Anda di halaman 1dari 33

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

Y DENGAN GANGGUAN SISTEM


KARDIOVASKULER INFARK MIOKARD

OLEH
NOPRIYANTO
2021207209102

PRODI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
2022
KONSEP PENYAKIT

1. Definisi

Miokard Infark adalah nekrosis miokard akibat akibat aliran darah ke otot jantung

terganggu.Miokard Infark adalah kematian sebagian otot jantung (miokard) secara

mendadak akibat terhentinya sirkulasi koroner yang ditandai dengan adanya sakit dada

yang khas lebih dari 30 menit, tidak hilang dengan istirahat dan dengan pemberian

antiangina (nitrogliserin). (Rokhaeni, et. Al. 2001).

Infark miokardium mengacu pada proses Rusaknya jaringan jantung akibat suplai darah

yang tidak adekuat sehingga aliran darah koroner berkurang (Smeltzer & Bare, 2002)

2. Etiologi

a. Coronary Arteri Disease : aterosklerosis, arthritis, trauma pada koroner, penyempitan

arteri koroner karena spasme atau desekting aorta dan arteri koroner.

b. Coronary Arteri Emboli : infective endokarditis, cardia myxoma, cardiopulmona

bypass surgery, arteriography koroner.

c. Kelainan congenital : anomali arteri koronaria.

d. Ketidakseimbangan suplai oksigen dan kebutuhan miocard : tirotoksikosis, hipotensi

kronis, keracunan karbon monoksida, spenosis atau insufisiensi aorta.

e. Gangguan Hematologi : anemia, polisitemia vera, hypercoagulabity, thrombosis,

trombositosis dan DIC.

(Wajan Juni Udjianti. 2010. Hal 82)

Adapun faktor resiko yang menyebabkan terjadinya Miokard Infark dan dapat diubah

adalah :

a. Mayor
yaitu Merokok, hipertensi, obesitas, hiperlipidemia, hiperkolesterolemia dan pola

makan (diit tinggi lemak dan tinggi kalori).

b. minor

yaitu Stress, kepribadian tipe A (emosional, agresif, dan ambivalen) dan inaktifitas

fisik.

Faktor resiko yang tidak dapat diubah yaitu Hereditas/keturunan, Usia lebih dari 40

tahun, Ras, insiden lebih tinggi pada orang berkulit hitam. pria lebih sering terjadi dari

pada wanita.

3. Patofisiologi

Iskemia yang berlangsung lebih dari 30 – 45 menit akan menyebabkan kerusakan seluler

yang irreversibel dan kematian otot atau nekrosis.Bagian miokardium yang mengalami

infark akan berhenti berkontraksi secara permanen. Jaringan yang mengalami infark

dikelilingi oleh daerah iskemia.

Infark miokardium biasanya menyerang ventrikel kiri, infark transmural mengenai

seluruh tebal dinding miokard, sedangkan infark subendokardial nekrosisnya hanya

terjadi pada bagian dalam dinding ventrikel. Letak infark berkaitan dengan penyakit pada

daerah tertentu dalam sirkulasi koroner, misalnya infark anterior dinding anterior

disebabkan karena lesi pada ramus desendens anterior arteria koronaria sinistra, infark

dinding inferior biasanya disebsbkan oleh lesi pada arteria coronaria kanan.

Infark miokardium akan mengurangi fungsi ventrikel karena otot yang nekrosis.,

kehilangan daya kontraksi, sedangkan otot yang iskemia disekitarnya juga mengalami

gangguan kontraksi.

Secara fungsional infark miokardium akan menyebabkan perubahan-perubahan :


 Daya kontraksi menurun

 Gerakkan dinding abnormal

 Perubahan daya kembang dinding ventrikel

 Pengurangan curah sekuncup

 Pengurangan fraksi efeksi

 Peningkatan volume akhir sistolik dan akhir diastolik ventrikel kiri

Dengan menurunnya fungsi ventrikel, diperlukan tekanan pengisian diastolik dan volume

ventrikel akan meregangkan serabut miokardium sehingga meningkatkan kekuatan

kontraksi (sesuai hukum starling). Tekanan pengisian sirkulasi dapat ditingkatkan lewat

retensi natrium dan air oleh ginjal sehingga infark miokardium biasanya disertai

pembesaran ventrikel kiri. Sementara, akibat dilatasi kompensasi kordis jantung dapat

terjadi hipertrofi kompensasi jantung sebagai usaha untuk meningkatkan daya kontraksi

dan pengosongan ventrikel.

4. Manifestasi Klinis

a. Nyeri dada retrosternal. Seperti: diremas-remas, ditekan, ditusuk, panas, atau

ditindih barang besar

b. Mual-muntah, yang mungkin berkaitan dengan nyeri hebat.

c. Sesak, dispnoe

d. Pusing, dan lemah

e. Diaphoresis

f. Kulit dingin dan lembab, Pucat


g. Pengeluaran urine berkurang karena penurunan aliran darah gijal serta peningkatan

aldosterol dan ADH.

h. Aritmia Cardiac

i. Takikardia akibat peningkatan stimulasi simpatis jantung

j. Keadaan mental berupa perasaan sangat cemas

(Elizabeth J.Corwin,2009 hal 496-497).

5. Pemeriksaan Penunjang

a. Laboratorium:

Creatin fosfakinase (CPK) . Iso enzim CKMB meningkat. Hal ini terjadi karena

kerusakan otot, maka enzim intra sel dikeluarkan ke dalam aliran darah. Normal 0-1

mU/ml. Kadar enzim ini sudah naik pada hari pertama (kurang lebih 6 jam sesudah

serangan) dan sudah kembali kenilai normal pada hari ke 3.

SGOT (Serum Glutamic Oxalotransaminase Test) Normal kurang dari 12 mU/ml.

Kadar enzim ini biasanya baru naik pada 12-48 jam sesudah serangan dan akan

kembali kenilai normal pada hari ke 4 sampai 7.

LDH (Lactic De-hydroginase). Normal kurang dari 195 mU/ml. Kadar enzim baru

naik biasanya sesudah 48 jam, akan kembali ke nilai normal antara hari ke 7 dan 12

b. EKG: menunjukkan peninggian gelombang S.T. Iskemia berarti menurunnya atau

datarnya gelombang T. menunjukkan cedera.

c. Ronsen Torak: mungkin normal atau menunjukkan pembesaran jantung


d. Pemantauan Hemodinamika, hanya selektif atas indikasi.

( Taufan Nugroho, 2011 hal 253 ).

6. Penatalaksanaan

a. Istirahat total

b. Penanganan nyeri, dapat berupa terapi farmakologi yaitu: morfin 2,5-5 mg IV

atau Petidin 25-50 mg IM, bisa diulang-ulang : lain-lain seperti Nitrat,

Antagonis, Kalsium dan beta blocker.

c. Membatasi ukuran infark myocardium

 Anti koagulan.

 Anti trombolitik

 Antilipemik

 Vasodilator perifer

d. Pemberian Oksigen 2-4 liter/menit

e. Diet jantung bentuk MII

f. Pasang infus RL untuk persiapan pemberian obat intravena

( Arif Muttaqin, 2012 hal. 79 )

7. Komplikasi

a. Gagal jantung kongestif

Merupakan kongesti sirkulasi akibat disfungsi miokardium. Infark miokardium

mengganggu fungsi miokardium karena menyebabkan pengurangan kontraktilitas,

menimbulkan gerakan dinding yang abnormal dan mengubah daya kembang ruang

jantung tersebut. Dengan berkurangnya kemampuan ventrikel kiri untuk

mengosongkan diri, maka besar curah sekuncup berkurang sehingga volume sisa
ventrikel meningkat. Akibatnya tekanan jantung sebelah kiri meningkat dan

membuat jantung bekerja lebih keras.

b. Syok kardiogenik

Diakibatkan karena disfungsi nyata ventrikel kiri sesudah mengalami infark yang

masif, biasanya mengenai lebih dari 40% ventrikel kiri. Timbul lingkaran setan

hemodinamik progresif hebat yang irreversibel, yaitu :

· Penurunan perfusi perifer

· Penurunan perfusi koroner

· Peningkatan kongesti paru-paru

c. Disfungsi otot papilaris

Disfungsi iskemik atau rupture nekrosis otot papilaris akan mengganggu fungsi

katub mitralis, memungkinkan eversi daun katup ke dalam atrium selama sistolik.

Inkompentensi katub mengakibatkan aliran retrograd dari ventrikel kiri ke dalam

atrium kiri dengan dua akibat pengurangan aliran ke aorta dan peningkatan kongesti

pada atrium kiri dan vena pulmonalis. Volume aliran regugitasi tergantung dari

derajat gangguan pada otot papilari bersangkutan.

d. Rupture jantung

Rupture dinding ventrikel jantung yang bebas dapat terjadi pada awal perjalanan

infark selama fase pembuangan jaringan nekrotik sebelum pembentukkan parut.

Dinding nekrotik yang tipis pecah sehingga terjadi perdarahan masif ke dalam

kantong perikardium yang relatif tidak alastis tak dapat berkembang. Kantong

perikardium yang terisi oleh darah menekan jantung ini akan menimbulkan
tanponade jantung. Tanponade jantung ini akan mengurangi alir balik vena dan

curah jantung.

e. Tromboembolisme

Nekrosis endotel ventrikel akan membuat permukaan endotel menjadi kasar yang

merupakan predisposisi pembentukkan trombus. Pecahan trombus mural intrakardia

dapat terlepas dan terjadi embolisasi sistemik. Daerah kedua yang mempunyai

potensi membentuk trombus adalah sistem vena sistenik. Embolisasi vena akan

menyebabkan embolisme pada paru-paru.

f. Perikarditis

Infark transmural dapat membuat lapisan epikardium yang langsung berkontak

dengan perikardium menjadi besar sehingga merangsang permukaan perikardium

dan menimbulkan reaksi peradangan, kadang-kadang terjadi efusi perikardial atau

penimbunan cairan antara kedua lapisan.

g. Sindrom Dressler

Sindrom pasca infark miokardium ini merupakan respon peradangan jinak yang

disertai nyeri pada pleuroperikardial. Diperkirakan sindrom ini merupakan suatu

reaksi hipersensitivitas terhadap miokardium yang mengalami nekrosis.

h. Aritmia

Aritmia timbul aibat perubahan elektrofisiologis sel-sel miokardium. Perubahan

elektrofiiologis ini bermanifestasi sebagai perubahan bentuk potensial aksi yaitu

rekaman grafik aktivitas listrik sel.


KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN INFARK MIOKARD

(MCI)

A. Pengkajian

Adapun pengkajian pada klien dengan gangguan sistem kardiovaskular: Miocard Infark

(MCI) adalah :

1. Aktivitas

Gejala : Kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, pola hidup menoton, jadwal olah raga

tidak teratur.

Tanda : Tachikardi, dispnoe pada saat istirahat dan aktivitas.

2. Sirkulasi

Gejala : Riwayat sebelumnya arteri coroner, gagal jantung koroner, masalah tekanan

darah (TD), Dibetes Melitus.

Tanda : Tekanan darah : dapat naik, turun; perubahan postural dicatat dari tidur sampai

duduk/berdiri.

 Nadi : dapat normal; penuh/tak kuat, atau lemah/kuat kualitasnya

dengan pengisisan kapiler lambat; tidak teratur (disritmia) mungkin terjadi.

 Bunyi jantung : Murmur, bila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi otot

papilar.

 Irama jantung : dapat teratur/tidak teratur.

 Edema : distensi vena jugularis

3. Integritas Ego

Gejala : Menyangkal gejala penting, takut mati, perasaan ajal Sudah dekat, marah

pada penyakit, khawatir tentang keluarga, kerja/keuangan


Tanda : Menolak, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, Gelisah, marah, perilaku

menyerang, fokus pada diri sendiri/nyeri.

4. Eliminasi

Tanda : normal atau bunyi usus menurun.

5. Makanan/Cairan.

Gejala : Mual, kehilangan nafsu makan, bersendawa, nyeri ulu hati/terbakar

Tanda : Penurunan turgor kulit : kulit kering, berkeringat, muntah, perubahan berat

badan

6. Higiene

Tanda/Gejala : kesulitan melakukan tugas perawatan

7. Neurosensori

Gejala : Pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun, duduk dan istirahat

Tanda : Perubahan mental, kelemahan

8. Nyeri/ketidaknyamanan

Gejala : Nyeri dada yang timbulnya mendadak, tidak hilang dengan istirahat, lokasi

tipikal pada dada anterior, substernal, dapat menyebar ke tangan, rahang dan wajah,

epigastrium.

Kualitas : Chrusing, menyempit, berat, menetap, tertekan,

Intensistas : Skala 1-10

Tanda :Wajah meringis kesakitan, perubahan postur tubuh, menangis, merintih,

meregang, menggeliat, menarik diri.

9. Pernafasan

Gejala : Dispnoe dengan/tampa kerja, dispnoe noktural


Batuk, penyakit pernafasan kronik.

Tanda : Peningkatan frekuensi pernafasan, nafas sesak/kuat pucat/sianosis

Bunyi nafas : bersih atau krekels/mengi

10. Interaksi Sosial

Gejala : Stress saat ini: contoh; kerja, keluarga kesulitan koping dengan stressor yang

ada.

Tanda : Kesulitan istirahat dengan tenang, respon terlalu emosi (marah terus- menerus,

takut) menarik diri dari keluarga.

11. Penyuluhan/pembelajaran

Gejala : riwayat keluarga penyakit jantung/IM, Diabetes, Struk, hipertensi, penyakit

vascular perifer, penggunaan tembakau.

Pertimbangan rencana pengulangan : bantuan pada persiapan makan, belanja,

transportasi, perawatan rumah/memelihara tugas, susunan fisik rumah.

(Doenges E. Marilynn. 2000, hal. 86-95)

B. Diagnosa keperawatan

1. Nyeri Akut berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri

koroner.

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen

miokard dan kebutuhan.

3. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi,

irama, konduksi elektrikal.

4. Resiko tinggi ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan

penurunan/penghentian aliran darah.


C. Asuhan Keperawatan

NO DIAGOSA TUJUAN/ KH INTERVENSI RASIONAL

1 Nyeri Akut b.d Setelah dilakukan tindakan - Kaji tanda-tanda vital pasien. - variasi penampilan dan
iskemia jaringan keperawatan selama 1x24 Mulai dari TD, nadi, suhu, perilaku pasien karena
sekunder terhadap jam diharapkan nyeri yang RR. nyeri terjadi sebagai
sumbatan arteri dirasakan pasien dapat - Kaji skala nyeri pasien mulai temuan pengkajian,
koroner. berkurang. dari lokasi intensitas (0- kebanyakan pasien IM
KH : 10),lamanya , kualitas (Infark Miocard) tampak
- Skala nyeri pasien (dangkal, menyebar) dan sakit, distraksi, dan
berkurang. penyebarannya. Mengkaji berfokus pada nyeri.
- Tidak terlihat skala nyeri dengan meminta - Nyeri sebagai pengalaman
tanda-tanda pasien untuk memilih satu subjektif dan harus di
ekspresi nyeri. angka dari angka 1-10, angka gambarkan oleh pasien,
- Pasien mampu berapa yang mewakili rasa bantu klien untuk menilai
mempraktekan cara nyerinya. nyeri dengan
mengurangi rasa - Ajarkan pasien tekhnik membandingkan dengan
nyerinya. distraksi, dengan melakukan pengalaman yang lain.
aktifitas yang klien sukai, - Karena dengan
tetapi aktifitas yang mengalihkan rasa nyeri
dilakukan tidak boleh yang dengan melakukan aktivitas
membutuhkan tenaga extra. lain, dapat membantu klien
- Berikan pasien posisi yang mengalihka rasa nyerinya,
nyaman, yang dapat sehingga klien tidak merasa
membantunya mengurangi nyeri lagi.
rasa nyerinya. - Posisi yang nyaman
- Ajarkan pasien untuk relax, membuat klien lebih relax.
dengan melakuka nafas - Dengan nafas dalam pasien
dalam. akan terasa lebih relax,
- Berikan pasien lingkungan sehingga secara tidak
yang tenang dan nyaman. langsung, nyeri yang
- Kolaborasi dengan tim medis dirasakan dapat teralihkan.
dalam pemberian obat untuk - Lingkungan yang tenang
mngatasi nyeri. dan nyaman dapat
- Kolaborasi dengan tim medis membantu pasien untuk
lain dalam pemberian lebih relax lagi.
oksigen . - Peberian obat dan oksigen
dapat membantu pasien
untuk mengurangi rasa
nyeri nya dengan
membantu kerja jantung
dalam memompa darah
untuk mmenuhi kebutuhan
oksigen tubuh.
2 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan - Catat / dokumentasi - Dengan mencatat frekuensi
berhubungan dengan keperawatan selama 1x24 frekuensi jantung, irama jantung dan perubahan
ketidakseimbangan jam diharapkan klien dapat dan perubahan TD TD , maka kita dapat
antara suplai oksigen melakukan aktifitas sehari- sebelum, selama, sesudah mengetahui aktifitas apa
miokard dan hari. aktivitas sesuai indikasi. saja yang dapat membuat
kebutuhan. KH : - Kaji pola aktifitas sehar- klien lelah.
- Klien mampu hari yang biasa dilakukan - Dengan mengkaji pola
memenuhu pasien. aktifitas sehari-hari klien
kebutuhan aktifitas - Kaji aktifitas sehari-hari kita dapat mengetahui
sehari-harinya. yang tidak bisa klien kegiatan pasien yang biasa
kerjakan. dilakukan, sehingga jika
- Anjurkan pasien ada beberapa kegiatan yang
menghindari peningkatan tidak dapat pasien lakukan
tekanan abdomen. secara mandiri maka minta
- Minta kepada keluarga keluarga ntuk
untuk membantu klien membantunya.
dalam melakukan aktifitas - Aktivitas yang memerlukan
sehari-harinya. menahan nafas dan
- Anjurkan klien untuk tidak menunduk dapat
dulu melakukan aktifitas mengakibatkan bradicardia,
yang memerlukan energy dan tachicardia dengan
yang banyak. peningkatan tekanan darah
- Batasi jam pasien, dalam - Dengan membatasi jam
sehari 3 jam melakukan aktifitas dan jam istirahat,
aktifitas, 2 jam istirahat. maka pasien tidak akan
kelelahan dan dapat
melakukan aktifitas sehari-
harinya lagi.
3 Resiko tinggi Setelah dilakukan tindakan - dengarka bunyi nafas - Krekels menunjukkan
penurunan curah keperawatan selama 1x24 pasien. kongesti paru, mungkin
jantung berhubungan jam diharapkan penurunan - Kaji ada tidak nya bunyi terjadi karena penurunan
dengan perubahan curah jantung tidak terjadi. murmur fungsi miocard.
frekuensi, irama, KH : - Pantau frekuensi jantung - Menunjukkan gangguan
konduksi elektrikal - mempertahankan dan irama, catat disritmia aliran darah normal dalam
stabilitas melalui telemetri. jantung contoh : katub
hemodinamik, - Catat respons pernafasan tidak baik, kerusakan
- penurunan episode terhadap aktivitas dan septum atau vibrasi.
dispnoe, peningkatan istirahat - Frekuensi dan irama
- peningkatan dengan cepat. jantung berespon terhadap
toleransi terhadap - Berikan pasien makanan obat dan aktivitas sesuai
aktivitas yang lembut dan mudah dengan terjadinya
dikunyah. komplikasi/distrimia
- Atur jadwal istirahat - Kelebihan latihan
pasien dengan benar. peningkatan kebutuhan
- Hindari melakuakn oksigen dan mempengaruhi
kegiatan yang berat. fungsi miocardia.
- Berikan oksigen tambahan - Makan besar dapat
sesuai indikasi. meningkatkan kerja
miodardia dan kafein
adalah perangsang
langsung pada jantung
yang dapat meningkatkan
frekuensi jantung.
- Meningkatkan jumlah
sediaan oksigen untuk
kebutuhan miocard,
menurunkan iskemia dan
disritmia
4 Resiko tinggi Setelah dilakukan tindakan - Kaji tanda-tanda pasien - Vasokontriksi sistemik
ketidakefektifan keperawatan selama 1x24 kekurangan oksigen, diakibatkan oleh penurunan
perfusi jaringan jam diharapkan tidak seperti kuku kebiruan, kulit curah jantung yang di
berhubungan dengan terjadi ketidakefektifan lembab, tampak pucat. buktikan oleh penurunan
penurunan/penghentia perfusi jaringan. - Anjukan klien untuk tidak perfusi kulit dan penurunan
n aliran darah KH : menggunakan pakaian nadi.
- Nilai Gas darah yang ketat. - Pakaian yang ketat dapat
pasien normal - Catat RR pasien tiap 4 jam menghambat aliran darah.
- Dipsnea tidak ada sekali. - Dengan memantau hasil
- Pasien dapat - Pantau hasil lab pasien, AGD, maka kita dapat
bernapas normal mulai dari trombosit, mengetahui nilai AGD apa
leukosit , dan AGD pasien saja dari pasien yang tidak
seluruhnya tiap 2 hari normal, sehingga kita
sekali. sudah dapat memberikan
tindakan pertama.
4. WOC

Faktor resiko : Kelainan metabolism ( lemak,


perokok, umur, ras, koagulasi darah dan keadaan
obesitas dinding arteri )

Arterisklerosis

Penimbunan
plak di arteri

Sel- sel endotel


menyusun lapisan
dinding dalam
pembuluh darah
Tumbuh jaringan
Mengganggu absorbsi Pembuluh darah nekrotik parut
Berkurangya aliran darah nutrisi dan o2

Resiko tinggi
Suplai darah ke jantung tidak adekuat ketidakefektifan Aliran darah
perfusi jaringan tersumbat
iskemia
Jantung
Infark Miokard memompa
darah lebih
CKMB menurun, LDH Merangsang Tekanan darah cepat
1 > LDH 2 keluarnya asam laktat menurun Irama dan frekuensi
Kebutuhan o2 Kontraksi miokard
jantung meningkat menurun jantung berubah
Merangsang Menurunnya Penurunan
Cedera sel Perubahan dari PH Vaso dilatasi
ardiac output
reseptor nyeri
seluler sel pembuluh darah Resiko tinggi penurunan
metabolisme aerobic
menjadi anaerobik curah jantung
Penurunan
Merangsang kemampuan tubuh
pengeluaran untuk menyediakan
histamin energi

Intoleransi Aktifitas
Nyeri akut
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elisabet J. 2009, Buku Saku Patofisiogi, Edisi 3, Jakarta: EGC

Doenges, Marilynn E. 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta : EGC

Muttaqin, Arif. 2012, Asuhan keperawatan klien dengan gangguan system kardivaskular dan hematologi, Jakarta: Salemba Medika .

Muttaqin, Arif. 2012, Asuhan Keperawatan Klien dengan Ganggguan Sistem Kardiovaskular dan Hematologi, Jakarta: Salemba Medika.

Nugroho, Taufan. 2011, Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, Penyakit dalam, Yogyakarta; Nuha medika

Setiadi, 2007, Anatomi Fisiologi Manusia, Yogyakarta: Graha Ilmu.

Udjianti, Wajan Juni. 2010, Keperawatan Kardiovaskular, Jakarta: Salemba Medika.

Wilkinson,Judith M.2009, Diagnosa keperawatan Nanda Nic Noc, Jakarta : EGC.


ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.Y DENGAN GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER INFARK MIOKARD

I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS MAHASISWA
Nama : Nopriyanto

B. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn W

Umur : 78 tahun

Pekerjaan : Tani

Status : Kawin

Alamat : Ketapang Kotabumi

No Register : 929457

Diagnosa Medis : MCI

C. KELUHAN UTAMA/ALASAN MASUK RS


P : Tiungkat kesadara komposmentis, pasien mengeluh nyeri dada sebelah kiri nyeri menjalar ke punggung kiri nyeri dirasakan
seperti tertimpa bnda berat, skala nyeri 8/10 sesak nafas dan kesulitan bernafas dada berdebar-debar, berkeringat banyak akral
dingin, mudah lelah dan lemas, anoreksia dan mual, CRT 3 detik, cemas TD 180/100 mmhg frekuensi nadi 110x/menit, frekuensi
napas 30 x/menit, suhu 37,4
Q:
Keluarga Tn S mengatakan pasien tidak memiliki alergi obat namun memiliki penyakit darah tinggi sejak 5 tahun yang lalu dan tidak
patuh minum obat anti hipertensi an diet
R:
Pasien pernah dirawat di RS sebelumnya karena hipertensi dan tidak ada riwaat di oprasi di rumah sakit
S:
Keluarga mengatakan sebelum masuk ke RS sering mengeluh nyeri dada saat aktivitas dan kemudian pasien dibawa keluarga ke RS
T:
Keluarga Tn S mengatakan di dalam anggota keluarganya ada yang memiliki penyakit keturunan darah tinggi yaitu ayahnya. Anggota
keluarga tidak memiliki penyakit menular maupun penyakit kronik lainnya.

D. PENGKAJIAN PRIMER
1. Airway
Jalan nafas bersih, tidak ada sumbatan jalan nafas, tidak ada sekret

2. Breathing
RR 30 x/menit, irama tidak teratur, dalaaam, suara nafas vesikuler, tidak ada tarikan otot intercosta, tidak ada nafas cuping
hidung, tidak ada wheezing maupun ronkhi, reflek batuk ada,
3. Circulation
Tekanan darah 180/100 mmHg, nadi 110 x/menit, teratur, kuat, suhu 37,4 0 C, akral dingin, tidak gelisah, tidak ada sianosis, kulit
tidak pucat, capillary refill 3 detik, terdapat nyeri dada kiri dan menjalar kepunggng kiri, nyeri seperti tertimpa benda berat

4. DISABILITY
Reaksi pupil kiri/kanan (+) terhadap cahaya, besar pupil kanan 2/kiri 2. Tingkat kesadaran c0mposmentis. GCS 15 .

5. EXPOSURE/ENVIRONMENT/EVENT: -

E. PENGKAJIAN SEKUNDER
1. Keadaan umum
Kien tampak lemah

2. Kesadaran
Kompos mentis, GCS 15 ( E4M6V5 )

3. Tanda-tanda vital
TD : 180/ 100 mmHg

HR : 110x / menit

RR : 30x / menit

Suhu : 37,5oC
SaO2 : 90%

4. Kepala
Bentuk mesochepal, rambut hitam dan ada sedikit uban, lurus, tidak mudah dicabut, kulit kepala bersih, tidak ada ketombe

5. Mata
Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor, diameter kurang lebih 3mm, reflek cahaya mata kanan dan kiri positif,
penglihatan baik

6. Telinga
Simetris antara telinga kanan dan telinga kiri, tidak ada discharge, tidak ada serumen, pendengaran baik

7. Hidung
Tidak terdapat secret, bersih, tidak hiperemis, tidak ada septum deviasi,

8. Leher
Tidak ada kaku kuduk, tidak ada pembesaran kelenjar limpha dan tiroid, tidak ada peningkatan JVP, JVP = R – 2 cmH2O

9. Dada
Paru - paru

I : Bentuk simetris, gerakan dada simetris, tidak ada tarikan otot intercosta

Pa : Stem fremitus kanan = kiri

Pe : Sonor seluruh lapang paru

Au : Suara dasar vesikuler, tidak ada wheezing maupun ronkhi


Jantung

I : Ictus cordis tidak tampak

Pa : Ictus cordis teraba di SIC V  2 LMCS

Pe : Pekak, konfigurasi jantung dalam batas normal

Au : Bj S1-S2 murni, tidak ada gallop, bising maupun murmur

Abdomen

I : Datar

Au : Bising usus (+), 20 x/menit

Pa : tidak ada pembesaran hepar dan lien

Pe : Timpani

10. Ekstremitas
Ekstremitas atas dan bawah tidak ada edema, tidak ada sianosis, akral dingin, tonus otot baik, nilai kekuatan otot 5, pergerakan
terbatas,

11. Genitalia
Bersih, tidak ada hemoroid.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
II. ANALISA DATA

No Data Fokus Etiologi Masalah

1. Ds: Iskemia otot jantung Nyeri

Klien mengeluh nyeri dada kiri seperti


ditekan dan nyeri menjalar
kepunggung dengan skala nyeri 8
(rentang 8–10 )

Do:

- Ekspresi wajah cemas


- Klien tampak meringis kesakitan
menahan sakit
- TD : 180/ 100 mmHg
- Nadi : 110x/menit
2. Ds : Penurunan kontraktilitas Resiko penurunan
miokard curah jantung
Klien mengatakan badannya terasa
lemes dan mudah capek

Do:

- Klien tampak lemah


- TD : 180/ 100 mmHg
- Nadi : 110 x/menit

3. Ds: Ketidakseimbangan Intoleransi aktifitas


antara suplai oksigen
Klien mengatakan dada kiri terasa sakit
miokard dan kebutuhan
dan badannya terasa lemah
tubuh
Klien Mengatakan sulit bernafas

Do:

- Klien tampak lemah


- TD : 180/ 100 mmHg
- Nadi : 110x/menit
- Klien bedrest
- ADL dibantu keluarga dan perawat

III. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Nyeri behubungan dengan iskemia otot jantung
2. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan kontraktilitas miokard
3.intoleransi aktifitas berhubungan dengan Ketidakseimbangan antara suplai oksigen miokard dan kebutuhan tubuh
RENCANA KEPERAWATAN
NO TUJUAN –KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
DP

1. Tidak terjadi penurunan curah jantung - Kaji ulang TTV tiap jam  Krekels menunjukkan kongesti paru,
setelah dilakukan tindakan keperawatan - Kaji ulang adanya sianosis, mungkin terjadi karena penurunan
selama 2 x 24 jam dengan kriteria hasil : akral dingin fungsi miocard.
- Anjurkan klien untuk  Menunjukkan gangguan aliran darah
- TD : 120/ 80 mmHg
istirahat normal dalam jantung contoh : katub
- Nadi : 60 – 100 x/menit
- Batasi aktifitas klien tidak baik, kerusakan septum atau
- RR : 16 – 24 x/menit
- Berikan makanan sesuai vibrasi.
- Tidak ada sianosis
diitnya  Frekuensi dan irama jantung berespon
Akral hangat
- Kolaborasi pemberian obat terhadap obat dan aktivitas sesuai
sesuai indikasi dengan terjadinya komplikasi/distrimia
- Kolaborasi pemberian  Kelebihan latihan peningkatan
oksigen kebutuhan oksigen dan mempengaruhi
- fungsi miocardia.
-  Makan besar dapat meningkatkan kerja
- miodardia dan kafein adalah perangsang
- langsung pada jantung yang dapat
- meningkatkan frekuensi jantung.
- Meningkatkan jumlah sediaan oksigen
- untuk kebutuhan miocard, menurunkan
- iskemia dan disritmia
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Nyeri hilang / berkurang setelah dilakukan
- Pertahankan tirah baring dan variasi penampilan dan perilaku pasien
tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam
posisi yang nyaman karena nyeri terjadi sebagai temuan
dengan kriteria hasil :
- Kaji tingkat nyeri klien pengkajian, kebanyakan pasien IM (Infark
- Pasien mengatakan nyeri hilang / ( kwalitas, durasi, skala ) Miocard) tampak sakit, distraksi, dan
berkurang - Ajarkan tehnik relaksasi berfokus pada nyeri.
- Ekspresi wajah rilex dengan tarik nafas panjang  Nyeri sebagai pengalaman subjektif dan
- Skala nyeri 0-3 dan mengeluarkannya pelan- harus di gambarkan oleh pasien, bantu
- TTV dalam batas normal : pelan melalui mulut klien untuk menilai nyeri dengan
membandingkan dengan pengalaman
 TD : 120/ 80 mmHg - Monitor TTV tiap jam yang lain.
 Nadi : 60 – 100 x/menit - Berikan lingkungan yang  Karena dengan mengalihkan rasa nyeri
 RR : 16 – 24 x/menit tenang dan nyaman dengan dengan melakukan aktivitas lain, dapat
 Suhu : 36-37 oC membatasi pengunjung membantu klien mengalihka rasa
- Kolaborasi medis untuk nyerinya, sehingga klien tidak merasa
pemberian analgetik nyeri lagi.
- Kolaborasi  Posisi yang nyaman membuat klien
pemberian )ksigen lebih relax.
 Dengan nafas dalam pasien akan terasa
lebih relax, sehingga secara tidak
langsung, nyeri yang dirasakan dapat
teralihkan.
 Lingkungan yang tenang dan nyaman
dapat membantu pasien untuk lebih
relax lagi.
 Peberian obat dan oksigen dapat
membantu pasien untuk mengurangi
rasa nyeri nya dengan membantu kerja
jantung dalam memompa darah untuk
mmenuhi kebutuhan oksigen tubuh.
-
3 Klien mampu mendemonstrasikan - catat frekuensi, irama jantung, - Dengan mencatat frekuensi jantung dan
peningkatan toleransi aktifitas setelah perubahan tekanan darah, sebelum, perubahan TD , maka kita dapat
dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x selama dan sesudah aktifitas mengetahui aktifitas apa saja yang dapat
24 jam dengan kriteria hasil : - batasi aktifitas saat nyeri membuat klien lelah.
- berikan aktifitas senggang yang tidak - Dengan mengkaji pola aktifitas sehari-
-TTV dalam batas normal
berat hari klien kita dapat mengetahui
 TD : 120/ 80 mmHg - anjurkan klien menghindari tekanan kegiatan pasien yang biasa dilakukan,
 Nadi : 60 – 100 x/menit abdomen ( mengejan ) saat defekasi sehingga jika ada beberapa kegiatan
 RR : 16 – 24 x/menit - kaji ulang tanda/ gejala yang yang tidak dapat pasien lakukan secara
 Suhu : 36-37 C o
menunjukkan tidak toleransi terhadap mandiri maka minta keluarga ntuk
- akral hangat aktifitas membantunya.
- melaporkan tidak adanya nyeri dada / - evaluasi EKG setiap hari - Aktivitas yang memerlukan menahan
nyeri dada terkontrol - kolaborasi : rujuk ke program nafas dan menunduk dapat
rehabilitasi jantung mengakibatkan bradicardia, dan
tachicardia dengan peningkatan tekanan
darah
- Dengan membatasi jam aktifitas dan
jam istirahat, maka pasien tidak akan
kelelahan dan dapat melakukan aktifitas
sehari-harinya lagi..

Anda mungkin juga menyukai