Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DEMAM BERDARAH DENGUE

A. KONSEP DASAR MEDIS


1. Defenisi
Penyakit Dengue adalah infeksi akut yang disebabkan oleh
arbovirus(arthopodborn virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes
(Aedes albopictus dan Aedes aegypti) (Ngastiyah, 2014).
Demam dengue / DF dan DBD atau DHF adalah penyakit infeksi
yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri
otot dan nyeri sendi yang disertai lekopenia, ruam, limfadenopati,
trombositopenia dan diathesis hemoragik (Sudoyo, 2014).
DBD adalah penyakit virus yang tersebar luas di seluruh dunia
terutama di daerah tropis. Penderitanya terutama adalah anak-anak berusia
dibawah 15 tahun, tetapi sekarang banyak juga orang dewasa terserang
penyakit virus ini. Sumber penularan utama adalah manusia, sedangkan
penularannya adalah nyamuk Aedes (Soedarto, 2014).
2. Etiologi
Penyebab penyakit DBD adalah virus dengue. Virus dengue ini
terutama ditularkan melaui vektor nyamuk Aesdes aegypti. Jenis nyamuk ini
terdapat hampir diseluruh Indonesia kecuali ketinggian lebih dari 1000 m
diatas permukaan laut. Di Indonesia, virus tersebut sampai sampai saat ini
telah diisolasi menjadi 4 serotipe virus dengue yang termasuk dalam grup B
dari arthropedi borne viruses (Arboviruses), yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3,
dan DEN-4. DEN-3 merupakan penyebab terbanyak di Indonesia. Infeksi
salah satu serotipe menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotype
bersangkutan, tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe lain (Nursalam
dkk, 2015).
3. Klasifikasi Derajat Penyakit Infeksius Dengue
DD/ DBD Derajat Gejala
DD Demam disertai 2 atau lebih tanda : sakit kepala, nyeri retro-orbital sakit
pada otot, sakit pada persendian
a. DBD I Gejala diatas ditambah uji bendung positif
b. DBD II Gejala diatas ditambah perdarahan spontan
c. DBD III Gejala diatas ditambah kegagalan sirkulasi (kulit dingin dan
lembab serta gelisah)
d. DBD IV Syok berat disertai dengan tekanan darah dan nadi tidak terukur
DBD dibedakan menjadi 4 derajat sebagai berikut :
1) Derajat I : demam disertai gejala tidak khas, hanya terdapat
manifestasi perdarahan (uji turniket positif)
2) Derajat II : seperti derajat I disertai perdarahan spontan di kulit dan
perdarahan lain
3) Derajat III : ditemukan kegagalan sirkulasi darah dengan adanya nadi
cepat dan lemah, tekanan nadi menurun atau hipotensi disertai kulit
yang dingin dan lembab, gelisah
4) Derajat IV : ranjatan berat dengan nadi tidak teraba dan tekanan darah
yang tidak dapat diukur. (WHO, 2017)
4. Patofisiologi
Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan mengalami
keluhan dan gejala karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri
otot, pegal seluruh badan, hiperemi ditenggorokan, timbulnya ruam dan
kelainan yang mungkin muncul pada system retikuloendotelial seperti
pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan limpa. Ruam pada DHF
disebabkan karena kongesti pembuluh darah dibawah kulit.
Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan
membedakan DF dan DHF ialah meningginya permeabilitas dinding kapiler
karena pelepasan zat anafilaktosin, histamin dan serotonin serta aktivasi
system kalikreain yang berakibat ekstravasasi cairan intravaskuler. Hal ini
berakibat berkurangnya volume plama, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi,
hipoproteinemia, efusi dan renjatan.
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstravaskuler dibuktikan dengan
ditemukannya cairan dalam rongga serosa, yaitu dalam rongga peritoneum,
pleura dan perikard. Renjatan hipovolemik yang terjadi sebagai akibat
kehilangan plasma, bila tidak segera teratasi akan terjadi anoxia jaringan,
asidosis metabolic dan kematian. Sebab lain kematian pada DHF adalah
perdarahan hebat. Perdarahan umumnya dihubungkan dengan
trombositopenia, gangguan fungsi trombosit dan kelainan fungsi trombosit.
Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan proses
imunologis terbukti dengan terdapatnya kompleks imun dalam peredaran
darah. Kelainan system koagulasi disebabkan diantaranya oleh kerusakan hati
yang fungsinya memang tebukti terganggu oleh aktifasi system koagulasi.
5. Manifestasi Klinis
Penyakit DBD ditandai oleh demam mendadak tanpa sebab yang jelas
disertai gejala lain seperti lemah, nafsu makan berkurang, muntah, nyeri pada
anggota badan, punggung, sendi, kepala dan perut. Gejala-gejala tersebut
menyerupai influenza biasa. Pada hari ke-2 dan ke-3 demam muncul bentuk
perdarahan yang beraneka ragam dimulai dari yang paling ringan berupa
perdarahan dibawah kulit (petekia atau ekimosis), perdarahan gusi, epistaksis,
sampai perdarahan yang hebat berupa muntah darah akibat perdarahan
lambung, melena, dan juga hematuria massif (Ngastiyah, 2014)
Selain perdarahan juga terjadi syok yang biasanya dijumpai pada saat
demam telah menurun antara hari ke-3 dan ke-7 dengan tanda – tanda anak
menjadi makin lemah, ujung – ujung jari, telinga dan hidung teraba dingin,
dan lembap. Denyut nadi terasa cepat, kecil dan tekanan darah menurun
dengan tekanan sistolik 80 mmHg atau kurang (Ngastiyah, 2014)
Gejala klinis untuk diagnosis DBD, sebagai berikut :
1) Demam tinggi mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari tanpa
sebab jelas
2) Manifestasi perdarahan, paling tidak terdapat uji torniket positif
dan adanya salah satu bentuk perdarahan yang lain misalnya
petekia, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, melena atau
hematemesis
3) Pembesaran hati ( sudah dapat diraba sejak permulaan sakit)
4) Syok yang ditandai nadi lemah, cepat, disertai tekanan nadi yang
menurun ( menjadi 20 mmHg atau kurang), tekanan darah menurun
(tekanan sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang) disertai
kulit yang teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung,
jari dan kaki, pasien menjadi gelisah, timbul sianosis disekitar
mulut.
6. Komplikasi
a. Ensefalopati Dengue
Pada umumnya ensefalopati terjadi sebagai komplikasi syok
yang berkepanjangan dengan pendarahan, tetapi dapat juga terjadi pada
DBD yang tidak disertai syok. Gangguan metabolik seperti hipoksemia,
hiponatremia, atau perdarahan, dapat menjadi penyebab terjadinya
ensefalopati. Melihat ensefalopati DBD bersifat sementara, maka
kemungkinan dapat juga disebabkan oleh trombosis pembuluh darah otak,
sementara sebagai akibat dari koagulasi intravaskular yang menyeluruh.
Dilaporkan bahwa virus dengue dapat menembus sawar darah otak.
Dikatakan pula bahwa keadaan ensefalopati berhubungan dengan
kegagalan hati akut. Pada ensefalopati cenderung terjadi udem otak
danalkalosis, maka bila syok telah teratasi cairan diganti dengan cairan
yang tidak mengandung HC03- dan jumlah cairan harus segera dikurangi.
Larutan laktat ringer dektrosa segera ditukar dengan larutan
NaCl (0,9%) : glukosa (5%) = 1:3. Untuk mengurangi udem otak
diberikan dexametason 0,5 mg/kg BB/kali tiap 8 jam, tetapi bila terdapat
perdarahan saluran cerna sebaiknya kortikosteroid tidak diberikan. Bila
terdapat disfungsi hati, maka diberikan vitamin K intravena 3-10 mg
selama 3 hari, kadar gula darah diusahakan > 80 mg. Mencegah terjadinya
peningkatan tekanan intrakranial dengan mengurangi jumlah cairan (bila
perlu diberikan diuretik), koreksi asidosis dan elektrolit. Perawatan jalan
nafas dengan pemberian oksigen yang adekuat. Untuk mengurangi
produksi amoniak dapat diberikan neomisin dan laktulosa. Usahakan tidak
memberikan obat-obat yang tidak diperlukan (misalnya antasid, anti
muntah) untuk mengurangi beban detoksifikasi obat dalam hati. Transfusi
darah segar atau komponen dapat diberikan atas indikasi yang tepat. Bila
perlu dilakukan tranfusi tukar. Pada masa penyembuhan dapat diberikan
asam amino rantai pendek.
b. Kelainan ginjal
Gagal ginjal akut pada umumnya terjadi pada fase terminal,
sebagai akibat dari syok yang tidak teratasi dengan baik. Dapat dijumpai
sindrom uremik hemolitik walaupun jarang. Untuk mencegah gagal ginjal
maka setelah syok diobati dengan menggantikan volume intravaskular,
penting diperhatikan apakah benar syok telah teratasi dengan baik.
Diuresis merupakan parameter yang penting dan mudah dikerjakan untuk
mengetahui apakah syok telah teratasi. Diuresis diusahakan > 1 ml / kg
berat badan/jam. Oleh karena bila syok belum teratasi dengan baik,
sedangkan volume cairan telah dikurangi dapat terjadi syok berulang.
Pada keadaan syok berat sering kali dijumpai akute tubular necrosis,
ditandai penurunan jumlah urin dan peningkatan kadar ureum dan
kreatinin.
c. Udema paru
Udem paru adalah komplikasi yang mungkin terjadi sebagai
akibat pemberian cairan yang berlebihan. Pemberian cairan pada hari sakit
ketiga sampai kelima sesuai panduan yang diberikan, biasanya tidak akan
menyebabkan udem paru oleh karena perembesan plasma masih terjadi.
Tetapi pada saat terjadi reabsorbsi plasma dari ruang ekstravaskuler,
apabila cairan diberikan berlebih (kesalahan terjadi bila hanya melihat
penurunan hemoglobin dan hematokrit tanpa memperhatikan hari sakit),
pasien akan mengalami distress pernafasan, disertai sembab pada kelopak
mata, dan ditunjang dengan gambaran udem paru pada foto rontgen dada.
Komplikasi demam berdarah biasanya berasosiasi dengan
semakin beratnya bentuk demam berdarah yang dialami, pendarahan, dan
shock syndrome. Komplikasi paling serius walaupun jarang terjadi adalah
sebagai berikut:
1) Dehidrasi
2) Pendarahan
3) Jumlah platelet yang rendah
4) Hipotensi
5) Bradikardi
6) Kerusakan hati
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Darah
1) Trombosit menurun.
2) HB meningkat lebih 20 %
3) HT meningkat lebih 20 %
4) Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3
5) Protein darah rendah
6) Ureum PH bisa meningkat
7) NA dan CL rendah
b. Serology : HI (hemaglutination inhibition test).
1) Rontgen thorax : Efusi pleura.
2) Uji test tourniket (+)
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Biodata / Identitas
DBD dapat menyerang dewasa atau anak-anak terutama anak
berumur < 15 tahun. Endemik didaerah Asia tropik.
b. Keluhan Utama : Panas / demam.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Demam mendadak selama 2-7 hari dan kemudian demam turun
dengan tanda-tanda lemah, ujung-ujung jari, telinga dan hidung teraba dingin
dan lembab. Demam disertai lemah, nafsu makan berkurang, muntah, nyeri
pada anggota badan, punggung, sendi, kepala dan perut, nyeri ulu
hati, konstipasi atau diare.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Ada kemungkinan anak yang telah terjangkau penyakit DHF bisa
berulang DHF lagi, Tetapi penyakit ini tidak ada hubungannya dengan
penyakit yang pernah diderita dahulu.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit DHF bisa dibawa oleh nyamuk jadi jika dalam satu keluarga
ada yang menderita penyakit ini kemungkinan tertular itu besar.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Daerah atau tempat yang sering dijadikan tempat nyamuk ini adalah
lingkungan yang kurang pencahayaan dan sinar matahari, banyak genangan
air, vas and ban bekas.
6. Riwayat Tumbuh Kembang Anak : Sesuai dengan tumbuh kembang klien.
7. ADL
a. Nutrisi : Dapat menjadi mual, muntah, anoreksia.
b. Aktifitas : Lebih banyak berdiam di rumah selama musim hujan
dapat terjadi nyeri otot dan sendi, pegal-pegal pada seluruh tubuh,
menurunnya aktifitas bermain.
c. Istirahat tidur : Dapat terganggu karena panas, sakit kepala dan nyeri.
d. Eliminasi alvi : Dapat terjadi diare/ konstipasi, melena.
e. Personal hygiene : Pegal-pegal pada seluruh tubuh saat panas
dapat meningkatkan ketergantungan kebutuhan perawatan diri.
8. Pemeriksaan
a. Keadaan umum
Suhu tubuh tinggi (39,4 – 41,1 0C), menggigit hipotensi,nadi cepat dan
lemah.
b. Kulit
Tampak bintik merah (petekil), hematom, ekimosit.
c. Kepala
Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor (kadang).
d. Dada
Nyeri tekan epigastrik, nafas cepat dan sering berat.
e. Abdomen
Pada palpasi teraba pembesaran hati dan limfe pada keadaan dehidrasi
turgor kulit menurun.
f. Anus dan genetalia
Dapat terganggu karena diare/ konstipasi.
g. Ekstrimitas atas dan bawah
Ekstrimitas dingin, sianosis
9. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan di jumpai:
a. Hb dan PCV meningkat (≥20%).
b. Trombositopenia (≤100.000/ml).
c. Leukopenia (mungkin normal atau leukositosis).
d. Ig.D.dengue positif.
e. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukan: hipoprotinemia,
hipokloremia, dan hiponatremia.
f. Urium dan PH darah mungkin meningkat.
g. Asidosis metabolik: pCO <35-40 mmHg HCO rendah.
h. SGOT/SGPT memungkinkan meningkat.
10. Diagnosa keperawatan
a. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus.
b. Hipovolemik b.d kekurangan intake cairan
a. Risiko difisit nutrisi d.d ketidakmampuan mengabsorbsi nutrisi d.d
penurunan BB
c. Nyeri akut berhubungan dengan proses patologis penyakit.
d. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
11. Intervensi Keperawatan
a. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus.
NOC :
- Thermoregulasi
SKALA
1. Berat
2. Cukup berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
INDIKATOR
- Peningkatan suhu kulit
- Hipertermia
INTERVENSI
Manajemen Hipertermi
1) Identifikasi penyebab hipertermi
2) Monitor suhu tubuh
3) Berikan cairan oral
4) Lakukan pendinginan eksternal (mis. Kompres dingin pada dahi,
leher, dan dada)
5) Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
6) Anjurkan tirah baring
7) Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu
b. Hipovolemik b.d kekurangan intake cairan
NOC :
- Keparahan Syok : Hipovolemik
SKALA :
1. Berat
2. Cukup berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
INDIKATOR
- Nadi lemah
INTERVENSI
Manajeman Hipovolemia
1) Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis, frekuensi nadi meningkat,
nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, turgor kulit menurun )
2) Berikan cairan oral
3) Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
4) Penatalaksanaan pemberian cairan IV hipotonis ( mis, glukosa 2,5 %,
Nacl 0,4 %)
c. Risiko difisit nutrisi d.d ketidakmampuan mengabsorbsi nutrisi d.d penurunan
BB
NOC :
- Status Nutrisi

SKALA

1. Tidak Adekuat
2. Sedikit Adekuat
3. Cukup Adekuat
4. Sebagaian Besar Adekuat
5. Sepenuhnya Adekuat
INDIKATOR
- Asupan makanan
INTERVENSI
Manajemen Nutrisi
1) Identifikasi makanan yang disukai
2) Monitor asupan makanan
3) Ajarkan diet yang diprogramkan
4) Anjurkan posisi duduk, jika mampu
d. Nyeri akut berhubungan dengan proses patologis penyakit.
NOC :
- Kontrol nyeri
SKALA :
1. Tidak pernah menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang-kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Secara konsisten menunjukkan
INDICATOR :
- Mengenali kapan nyeri
- Menggambarkan faktor penyebab
- Menggunakan tindakan pengurangan nyeri tanpa analgesic
INTERVENSI
1) Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi,
karakteristik, frekuensi, kualitas
2) Berikan informasi mengenai nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama
nyeri akan dirasakan
3) Ajarkan metode farmakologi untuk menurunkan nyeri
4) Bantu kelurga dalam mencari dan menyediakan dukungan
5) Dorong pasien untuk menggunakan obat-obatan penurunan nyeri yang
adekuat
e. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
NOC :
- Tingkat kecemasan
SKALA :
1. Berat
2. Cukup berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
INDIKATOR :
- Tidak dapat beristirahat
- Meremas-remas tangan
- Perasaan gelisah
- Tidak bisa mengambil keputusan
INTERVENSI
1) Identifikasi saat tingkat ansietas (mis, kondisi, waktu, stressor)
2) Pahami situasi yang membuat ansietas
3) Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
4) Jelaskan prosedur termasuk sensasi yang mungkin dialami
5) Latih teknik relaksasi

Anda mungkin juga menyukai