N DENGAN POST
APPENDICTOMY HARI PERTAMA ATAS INDIKASI
APENDICCITIS INFILTRAT DI BANGSAL MARWA RUMAH
SAKIT PKU MUHAMMADIYAH TEMANGGUNG
Disusun Oleh :
Bima Mahendra Nazirandar
20.0601.0046
PRODI D3 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2022
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Appendiks adalah ujung seperti jari yang kecil panjangnya kira-kira 10 cm (94
inci), melekat pada sekum tepat di bawah katup ileosekal. Appendiks berisi makanan
dan mengosongkan diri secara teratur ke dalam sekum Karena pengosongannya tidak
efektif dan lumenny kecil, appendiks cenderung menjadi tersumbat dan rentan terhadap
infeksi. Apendisitis adalah peradangan dari apendiks vermivormis, dan merupakan
penyehab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini dapat mengenai semua umur
baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia antara
10 sampai 30 tahun (Mansjoer. Arief.dkk, 2007).
Apendisitis adalah infeksi pada appendiks karena tersumbatnya lumen oleh
fekalith (batu feces), hiperplasi jaringan limfoid, dan cacing usus. Obstruksi lumen
merupakan penyebab utama Apendisitis. Erosi membran mukosa appendiks dapat
terjadi karena parasit seperti Entamoeba histolytica, Trichuris trichiura, dan Enterobius
vermikularis (Ovedolf, 2006).
B. Etiologi
Apendisitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada
faktor prediposisi yaitu:
Faktor yang tersering adalah obstruksi lumen. Pada umumnya obstruksi ini
terjadi karena:
1) Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupak penyebab terbanyak.
2) Adanya fackolit dalam lumen appendiks
3) Adanya benda asing seperti biji-bijian
4) Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya.
Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan
Streptococcus
Laki-laki Ichih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15-30
tahun (remaja dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan jaringan
limpoid pada masa tersebut.
Tergantung pada bentuk apendiks:
1) Appendik yang terlalu panjang
2) Massa appendiks yang pendek
3) Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen appendiks.
4) Kelainan katup di pangkal appendiks (Nuzulul, 2009)
C. Manifestasi Klinis
1. Nyeri kuadran bawah terasa dan biasanya disertai dengan demam ringan,
mual, muntah dan hilangnya nafsu makan.
2. Nyeri tekan local pada titik McBurney bila dilakukan tekanan
3. Nyeri tekan lepas dijumpai.
4. Terdapat konstipasi atau diare.
5. Nyeri lumbal, bila appendiks melingkar di belakang sekum
6. Nyeri defekasi, bila appendiks berada dekat rektal.
7. Nyeri kemih, jika ujung appendiks berada di dekat kandung kemih atau
ureter. Pemeriksaan rektal positif jika ujung appendiks berada di ujung
pelvis.
8. Tanda Rovsing dengan melakukan palpasi kuadran kiri bawah yang secara
paradoksial menyebabkan nyeri kuadran kanan.
9. Apabila appendiks sudah ruptur, nyeri menjadi menyebar, disertai
abdomen terjadi akibat ileus paralitik.
10. Pada pasien lansia tanda dan gejala appendiks sangat bervariasi, Pasien
11. mungkin tidak mengalami gejala sampai terjadi ruptur appendiks.
D. Komplikasi
Komplikasi terjadi akibat keterlambatan penanganan Apendisitis. Faktor
keterlambatan dapat berasal dari penderita dan tenaga medis, Faktor penderita meliputi
pengetahuan dan biaya, sedangkan tenaga medis meliputi kesalahan diagnosa, menunda
diagnosa, terlambat merujuk ke rumah sakit, dan terlambat melakukan penanggulangan.
Kondisi ini menyebabkan peningkatan angka morbiditas dan mortalitas. Proporsi
komplikasi Apendisitis 10-32%, paling sering pada anak kecil dan orang tua.
Komplikasi 93% terjadi pada anak-anak di bawah 2 tahun dan 40-75% pada orang tua.
CFR komplikasi 2-5%, 10-15% terjadi pada anak-anak dan orang tua.43 Anak-anak
memiliki dinding appendiks yang masih tipis, omentum lebih pendek dan belum
berkembang sempurna memudahkan terjadinya perforasi, sedangkan pada orang tua
terjadi gangguan pembuluh darah. Adapun jenis komplikasi diantaranya:
1. Abses
Abses merupakan peradangan appendiks yang berisi pus Teraba massa lunak di
kuadran kanan bawah atau dacrah pelvis. Massa ini mula-mula berupa flegmon
dan berkembang menjadi rongga yang mengandung pus. Hal ini terjadi bila
Apendisitis gangren atau mikroperforasi ditutupi oleh omentum.
2. Perforasi
Perforasi adalah pecahnya appendiks yang berisi pus sehingga bakteri menyebar
ke rongga perut. Perforasi jarang terjadi dalam 12 jam pertama sejak awal sakit,
tetapi meningkat tajam sesudah 24 jam. Perforasi dapat diketahui praoperatif pada
70% kasus dengan gambaran klinis yang timbul lebih dari 36 jam sejak sakit,
panas lebih dari 38,50C, tampak toksik, nyeri tekan seluruh perut, dan leukositosis
terutama polymorphonuclear (PMN). Perforasi, baik berupa perforasi bebas
maupun mikroperforasi dapat menyebabkan peritonitis.
3. Peritononitis
Peritonitis adalah peradangan peritoneum, merupakan komplikasi berbahaya yang
dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis. Bila infeksi tersebar luas pada
permukaan peritoneum menyebabkan timbulnya peritonitis umum. Aktivitas
peristaltik berkurang sampai timbul ileus paralitik, usus meregang, dan hilangnya
cairan elektrolit mengakibatkan dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi, dan oligouria,
Peritonitis disertai rasa sakit perut yang semakin hebat, muntah, nyeri abdomen,
demam, dan leukositosis.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Terdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan C-reactive protein (CRP). Pada
pemeriksaan darah lengkap ditemukan jumlah leukosit antara 10.000-18.000/mm3
(leukositosis) dan neutrofil diatas 75%. sedangkan pada CRP ditemukan jumlah
serum yang meningkat, CRP adalah salah satu komponen protein fase akut yang
akan meningkat 4-6 jam setelah terjadinya proses inflamasi, dapat dilihat melalui
proses elektroforesis serum protein. Angka sensitivitas dan spesifisitas CRP yaitu
80% dan 90%.
2. Radiologi
Terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi (USG) dan Computed Tomography
Scanning (CT-scan). Pada pemeriksaan USG ditemukan bagian memanjang pada
tempat yang terjadi inflamasi pada appendiks. sedangkan pada pemeriksaan CT-
scan ditemukan bagian yang menyilang dengan fekalith dan perluasan dari
appendiks yang mengalami inflamasi serta adanya pelebaran sekum. Tingkat
akurasi USG 90-94% dengan angka sensitivitas dan spesifisitas yaitu 85% dan
92%, sedangkan CT-Scan mempunyai tingkat akurasi 94-100% dengan
sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi yaitu 90-100% dan 96-97%.
3. Analisa urin bertujuan untuk mendiagnosa batu ureter dan kemungkinan
infeksi saluran kemih sebagai akibat dari nyeri perut bawah.
4. Pengukuran enzim hati dan tingkatan amilase membantu mendiagnosa
peradangan hati, kandung empedu, dan pankreas
5. Serum Beta Human Chorionic Gonadotrophin (B-HCG) untuk memeriksa
adanya kemungkinan kehamilan. Pemeriksaan barium enema untuk menentukan
lokasi sekum.
6. Pemeriksaan Barium enema dan Colonoscopy merupakan pemeriksaan
awal untuk kemungkinan karsinoma colon.
7. Pemeriksaan foto polos abdomen tidak menunjukkan tanda pasti
Apendisitis, tetapi mempunyai arti penting dalam membedakan Apendisitis
dengan obstruksi usus halus atau batu ureter kanan
F. Patofisiologi
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh
hiperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat
peradangan sebelumnya, atau neoplasma.
Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami
bendungan. Makin lama mukus tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding
apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan penekanan tekanan
intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe yang
mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi
terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium.
Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut
akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus
dinding. Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga
menimbulkan nyeri di daerah kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan apendisitis
supuratif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang
diikuti dengan gangren, Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila dinding
yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis perforasi
Bila semua proses di atas berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan
akan bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal yang disebut infiltrat
apendikularis. Peradangan apendiks tersebut dapat menjadi abses atau menghilang. Pada
anak-anak, karena omentum lebih pendek dan apediks lebih panjang. dinding apendiks
lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang
memudahkan terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua perforasi mudah terjadi
karena telah ada gangguan pembuluh darah (Mansjoer, 2007)
G. Pathway
1) IDENTITAS PASIEN
Identitas pasien beisikan:
Nama : Nn. N
Umur : 17 Tahun
Alamat : Gemawang RT 12 RW 2 Bendungan, Tretep,
Temanggung
Pekerjaan : Siswi SMU
No. RM : 0312753
Tgl. MRS : 13 Oktober 2022
Tgl. Pengkajian : 16 Oktober 2022
Dx Medis : Post APP
2) IDENTITAS PENANGGUNGJAWAB
Nama : Tn. J
Umur : 38 Tahun
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Hub. dgn pasien : Paman
3) RIWAYAT KESEHATAN
Keluhan utama :
Perawat memfokuskan pada hal-hal yang menyebabkan klien meminta
bantuan pelayanan seperti :
- Apa yang dirasakan klien
- Apakah masalah atau gejala yang dirasakan terjadi secara tiba-tiba
atau perlahan dan sejak kapan dirasakan
- Bagaimana gejala itu mempengaruhi aktivitas hidup sehari-hari
- Apakah ada perubahan fisik tertentu yang sangat mengganggu
klien
Riwayat penyakit sekarang :
Kaji kondisi yang pernah dialami oleh klien diluar gangguan yang
dirasakan sekarang khususnya gangguan yang mungkin sudah berlangsung
lama bila dihubungkan dengan usia dan kemungkinan penyebabnya,
namun karena tidak mengganggu aktivitas klien, kondisi ini tidak
dikeluhkan.
Riwayat diit
Perubahan status nutrisi atau gangguan pada saluran pencernaan dapat
mencerminkan gangguan pola tidur. Pola dan kebiasaan makan yang salah
dapat menjadi faktor penyebab, oleh karena itu kondisi ini perlu dikaji :
- Penurunan berat badan yang drastis
- Selera makan yang menurun
- Pola makan dan minum sehari-hari
- Kebiasaan mengonsumsi makanan yang dapat mengganggu fungsi
pencernaan
Riwayat Tidur :
Data yang perlu dikaji seperti deskripsi masalah tidur klien, pola tidur
biasa, perubahan tidur terakhir, rutinitas menjelang tidur dan lingkungan
tidur, penggunaan obat tidur, pola asupan diet, gejala yang dialami selama
terbangun, penyakit fisik yang terjadi secara bersamaan, status emosional
dan mental saat ini.
Status Sosial Ekonomi
Kaji status sosial ekonomi klien dengan menghindarkan pertanyaan yang
mengarah pada jumlah atau nilai pendapatan melainkan lebih difokuskan
pada kualitas pengelolaan suatu nilai tertentu. Mendiskusikan dan
menyimpulkan bersama-sama merupakan upaya untuk mengurangi
kesalahan penafsiran.
Riwayat kesehatan keluarga :
Mengkaji kondisi kesehatan keluarga klien untuk menilai ada tidaknya
hubungan dengan penyakit yang sedang dialami oleh klien.
Riwayat Nyeri :
1. Biasanya keluhan nyeri seperti lokasi nyeri, intensitas nyeri,
kualitas, dan waktu serangan. Pengkajian dapat dilakukan dengan cara
“PQRST”
5) PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum : Tanda-tanda vital, kesadaran, postur tubuh,
warna kulit, turgor kulit, dan kebersihan diri.
b. Keadaan Fisik meliputi pemeriksaan dari kepala sampai
ekstremitas bawah, antara lain :
Tanda-tanda vital : Tekanan Darah, Suhu, Nadi, Pernapasan.
Kepala : Kaji bentuk kepala, kesimetrisan, kebersihan kepala,
terdapat benjolan atau tidak.
Mata : Kaji keadaan mata (Sklera, Konjungtifa, Pupil).
Hidung : Kaji keadaan hidung dan cuping hidung.
Telinga : Kaji pendengaran pasien, bentuk telinga, dan keutuhan.
Mulut : Kaji semua keadaan mulut pasien ( Bibir, gigi, lidah, gusi).
Leher : Kaji tyroid dan denyut nadi karotis
Kulit : Kaji warna kulit, dan turgor kulit.
Dada : Lakukan Ispeksi, perkusi, palpasi, dan auskultasi jantung
dan paru-paru.
Abdomen : Lakukan Ispeksi, perkusi, palpasi, dan auskultasi
abdomen.
Genetalia : Jenis kelamin pasien, terpasang kateter atau tidak.
Ekstremitas : kekuatan-kekuatan otot tubuh untuk melakukan
pergerakan.
6) PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan pada pasien hernia
inguinalis adalah
a) Pemeriksaan darah lengkap
Menunjukan peningkatan sel darah putih, serum elektrolit dapat
menunjukkan hemokonsentrasi (peningkatan hemotokrit), dan
ketidakseimbangan elektrolit.
b) Pemeriksaan koagulasi darah: mungkin memanjang,
mempengaruhi homeostastis intraoperasi atau post operasi.
c) USG abdomen pada regio inguinalis dextra dan sinistra
membedakan masa di paha atau dinding perut, sumber
pembengkakannya, dan membedakan jenis-jenis hernia
d) Urinalisis
Diagnosis banding dengan sebab genitourinaria yang menyebabkan rasa
sakit di daerah inguinal dan eritrosit (0-4/LPB) pada urin pasien ini
merupakan akibat dari hipertrofi prostat jinak.
e) Sinar X abdomen
Menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus/obstruksi usus
7) PROGRAM TERAPI
Terapi Obat
1. SDKI, 2017
Nyeri akut b.d tindakan invasif
Kategori : Psikologis
Subkategori : Nyeri dan kenyamanan
Kode : D.0077
2. SDKI, 2017
Risiko infeksi b.d efek prosedur invasif
Kategori : Lingkungan
Subkategori : Keamanan dan Proteksi
Kode : D.0142
3. SDKI, 2017
Risiko Defisit Nutrisi b.d Ketidakmampuan mencerna makanan
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Nutrisi dan cairan
Kode : D.0032
4. SDKI, 2017
Hipertermi b.d proses penyakit
Kategori : Lingkungan
Subkategori : Keamanan dan Proteksi
Kode : D.0130
5. SDKI, 2017
Defisiensi pengetahuan b.d kurang informasi
Kategori : Perilaku
Subkategori : Penyuluhan dan pembelajaran
Kode : D.0111
K. Intervensi dan Rasional
Diagnosa
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi keperawatan
keperawatan
Manajemen Nyeri
(I.08238)
Identifikasi PQRST
Setelah dilakukan tindakan
Memonitor tanda tanda vital
keperawatan 2x24jam
Berikan teknik non
diharapkan nyeri berkurang
farmakologi untuk
dengan kriteria hasil :
mengurangi rasa nyeri
Nyeri akut b.d agen Pasien mampu
(Teknik imajinasi terbimbing)
pencedera fisik : prosedur mengenali onset nyeri
Fasililitasi istirahat dan tidur
operasi (D.0077) Pasien mampu
Jelaskan strategi meredakan
menggunakan teknik
nyeri
non farmakologis saat
Ajarkan Teknik non
nyeri datang
farmakologi untuk
Skala nyeri menurun mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi pemberian
analgetik
Pencegahan Infeksi (I.14539)
Monitor tanda dan gejala
infeksi dan sistemik
Setelah dilakukan tindakan Berikan perawatan kulit pada
area edema
keperawatan selama 2x24
Cuci tangan sebelum dan
jam, diharapkan masalah
sesudah kontak dengan pasien
resiko infeksi pasien teratasi dan lingkungan pasien
Resiko infeksi b.d tindakan
dengan kriteria hasil : Jelaskan tanda dan gejala
envasif (D.0142)
Nyeri menurun infeksi
Kebersihan tangan Ajarkan cara memeriksa
meningkat kondisi luka atau luka operasi
Tidak terjadi demam Anjurkan mningkatkan
asupan nutrisi
Kolaborasikan pemberian
analgesik jika perlu
Risiko Defisit Nutrisi b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi (I.03119)
Ketidakmampuan mencerna keperawatan selama 2x24
makanan (D.0032) Identifikasi makanan yang
jam, diharapkan Fungsi
disukai
Gastrointestinal Membaik
dengan kriteria hasil : Monitor asupan makanan
Berikan makanan tinggi serat
Mual dan muntah untuk mencegah konstipasi
menurun Anjurkan posisi duduk
Frekuensi BAB Kolaborasi dengan ahli gizi
membaik untuk menentukan jumlah
Konsistensi feses kalori dan jenis nutrien yang
membaik dibutuhkan, jika perlu
Setelah dilakukan tindakan
Pencegahan Hipertermia Maligna
keperawatan selama 2x 24
(I.15438)
jam, diharapkan status
kenyamanan meningkat Memonitor TTV
dengan kriteria hasil : Berikan kompres dingin
Hipertermi b.d proses
Jelaskan penyebab dan
penyakit (D.0130) Dukungan sosial dari
mekanisme terjadinya
keluarga menigkat
hipertermia
Keluhan sulit tidur
Kolaborasi uji diagnostik,
menurun
jika perlu
Pola hidup membaik
f. Pengobatan sekarang
g.Nama Obat Dosis Jam Pemberian
1. RL 500 ml 10.00
2. Ondansetron 4 mg
10.05
3. Ketorolac 30 mg
10.10
4. Sedacum 3 mg
10.15
5. Fetamin 40 mg
10.20
2. Nutrition :
a. Antropometri
1) BB biasanya : 40 kg BB sekarang : 40 kg
2) Tinggi badan : 150 cm
3) IMT : 40 kg : (1,50 x 1,50) = 18
b. Biochemical (data laboratorium yang abnormal)
c. Clinical (meliputi tanda tanda klinis)
Rambut tampak bersih, berwarna hitam , terdapat luka bekas operasi pada
perut bagian kanan bawah
d. Diet (nafsu makan, jenis, frekuensi makanan yang diberikan di rumah sakit)
Pasien diberikan diet nasi di rumah sakit
e. Energy (kemampuan klien beraktivitas)
Pasien ke kamar mandi, makan dan berpakaian dibantu oleh keluarga
f. Factor (penyebab masalah nutrisi)
Tidak ada
g. Penilaian status gizi
IMT : 40 kg : (1,50 x 1,50) = 18
h. Pola asupan cairan
Pasien mengatakan sering minum ±1 botol air mineral 600cc sehari
i. Cairan masuk
Air putih : 600cc
Metabolisme : -
j. Cairan keluar
Urine : 600cc
IWL : -
k. Penilaian status cairan (balance cairan)
Cairan Masuk = Cairan Keluar
l. Pemeriksaan abdomen H – 0
Inspeksi : Terdapat bekas luka post OP di perut kanan bawah
Auskultasi : Terdengar bising usus 6x/menit
Palpasi : Ada nyeri didaerah luka post OP
Perkusi : Timpani
1. Elimination
a. Sistem urinari
1) Pola pembuangan urin (frekuesi, jumlah, ketidaknyamanan)
Pasien mengatakan kencing 3-4x sehari, jumlah relatif normal, tidak ada
gangguan
2) Riwayat kelainan kandung kemih :
Tidak ada
3) Pola urine (jumlah, warna, kekentalan, bau)
600 cc, warna kuning, tidak kental, bau khas urine
4) Distensi kandung kemih/retensi urine
Tidak ada
b. Sistem gastrointestinal
1) Pola eliminasi
Pasien belum BAB selama di Rumah Sakit
2) Konstipasi dan faktor penyebab konstipasi
3) Tidak konstipasi
c. Sistem integument
1.) Kulit (itnegritas kulit/hidrasi/ turgor/ warna/ suhu)
Kulit lembab, bersih, turgor baik, warna coklat, akral hangat
1. Activity/rest
a. Istirahat/tidur
1) Jam tidur : 5 – 7 jam
2) Insomnia : Tidak ada
3) Pertolongan untuk merangsang tidur : Tidak ada
b. Aktivitas
1) Pekerjaan : Pelajar
2) Kebiasaan olah raga : Pasien mengatakan jarang berolahraga
3) ADL
- Makan : Mandiri
- Toileting : Mandiri
- Kebersihan : Dibantu keluarga
- Berpakaian : Dibantu keluarga
4) Bantuan ADL : Sebagian mandiri
5) Kekuatan otot : 5 5
5 5
6) ROM : Aktif
7) Resiko jatuh : Iya
a. Cardio respons
1) Penyakit jantung : Tidak
2) Edema ekstremitas : Tidak - -
3) Tekanan darah dan nadi - -
C. DATA LABORATORIUM
Sabtu, 15 Oktober Pasien mengatakan terdapat Terdapat luka post b.d Resiko
2022, 14.00 WIB luka post operasi di perut operasi di perut peningkatan infeksi
kanan bawah bagian kanan paparan (D.0142)
bawah organisme
patogen
lingkungan
Sabtu, 15 Oktober Pasien mengatakan nafsu Pasien tampak b.d Risiko
2022, 14.00 WIB makan menurun lemas Ketidakmam Defisit
Pasien mengatakan mual puan Nutrisi
Pasien mengatakan belum mencerna (D.0032)
BAB makanan
Sabtu, 15 Oktober Pasien mengatakan panas TTV : b.d proses Hipertermi
2022, 14.00 WIB - TD : 91/65 penyakit (D.0130)
mmHg
- N : 105x/menit
- RR : 20x/menit
- S : 38 °C
- SPO 2 : 100%
Sabtu, 15 Oktober Pasien mengatakan kurang Nn. N tidak bisa b.d kurang Difisit
2022, 14.00 WIB paham mengenai menjelaskan informasi Pengetahu
penyakitknya penyakitnya itu an
apa ketika disuruh (D.0111)
untuk menjelaskan
Prioritas Diagnosa Keperawatan :
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik : prosedur operasi (D.0077)
2. Resiko infeksi b.d peningkatan paparan organisme patogen lingkungan (D.0142)
3. Resiko Defisit Nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan (D.0032)
4. Hipertermi b.d Proses penyakit (D.0130)
5. Defisiensi pengetahuan b.d kurang informai (D.0111)
FORMAT RENCANA KEPERAWATAN
Nama Inisial Klien : Nn. N
Diagnosa Medis : APP Infiltrat
No Rekam Medis : 0312753
Bangsal : Marwah
E: Untuk
Jelaskan strategi mengurangi rasa
meredakan nyeri nyeri
Ajarkan Teknik
non farmakologi
untuk
mengurangi rasa
nyeri
K: Untuk
Kolaborasi mengurangi rasa
pemberian nyeri
analgetik
Untuk
Cuci tangan menghindari
sebelum dan bakteri masuk
sesudah kontak dan
dengan pasien menyebabkan
dan lingkungan infeksi pada
pasien pasien
E: Untuk
Jelaskan tanda meningkatkan
dan gejala pengetahuan
infeksi pasien tentang
tanda dan gejala
infeksi
Untuk membantu
Ajarkan cara pasien mengatasi
memeriksa luka sendiri
kondisi luka atau
luka operasi
Untuk
Anjurkan mempercepat
mningkatkan pemulihan
asupan nutrisi
K: Untuk
Kolaborasikan mengurangi
pemberian resiko infeksi
analgesik jika
perlu
Untuk
K: mengetahui
Kolaborasi jumlah kalori
dengan ahli gizi dan nutrisi yang
untuk diperlukan
menentukan
jumlah kalori
dan jenis nutrien
yang
dibutuhkan, jika
perlu
Hipertermi b.d proses penyakit Setelah dilakukan Pencegahan
(D.0130) tindakan Hipertermia
keperawatan selama Maligna
2x 24 jam, (I.15438)
diharapkan status O: Untuk bahan
kenyamanan Memonitor TTV pemantauan
meningkat dengan pasien
kriteria hasil :
Dukungan sosial T: Untuk
dari keluarga Berikan mengurangi rasa
menigkat kompres dingin panas pasien
Keluhan sulit tidur
E: Untuk
menurun
Jelaskan menambah
Pola hidup
penyebab dan pengetahuan
membaik
mekanisme pasien
terjadinya
hipertermia
K:
Kolaborasi uji
diagnostik, jika
perlu
Defisiensi pengetahuan Setelah dilakukan edukasi Edukasi
b.d kurang dan penyuluhan selama 3 pengurangan resiko
informasi (D.0111) kali kunjungan ke klien hipertensi (I.12416)
diperoleh Identifikasi
Kriteria Hasil : kesiapan dan
Tingkat Pengetahuan : kemampuan Untuk
Perilaku sesuai menerima meningkatkan
anjuran meningkat informasi kesiapan dan
Verbilisasi minat kemampuan
Berikan
dalam belajar menerima
pendidikan informasi
meningkat
kesehatan
Kemampuan
menjelaskan tentang sebelum Untuk
hipertensi meningkat melakukan meningkatkan
Kemampuan prosedur pengetahuan
menggambarkan pasien mengenai
pengalaman penyakit yang
sebelumnya tentang Sediakan materi diderita
penyakit hipertensi dan media
meningkat pendidikan
Perilaku sesuai kesehatan
dengan pengetahuan
Pertanyaan tentang
masalah yang
dihadapi menurun
Presepsi yang keliru
terhadap masalah
menurun
FORMAT IMPLEMENTASI
Nama Inisial Klien : Nn. N
Diagnosa Medis : APP Infiltrat
No Rekam Medis : 0312753
Bangsal : Marwah
O:
Pasien sudah tidak tampak meringis lagi
Klien paham cara relaksasi
TD : 91/65 mmHg
N : 105x/menit
RR : 20x/menit
S : 38 °C
SPO 2 : 100%
A:
Nyeri akut berhubungan dengan agen
pencedera fisik (prosedur operasi )
teratasi sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan :
Mengidentifikasi PQRST
Memonitor Tanda tanda Vital
Sabtu, 15 Resiko infeksi b.d S: Bima
Oktober 2022, peningkatan Pasien mengatakan terdapat luka post
19.40 WIB paparan operasi di perut bagian kanan bawah
organisme dan terbalut kassa ±10 cm, kondisi
patogen bersih dan kering
lingkungan
(D.0142) O:
Tampak luka operasi di perut bagian
kanan bawah dan terbalut kassa ±10
cm, kondisi bersih dan kering
A:
Resiko Infeksi berhubungan dengan
efek prosedur invasif teratasi sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan :
Monitor tanda dan gejala
Berikan perawatan kulit pada area luka
(Medikasi)
Cuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien dan lingkungan
pasien
Sabtu, 15 Resiko Defisit S: Bima
Oktober 2022, Nutrisi b.d Pasien mengatakan menyukai makanan
19.50 WIB ketidakmampuan sayur sayuran dan makan 3x sehari
mencerna selama di RS
makanan O:
(D.0032) Pasien tampak makan 3x sehari
dibuktikan dengan piring kotor yang
berada di meja pasien
A:
Resiko Defisit Nutrisi b.d
ketidakmampuan mencerna makanan
teratasi sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan :
Monitor asupan makanan
Berikan makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
Sabtu, 15 Hipertermi b.d S: Bima
Oktober 2022, proses penyakit Pasien mengatakan bersedia dikompres
20.00 WIB (D.0130) dingin dan dijelaskan penyebab
hipertermi
O:
Pasien tampak bersedia dikompres dan
bisa menjelaskan kembali penyebab
hipertermi
A:
Hipertermi b.d proses penyakit belum
teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan :
Memonitor TTV
Berikan kompres dingin
Sabtu, 15 Defisiensi S: Bima
Oktober 2022, pengetahuan
Pasien mengatakan sudah paham
20.10 WIB b.d kurang
mengenai penyakit yang diderita
informasi
O:
(D.0111)
Pasien mampu menjelaskan kembali
penyakit yang dideritanya
A:
Defisiensi pengetahuan
berhubungan dengan kurang informasi
sudah teratasi
P:
Hentikan intervensi
2 Minggu, 16 Nyeri akut b.d S: Bima
Oktober 2022, agen pencedera Pasien mengatakan nyerinya berkurang
13.40 WIB fisik : prosedur Pasien mengatakan :
operasi (D.0077) P : Luka post OP APP
Q : Seperti ditusuk tusuk
R : Perut bagian kanan bawah
S:1
T : Hilang Timbul
O:
Pasien sudah tidak tampak meringis lagi
TD : 90/71 mmHg
N : 118x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,5 °C
SPO 2 : 97%
A:
Nyeri akut berhubungan dengan agen
pencedera fisik (prosedur operasi )
sudah teratasi
P:
Intervensi dihentikan pasien pulang