan diri.
d. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi
lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri
2. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang penurunan
motifasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yaang dialami
iindividu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
MenurutDepkes (2000), Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene
adalah :
a. Body Image. Gambarann individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak
peduli dengan kebersihan dirinya.
b. Praktik Sosial. Pada anak-anak selaluu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personel hygiene.
c. Status Sosial Ekonomi. Personel hygiene memerlukan alat dan bahan seperti
sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan
uang untuk menyediakannya.
d. Pengetahuan. Pengetahuan personel hygiene sangat penting karena pengetahuan
yang baik dapat meningkantkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita
diabetes melitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
e. Budaya. Di sebagian masyarakat jika indicidu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
f. Kebiasaan seseorang. Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu
dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, shampo dan lain-lain.
g. Kondisi fisik atau psikis. Pada keadaan tertentu/sakit kemampuan untuk merawat
dirii berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.
Dampak yang sering timbul pada mmasalah personel hygiene :
1. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering
terjadi adalah : Gangguan integritas kulit, gangguan membrane mukosa mulut,
infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku
2. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personel hygiene adalah gangguan
kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga
diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.

D. PROSES TERJADINYA DEFISIT PERAWATAN DIRI PADA PASIEN


GANGGUAN JIWA
Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi akibat
adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas diri
menurun. Kurang perawatan diri tampak dari ketidakmampuan merawat kebersihan diri,
makan secara mandiri, berhias diri secara mandiri, dan toileting (buang air besar/ buang
air kecil) secara mandiri.

E. PATOFISIOGRAM
Defisit perawatan diri terjadi diawali dengan proses terjadinya gangguan jiwa
yang dialami oleh klien sehingga menyebabkan munculnya gangguan defisit perawatan
diri pada klien. Pada klien skizofrenia dapat mengalami defisit perawatan diri yang
signifikan.Tidak memerhatikan kebutuhan higiene dan berhias biasa terjadi terutama
selama episode psikotik. Klien dapat menjadi sangat preokupasi dengan ide-ide waham
atau halusinasi sehingga ia gagal melaksanakan aktivitas dalam kehidupan sehari-hari
Faktor biologis terkait dengan adanya neuropatologi dan ketidakseimbangan dari
neurotransmiternya. Dampak yang dapat dinilai sebagai manifestasi adanya gangguan
adalah pada perilaku maladaptif pasien Secara biologi riset neurobiologikal mempunyai
fokus pada tiga area otak yang dipercaya dapat melibatkan perilaku agresi yaitu sistem
limbik, lobus frontalis dan hypothalamus. Sistem Limbik merupakan cicin kortek yang
berlokasi dipermukaan medial masing-masing hemisfer dan mengelilingi pusat kutup
serebrum. Fungsinya adalah mengatur persyarafan otonom dan emosi. Menyimpan dan
menyatukan informasi berhubungan dengan emosi, tempat penyimpanan memori dan
pengolahan informasi. Disfungsi pada sistem ini akan menghadirkan beberapa gejala
klinik seperti hambatan emosi dan perubahan kebribadian. Lobus Frontal berperan
penting menjadi media yang sangat berarti dalam perilaku dan berpikir rasional, yang
saling berhubungan dengan sistem limbik Lobus frontal terlibat dalam dua fungsi
serebral utama yaitu kontrol motorik gerakan voluntir termasuk fungsi bicara, fungsi fikir
dan kontrol berbagai ekspresi emosi. Kerusakan pada daerah lobus frontal dapat
meyebabkan gangguan berfikir, dan gagguan dalam bicara/disorganisasi pembicaraan
serta tidak mampu mengontrol emosi sehingga berperilaku maladaptif seperti tidak mau
merawat diri : mandi, berpakaian/berhias, makan, toileting. Kondisi ini menunjukkan
gejala defisit perawatan diri. Hypotalamus adalah bagian dari diensefalon yaitu bagian
dalam dari serebrum yang menghubungkan otak tengah dengan hemisfer serebrum.
Fungsi utamanya adalah sebagai respon tingkah laku terhadap emosi dan juga mengatur
mood dan motivasi.Kerusakan hipotalamus membuat seseorang kehilangan mood dan
motivasi sehingga kurang aktivitas dan dan malas melakukan sesuatu. Kondisi seperti ini
sering kita temui pada klien dengan defisit perawatan diri , dimana klien butuh lebih
banyak motivasi dan dukungan untuk dapat merawat dirinya. Ganguan defisit perawatan
diri juga dapat terjadi karena ketidakseimbangan dari beberapa neurotransmitter.
misalnya: Dopamine fungsinya mencakup regulasi gerak dan koordinasi, emosi,
kemampuan pemecahan masalah secara volunter. Transmisi dopamin berimplikasi pada
penyebab gangguan emosi tertentu. Pada klien skizoprenia dopamin dapat mempengaruhi
fungsi kognitif (alam pikir), afektif (alam perasaan) dan psikomotor (perilaku) kondisi ini
pada klien dengan defisit perawatan diri memiliki perilaku yang menyimpang seperti
tidak berkeinginan untuk melakukan perawatan diri.
Serotonin berperan sebagai pengontrol nafsu makan, tidur, alam perasaan, halusinasi,
persepsi nyeri, muntah. Serotonin dapat mempengaruhi fungsi kognitif (alam pikir),
afektif (alam perasaan) dan psikomotor (perilaku) Jika terjadi penurunan serotonin akan
mengakibatkan kecenderungan perilaku yang kearah maladaptif. Pada klien dengan
defisit perawatan diri perilaku yang maladaptif dapat terlihat dengan tidak adanya
aktifitas dalam melakukan perawatan diri seperti : mandi, berganti pakaian, makan dan
toileting.
Norepinephrin berfungsi untuk kesiagaan, pusat perhatian dan orientasi; proses
pembelajaran dan memori. Jika terjadi penurunan kadar norepinephrine akan dapat
mengakibatkan kelemahan sehingga perilaku yang ditampilkan klien cendrung negatif
seperti tidak mau mandi, tidak mau makan maupun tidak mau berhias dan toileting

F. RENTANG RESPON

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Pola perawatan diri Kadang perawatan diri Tidak melakukan


seimbang kadang tidak perawatan saat
stress
Penjelasan :
a. Pola perawatan dari seimbang : saat klien mendapat stres dan mampu untuk
berprilaku adaptif maka pola perawatan yang dilakukan klien seimbang, klien masih
malakukan peawatan diri
b. Kadang perawatan diri kadang tidak : saat klien mendapatkan stres kadang-kadang
klien tidak memperhatikan perawatan dirinya
c. Tidak melakukan perawatan diri : klien mengatakan dia tidak peduli dan tidak bisa
melakukan perawatan diri saat stressor.
Asuhan yang dapat dilakukan keluarga bagi klien yang tidak dapat merawat diri sendiri
adalah :
1) Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri.
a) Bina hubungan saling percaya.
b) Bicarakan tentang pentingnya kebersihan.
c) Kuatkan kemampuan klien merawat diri.
2) Membimbing dan menolong klien merawat diri.
a) Bantu klien merawat diri
b) Ajarkan ketrampilan secara bertahap
c) Buatkan jadwal kegiatan setiap hari
3) Ciptakan lingkungan yang mendukung
a) Sediakan perlengkapan yang diperlukan untuk mandi.
b) Dekatkan peralatan mandi biar mudah dijangkau oleh klien.
c) Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi klien misalnya, kamar mandi
yang dekat dan tertutup.

G. FASE
Pada mulanya klien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga merasa tidak aman
berhubungan dengan orang lain. Biasanya klien berasal dari lingkungan yang penuh
permasalahan, ketegangan, kecemasan dimana-mana, tidak mungkin mengembangkan
kehangatan emosional, dan hubungan positif dengan orang lain yang melibatkan diri
dalam situasi yang baru. Ia terus berusaha mendapatkan rasa aman. Begitu menyakitkan
sehingga rasa nyaman itu tidak tercapai. Hal ini menyebabkan ia membayangkan
nasionalisasi dan mengaburkan realitas dari pada kenyataan. Keadaan dimana seorang
individu mengalami atau beresiko mengalami suatu ketidakmampuan dalam mengalami
stressor interval atau lingkungan dengan adekuatnya.

H. JENIS
Menurut Nanda (2015), jenis perawatan diri terdiri dari :
1. Defisit perawatan diri: mandi;
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan mandi/ berkativitas
perawatan diri untuk diri sendiri
2. Defisit perawatan diri : berpakaian ;
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas berpakaian dan
beriasuntuk diri sendiri
3. Defisit perawatan diri: makan ;
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sendiri
4. Defisit perawatan diri: eliminasi ;
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan elimiinasi sendiri

I. PERILAKU
Perilaku klien tidak yakin dengan apa yang diharapkan jika perilaku klien tidak lazim
atau tidak dapat diperkirakan keluarga. Juga dapat merasa bersalah atau bertanggung
jawab dengan meyakini bahwa mereka gagal menyediakan kehidupan penuh cinta dan
dukungan klien bahwa mereka gagal menyediakan kehidupan dirumah dan dukungan.

J. MEKANISME KOPING
1) Regresi
Kemunduran akibat stress terhadap perilaku dan menemukan ciri khas sari suatu taraf
perkembangan yang lebih dini.
2) Penyangkalan (Denial)
Menyatakan ketidak setujuanterhadap realitia dengan mengingkari realitas tersebut.
Mekanisme pertahanan ini adalah paling sederhana dan primitive
3) Isolasi diri, menarik diri
Sikap mengelompokkan orang/ keadaan hanya sebagai semuanya baik atau semuanya
buruk, kegagalan menandukkan niali-nilai postif dan negatif didalam diri sendiri.
4) Intelektualisasi
Penggunaan logika dan alsan yang berlebihan untuk menghindari pengalaman yang
mengganggu.

K. PENATALAKSANAAN
Pasien dengan gangguan defisit perawatan diri tidak membutuhkan perawatan medis
karena hanya mengalami gangguan jiwa, pasien lebih membutuhkan terapi kejiwaan
melalui komunikasi terapeutik.
2. PROSES KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1) Data yang biasa ditemukan dalam defisit perawatan diri adalah :
a) Data Subjektif
 Pasien merasa lemah
 Malas untuk beraktifitas
 Merasa tidak berdaya
b) Data Objektif
 Rambut kotor, acak-acakan
 Badan dan pakaian kotor dan bau
 Mulut dan gigi bau
 Kulit kusam dan kotor
 Kuku panjang dan tidak terawat
c) Mekanisme Koping
 Regresi
 Penyangkalan
 Isolasi sosial menarik diri
 Intelektualisasi
Format/Data fokus pengkajian pada klien dengan Defisit Perawatan Diri (Keliat
dan Akemat,2009 dalam buku Asuhan keperawatan Jiwa Mukhripah dan
iskandar,2014)
d) Status Mental
1. Penampilan
[ ] Tidak rapi
[ ] Pengunaan oakaian tidak sesuai
[ ] Cara berpakaian tidak seperti biasanya
Jelaskan…………………………………
Masalah Keperawatan………………………………………
e) Kebutuhan sehari-hari
1. Kebersihan diri
[ ] Bantuan Minimal [ ] Bantuan Total
2. Makan
[ ] Bantuan Minimal [ ] Bantuan Total
3. BAB/BAK
[ ] Bantuan Minimal [ ] Bantuan Total
4. Berpakaian/berhias
[ ] Bantuan Minimal [ ] Bantuan Total
Jelaskan………………………………………….
Masalah Keperawatan……………………………………..

B. Masalah Keperawatan Yang Kemungkinan Muncul


1) Defisit keperawatan diri
2) Harga diri rendah
3) Resiko tinggi isolasi sosial
C. Analisa Data
1) Data subjektif
a) Klien mengatakan dirinya malas mandi karena airnya dingin, atau di RS tidak
tersedia alat mandi
b) Klien mengatakan dirinya malas berdandan
c) Klien mengatakan ingin disuapi makan
d) Klien mengatakan jarang membersihkan alat kelaminnya setelah BAK maupun
BAB.
2) Data objektif
a) Ketidakmampuan mandi/membersihkan diri ditandai dengan rambut kotor, gigi
kotor, kulit berdaki, dan berbau, serta kuku panjang dan kotor
b) Ketidakmampuan berapakaian/berhias ditandai dengan rambut acak-acakan,
pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, tidak bercukur (laki-laki), atau
tidak berdandan (wanita).
c) Ketidakmampuan makan secara mandiri, ditandai dengan ketidakmampuan
mengambil makanan sendiri, makan berceceran dan makan tidak pada tempatnya.
d) Ketidakmampuan BAB/BAK secara mandiri ditandai BAB/BAK tidak pada
tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik setelah BAB/BAK
D. Pohon Masalah
Efek Risiko Tinggi Isolasi Sosial

Core Problem Defisit Perawatan Diri

Etiologi Harga Diri Rendah Kronis

E. Diagnosis Keperawatan
Defisit perawatan diri kebersihan diri, makan, berdandan dan BAK/BAB
F. Intervensi
Rencana Keperawatan Defisit Perawatan Diri
Diagnosa Perencanaan Intervensi
Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi
Defisit perawatan diri: mandi, 1. Klien dapat mengenal 1.1 Klien dapat menyebutkan 1.1.1 Diskusikan bersama klien
berpakaian, makan, eliminasi tentang pentingya pentingya kebersihan diri pentingya kebersihan diri
kebersihan diri dalam waktu 2 kali dengan cara menjelaskan
pertemuan: pentingya tentang arti
 Tanda tanda bersih bersih dan tanda – tanda
 Badan tidak bauh bersih
 Rambut rapih, bersih 1.1.2 Dorong klien untuk
dan tidak bauh menyebutkan 3 dari 5

 Gigi bersih dan tidak tanda kebersihan diri

bauh mulut
 Baju rapih an tidak bau

1.2 Klien mampu menyebutkan 1.2.1 Diskusikan fungsi


kembali kebersihan untuk kebersihan diri untuk
kesehatan kesehatan dengan
menggali pengetahan klien
terhadap hal yang
berhubungan dengan
kebersihan diri
1.2.2 Bantu klien
mengungkapkan ari
kebersihan diri dan tujuan
memelihara kebersihan
diri
1.2.3 Beri reinforcement positif
setelah klien mampu
mengungkapkan arti
kebersihan diri.

1.3 Klien dapat menjelaskan 1.3.1 Ingatkan klien untuk


cara perawatan diri, antara memelihara kebersihan
lain: diri seperti:
 Mandi 2 kali sehari  Mandi 2 kali, pagi
dengan sebuh dan sore
 Menggosok gigi  Sikat gigi minmal 2
minimal 2 kali sehari kali sehari (sesudah
setelah makan dan akan makan dan sebelum
tidur tidur)
 Mencuci rambut 2-3  Keramas dan menyisir
kali seminggu dan rambut
memotong kuu bila  Gunting kuku bila
panjang panjang
 Mencuci tangan
sebelum dan sesudah
makan

2. Klien dapat 2.1 Klien berusaha untuk 2.1.1 Motivasi klien untuk
mengidentifikasi penyebab memelihara kebersihan diri, mandi:
perilaku kekerasan yaitu:  Ingatkan caranya,
 Mandi pakai sabun dan evaluasi hasilya dan
disiram dengan air beri umpan balik
sampai bersih  Bimbing klien dengan
 Mengganti pakayan bantuan minimal
bersih sekali sehari dan  Jika hasilya kurang,
merapikan penampilan. kaji hambatan yang
ada
2.1.2 Bimbing klien untuk
mandi
 Ingatkan dan anjurkan
untuk mandi 2 kali
sehari dengan
menggunakan sbun
 Anjurkan klien untuk
meningkatkan cara
mandi yang benar
2.1.3 Anjurkan klien untuk
mengganti baju setiap
hari:
 Anjurkan lklien untuk
mempertahankan dan
meningkatkan
penampilan diri setiap
hari
 Dorong klien untuk
mencuci pakayanya
sendiri
 Demonstrasikan cara
mencuci pakayan
yang benar dengan
sabun dan dibilas
2.1.4 Kaji keinginan klien untik
memotong kuku dan
merapikan rambut
 Beri kesempatan pada
klien untuk
melakukan sendiri
 Ingatkan potong kuku
dan keramas
2.1.5 Kolaborasi dengan
perawat ruangan untuk
mengelolah fasilitas
perawatan kebersihan
diri, seoerti mandi, dan
kebersihan kamar mandi
2.1.6 Bekerja sama dengan
keluarga untuk
mengadakan fasilitas
kebersihan diri seperti
odol, sikat gigi, sampo,
pakayan ganti, handuk
dan sandal

3. Klien dapat melakukan 3.1 Setelah satu minggu klien 3.1.1 Monitor klien dalam
kebersihan perawatan diri dapat melakukan perawatan melaksanakan kebersihan
secara mandiri kebersihan diri secara rutin diri secara teratur.
dan teratur tanpa anjuran Ingatkan untuk mencuci
 Mandi pagi dan sore rambut, menyisir, gosok
 Ganti baju setiap hari gigi, ganti baju dan pakai
 Penampilan bersih dan sandal
rapi

4. Klien dapat 4.1 Klien selau tampak bersih 4.1.1 Beri reinforcement positif
mempertahankan dan rapi jika klien berhasil
kebersihan diri secara melakukan kebersihan
mandiri diri

5. Klien dapat dukungan 5.1 Keluarga selalu mengingat 5.1.1 Jelaskan pada keluarga
keluarga dalam hal-hal yang berhubungan tentang penyebab kurang
meningkatkan kebersihan dengan kebersihan diri minatnya klien menjaga
diri kebersihan diri
5.1.2 Diskusikan bersama
keluarga tentang tindakan
yang telah dilakuan klien
selama di RS dalam
menjaga kebersihan dan
kemajuan
5.1.3 Anjurkan keluarga untuk
memutuskan memberi
stimulasi terhadap
kemajuan yang telah
dialami di RS

5.2 Keluarga menyiapkan 5.2.1 Jelaskan pada keluarga


sarana untuk membantu tentang manfaat sarana
klien dalam menjaga yang lengkap dalam
kebersihan diri menjaga kebersihan diri
klien
5.2.2 Anjurkan keluarga untuk
menyiapkan sarana dalam
menjaga kebersihan diri
5.2.3 Diskusikan bersama
keluarga cara membantu
klien menjaga kebersihan
diri

5.3 Keluarga membantu dan 5.3.1 Diskusikan dengan


membimbing klien dalam keluarga mengenai hal-
menjaga kebersihan diri hal yang dilakukan
misalnya:
 Meningkatkan klien
pada waktu mandi
 Sikat gigi, keramas,
ganti baju, dan lain-
lain
 Membantu klien
apabia mengalami
hambatan,memberi
pujian atas
keberhasilan kien.
Contoh Rencana Keperawatan Defisit Perawatan Diri
Dalam Bentuk Strategi Pelaksanaan
Pasien Keluarga
SPIP SPIK
 Identifikasi masalah perawatan diri:  Diskusi maslah yang dirasakan dalam
Kebersihan diri, berdandan, merawat pasien
makan/minum, BAK/BAB
 Jelaskan pentingnya kebersihan  Jelaskan pengertian, tanda & gejala,
dan proses terjadinya defisit perawatan
diri
 Jelaskan cara dan alat kebersihan diri  Jelaskan cara merawat defisit
perawatan diri
 Latih cara menjaga kebersihan diri :  Latih dua cara merawat: kebersihan diri
Mandi dan ganti pakaian, sikat gigi, dan berdandan
cuci rambut, potong kuku
 Masuk pada jadwal kegiatan untuk  Anjurkan membantu pasien sesuai
latihan mandi, sikat gigi (2 kali jadwal dan memberikan pujian
perhari), cuci rambut (2 kali
perminggu), ptong kuku (satu kali
perminggu)
SPIIP SPIIK
 Evalusi kegiatan kebersihan diri, beri  Evaluasi kegiatan keluarga dalam
pujian merawat/melatih pasien kebersihan diri,
beri pujian
 Jelaskan cara dan alat untuk berdandan  Latih dua (yang lain) cara merawat:
makan & minum, BAB & BAK
 Latih cara berdandan setelah kebersihan  Anjurkan membantu pasien sesui
diri jadwal dan memberi pujian
 Masukan pada jadwal kegiatan untuk
kebersihan diri dan berdandan
SPIIIP SPIIIK
 Evaluasi kegiatan kebersihan dairi dan  Evaluasi kegiatan keluarga dalam
berdandan. Beri pujian merawat/melatih pasien kebersihan diri
dan berdandan. Beri pujian
 Jelaskan cara dan alat makan dan  Bimbing keluarga merawat kebersihan
minum diri dan berdandan dan makan &
minum pasien
 Latih cara makan dan minum yang baik  Anjurkan membantu pasien sesui
jadwal dan berikan pujian
 Masukan pada jadwal kegiatan untuk
latihan kebersihan diri, berdandan dan
makan & minum yang baik
SPIVP SPIVK
 Evaluasi kegiatan kebersihan diri dan  Evaluasi keluarga dalam
berdandan, makan & minum, beri merawat/melatih pasien kebersihan diri
pujian dan berdandan. Beri pujian
 Jelaskan cara BAB & BAK  Bimbing keluarga merawat kebersihan
diri dan berdandan dan makan &
minum pasien
 Latih BAB & BAK yang baik  Anjurkan membantu pasien sesui
jadwal dan berikan pujian
 Masukan pada jadwal kegiatan untuk
latihan kebersihan diri, berdandan dan
makan & minum yang baik, BAB &
BAK
SPVP SPVK
 Evaluasi kegiatan latihan perawatan  Evaluasi kegiatan keluarga dalam
diri: kebersihan diri, berdandan, makan merawat/melatih pasien dalam
& minum, BAB & BAK. Beri pujian perawatan diri: kebersihan diri,
berdandan, makan & minum, BAB
&BAK. Beri pujian
 Latih kegiatan harian  Nilai kemampuan keluarga merawat
pasien
 Niali kemampuan mandiri  Nilai kemampuan keluarga melakukan
kontrol RSJ/PKM
 Niali apakah perawatan diri telah baik

G. Implementasi
Implementasi keperawatan disesuiakan dengan rencana tindakan keperawatn.Dengan
memperhatikan mengutaman masalah utama yang aktual dan mengancam integritas klien
dan lingkungan.
H. Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjuatan uantuk emniali efek dari tindakan
keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon klien terhadap
tindakan yang telah dilaksanakan.
Evaluasidapatdilakukandenganmenggunakan SOAP, sebagaipola piker atauacuan.
S : Responsubjektifklienterhadaptindakan keperawatan yangdiberikan
O : Responobjektifklienterhadaptindakankeperawatan yang telahdiakukan
A : Analisaulang atas data
subjektifdanobjektifuntukmenyimpulkanapakahmasalahmasih
tetapataumunculmasalahbaruatauada data yang terkontradiksidenganmasalah yang
ada
P : Perencanaanatautindaklanjutberdasarkanhasilanalisapadaresponklien
I. Hasil Yang Diharapkan Untuk Pasien
1) Menyebutkan pentingnya kebersihan diri
2) Menyebutkan cara membersihkan diri
3) Mempraktekan cara membersihkan diri dan memasukkan dalam jadwal
4) Menyebutkan cara makan yang baik
5) Mempraktekkan cara makan yang baik dan memasukkan dalam jadwal
6) Menyebutkan cara BAB/BAK yang baik
7) Mempraktekkan cara BAB/BAK yang baik dan memasukkan dalam jadwal
8) Menyebutkan cara berdandan
9) Mempraktekkan cara berdandan dan memasukkan dalam jadwal
J. Hasil Yang Diharapkan Untuk Keluarga
1) Menyebutkan pengertian perawatan diri dan proses terjadinya msalah kurang
perawatan diri
2) Menyebutkan cara merawat pasien dengan kurang perawatan diri
3) Menpraktekkan cara merawat pasien dengan kurang perawatan diri
4) Membuat jadwal aktivitas dan minum obat klien dirumah.
K. Terapi Aktivitas Kelompok
Terapi aktivitas kelompok yang dapat diberikan untuk pasien dengan masalah perawatan
diri adalah : TAK stimulasi persepsi: perawatan diri
Sesi I : Manfaat perawatan diri
Sesi II : Menjaga kebersihan diri
Sesi III : Tata cara makan dan minum
Sesi IV: Tata caratoiletting
Sesi V : Tata cara berdandan
DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti Murhripah, Iskandar.2014.AsuhanKeperawatan Jiwa.PT Refika Aitama.Bandung

Rusdi Deden Darmawan.2013.Keperawatan Jiwa;Konsep Dan Kerangka Kerja Asuhan


Keperawatan Jiwa.Gosyen Publishing.Yogyakarta

Yusuf Ah,dkk.2015.Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.Salemba Medika.Jakarta

Anda mungkin juga menyukai