Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

APENDIKSITIS TERHADAP Sdr.B DI RUANG BEDAH

RSS MAYJEND HM RYACUDU KOTABUMI LAMPUNG


UTARA

DISUSUN OLEH :
NOPRIYANTO
2021207209102

PROGRAM PROFESI NERS KONVERSI


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
TAHUN 2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN
APENDIKSITIS

A. PENGERTIAN
Appendiks adalah ujung seperti jari yang kecil panjangnya kira-kira 10 cm (94 inci),
melekat pada sekum tepat di bawah katup ileosekal. Appendiks berisi makanan dan
mengosongkan diri secara teratur ke dalam sekum. Karena pengosongannya tidak
efektif dan lumennya kecil, appendiks cenderung menjadi tersumbat dan rentan
terhadap infeksi. (Brunner dan Sudarth, 2002).
Apendisitis adalah peradangan dari apendiks vermivormis, dan merupakan penyebab
abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini dapat mengenai semua umur baik laki-
laki maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia antara 10
sampai 30 tahun (Mansjoer, Arief,dkk, 2007).
Apendisitis adalah infeksi pada appendiks karena tersumbatnya lumen oleh fekalith
(batu feces), hiperplasi jaringan limfoid, dan cacing usus. Obstruksi lumen merupakan
penyebab utama Apendisitis. Erosi membran mukosa appendiks dapat terjadi karena
parasit seperti Entamoeba histolytica, Trichuris trichiura, dan Enterobius vermikularis
(Ovedolf, 2006).
Apendisitis merupakan inflamasi apendiks vermiformis, karena struktur yang
terpuntir, appendiks merupakan tempat ideal bagi bakteri untuk berkumpul dan
multiplikasi (Chang, 2010)
Apendisitis merupakan inflamasi di apendiks yang dapt terjadi tanpa penyebab yang
jelas, setelah obstruksi apendiks oleh feses atau akibat terpuntirnya apendiks atau
pembuluh darahya (Corwin, 2009).
B. ETIOLOGI
Apendisitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada factor prediposisi
yaitu: Factor yang tersering adalah obstruksi lumen. Pada umumnya obstruksi ini
terjadi karena:
a. Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab terbanyak.

b. Adanya faekolit dalam lumen appendiks

c. Adanya benda asing seperti biji-bijian

d. Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya.

e. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan Streptococcus

f. Laki-laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15-30 tahun
(remaja dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan jaringan limpoid pada
masa tersebut.

• Tergantung pada bentuk apendiks:

• Appendik yang terlalu panjang

• Massa appendiks yang pendek

• Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen appendiks

• Kelainan katup di pangkal appendiks (Nuzulul, 2009)

C. KLASIFIKASI
Klasifikasi apendisitis menurut Nurafif & Kusuma (2013) terbagi menjadi 3 yaitu :
• Apendisitis akut, radang mendadak di umbai cacing yang memberikan tanda,
disertai maupun tidak disertai rangsangan peritoneum lokal.
• Apendisitis rekurens yaitu jika ada riwayat nyeri berulang di perut bagian kanan
bawah yang mendorong dilakukannya apendiktomi. Kelainan ini terjadi bila
serangan apendisitis akut pertama sembuh spontan.
• Apendisitis kronis memiliki semua gejala riwayat nyeri perut kanan bawah
lebih dari dua minggu (sumbatan di lumen apendiks, adanya jaringan parut dan
ulkus lama di mukosa), dan keluhan hilang setelah apendiktomi.
D. PATOFISIOLOGI
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh
hiperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat
peradangan sebelumnya, atau neoplasma. Obstruksi tersebut menyebabkan mukus
yang diproduksi mukosa mengalami bendungan. Makin lama mukus tersebut makin
banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga
menyebabkan penekanan tekanan intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan
menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi
mukosa. Pada saat inilah terjadi terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri
epigastrium.
Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut
akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus
dinding. Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga
menimbulkan nyeri di daerah kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan apendisitis
supuratif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks
yang diikuti dengan gangren. Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila
dinding yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis perforasi. Bila semua
proses di atas berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan bergerak ke
arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal yang disebut infiltrat apendikularis.
Peradangan apendiks tersebut dapat menjadi abses atau menghilang. Pada anak-anak,
karena omentum lebih pendek dan apediks lebih panjang, dinding apendiks lebih tipis.
Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang memudahkan
terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua perforasi mudah terjadi karena telah
ada gangguan pembuluh darah (Mansjoer, 2007)
E. MANIFESTASI KLINIS
• Nyeri kuadran bawah terasa dan biasanya disertai dengan demam ringan, mual,
muntah dan hilangnya nafsu makan.
• Nyeri tekan local pada titik McBurney bila dilakukan tekanan.
• Nyeri tekan lepas dijumpai.
• Terdapat konstipasi atau diare.
• Nyeri lumbal, bila appendiks melingkar di belakang sekum.
• Nyeri defekasi, bila appendiks berada dekat rektal.
• Nyeri kemih, jika ujung appendiks berada di dekat kandung kemih atau ureter.
• Pemeriksaan rektal positif jika ujung appendiks berada di ujung pelvis.
• Tanda Rovsing dengan melakukan palpasi kuadran kiri bawah yang secara
paradoksial menyebabkan nyeri kuadran kanan.
• Apabila appendiks sudah ruptur, nyeri menjadi menyebar, disertai abdomen terjadi
akibat ileus paralitik.
• Pada pasien lansia tanda dan gejala appendiks sangat bervariasi. Pasien mungkin
tidak mengalami gejala sampai terjadi ruptur appendiks.

F. KOMPLIKASI
Komplikasi yang terjadi pada apendisitis menurut Smeltzer dan Bare (2009). yaitu :
• Perforasi berupa massa yang terdiri dari kumpulan apendiks, sekum, dan letak

usus halus. Perforasi terjadi 70% pada kasus dengan peningkatan suhu 39,50C
tampak toksik, nyeri tekan seluruh perut dan leukositosis meningkat akibat

perforasi dan pembentukan abses.

• Peritonitis yaitu infeksi pada sistem vena porta ditandai dengan panas tinggi

390C – 400C menggigil dan ikterus merupakan penyakit yang jarang.


G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Laboratorium
Terdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan C-reactive protein (CRP). Pada
pemeriksaan darah lengkap ditemukan jumlah leukosit antara 10.000-18.000/mm3
(leukositosis) dan neutrofil diatas 75%, sedangkan pada CRP ditemukan jumlah
serum yang meningkat. CRP adalah salah satu komponen protein fase akut yang akan
meningkat 4-6 jam setelah terjadinya proses inflamasi, dapat dilihat melalui proses
elektroforesis serum protein. Angka sensitivitas dan spesifisitas CRP yaitu 80% dan
90%.
• Radiologi
Terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi (USG) dan Computed Tomography
Scanning(CT-scan). Pada pemeriksaan USG ditemukan bagian memanjang pada
tempat yang terjadi inflamasi pada appendiks, sedangkan pada pemeriksaan CT-scan
ditemukan bagian yang menyilang dengan fekalith dan perluasan dari appendiks yang
mengalami inflamasi serta adanya pelebaran sekum. Tingkat akurasi USG 90-94%
dengan angka sensitivitas dan spesifisitas yaitu 85% dan 92%, sedangkan CT-Scan
mempunyai tingkat akurasi 94-100% dengan sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi
yaitu 90-100% dan 96-97%.
• Analisa urin bertujuan untuk mendiagnosa batu ureter dan kemungkinan infeksi
saluran kemih sebagai akibat dari nyeri perut bawah.
• Pengukuran enzim hati dan tingkatan amilase membantu mendiagnosa peradangan
hati, kandung empedu, dan pankreas.
• Serum Beta Human Chorionic Gonadotrophin (B-HCG) untuk memeriksa adanya
kemungkinan kehamilan.
• Pemeriksaan barium enema untuk menentukan lokasi sekum. Pemeriksaan Barium
enema dan Colonoscopy merupakan pemeriksaan awal untuk kemungkinan
karsinoma colon.
• Pemeriksaan foto polos abdomen tidak menunjukkan tanda pasti Apendisitis,
tetapi mempunyai arti penting dalam membedakan Apendisitis dengan obstruksi
usus halus atau batu ureter kanan.

H. PENATALAKSANAAN
Pada penatalaksanaan post operasi apendiktomi dibagi menjadi tiga (Brunner &
Suddarth, 2010), yaitu:
• Sebelum operasi
• Observasi
Dalam 8-12 jam setelah munculnya keluhan perlu diobservasi ketat karena
tanda dan gejala apendisitis belum jelas. Pasien diminta tirah baring dan
dipuasakan. Laksatif tidak boleh diberikan bila dicurigai adanya apendisitis.
Diagnosis ditegakkan dengan lokasi nyeri pada kuadran kanan bawah setelah
timbulnya keluhan.
• Antibiotik
Apendisitis ganggrenosa atau apenditis perforasi memerlukan antibiotik,
kecuali apendiksitis tanpa komplikasi tidak memerlukan antibiotik. Penundaan
tindakan bedah sambil memberikan antibiotik dapat mengakibatkan abses atau
preforasi.
• Operasi
Operasi / pembedahan untuk mengangkat apendiks yaitu apendiktomi.
Apendiktomi harus segera dilakukan untuk menurunkan resiko perforasi.
Apendiktomi dapat dilakukan dibawah anestesi umum dengan pembedahan
abdomen bawah atau dengan laparoskopi. Laparoskopi merupakan metode
terbaru yang sangat efektif (Brunner & Suddarth, 2010).
Apendiktomi dapat dilakukan dengn menggunakan dua metode pembedahan,
yaitu secara teknik terbuka (pembedahan konvensional laparatomi) atau dengan
teknik laparoskopi yang merupakan teknik pembedahan minimal invasive dengan
metode terbaru yang sangat efektif (Brunner & Suddarth, 2010).

ASUHAN KEPERAWATAN

• PENGKAJIAN KEPERAWATAN
• Wawancara dapatkan riwayat kesehatan dengan cermat khususnya mengenai:
• Keluhan utama klien akan mendapatkan nyeri di sekitar epigastrium
menjalar ke perut kanan bawah. Timbul keluhan Nyeri perut kanan bawah
mungkin beberapa jam kemudian setelah nyeri di pusat atau di epigastrium
dirasakan dalam beberapa waktu lalu.Sifat keluhan nyeri dirasakan terus-
menerus, dapat hilang atau timbul nyeri dalam waktu yang lama. Keluhan
yang menyertai biasanya klien mengeluh rasa mual dan muntah, panas.
• Riwayat kesehatan masa lalu biasanya berhubungan dengan masalah.
kesehatan klien sekarang.
• Diet,kebiasaan makan makanan rendah serat.
• Kebiasaan eliminasi.
• Pemeriksaan Fisik
• Pemeriksaan fisik keadaan umum klien tampak sakit ringan/sedang/berat.
• Sirkulasi : Takikardia.
• Respirasi : Takipnoe, pernapasan dangkal.
• Aktivitas/istirahat : Malaise.
• Eliminasi : Konstipasi pada awitan awal, diare kadang-kadang.
• Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan atau tidak
ada bising usus.
• Nyeri/kenyamanan, nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus,
yang meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney, meningkat
karena berjalan, bersin, batuk, atau napas dalam. Nyeri pada kuadran
kanan bawah karena posisi ekstensi kaki kanan/posisi duduk tegak.
• Demam lebih dari 38 C.
• Data psikologis klien nampak gelisah.
• Ada perubahan denyut nadi dan pernapasan.
• Pada pemeriksaan rektal toucher akan teraba benjolan dan penderita
merasa nyeri pada daerah prolitotomi.
• Berat badan sebagai indicator untuk menentukan pemberian obat.

• DIAGNOSA KEPERAWATAN
• Pre operasi
• Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi (distensi jaringan intestinal
oleh inflamasi)
• Perubahan pola eliminasi (konstipasi) berhubungan dengan penurunan peritaltik.
• Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual muntah.
• Cemas  berhubungan dengan akan dilaksanakan operasi.
2. Post operasi
• Nyeri berhubungan dengan agen injuri fisik (luka insisi post operasi appenditomi)
• Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (insisi post pembedahan).
• Defisit self care berhubungan dengan nyeri
• Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan b.d
kurang informasi.

• INTERVENSI
Pre Operasi
TUJUAN
DIAGNOSA
N DAN
KEPERAWA INTERVENSI RASIONAL
O KRITERIA
TAN
HASIL
1. Nyeri akut Setelah 1.    Kaji tingkat • Untuk mengetahui
berhubungan dilakukan nyeri, lokasi dan sejauh mana tingkat
dengan agen asuhan karasteristik nyeri dan merupakan
injuri biologi keperawatan, nyeri. indiaktor secara dini
(distensi diharapkan 2.    Jelaskan untuk dapat
jaringan nyeri klien pada pasien memberikan tindakan
intestinal oleh berkurang tentang
inflamasi) dengan kriteria penyebab nyeri selanjutnya
hasil: 3.    Ajarkan
·         Klien tehnik untuk • informasi yang tepat
mampu pernafasan dapat menurunkan
mengontrol diafragmatik tingkat kecemasan
nyeri (tahu lambat / napas pasien dan menambah
penyebab dalam pengetahuan pasien
nyeri, mampu 4.    Berikan tentang nyeri.
menggunakan aktivitas hiburan • napas dalam dapat
tehnik (ngobrol dengan menghirup O2 secara
nonfarmakolog anggota adequate sehingga otot-
i untuk keluarga) otot menjadi relaksasi
mengurangi 5.    Observasi sehingga dapat
nyeri, mencari tanda-tanda vital mengurangi rasa nyeri.
bantuan) 6.    Kolaborasi
·         Melapor dengan tim • meningkatkan relaksasi
kan bahwa medis dalam dan dapat meningkatkan
nyeri pemberian kemampuan kooping.
berkurang analgetik
• deteksi dini terhadap
dengan
perkembangan
menggunakan
kesehatan pasien.
manajemen
nyeri • sebagai profilaksis
·         Tanda untuk dapat
vital dalam menghilangkan rasa
rentang normal nyeri.
TD (systole
110-
130mmHg,
diastole 70-
90mmHg),
HR(60-100x/m
enit), RR (16-
24x/menit),
suhu (36,5-
37,50C)
·         Klien
tampak rileks
mampu
tidur/istirahat
2. Perubahan Setelah 1.    Pastikan • membantu dalam
pola eliminasi dilakukan kebiasaan pembentukan jadwal
(konstipasi) asuhan defekasi klien da irigasi efektif
berhubungan keperawatan, n gaya hidup
dengan diharapkan sebelumnya. • kembalinya fungsi
penurunan konstipasi 2.    Auskultasi gastriintestinal mungkin
peritaltik. klien teratasi bising usus terlambat oleh inflamasi
dengan kriteria 3.    Tinjau ulang intra peritonial
hasil: pola diet dan
·        BAB 1-2 jumlah / tipe • masukan adekuat dan
kali/hari masukan cairan. serat, makanan kasar
·        Feses 4.    Berikan memberikan bentuk dan
lunak makanan tinggi cairan adalah faktor
·        Bising serat. penting dalam
usus 5-30 5.    Berikan menentukan konsistensi
kali/menit obat sesuai feses.
indikasi, • makanan yang tinggi
contoh : pelunak serat dapat
feses memperlancar
pencernaan sehingga
tidak terjadi konstipasi.

• obat pelunak feses


dapat melunakkan feses
sehingga tidak terjadi
konstipasi.

3. Kekurangan Setelah 1.    Monitor • Tanda yang membantu


volume cairan dilakukan tanda-tanda vital mengidentifikasikan
berhubungan asuhan 2.    Kaji membr fluktuasi volume
dengan mual keperawatan ane mukosa, kaji intravaskuler.
muntah. diharapkan tugor kulit dan
keseimbangan pengisian • Indicator keadekuatan
cairan dapat kapiler. sirkulasi perifer dan
dipertahankan 3.    Awasi hidrasi seluler.
dengan kriteria masukan dan • Penurunan haluaran
hasil: haluaran, catat urin pekat dengan
·        kelembab warna peningkatan berat jenis
an membrane urine/konsentras diduga
mukosa i, berat jenis. dehidrasi/kebutuhan
·        turgor 4.    Auskultasi peningkatan cairan.
kulit baik bising usus, catat
·        Haluaran kelancaran • Indicator kembalinya
urin adekuat: 1 flatus, gerakan peristaltic, kesiapan
cc/kg BB/jam usus. untuk pemasukan per
·        Tanda- 5.    Berikan oral.
tanda vital perawatan mulut
• Dehidrasi
dalam batas sering dengan
mengakibatkan bibir
normal perhatian khusus dan mulut kering dan
TD (systole pada pecah-pecah
110- perlindungan
130mmHg, bibir. • Selang NG biasanya
diastole 70- 6.    Pertahankan dimasukkan pada
90mmHg), HR penghisapan praoperasi dan
(60-100x/menit gaster/usus. dipertahankan pada fase
), RR (16- 7.    Kolaborasi segera pascaoperasi 
24x/menit), pemberiancairan untuk dekompresi usus,
suhu (36,5- IV dan elektrolit meningkatkan istirahat
37,50C) usus, mencegah mentah.

• Peritoneum bereaksi
terhadap iritasi/infeksi
dengan menghasilkan
sejumlah besar cairan
yang dapat menurunkan
volume sirkulasi darah,
mengakibatkan
hipovolemia. Dehidrasi
dapat terjadi
ketidakseimbangan
elektrolit

4. Cemas  Setelah 1.    Evaluasi • ketakutan dapat terjadi


berhubungan dilakukan tingkat ansietas, karena nyeri hebat,
dengan akan asuhan catat verbal dan penting pada prosedur
dilaksanakan keperawatan, non verbal diagnostik dan
operasi. diharapkan pasien. pembedahan.
kecemasab 2.    Jelaskan dan
klien persiapkan untuk • dapat meringankan
berkurang tindakan ansietas terutama ketika
dengan kriteria prosedur pemeriksaan tersebut
hasil: sebelum melibatkan
·        Melapork dilakukan pembedahan.
an ansietas 3.    Jadwalkan • membatasi kelemahan,
menurun istirahat adekuat menghemat energi dan
sampai tingkat dan periode meningkatkan
teratasi menghentikan kemampuan koping.
·        Tampak tidur.
rileks 4.    Anjurkan • Mengurangi kecemasan
keluarga untuk klien
menemani
disamping klien
Post Operasi
DIAGNOSA
NO NOC NIC RASIONAL
KEPERAWATAN
1. Nyeri Setelah dilakukan asuhan 1.    Kaji skala nyeri • Berguna dalam
berhubungan keperawatan, diharapkan lokasi, karakteristik pengawasan dan
dengan agen injuri nyeri berkurang dengan dan laporkan keefesien obat,
fisik (luka insisi kriteria hasil: perubahan nyeri kemajuan
post operasi ·        Melaporkan nyeri dengan tepat. penyembuhan,p
appenditomi). berkurang 2.    Monitor tanda- erubahan dan
·        Klien tampak rileks tanda vital karakteristik
·        Dapat tidur dengan 3.    Pertahankan nyeri.
tepat istirahat dengan
·        Tanda-tanda vital posisi semi powler. • deteksi dini
dalam batas normal 4.    Dorong terhadap
TD (systole 110- ambulasi dini. perkembangan
130mmHg, diastole 70- 5.    Berikan kesehatan
90mmHg), HR(60- aktivitas hiburan. pasien.
100x/menit), RR (16- 6.    Kolborasi tim • Menghilangkan
24x/menit), suhu (36,5- dokter dalam tegangan
37,50C) pemberian abdomen yang
analgetika. bertambah
dengan posisi
terlentang.

• Meningkatkan
kormolisasi
fungsi organ.

• meningkatkan
relaksasi.

• Menghilangkan
nyeri.

2. Resiko infeksi Setelah dilakukan asuhan 1.    Kaji adanya • Dugaan adanya


berhubungan keperawatan diharapkan tanda-tanda infeksi infeksi
dengan tindakan infeksi dapat diatasi pada area insisi
invasif (insisi post dengan kriteria hasil: 2.    Monitor tanda- • Dugaan adanya
pembedahan). ·        Klien bebas dari tanda vital. infeksi/terjadiny
tanda-tanda infeksi Perhatikan demam, a sepsis, abses,
·        Menunjukkan menggigil, peritonitis
kemampuan untuk berkeringat, • mencegah
mencegah timbulnya perubahan mental transmisi
infeksi 3.    Lakukan teknik penyakit virus
isolasi untuk infeksi
·        Nilai leukosit (4,5- enterik, termasuk ke orang lain
11ribu/ul) cuci tangan efektif.
4.    Pertahankan • mencegah
teknik aseptik ketat meluas dan
pada perawatan luka membatasi
insisi / terbuka, penyebaran
bersihkan dengan organisme
betadine. infektif /
5.    Awasi / batasi kontaminasi
pengunjung dan siap silang.
kebutuhan. • menurunkan
6.    Kolaborasi tim resiko terpajan
medis dalam
pemberian antibiotik • terapi
ditunjukkan
pada bakteri
anaerob dan
hasil aerob gra
negatif.

3. Defisit self care Setelah dilakukan asuhan 1.    Mandikan • Agar badan


berhubungan keperawatan diharapkan pasien setiap hari menjadi segar,
dengan nyeri. kebersihan klien dapt sampai klien mampu melancarkan
dipertahankan dengan melaksanakan peredaran darah
kriteria hasil: sendiri serta cuci dan
·        klien bebas dari rambut dan potong meningkatkan
bau badan kuku klien. kesehatan.
·        klien tampak bersih 2.    Ganti pakaian
·        ADLs klien dapat yang kotor dengan • Untuk
mandiri atau dengan yang bersih. melindungi
bantuan 3.    Berikan klien dari
Hynege Edukasipada kuman dan
klien dan meningkatkan
keluarganya tentang rasa nyaman
pentingnya • Agar klien dan
kebersihan diri. keluarga dapat
4.    Berikan pujian termotivasi
pada klien tentang untuk menjaga
kebersihannya. personal
5.    Bimbing hygiene.
keluarga klien
memandikan / • Agar klien
menyeka pasien merasa
6.    Bersihkan dan tersanjung dan
atur posisi serta lebih kooperatif
tempat tidur klien. dalam
kebersihan

• Agar
keterampilan
dapat diterapkan

• Klien merasa
nyaman dengan
tenun yang
bersih serta
mencegah
terjadinya
infeksi.

4. Kurang Setelah dilakukan asuhan 1.    Kaji ulang • Memberikan


pengetahuan keperawatan diharapkan pembatasan aktivitas informasi pada
tentang kondisi pengetahuan bertambah pascaoperasi pasien untuk
prognosis dan dengan kriteria hasil: 2.    Anjuran merencanakan
kebutuhan ·        menyatakan menggunakan kembali
pengobatan b.d pemahaman proses laksatif/pelembek rutinitas biasa
kurang informasi. penyakit, pengobatan dan feses ringan bila tanpa
·        berpartisipasi perlu dan hindari menimbulkan
dalam program enema masalah.
pengobatan 3.    Diskusikan
                                          perawatan insisi, • Membantu
termasuk mengamati kembali ke
balutan, pembatasan fungsi usus
mandi, dan kembali semula
ke dokter untuk mencegah
mengangkat ngejan saat
jahitan/pengikat defekasi
4.    Identifikasi • Pemahaman
gejala yang meningkatkan
memerlukan kerja sama
evaluasi medic, dengan terapi,
contoh peningkatan meningkatkan
nyeri edema/eritema penyembuhan
luka, adanya
drainase, demam • Upaya
intervensi
menurunkan
resiko
komplikasi
lambatnya
penyembuhan
peritonitis

ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Sdr B
Umur : 26 th
No. RM : 045056
Alamat : sentral kotabumi
Tgl Masuk : 30 Juni 2022

Penanggung Jawab Pasien


Nama : Nn N
Umur : 22 th
Hubungan : Adik

2. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utama : Nyeri
b) Keluhan Sekarang : pasien mengatakan nyeri dibagian perut kanan
bawah saat bergerak, pasien mengatakan nyeri seperti tertusuk tusuk
dari bagian perut menjalar ke belakang dengan skala nyeri 5 dilihat
dari raut muka pasien dan nyeri dirasa terus menerus. Pasien
mengatakan mual dan muntah 2x sebelum masuk rumah sakit. Pasien
tampak lesu serta lemas. Pasien mengatakan khawatir karena akan di
operasi. Pasien tampak tegang, sulit tidur dan tampak gelisah
c) Riwayat Penyakit Dahulu : pasien mengatakan tidak pernah menderita
penyakit yang berat
d) Riwayat Penyakit Keluarga : pasien mengatakan keluarga tidak ada
yang memiliki kelainan/kecatatan dan menderita suatu penyakit berat
e) Riwayat psikososial dan spiritual : pasien dapat berkomunikasi dengan
perawat maupun orang lain sangat baik dan lancar serta menjawab
pertanyaan yang diajukan oleh perawat. Orang yang paling dekat
dengan pasien adalah adiknya, karena orang tua nya berada di berbeda
provinsi. Ekspresi pasien terhadap penyakit nya yaitu tidak ada
masalah. Pasien mengatakan interaksi dengan orang lain baik dan tidak
ada masalah. Pasien kooperatif dan tidak ada gangguan konsep diri.
3. Pola Kebiasaan Sehari-hari
a) Pola pemenuhan nutrisi dan cairan
Sebelum sakit : pasien mengatakan makan dan minum secara mandiri
dengan frekuensi makan sehari 3x, jenis makanan nasi biasa. Pasien
mengatakan jarang makan makanan yang berserat, pasien lebih suka
makan makanan yang pedas. Pasien juga mengatakan minum sebanyak
2-4gelas perhari.
Saat sakit : pasien mengatakan nafsu makan mulai menurun, hanya
makan sehari 2x dan hanya menghabiskan satu perempat porsi 2
sendok makan.
b) Pola eliminasi
Sebelum sakit : pasien mengatakan bab sehari sekali dengan
konsistensi padat dan berwarna coklat serta bak 3-4x perhari dengan
warna kuning jernih dan tidak ada keluhan
Saat sakit: pasien mengatakan belum bab dari kemarin dan bak 3-4x
perhari dengan warna kuning jernih dan tidak ada keluhan
c) Personal hygiene
Pasien mengatakan mandi sehari 2x pagi dan sore hari. Pasien mandi
menggunakan sabun mandi.
d) Pola istirahat dan tidur
pasien mengatakan biasa tidur ± 8-9 jam/hari, pasien mengatakan biasa
tidur siang tetapi hanya sebentar. Saat sakit, pasien sulit tidur dan
gelisah saat tidur
e) Pola aktivitas dan latihan
Pasien mengatakan sehari hari beraktivitas bekerja dan pasien jarang
berolahraga
4. Pengkajian Fisik
a) Pemeriksaan umum
kondisi umum baik, kesadaran compos mentis, TD : 130/86 mmHg,
N : 105x/m, RR : 21x/m, S : 36.7 C, SpO2 : 99%, skala nyeri 5
b) Sistem penglihatan
Mata lengkap dan simetris kanan dan kiri, tidak ada pembengkakan
pada kelopak mata, sklera putih, konjungtiva tidak anemia, tidak ada
edema, kornea jernih, pupil isokor
c) Sistem pendengaran
Telinga simetris kanan dan kiri, ukuran sedang, kanalis telinga bersih
kanan dan kiri, tidak ada benda asing dan bersih pada lubang telinga.
Pasien dapat mendengar suara gesekan jari
d) Sistem pernafasan
Tidak ada pernafasan cuping hidung, posisi septum di tengah, tidak ada
secret atau sumbatan pada lubang hidung, ketajaman penciuman
normal dan tidak ada kelainan, tidak ada sesak, tidak ada batuk, bentuk
dada simetris, tidak ada otot bantu nafas.
e) Sistem kadiovaskuler
1) Sirkulasi Perifer : Nadi 105x/menit, denyut jantung kuat,
temperatur kulit dingin, warna kulit kemerahan, Capillary Refill
Time (CRT) <2 detik, tidak ada edema.
2) Sirkulasi Jantung : Tidak ada kelainan bunyi jantung, tidak ada
nyeri dada dan tidak ada keluhan lain.
f) Sistem neurologi
Compos mentis, reaksi pupil terhadap cahaya jika di berikan cahaya
mengecil, tidak ada peningkatan Tekanan Intra Kranial.
g) Sistem pencernaan
Kebersihan mulut cukup bersih, gusi kemerahan, abdomen simetris,
datar, tidak ada nyeri tekan pada epigastrium, timpani, bising usus
9x/menit.
h) Sistem urogenital
Frekuensi BAK sehari 3-4x terkontrol ± 200 cc/hari, warna urin kuning
jernih, keadaan genital tidak terkaji.
i) Sistem integumen
Rambut klien tampak bersih, tekstur rambut klien halus, rambut klien
memutih, kuku bersih, turgor kulit elastis, warna kulit sawo matang,
tidak ada lesi pada kulit.
j) Sistem muskuloskeletal
Tidak terasa nyeri pada tulang dan sendi, tidak ada fraktur, dan tidak
ada kelainan sendi.

5. Pemeriksaan penunjang

TANGGAL IMUNO SEROLOGI HASIL ANGKA NORMAL


HbsAG NEGATIF NEGATIF
Rapid Cov Antigen NEGATIF NEGATIF
HEMATOLOGI
TROMBOSIT 262.000 170.000 – 180.000
ERITROSIT 4.44 4,4 – 5,6
HEMOGLOBIN 12.2 13-18
LEUKOSIT 6.300 3200 – 10.000
21/3/22
BASOFIL 0 0-2
EOSINOFIL 0 0-6
LIMFOSIT 28 15-45
MONOSIT 9 0-11
HEMATOKRIT 35 40-50
GDS Dewasa 109 70-200
SGPT 11 5-35
SGOT 14 5-35

6. Tatalaksana Medis

Nama Obat Cara Pemberian Dosis


PREOP
Omz Iv
2x1 vial
Ondansentron Iv
3x4mg
IVFD RL 20 Tpm Makro
POST OP TAMBAHAN TERAPI
Anbacim Iv 2x1gr
Ketorolac Iv 3x1

B. Analisa Data
No. Data Masalah Etiologi
1. Ds: Nyeri Agen pencedera
 Pasien mengatakan nyeri saat fisiologis
beraktivitas
 Pasien mengatakan nyeri
seperti di tusuk tusuk menjalar
dari bagian perut ke belakang
 Pasien mengatakan nyeri yang
di rasakan terus menerus
Do :
 TD : 130/86
 Nadi : 105x/m
 Skala nyeri 5
 Pasien tampak kesakitan
2. Ds : Perubahan nutrisi anoreksia
 Pasien mengatakan mual dan kurang dari
muntah kebutuhan
Do :
 Pasien terlihat lesu dan lemas
 Porsi makan pasien tidak habis
3. Ds : Ansietas Kurang nya
 Pasien mengatakan khawatir informasi terhadap
karena akan di operasi pembedahan
Do :
 Pasien tampak gelisah
 Pasien tampak tegang
 Pasien sulit untuk tidur

C. Diagnosa Keperawatan
Pre Op :
1) Nyeri berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia
3) Ansietas berhubungan dengan kurang nya informasi terhadap pembedahan
Post Op :
1) Nyeri berhubungan dengan insisi bedah
2) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
3) Resiko infeksi berhubungan dengan Tindakan pembedahan
D. Intervensi
Pre Op
Diagnosa
No. Tujuan Intervensi
Keperawatan
1. Nyeri Setelah dilakukan  Identifikasi lokasi,
berhubungan asuhan keperawatan karakteristik, durasi,
dengan agen selama x24 diharapkan frekuensi, kualitas nyeri,
nyeri menurun dengan skala nyeri dan intensitas
pencedera
kriteria hasil : nyeri
fisiologis
 Keluhan nyeri  Identifikasi respon nyeri
menurun non verbal
 Gelisah menuruh  Identifikasi faktor yang
memperberat dan
memperingan nyeri
 Ajarkan teknik relaksasi
nafas dalam
 Kolaborasi dalam
pemberian terapi
2. Perubahan Setelah dilakukan  Kaji keadaan umum pasien
nutrisi kurang asuhan keperawatan  Berikan makan sesuai
dari kebutuhan selama 3x24 jam di kebutuhan pasien
bd anoreksia harapkan perubahan  Anjurkan makan sedikit
nutrisi meningkat tetapi sering
dengan kriteria hasil :  Anjurkan makan selagi
 Mual dan muntah hangat
berkurang  Kolaborasi dengan tim
 Meningkatnya selera medis lain
makan
3. Ansietas Setelah dilakukan  Monitor tanda tanda
berhubungan asuhan keperawatan ansietas verbal dan non
dengan kurang selama 1x24 jam verbal
nya informasi diharapkan tingkat  Temani pasin untuk
terhadap ansietas menrun dengan mengurangi kecemasan
pembedahan kriteria hasil : jika perlu
 Verbalisasi khawatir  Jelaskan prosedur,
menurun termasuk sensasi yang
 Perilaku gelisah mungkin di alami
menurun  Latih teknik relaksasi
 Perilaku tegang  Kolaborasi dengan tim
menurun medis dalam pemberian
terapi

Diagnosa
No. Tujuan Intervensi
Keperawatan
1. Nyeri Setelah dilakukan  Identifikasi lokasi,
berhubungan asuhan keperawatan karakteristik, durasi,
dengan agen selama 3x24 diharapkan frekuensi, kualitas nyeri,
nyeri menurun dengan skala nyeri dan intensitas
pencedera
kriteria hasil : nyeri
fisiologis
 Keluhan nyeri  Identifikasi respon nyeri
menurun non verbal
 TTV dalam batas  Identifikasi faktor yang
normal memperberat dan
 Pasien tampak memperingan nyeri
rileks  Ajarkan teknik relaksasi
nafas dalam
 Kolaborasi dalam
pemberian terapi
2. Hambatan Setelah dilakukan  Kaji kemampuan pasien
mobilitas fisik asuhan keperawatan dalam mobilisasi
berhubungan selama 3x24 jam di  Ajarkan pasien dan
dengan nyeri harapkan pasien mampu keluarga tentang Teknik
beraktivitas sesuai mobilisasi dini sesuai
dengan kemampuan tahapan nya
dengan kriteria hasil :  Monitoring vital sign
 Pasien mampu sebelum/sesudah latihan
beraktivitas sesuai  Ajarkan pasien merubah
toleran tanpa posisi dan berikan bantuan
bantuan jika di perlukan
 Damping dan bantu pasien
saat mobilisasi dan bantu
penuhi kebutuhan pasien
3. Resiko infeksi Setelah dilakukan  Kaji adanya tanda tanda
berhubungan asuhan keperawatan infeksi pada area insisi
dengan selama 3x24 jam  Monitor ttv
Tindakan diharapkan tidak terjadi  Ajarkan cuci tangan
pembedahan infeksi menurun dengan  Pertahankan Teknik
kriteria hasil : aseptic pada perawatan
 Pasien bebas dari luka insisi
tanda tanda infeksi  Kolaborasi tim medis
 Leukosit dalam batas dalam pemberian terapi
normal

E. Implementasi dan Evaluasi

Tgl/Waktu No. Implementasi Paraf Evaluasi


Dx
HARI PERTAMA
1/7/22 1  Mengidentifikasi lokasi, S : pasien mengatakan nyeri
21.00 WIB karakteristik, durasi, pada perut kanan bawah,
frekuensi, kualitas nyeri, terasa seperti di tusuk tusuk.
skala nyeri dan intensitas Pasien mengatakan hanya
nyeri mual saja, pasien mengatakan
 Mengidentifikasi respon takut untuk di operasi
nyeri non verbal O:
 Mengidentifikasi faktor TD : 150/96mmHg, N :
yang memperberat dan 104x/m, RR : 20x/m, S : 36,8
memperingan nyeri C, SpO2 : 99%, terpasang
 Mengajarkan teknik infus RL 20tpm, skala nyeri
relaksasi nafas dalam 5, pasien tampak tidak
 Kolaborasi dalam menghabiskan makanan nya
pemberian terapi A : masalah nyeri belum
 Mengkaji keadaan umum teratasi
pasien Masalah perubahan nutrisi
belum teratasi
 Memberikan makan
Masalah ansietas belum
sesuai kebutuhan pasien
teratasi
 Menganjurkan makan
2 P : Lanjutkan Intervensi
sedikit tetapi sering
 Menganjurkan makan
selagi hangat
 Kolaborasi dengan tim
medis lain

 Memonitor tanda tanda


ansietas verbal dan non
verbal
 Menemani pasin untuk
mengurangi kecemasan
jika perlu
 Menjelaskan prosedur,
3 termasuk sensasi yang
mungkin di alami
 Mengajarkan teknik
relaksasi
 Kolaborasi dengan tim
medis dalam pemberian
terapi
HARI KEDUA
2/7/22 1  Mengidentifikasi lokasi, S : pasien mengatakan nyeri
21.00 karakteristik, durasi, pada luka operasi nya. Pasien
WIB frekuensi, kualitas nyeri, mengatakan masih takut
skala nyeri dan intensitas untuk beraktivitas
nyeri O:
 Mengidentifikasi respon TD : 132/79mmHg, N :
nyeri non verbal 102x/m, RR 20x/m, S 36,5C,
 Mengidentifikasi faktor skala nyeri 3, pasien tampak
yang memperberat dan tidak berani untuk bergerak,
memperingan nyeri IVFD RL 20 tpm macro,
 Mengajarkan teknik tidak ada tanda infeksi pada
relaksasi nafas dalam area insisi
 Kolaborasi dalam A : masalah nyeri belum
pemberian terapi teratasi
Masalah hambatan mobilitas
 Kaji kemampuan pasien fisik belum teratasi
dalam mobilisasi Masalah resiko infeksi belum
teratasi
 Ajarkan pasien dan
P: Lanjutkan Intervensi
keluarga tentang Teknik
2
mobilisasi dini sesuai
tahapan nya
 Monitoring vital sign
sebelum/sesudah latihan
 Ajarkan pasien merubah
posisi dan berikan
bantuan jika di perlukan
 Damping dan bantu
pasien saat mobilisasi
dan bantu penuhi
kebutuhan pasien

 Mengkaji adanya tanda


tanda infeksi pada area
insisi
 Memonitor ttv
 Mengajarkan cuci tangan
 Mempertahankan Teknik
aseptic pada perawatan
luka insisi
3  Kolaborasi tim medis
dalam pemberian terapi

HARI KE TIGA
3/7/22 1  Mengidentifikasi lokasi, S : pasien mengatakan nyeri
21.00 karakteristik, durasi, pada luka operasi nya. Pasien
WIB frekuensi, kualitas nyeri, mengatakan masih takut
skala nyeri dan intensitas untuk beraktivitas
nyeri O:
 Mengidentifikasi respon TD : 129/75mmHg, N :
nyeri non verbal 91x/m, RR 20x/m, S 36,4C,
 Mengidentifikasi faktor skala nyeri 2, pasien tampak
yang memperberat dan sudah sedikit berani untuk
memperingan nyeri bergerak, tidak ada tanda
 Mengajarkan teknik infeksi pada area insisi
relaksasi nafas dalam A : masalah nyeri teratasi
 Kolaborasi dalam Masalah hambatan mobilitas
pemberian terapi fisik teratasi
Masalah resiko infeksi
 Kaji kemampuan pasien teratasi
dalam mobilisasi P : Hentikan Intervensi
- BLPL
 Ajarkan pasien dan
keluarga tentang Teknik
mobilisasi dini sesuai
2
tahapan nya
 Monitoring vital sign
sebelum/sesudah latihan
 Ajarkan pasien merubah
posisi dan berikan
bantuan jika di perlukan
 Damping dan bantu
pasien saat mobilisasi
dan bantu penuhi
kebutuhan pasien

 Mengkaji adanya tanda


tanda infeksi pada area
insisi
 Memonitor ttv
 Mengajarkan cuci tangan
 Mempertahankan Teknik
aseptic pada perawatan
luka insisi
 Kolaborasi tim medis
3 dalam pemberian terapi

Anda mungkin juga menyukai