Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN KEPERAWATAN PADA SDR.

R DENGAN POST OP HARI


KEDUA ATAS INDIKASI OPEN FRAKTUR METATARSAL 2/4 PEDIS
DEXTRA DI BANGSAL MARWA RS PKU MUHAMMADIYAH
TEMANGGUNG

BIMA MAHENDRA NAZIRANDAR 20.0601.0046

PRODI D3 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2022
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Menurut (Wulandini et al., 2018) dalam jurnalnya, Fraktur femur adalah
diskontinuitas dari femoral shaft yang bisa terjadi akibat trauma secara langsung
(kecelakaan lalu lintas atau jatuh dari ketinggian), dan biasanya lebih banyak
dialami laki laki dewasa. Apabila seseorang mengalami fraktur pada bagian ini,
pasien akan mengalami perdarahan yang banyak dan dapat mengakibatkan
penderita mengalami syok. Fraktur femur dapat menyebabkan komplikasi,
morbiditas yang lama dan juga kecacatan apabila tidak mendapatkan penanganan
yang baik. Insiden fraktur femur pada wanita adalah fraktur terbanyak kedua (17,0
per 10.000 orang per tahun) dan nomer tujuh pada pria (5,3 per orang per tahun).
Puncak distribusi usia pada fraktur femur adalah pada usia dewasa (15 - 34 tahun)
dan orang tua (diatas 70 tahun).
Salah satu manifestasi klinis dari fraktur adalah nyeri. Nyeri merupakan
perasaan yang tidak menyenangkan yang sering kali dialami oleh individu yang
didefinisikan dalam berbagai perspektif. Mengantisipasi nyeri pada pasien fraktur
dapat dilakukan secara farmakologis yaitu dengan menggunakan obat-obatan dan
nonfarmakologis. Salah satu pengobatan nonfarmakologis yaitu dengan teknik
distraksi. Distraksi adalah memfokuskan perhatian klien pada sesuatu selain nyeri,
atau dapat diartikan lain bahwa distraksi adalah suatu tindakan pengalihan
perhatian klien ke hal-hal diluar nyeri. Dengan demikian diharapkan, klien tidak
terfokus pada nyeri lagi dan dapat menurunkan kewaspadaan klien terhadap nyeri
bahkan meningkatkan toleransi terhadap nyeri. Mendengarkan musik merupakan
salah satu teknik distraksi yang efektif. Musik dapat menurunkan nyeri fisiologis,
stress dan kecemasan dengan mengalihkan perhatian seseorang dari nyeri.

B. Etiologi
Fraktur dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah cidera
stress, dalam melemahnya tulang akibat abnormalitas seperti fraktur patologis
(Apelys & Louis 2018).
Menurut Purwanto (2016) Etiologi/penyebab terjadinya fraktur adalah:
1) Trauma langsung Terjadi benturan pada tulang yang menyebabkan
fraktur
2) Trauma tidak langsung Tidak terjadi pada tempat benturan tetapi
ditempat lain, oleh karena itu kekuatan trauma diteruskan oleh sumbu
tulang ketempat lain.
3) Kondisi patologis Terjadinya karena penyakit pada tulang
(degenerative dan kanker tulang)

C. Manifestasi klinis
Menurut Nurarif & Kusuma, (2015). Tanda dan gejala dari fraktur antara lain:
1) Tidak dapat menggunakan anggota gerak
2) Nyeri pembengkakan
3) Terdapat trauma (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian atau jatuh dari
kamar mandi pada orang tua, penganiayaan, tertimpa benda berat, kecelakaan
kerja, trauma olahraga)
4) Gangguan fungsi anggota gerak
5) Defromitas mengalami perubahan bentuk pada daerah fraktur
6) Kelainan gerak
7) Pembengkkan dan perubahan warna local pada daerah fraktur
8) Krepitasi atau dating dengan gejala gejala lain

D. Komplikasi
Menurut (Sulistyaningsih 2016) komplikasi fraktur yaitu:
1) Nyeri merupakan keluhan yang paling sering terjadi setelah bedah,
nyeri yang sangat hebat akan dirasakan pada beberapa hari pertama
2) Gangguan mobilitas pada pasien pasca bedah juga akan terjadi akibat
proses pembedahan
3) Kelelahan sering kali terjadi yaitu kelelahan sebagai suatu sensasi.
Gejala nyeri otot, nyeri sendi, nyeri kepala dan kelemahan dapat
terjadi akibat kelelahan sistem muskulosketal.
4) Perubahan ukuran, bentuk dan fungsi tubuh yang dapat mengubah
sistem tubuh, keterbatasan gerak, kegiatan dan penampilan juga
sering kali dirasakan.

E. Pemeriksaan penunjang
1) X-Ray untuk memntukan lokasi/luasnya fraktur
2) Scan tulang; untuk memperlihatkan fraktur yang lebih jelas,
mengindetifikasi karena jaringan lunak
3) Anteriogram; dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan
4) Hitung darah lengkap; hemokonsentrasi mungkin meningkat,
menurun pada perdarahan, peningkatan leukosit sebagai respon
terhadap peradangan.
5) Kreatinin; trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal.
6) Profil koagulasi; perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah,
transfuse atau cedera hati (Huda Nurarif & Kusuma,2015)
F. Patofisiologi
Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup.
Tertutup bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan
dunia luar oleh permukaan dikulit. Sewaktu tulang patah perdarahan
biasanya terjadi disekitar tempat patah kedalam jaringan lunak disekitar
tulang tersebut, jaringan lunak yang biasanya mengalami kerusakan.
Reaksi perdarahan biasanya timbul hebat disekitar fraktur. Sel sel darah
putih dan sesel anasr berkumulasi mengakibatkan peningkatan aliran
darah ketempat tersebut aktifitas osteoblast terangsang dan bentuk tulang
baru amatir yang disebut callus. Bekuan fibrin direabsorbsi dan sel sel
tulang baru mengalami remodeling untuk membentuk tulang sejari.
Insufisiensi pembuluh darah atau penekanan serabut syaraf yang
berkaitan dengan pembengkakan yang tidak ditangani 18 dapat
menurunkan asupan darah ke ekstermintas dan mengakibatkan kerusakan
saraf perifer. Bila tidak terkontrol pembengkkan akan mengakibatkan
peningkatan tekanan jaringan, oklusa darah total dan berakibat anoreksia
mengakibatkan rusaknya serabut saraf maupun jaringan otot. Komplikasi
ini dinamakan sindrom compartment (Bunner & Suddarth,2015)

G. Pathway
H. Konsep Keperawatan
a. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer berhubungan dengan penurunan
aliran darah, cidera vaskuler.
b. Defisiensi Pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurang informasi
c. Resiko Harga Diri Rendah Situasional

I. Klasifikasi
Menurut (sulistyaningsih 2016), berdasarkan ada tidaknya hubungan
antar tulanh dibagi menjadi: Fraktur terbuka Adalah patah tulang yang
menembus kulit dan kemungkinan adanya hubungan dengan dunia luar
serta menjadikan adanya kemungkinan untuk masuknya kuman atau
bakteri ke dalam luka. Berdasarkan tingkat keparahanya fraktur terbuka
dikelompokkan menjadi 3 kelompok besar menurut klasifikasi (Gustillo
& Anderson,2015)
1) Derajat I
Kulit terbuka 1 cm tanpa kerusakan lunak yang luas,
komponen penghancuran minimal sampai sedang, fraktur dengan luka
terbuka melintang sederana dengan pemecahan minimal.
2) Derajat II
Kulit terbuka >1 cm tanpa kerusakan lunak yang luas,
komponen penghancuran minimal sampai sedang, fraktur dengan luka
terbuka melintang sederana dengan pemecahan minimal.
3) Derajat III
Kerusakan jaringan lunak yang lebih luas, termasuk otot, kulit,
dan struktur neurovaskuler, cidera yang disebabkan oleh energi tinggi
dengan kehancuran komponen tulang yang parah
4) Derajat IIIA
Laserasi jaringan lunak yang lebih luas, cukupan tulang yang
memadai, fraktur segmental, pengupasan periosteal minimal.
5) Derajat IIIB
Cidera jaringan lunak yang luas dengan pengelupasam
periosteal dan paparan tulang yang membutuhkan penutup jaringan:
biasanya berhubungan dengan kontaminasi massif
6) Derajat IIIC 14
Cidera vascular yang membutuhkan perbaikan (Kenneth A et al.,2015)

2. Fraktur tertutup
Adalah patah tulang yang tidak mengakibatkan robeknya kulit
sehingga tidak ada kontak dengan dunia luar. Fraktur tertutup
diklasifikasikan berdasarkan tingkat kerusakan jaringan lunak dan
mekanisme cidera tidak langsung dan cidera langsung antara lain:
1) Derajat 0
Cidera akibat kekuatan yang tidak lansung dengan kerusakan
jaringan lunak tidak begitu berarti.
2) Derajat 1
Fraktur tertutup yang disebabkan oleh mekanisme energi
rendah sampai sedang dengan abrasi superfisial atau memar pada
jaringan lunak dipermukaan situs fraktur.
3) Derajat 2
Fraktur tertutup dengan memar yang signifikan pada otot,
yang mungkin dalam, kulit lecet terkontaminasi yang berkaitan
dengan mekanisme energi sedang hingga berat dan cidera tulamg,
sangat beresiko terkena sindrom kompartemen.
4) Derajat 4
Kerusakan jaringan lunak ang luas atau avulsi subkutan dan
gangguan arteria atau terbentuknya sindrom kompartemen
(Kenneth A et al.,2015)

Menurut purwanto (2016) berdasarkan garis frakturnya dibagi menjadi:


1) Fraktur komplet Yaitu fraktur dimana terjadi patahan diseluruh
penampang tulang biasanya disertai dengan perpindajan posisi
tulang.
2) Fraktur inkomplet Yaitu fraktur yang terjadi hanya pada Sebagian
dari garis tengah tulang.
3) Fraktur transversal Yaitu fraktur yang terjadi sepanjang garis lurus tengah
tulang
4) Fraktur Oblig Yaitu fraktur yang membentuk garis sudut garis tengah tulang
5) Fraktur Spiral Yaitu garis fraktur yang memuntir seputar batang
tulang sehingga menciptakan pola spiral.
6) Fraktur Kompresi
Terjadi adanya tekanan tulang pada satu sisi bisa disebabkan tekanan, gaya
aksial langsung diterapkan diatas sisi fraktur.
7) Fraktur kominutif
Yaitu apabila terapat beberapa patahan tulang sampai menghancurkan tulang
menjadi tiga atau lebih bagian.
8) Fraktur Impaksi
Yaitu fraktur dengan salah satu irisan ke ujung atau kefragmen retak.
J. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis tentang respon individu,
keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan, sebagai dasar seleksi intervensi
keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan
kewenangan.
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon
manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok
dimana perawat secara akontabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan
intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi,
mencegah dan merubah (Carpenito,2000).Perumusan diagnosa keperawatan :
a) Actual : menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data klinik yang
ditemukan.
b) Resiko: menjelaskan masalah kesehatan nyata akan terjadi jika tidak di
lakukan intervensi.
c) Kemungkinan : menjelaskan bahwa perlu adanya data tambahan untuk
memastikan masalah keperawatan kemungkinan.
d) Wellness : keputusan klinik tentang keadaan individu,keluarga,atau
masyarakat dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu ketingkat sejahtera
yang lebih tinggi.
e) Syndrom : diagnose yang terdiri dar kelompok diagnosa keperawatan actual
dan resiko tinggi yang diperkirakan muncul/timbul karena suatu kejadian
atau situasi tertentu.

1. SDKI, 2017
Nyeri akut b.d agen pencedera fisik, luka episiotomi post partum spontan
Kategori : Psikologis
Subkategori : Nyeri dan kenyamanan
Kode : D.0077

2. SDKI, 2017
Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan integritas struktur tulang
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Aktivitas/Istirahat
Kode : D.0054
3. SDKI, 2017
Risiko infeksi b.d efek prosedur invasif
Kategori : Lingkungan
Subkategori : Keamanan dan Proteksi
Kode : D.0142
K. Intervensi dan Rasional

Diagnosa
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi keperawatan
keperawatan
Manajemen Nyeri
(I.08238)
Kontrol Nyeri  Identifikasi PQRST
(L. 08063 )  Memonitor tanda tanda
Setelah dilakukan tindakan vital
keperawatan 3x24jam
 Berikan teknik non
diharapkan nyeri berkurang
farmakologi untuk
dengan kriteria hasil :
mengurangi rasa nyeri
 Pasien mampu (Teknik imajinasi
Nyeri akut b.d agen mengenali onset
pencedera fisik : prosedur terbimbing)
nyeri
operasi (D.0077)  Fasililitasi istirahat dan
 Pasien mampu tidur
menggunakan
 Jelaskan strategi
teknik non
meredakan nyeri
farmakologis saat
 Ajarkan Teknik non
nyeri datang
farmakologi untuk
 Skala nyeri mengurangi rasa nyeri
menurun  Kolaborasi pemberian
analgetik
Gangguan mobilitas fisik Mobilitas Fisik Dukungan Mobilitas
b.d kerusakan integritas (L.05042) (I. 05173)
struktur tulang (D.0054) Setelah dilakukan tindakan  Identifikasi adanya nyeri
asuahan keperawatan atau keluhan fisik
selama 3x24 jam lainnya
diharapkan ekspetasi  Identifikasi toleransi
meningkat degan kriteria fisik melakukan
hasil: pergerakan
 Pergerakan ekstermitas  Monitor kondisi umum
dari 2 menjadi 5 selama melakukan
 Nyeri dari 2 menjadi 5 mobilisasi
 Gerakan terbatas dari 2  Fasilitas aktivitas
menjadi 5 mobilisasi dengan alat
bantu ( krek)
 Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan
pergerakan
 Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
 Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan ( pindah dari
tempat tidur ke kursi )

Pencegahan Infeksi
(I.14539)
 Monitor tanda dan
gejala infeksi dan
sistemik
 Berikan perawatan
kulit pada area
Setelah dilakukan tindakan edema
keperawatan selama 2x24  Cuci tangan
jam, diharapkan masalah sebelum dan
resiko infeksi pasien sesudah kontak
teratasi dengan kriteria dengan pasien dan
Resiko Infeksi b.d efek lingkungan pasien
prosedur invasif (D.0142) hasil :
 Nyeri menurun  Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
 Kebersihan tangan
 Ajarkan cara
meningkat
memeriksa kondisi
 Tidak terjadi demam luka atau luka
operasi
 Anjurkan
mningkatkan
asupan nutrisi
 Kolaborasikan
pemberian
analgesik jika
perlu
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. DATA UMUM
1. Nama Inisial Klien : Sdr. R
2. Umur : 17 tahun
3. Alamat : Gatak RT 1 RW 4 Selopampang, Temanggung
4. Agama : Islam
5. Tanggal Masuk RS : 08 Oktober 2022 Jam : 01.40
6. Nomor Rekam Medis : 0312701
7. Bangsal : Marwah
B. PENGKAJIAN 13 DOMAIN NANDA
1. Health Promotion
a. Kesehatan umum
1) Alasan masuk rumah sakit
Post KLL dan direncanakan operasi pada tanggal 08 Oktober 2022
pukul 12.30 WIB
2) Riwayat penyakit sekarang
Pada tanggal 07 Oktober pukul 23.30 pasien mengendarai
sepeda motor lalu terjatuh setelah tidak sengaja menabrak
motor didepannya kemudian terjatuh. Pasien mengatakan
menggunakan helm dan nyeri kaki, tangan dan wajah. ±30
menit setelah kejadian, warga sekitar membantu membawa
pasien ke UGD RS PKU Muhammadiyah Temanggung untuk
diberikan pertolongan lalu dirujuk ke bangsal Marwa dan
akan direncanakan operasi pada tanggal 08 Oktober 2022
pukul 12.30 WIB
3) TTV
Tekanan darah : 133/67 mmHg
Nadi : 86x/menit
Respirasi : 24x/menit
Suhu : 36.4oC
b. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan tidak ada Riwayat penyakit terdahulu
c. Riwayat pengobatan
oNama Obat Dosis Keterangan
1
2

d. Kemampuan mengontrol Kesehatan


1) Yang dilakukan bila sakit
Keluarga pasien mengatakan bila sakit pasien periksa ke
puskesmas atau dokter umum dan sering datang ke rumah
sakit
2) Pola hidup
Pasien menggatakan kesehariannya sebagai siswa ponpes
di Jogja , makan 3x sehari, sering olahraga, minum cukup,
serta tidur cukup
e. Factor social ekonomi
Pekerjaan : Pelajar
f. Pengobatan sekarang
g.Nama Obat Dosis Jam Pemberian
1. RL + Dexketropofen 20 tpm 02.00
2A
2. Cefazolin 1 gr
03.20
3. Gentamicin 1A
03.20
2. Nutrition :
a. Antropometri
 BB biasanya : 70 kg BB sekarang : 70 kg
 Tinggi badan : 158 cm
 IMT : 70 kg : (1,58 x 1,58) = 28
b. Biochemical (data laboratorium yang abnormal)
c. Clinical (meliputi tanda tanda klinis)
Rambut tampak bersih, berwarna hitam , terdapat luka bekas operasi
pada kaki kanan
d. Diet (nafsu makan, jenis, frekuensi makanan yang diberikan di rumah
sakit)
Pasien diberikan diet nasi di rumah sakit
e. Energy (kemampuan klien beraktivitas)
Pasien ke kamar mandi, makan dan berpakaian dibantu oleh keluarga
f. Factor (penyebab masalah nutrisi)
Tidak ada
g. Penilaian status gizi
IMT : 70 kg : (1,58 x 1,58) = 28
h. Pola asupan cairan
Pasien mengatakan sering minum ±1 botol air mineral 600cc sehari
i. Cairan masuk
Air putih : 600cc
Metabolisme : -
j. Cairan keluar
Urine : 600cc
IWL : -
k. Penilaian status cairan (balance cairan)
Cairan Masuk = Cairan Keluar
l. Pemeriksaan abdomen H – 0
 Inspeksi : Abdomen tidak bekas luka
 Auskultasi : Terdengar bising usus sebanyak 6x/menit
 Palpasi : Tidak ada nyeri visceral
 Perkusi : Timpani
1. Elimination
a. Sistem urinari
1) Pola pembuangan urin (frekuesi, jumlah, ketidaknyamanan)
Pasien mengatakan kencing 3-4x sehari, jumlah relatif normal,
tidak ada gangguan
2) Riwayat kelainan kandung kemih :
Tidak ada
3) Pola urine (jumlah, warna, kekentalan, bau)
600 cc, warna kuning, tidak kental, bau khas urine
4) Distensi kandung kemih/retensi urine
Tidak ada
b. Sistem gastrointestinal
1) Pola eliminasi
Pasien 1x BAB selama di Rumah Sakit
2) Konstipasi dan faktor penyebab konstipasi
3) Tidak konstipasi
c. Sistem integument
1.) Kulit (itnegritas kulit/hidrasi/ turgor/ warna/ suhu)
Kulit lembab, bersih, turgor baik, warna coklat, akral hangat
1. Activity/rest
a. Istirahat/tidur
1) Jam tidur : 5 – 7 jam
2) Insomnia : Tidak ada
3) Pertolongan untuk merangsang tidur : Tidak ada
b. Aktivitas
1) Pekerjaan : Pelajar
2) Kebiasaan olah raga : Pasien mengatakan sering sepak bola
dan futsal
3) ADL
 Makan : Mandiri
 Toileting : Dibantu keluarga
 Kebersihan : Dibantu keluarga
 Berpakaian : Dibantu keluarga
4) Bantuan ADL : Sebagian mandiri
5) Kekuatan otot : 5 4
3 4

6) ROM : Tidak aktif


7) Resiko jatuh : Iya
a. Cardio respons
1) Penyakit jantung : Tidak
2) Edema ekstremitas : Tidak - -
3) Tekanan darah dan nadi - -
 Berbaring : 133/67 mmHg, 86x/menit
 Duduk :-
4) Tekanan vena jugularis : Teraba
5) Pemeriksaan jantung
 Inspeksi : Ictus Cordis tidak tampak
 Palpasi : Ictus Cordis teraba di ICS 5
 Perkusi : Redup
 Auskultasi : Lup dup
b. Pulmonary respon
1) Penyakit sistem pernapasan : Tidak ada
2) Penggunaan O2 : Tidak terpasang
3) Kemampuan bernapas : Spontan
4) Gangguan pernafasan : Tidak ada
5) Pemeriksaan paru-paru
 Inspeksi : Bersih, tampak simetris
 Palpasi : Taktil Fremitus tampak sama
 Perkusi : Redup
 Auskultasi : Vesikuler
1. Percepception/cogintion
a. Orientasi/kognisi
 Tingkat pendidikan : SMU
 Kurang pengetahuan : Tidak
 Orientasi : Baik
b. Sensasi persepsi
 Riwayat penyakit jantung : Tidak ada
 Sakit kepala : Tidak ada
 Penggunaan alat bantu : Tidak ada
 Pengindraan : Normal
c. Comunication
 Bahasa yang digunakan : Bahasa Jawa
 Kesulitan berkomunikasi : Tidak ada
1. Self Perception
Self-concept / self-esteem
1) Perasaan cemas/takut : Pasien mengatakan cemas
2) Perasaan putus asa/ kehilangan : Tidak ada
3) Keinginan untuk mencederai : Tidak ada
4) Adanya luka/cacat : Ada luka post OP di
kaki sebelah kanan dan terpasang pen di metatarsal (bagian
tulang panjang pada kaki yang menghubungkan pergelangan
kaki dengan jari kaki)
1. Role relationship
Peranan hubungan
1) Status hubungan : Anak
2) Orang terdekat : Ayah
3) Perubahan konflik/peran : Tidak ada
4) Perubahan gaya hidup : Pasien tidak bisa bersekolah
5) Interaksi dengan orang lain : Baik
1. Sexuality
Identitas sosial
1) Masalah/disfungsi seksual : Tidak ada
2) Periode menstruasi :-
3) Metode KB yang digunakan : -
2. Coping/Stress Tolerance
1) Rasa sedih/ takut/ cemas : Pasien mengatakan cemas
2) Kemampuan untuk mengatasi : Dengan berdoa
3) Perilaku yang menampakkan cemas : Pasien mengatakan ingin segera
pulang
1. Life Principle
Nilai kepercayaan :
1) Kegiatan keagamaan yang diikuti : Sholat
2) Kemampuan untuk berpartisipasi : Sering
3) Kegiatan kebudayaan : Tidak ada
4) Kemampuan memecahkan masalah : Musyawarah
1. Safety/Protection
1) Alergi : Tidak ada
2) Penyakit autoimune : Tidak ada
3) Tanda infeksi : Tidak ada
4) Gangguan thermoregulasi : Tidak ada
5) Gangguan/resiko : Resiko infeksi luka terbuka
2. Comfort
a. Kenyamanan/nyeri (PQRST)
1) Provokes : Luka post OP Fraktur Metatarsal 2/4
pedis dextra
2) Quality : Seperti ditusuk-tusuk
3) Regio : Kaki kanan
4) Scala : 8-9
5) Time : Hilang timbul
a. Rasa tidak nyaman lainnya : Tidak ada
a. Gejala yang menyertai : Tidak ada
3. Growth/development
1) Pertumbuhan dan perkembangan : Tidak terkaji
2) DDST (form dilampirkan ) : Tidak terkaji
3) Terapi bermain : Tidak terka
C. DATA LABORATORIUM

Tanggal & Jenis Hasil Harga Satuan Interpensi


jam pemeriksaan pemeriksaan normal
Sabtu, 08  Hemoglobin 14,5 g.dL
Oktober  AT 29
2022  AL 15,8
08.30  CT 3,00
WIB  BT 2,00
ANALISA DATA
Nama Inisial Klien : Sdr. R
Diagnosa Medis : Open Fraktur Metatarsal 2/4 pedis dextra
No Rekam Medis : 0312701
Bangsal : Marwah

Hari , DS DO Etiologi Problem


Tanggal,
Jam
Senin, 10  Pasien mengatakan  Ekspresi Nyeri akut Nyeri akut
Oktober nyeri pada kaki wajah b.d agen
2022, 08.30 sebelah kanan meringis pencedera
WIB  Pasien mengatakan menahan fisik :
kesulitan untuk nyeri prosedur
menjalankan operasi
aktifitas sehari-hari (D.0077)
 P : Luka post OP
Fraktur Metatarsal
2/4 pedis dextra
 Q : Seperti ditusuk-
tusuk
 R : Kaki kanan
 S:6
 T : Hilang Timbul

Senin, 10  Pasien mengatakan  Post OP Gangguan Gangguan


Oktober nyeri bertambah hari ke 2 mobilitas mobilitas
2022, 08.30 saat banyak  Kekuatan fisik b.d fisik
WIB bergerak otot kerusakan
 Pasien mengatakan 5 4 integritas
selama dirawat struktur
aktivitasnya dibantu 3 4 tulang
keluarga (D.0054)

Senin, 10  Pasien mengatakan  Terdapat Resiko


Oktober terdapat luka post luka post OP Infeksi
Resiko
2022, 08.30 OP di bagian kaki di kaki
infeksi
WIB kanan kanan
b.d efek
 Pasien
prosedur
tampak invasif
meringis (D.0142)
menahan
nyeri
Prioritas Diagnosa Keperawatan :
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik : prosedur operasi (D.0077)
2. Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan integritas struktur tulang (D.0054)
3. Resiko infeksi b.d efek prosedur invasif (D.0142)
FORMAT RENCANA KEPERAWATAN
Nama Inisial Klien : Sdr. R
Diagnosa Medis : Open Fraktur Metatarsal 2/4 pedis dextra
No Rekam Medis : 0312701
Bangsal : Marwah

Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional


keperawatan Kriteria Hasil (SIKI)
(SLKI)
Nyeri akut b.d agen Kontrol Nyeri Manajemen
pencedera fisik : prosedur (L. 08063 ) Nyeri
operasi (D.0077) Setelah dilakukan (I.08238)
tindakan O:
keperawatan  Identifikasi  Untuk
3x24jam PQRST bahan
diharapkan nyeri  Memonitor pemantaua
berkurang dengan tanda tanda n kondisi
kriteria hasil : vital pasien
 Pasien
mampu
mengenali
onset nyeri T:
 Untuk
 Pasien  Berikan
mengurang
mampu teknik non
i rasa nyeri
menggunaka farmakolog
(terapi
n teknik non i untuk
nafas
farmakologis mengurang
dalam )
saat nyeri i rasa nyeri
datang (Teknik
 Skala nyeri imajinasi
menurun terbimbing)  Untuk
 Fasililitasi mengurang
istirahat i rasa nyeri
dan tidur dengan
istirahat
tidur

E:
 Jelaskan
strategi
meredakan  Untuk
nyeri mengurang
 Ajarkan i rasa nyeri
Teknik non
farmakolog
i untuk
mengurang
i rasa nyeri

K:  Untuk
 Kolaborasi mengurang
pemberian i rasa nyeri
analgetik

Gangguan mobilitas fisik Mobilitas Fisik Dukungan


b.d kerusakan integritas (L.05042) Mobilitas
struktur tulang (D.0054) Setelah dilakukan (I. 05173)
tindakan asuahan O:
keperawatan  Identifikasi  Untuk
selama 3x24 jam adanya mengetahui
diharapkan nyeri atau apakah ada
ekspetasi keluhan keluhan
meningkat degan fisik fisik
kriteria hasil: lainnya lainnya
 Pergerakan  Identifikasi  Untuk
ekstermitas toleransi mengetahui
dari 2 fisik perkemban
menjadi 5 melakukan gan
 Nyeri dari 2 pergerakan mobilitas
menjadi 5 pasien
 Gerakan  Monitor  Untuk
terbatas dari kondisi mengetahui
2 menjadi 5 umum kondisi
selama umum
melakukan pasien
mobilisasi selama
mobilisasi
T:
 Fasilitas  Untuk
aktivitas melatih
mobilisasi mobilisasi
dengan alat dengan alat
bantu bantu
( krek) (krek)

 Libatkan  Untuk
keluarga membantu
untuk pasien
membantu dalam
pasien meningkatk
dalam an
meningkatk pergerakan
an
pergerakan
E:  Untuk
 Anjurkan melatih
melakukan pergerakan
mobilisasi pasien
dini  Untuk
 Ajarkan melatih
mobilisasi pergerakan
sederhana pasien
yang harus
dilakukan (
pindah dari
tempat
tidur ke
kursi )

Resiko Infeksi b.d efek Setelah dilakukan Pencegahan


prosedur invasif (D.0142) tindakan Infeksi
keperawatan (I.14539)
selama 2x24 jam, O:
diharapkan  Monitor  Untuk
masalah resiko tanda mengetahui
infeksi pasien dan tanda tanda
teratasi dengan gejala infeksi
kriteria hasil : infeksi
 Nyeri dan
menurun sistemik
 Kebersihan T:  Untuk
tangan  Berikan mengurang
meningkat perawata i
 Tidak terjadi n kulit pembengka
demam pada kan
area
edema
 Untuk
 Cuci menghinda
tangan ri bakteri
sebelum masuk dan
dan menyebabk
sesudah an infeksi
kontak pada pasien
dengan
pasien
dan
lingkung
an
pasien
 Untuk
E: meningkat
 Jelaskan kan
tanda pengetahua
dan n pasien
gejala tentang
infeksi tanda dan
gejala
infeksi

 Untuk
membantu
 Ajarkan pasien
cara mengatasi
memerik luka sendiri
sa
kondisi
luka atau
luka
operasi  Untuk
mempercep
 Anjurka at
n pemulihan
mningka
tkan
asupan
nutrisi
 Untuk
K: mengurang
 Kolaborasi i resiko
kan infeksi
pemberian
analgesik
jika perlu
FORMAT IMPLEMENTASI
Nama Inisial Klien : Sdr. R
Diagnosa Medis : Open Fraktur Metatarsal 2/4 pedis dextra
No Rekam Medis : 0312701
Bangsal : Marwah

No Hari, tanggal Diagnosa Implementasi Respon DS dan Paraf


dan jam keperawatan DO
1 Senin, 10 Nyeri akut  Mengidentifik DS : Bima
Oktober b.d agen asi PQRST Pasien
2022, 09.00 pencedera mengatakan :
WIB fisik :  P : Luka post
prosedur OP Fraktur
operasi Metatarsal
(D.0077) 2/4 pedis
dextra
 Q : Seperti
ditusuk tusuk
 R : Kaki
kanan
 S:6
 T : Hilang
Timbul
DO :
 Pasien
tampak
meringis
ketika nyeri
 Pasien
cenderung
tidak banyak
09.10 WIB  Memonitor bergerak
Tanda tanda Bima
Vital DS : -
DO :
 TD : 130/75
mmHg
 N:
110x/menit
 RR :
20x/menit
 S : 36,5 °C
 SPO 2 : 96%
 Menfasilitasi
09.25 WIB Bima
alktivitas
mobilisasi
dengan alat DS :
bantu ( krek)  Pasien
mengatakan
masih belum
terbiasa
menggunaka
n alat bantu
DO :
 Pasien
tampak
meringis saat
 Mengajarkan mencoba Bima
09.35 WIB teknik non menggunaka
farmakologis n alat bantu
untuk
mengurangi DS :
rasa nyeri  Pasien
(Teknik nafas mengatakan
dalam ) sudah bisa
melakukan
teknik nafas
dalam
DO :
 Pasien
tampak
memperagak Bima
09.40 WIB  Berkolaborasi
an teknik
dengan dokter
nafas dalam
untuk:
1.) Memberik
an DS :
analgetik  Pasien
(RL + mengatakan
Dexketopr nyeri
ofen 2A) berkurang
2.) Injeksi DO :
(Cefazolin  Pasien sudah
1gr dan tidak
Gentamici meringis
n 1A) menahan
nyeri

Senin, 10 Gangguan  Mengidentifik DS: Bima


Oktober mobilitas asi adanya  Pasien
2022, 09.50 fisik b.d nyeri atau mengatakan
WIB kerusakan keluhan fisik nyeri pada
integritas lainnya luka post OP
struktur DO :
tulang  Pasien tampak
(D.0054) meringis
menahan
nyeri
10.00 WIB  Memonitor DS: Bima
kondisi umum  Pasien
selama mengatakan
melakukan mengeluh
mobilisasi dengan
kondisinya
DO :
 Pasien tampak
cemas dengan
sakitnya

10.10 WIB Bima


 Menfasilitasi
aktivitas DS :
mobilisasi  Pasien
dengan alat mengatakan
bantu ( krek) sudah mecoba
menggunakan
alat bantu
(krek)
DO :
 Pasien tampak
kesusahan
menggunakan
10.20 WIB alat bantu Bima
 Anjurkan
melakukan
DS :
mobilisasi dini
 Pasien
mengatakan
sudah
mencoba
untuk
megerakkan
kaki nya
DO :
 Pasien masih
merasa ragu
untuk
Senin, 10 Resiko melakukan Bima
Oktober Infeksi b.d  Monitor mobilisasi
2022, 10.30 efek prosedur tanda dan dini
WIB invasif gejala infeksi
(D.0142) DS :
dan sistemik
 Pasien
mengatakan
terdapat luka
post OP di
kaki kanan
DO :
 Tampak luka
post OP di
kaki kanan
terbalut
kassa
10.45 WIB memutari Bima
 Berikan kaki, kondisi
perawatan bersih dan
kulit pada kering
area luka
(Medikasi) DS :
 Pasien
mengatakan
bersedia
11.00 WIB melakukan Bima
medikasi
 Cuci tangan DO :
sebelum dan  Pasien
sesudah bersedia
kontak
dengan DS :
pasien dan  Pasien
lingkungan mengatakan
pasien mengerti
cara mencuci
tangan
dengan benar
11.10 WIB DO : Bima
 Pasien
 Jelaskan mampu
tanda dan melakukan
gejala infeksi cuci tangan
dengan benar

DS :
 Pasien
mengatakan
mengerti apa
yang
11.15 WIB dijelaskan Bima
DO :
 Pasien dapat
 Anjurkan
menyebutkan
mningkatkan
kembali
asupan nutrisi tanda dan
gejala infeksi

DS :
 Pasien
mengatakan
mengerti
manfaat
meningkatka
n asupan
cairan dan
nutrisi
DO :
 Setelah
dianjurkan,
pasien
mampu
meningkatka
n asupan
cairan dan
nutrisi
2 Selasa, 11 Nyeri akut  Mengidentifik DS : Bima
Oktober b.d agen asi PQRST Pasien
2022, 10.00 pencedera mengatakan :
WIB fisik :  P : Luka post
prosedur OP Fraktur
operasi Metatarsal
(D.0077) 2/4 pedis
dextra
 Q : Seperti
ditusuk tusuk
 R : Kaki
kanan
 S:3
 T : Hilang
Timbul
DO :
 Pasien sudah
jarang
meringis
 Pasien sudah
bisa ke
kamar mandi
dengan
bantuan krek
10.15 WIB  Memonitor Bima
Tanda tanda
Vital DS : -
DO :
 TD : 121/64
mmHg
 N:
83x/menit
 RR :
20x/menit
 S : 36,5 °C
 SPO 2 : 95%
10.30 WIB  Menfasilitasi
alktivitas Bima
mobilisasi
dengan alat DS :
bantu ( krek)  Pasien
mengatakan
mulai
terbiasa
menggunaka
n alat bantu
DO :
 Pasien sudah
jarang
meringis saat
mencoba
menggunaka
n alat bantu
Selasa, 11 Gangguan  Mengidentifik DS: Bima
Oktober mobilitas asi adanya  Pasien
2022, 12.30 fisik b.d nyeri atau mengatakan
WIB kerusakan keluhan fisik nyeri pada
integritas lainnya luka post OP
struktur berkurang
tulang DO :
(D.0054)  Pasien sudah
jarang
meringis
12.45 WIB Bima
 Memonitor DS:
kondisi umum
 Pasien
selama
mengatakan
melakukan
sudah tidak
mobilisasi
mengeluh
dengan
kondisinya
DO :
 Pasien tampak
sudah tidak
cemas dengan
13.00 WIB sakitnya Bima
 Menfasilitasi
aktivitas DS :
mobilisasi  Pasien
dengan alat mengatakan
bantu ( krek) sudah bisa
menggunakan
alat bantu
(krek)
DO :
 Pasien sudah
bisa ke kamar
mandi
menggunakan
alat bantu
 Anjurkan Bima
13.20 WIB
melakukan
mobilisasi dini DS :
 Pasien
mengatakan
sudah bisa
megerakkan
kaki nya
sedikit
DO :
 Pasien sudah
tidak ragu
untuk
melakukan
mobilisasi
Bima
13.30 WIB Resiko  Monitor dini
Infeksi b.d tanda dan
efek prosedur gejala infeksi
dan sistemik DS :
invasif
(D.0142)  Pasien
mengatakan
terdapat luka
post OP di
kaki kanan
DO :
 Tampak luka
post OP di
kaki kanan
terbalut
kassa
memutari Bima
13.40 WIB  Berikan kaki, kondisi
perawatan bersih dan
kulit pada kering
area luka
(Medikasi) DS :
 Pasien
mengatakan
bersedia
melakukan
medikasi Bima
14.00 WIB  Cuci tangan DO :
sebelum dan
 Pasien
sesudah
bersedia
kontak
dengan DS :
pasien dan  Pasien
lingkungan
mengatakan
pasien
mengerti
cara mencuci
tangan
dengan benar
DO :
 Pasien mampu
melakukan
cuci tangan
dengan benar
FORMAT EVALUASI
Nama Inisial Klien : Sdr. R
Diagnosa Medis : Open Fraktur Metatarsal 2/4 pedis dextra
No Rekam Medis : 0312701
Bangsal : Marwah

No hari, tanggal Diagnosa Evaluasi Paraf


dan jam keperawatan
1 Senin, 10 Nyeri akut S: Bima
Oktober 2022, b.d agen  Pasien mengatakan
11.20 WIB pencedera nyerinya sedikit berkurang
fisik :  Pasien mengatakan :
prosedur  P : Luka post OP Fraktur
operasi Metatarsal 2/4 pedis dextra
(D.0077)  Q : Seperti di tusuk tusuk
 R : Kaki kanan
 S:6
 T : Hilang timbul

O:
 Pasien sudah tidak tampak
meringis lagi
 Klien paham cara relaksasi
 TD : 130/75 mmHg
 N : 110x/menit
 RR : 20x/menit
 S : 36,5 °C
 SPO 2 : 96%

A:
 Nyeri akut berhubungan
dengan agen pencedera
fisik (prosedur operasi )
teratasi sebagian

P:
Intervensi dilanjutkan :
 Mengidentifikasi PQRST
 Memonitor Tanda tanda
Vital
 Menfasilitasi alktivitas
mobilisasi dengan alat
bantu ( krek)

Senin, 10 Gangguan S: Bima


Oktober 2022, mobilitas  Pasien mengatakan sudah
11.30 WIB fisik b.d mulai bisa beraktivitas
kerusakan sedikit sedikit
integritas
struktur O:
tulang  Pasien sudah bisa duduk
(D.0054) sendiri
 Aktivitas nampak masih di
bantu keluarga

A:
 Hambatan mobilitas fisik
berhubungan dengan
kerusakan integritas
struktur tulang teratasi
sebagian

P:
Intervensi di lanjutkan :
 Mengidentifikasi adanya
nyeri atau keluhan fisik
lainnya
 Memonitor kondisi umum
selama melakukan
mobilisasi
 Menfasilitasi aktivitas
mobilisasi dengan alat
bantu ( krek)
 Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
Senin, 10 Resiko S: Bima
Oktober 2022, Infeksi b.d  Pasien mengatakan
11.40 WIB efek prosedur terdapat luka post operasi
invasif di kaki kanan dan terbalut
(D.0142) kassa memutari kaki
O:
 Tampak luka operasi di
kaki kanan dan terbalut
kassa memutari kaki
A:
 Resiko Infeksi
berhubungan dengan efek
prosedur invasif teratasi
sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan :
 Monitor tanda dan gejala
infeksi dan sistemik
 Berikan perawatan kulit
pada area luka (Medikasi)
 Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan
pasien
2 Selasa, 11 Nyeri akut S: Bima
Oktober 2022, b.d agen  Pasien mengatakan
14.00 WIB pencedera nyerinya berkurang
fisik :  Pasien mengatakan :
prosedur  P : Luka post OP Fraktur
operasi Metatarsal 2/4 pedis dextra
(D.0077)  Q : Seperti di tusuk tusuk
 R : Kaki kanan
 S:3
 T : Hilang timbul

O:
 Pasien sudah tidak tampak
meringis lagi
 TD : 121/64 mmHg
 N : 83x/menit
 RR : 20x/menit
 S : 36,5 °C
 SPO 2 : 95%

A:
 Nyeri akut berhubungan
dengan agen pencedera
fisik (prosedur operasi )
sudah teratasi

P:
Intervensi dihentikan pasien
pulang

Selasa, 11 Gangguan S: Bima


Oktober 2022, mobilitas  Pasien mengatakan sudah
14.10 WIB fisik b.d bisa beraktivitas sedikit
kerusakan
integritas O:
struktur  Pasien sudah bisa ke
tulang kamar mandi dengan krek
(D.0054)
A:
 Hambatan mobilitas fisik
berhubungan dengan
kerusakan integritas
struktur tulang sudah
teratasi

P:
Intervensi dihentikan pasien
pulang

Selasa, 11 Resiko S: Bima


Oktober 2022, Infeksi b.d  Pasien mengatakan
14.20 WIB efek prosedur terdapat luka post operasi
invasif di kaki kanan dan terbalut
(D.0142) kassa memutari kaki
O:
 Tampak luka operasi di
kaki kanan dan terbalut
kassa memutari kaki
A:
 Resiko Infeksi
berhubungan dengan efek
prosedur invasif sudah
teratasi
P:
Intervensi dihentikan pasien
pulang

Anda mungkin juga menyukai