PRODI D3 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2022
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Menurut (Wulandini et al., 2018) dalam jurnalnya, Fraktur femur adalah
diskontinuitas dari femoral shaft yang bisa terjadi akibat trauma secara langsung
(kecelakaan lalu lintas atau jatuh dari ketinggian), dan biasanya lebih banyak
dialami laki laki dewasa. Apabila seseorang mengalami fraktur pada bagian ini,
pasien akan mengalami perdarahan yang banyak dan dapat mengakibatkan
penderita mengalami syok. Fraktur femur dapat menyebabkan komplikasi,
morbiditas yang lama dan juga kecacatan apabila tidak mendapatkan penanganan
yang baik. Insiden fraktur femur pada wanita adalah fraktur terbanyak kedua (17,0
per 10.000 orang per tahun) dan nomer tujuh pada pria (5,3 per orang per tahun).
Puncak distribusi usia pada fraktur femur adalah pada usia dewasa (15 - 34 tahun)
dan orang tua (diatas 70 tahun).
Salah satu manifestasi klinis dari fraktur adalah nyeri. Nyeri merupakan
perasaan yang tidak menyenangkan yang sering kali dialami oleh individu yang
didefinisikan dalam berbagai perspektif. Mengantisipasi nyeri pada pasien fraktur
dapat dilakukan secara farmakologis yaitu dengan menggunakan obat-obatan dan
nonfarmakologis. Salah satu pengobatan nonfarmakologis yaitu dengan teknik
distraksi. Distraksi adalah memfokuskan perhatian klien pada sesuatu selain nyeri,
atau dapat diartikan lain bahwa distraksi adalah suatu tindakan pengalihan
perhatian klien ke hal-hal diluar nyeri. Dengan demikian diharapkan, klien tidak
terfokus pada nyeri lagi dan dapat menurunkan kewaspadaan klien terhadap nyeri
bahkan meningkatkan toleransi terhadap nyeri. Mendengarkan musik merupakan
salah satu teknik distraksi yang efektif. Musik dapat menurunkan nyeri fisiologis,
stress dan kecemasan dengan mengalihkan perhatian seseorang dari nyeri.
B. Etiologi
Fraktur dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah cidera
stress, dalam melemahnya tulang akibat abnormalitas seperti fraktur patologis
(Apelys & Louis 2018).
Menurut Purwanto (2016) Etiologi/penyebab terjadinya fraktur adalah:
1) Trauma langsung Terjadi benturan pada tulang yang menyebabkan
fraktur
2) Trauma tidak langsung Tidak terjadi pada tempat benturan tetapi
ditempat lain, oleh karena itu kekuatan trauma diteruskan oleh sumbu
tulang ketempat lain.
3) Kondisi patologis Terjadinya karena penyakit pada tulang
(degenerative dan kanker tulang)
C. Manifestasi klinis
Menurut Nurarif & Kusuma, (2015). Tanda dan gejala dari fraktur antara lain:
1) Tidak dapat menggunakan anggota gerak
2) Nyeri pembengkakan
3) Terdapat trauma (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian atau jatuh dari
kamar mandi pada orang tua, penganiayaan, tertimpa benda berat, kecelakaan
kerja, trauma olahraga)
4) Gangguan fungsi anggota gerak
5) Defromitas mengalami perubahan bentuk pada daerah fraktur
6) Kelainan gerak
7) Pembengkkan dan perubahan warna local pada daerah fraktur
8) Krepitasi atau dating dengan gejala gejala lain
D. Komplikasi
Menurut (Sulistyaningsih 2016) komplikasi fraktur yaitu:
1) Nyeri merupakan keluhan yang paling sering terjadi setelah bedah,
nyeri yang sangat hebat akan dirasakan pada beberapa hari pertama
2) Gangguan mobilitas pada pasien pasca bedah juga akan terjadi akibat
proses pembedahan
3) Kelelahan sering kali terjadi yaitu kelelahan sebagai suatu sensasi.
Gejala nyeri otot, nyeri sendi, nyeri kepala dan kelemahan dapat
terjadi akibat kelelahan sistem muskulosketal.
4) Perubahan ukuran, bentuk dan fungsi tubuh yang dapat mengubah
sistem tubuh, keterbatasan gerak, kegiatan dan penampilan juga
sering kali dirasakan.
E. Pemeriksaan penunjang
1) X-Ray untuk memntukan lokasi/luasnya fraktur
2) Scan tulang; untuk memperlihatkan fraktur yang lebih jelas,
mengindetifikasi karena jaringan lunak
3) Anteriogram; dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan
4) Hitung darah lengkap; hemokonsentrasi mungkin meningkat,
menurun pada perdarahan, peningkatan leukosit sebagai respon
terhadap peradangan.
5) Kreatinin; trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal.
6) Profil koagulasi; perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah,
transfuse atau cedera hati (Huda Nurarif & Kusuma,2015)
F. Patofisiologi
Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup.
Tertutup bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan
dunia luar oleh permukaan dikulit. Sewaktu tulang patah perdarahan
biasanya terjadi disekitar tempat patah kedalam jaringan lunak disekitar
tulang tersebut, jaringan lunak yang biasanya mengalami kerusakan.
Reaksi perdarahan biasanya timbul hebat disekitar fraktur. Sel sel darah
putih dan sesel anasr berkumulasi mengakibatkan peningkatan aliran
darah ketempat tersebut aktifitas osteoblast terangsang dan bentuk tulang
baru amatir yang disebut callus. Bekuan fibrin direabsorbsi dan sel sel
tulang baru mengalami remodeling untuk membentuk tulang sejari.
Insufisiensi pembuluh darah atau penekanan serabut syaraf yang
berkaitan dengan pembengkakan yang tidak ditangani 18 dapat
menurunkan asupan darah ke ekstermintas dan mengakibatkan kerusakan
saraf perifer. Bila tidak terkontrol pembengkkan akan mengakibatkan
peningkatan tekanan jaringan, oklusa darah total dan berakibat anoreksia
mengakibatkan rusaknya serabut saraf maupun jaringan otot. Komplikasi
ini dinamakan sindrom compartment (Bunner & Suddarth,2015)
G. Pathway
H. Konsep Keperawatan
a. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer berhubungan dengan penurunan
aliran darah, cidera vaskuler.
b. Defisiensi Pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurang informasi
c. Resiko Harga Diri Rendah Situasional
I. Klasifikasi
Menurut (sulistyaningsih 2016), berdasarkan ada tidaknya hubungan
antar tulanh dibagi menjadi: Fraktur terbuka Adalah patah tulang yang
menembus kulit dan kemungkinan adanya hubungan dengan dunia luar
serta menjadikan adanya kemungkinan untuk masuknya kuman atau
bakteri ke dalam luka. Berdasarkan tingkat keparahanya fraktur terbuka
dikelompokkan menjadi 3 kelompok besar menurut klasifikasi (Gustillo
& Anderson,2015)
1) Derajat I
Kulit terbuka 1 cm tanpa kerusakan lunak yang luas,
komponen penghancuran minimal sampai sedang, fraktur dengan luka
terbuka melintang sederana dengan pemecahan minimal.
2) Derajat II
Kulit terbuka >1 cm tanpa kerusakan lunak yang luas,
komponen penghancuran minimal sampai sedang, fraktur dengan luka
terbuka melintang sederana dengan pemecahan minimal.
3) Derajat III
Kerusakan jaringan lunak yang lebih luas, termasuk otot, kulit,
dan struktur neurovaskuler, cidera yang disebabkan oleh energi tinggi
dengan kehancuran komponen tulang yang parah
4) Derajat IIIA
Laserasi jaringan lunak yang lebih luas, cukupan tulang yang
memadai, fraktur segmental, pengupasan periosteal minimal.
5) Derajat IIIB
Cidera jaringan lunak yang luas dengan pengelupasam
periosteal dan paparan tulang yang membutuhkan penutup jaringan:
biasanya berhubungan dengan kontaminasi massif
6) Derajat IIIC 14
Cidera vascular yang membutuhkan perbaikan (Kenneth A et al.,2015)
2. Fraktur tertutup
Adalah patah tulang yang tidak mengakibatkan robeknya kulit
sehingga tidak ada kontak dengan dunia luar. Fraktur tertutup
diklasifikasikan berdasarkan tingkat kerusakan jaringan lunak dan
mekanisme cidera tidak langsung dan cidera langsung antara lain:
1) Derajat 0
Cidera akibat kekuatan yang tidak lansung dengan kerusakan
jaringan lunak tidak begitu berarti.
2) Derajat 1
Fraktur tertutup yang disebabkan oleh mekanisme energi
rendah sampai sedang dengan abrasi superfisial atau memar pada
jaringan lunak dipermukaan situs fraktur.
3) Derajat 2
Fraktur tertutup dengan memar yang signifikan pada otot,
yang mungkin dalam, kulit lecet terkontaminasi yang berkaitan
dengan mekanisme energi sedang hingga berat dan cidera tulamg,
sangat beresiko terkena sindrom kompartemen.
4) Derajat 4
Kerusakan jaringan lunak ang luas atau avulsi subkutan dan
gangguan arteria atau terbentuknya sindrom kompartemen
(Kenneth A et al.,2015)
1. SDKI, 2017
Nyeri akut b.d agen pencedera fisik, luka episiotomi post partum spontan
Kategori : Psikologis
Subkategori : Nyeri dan kenyamanan
Kode : D.0077
2. SDKI, 2017
Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan integritas struktur tulang
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Aktivitas/Istirahat
Kode : D.0054
3. SDKI, 2017
Risiko infeksi b.d efek prosedur invasif
Kategori : Lingkungan
Subkategori : Keamanan dan Proteksi
Kode : D.0142
K. Intervensi dan Rasional
Diagnosa
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi keperawatan
keperawatan
Manajemen Nyeri
(I.08238)
Kontrol Nyeri Identifikasi PQRST
(L. 08063 ) Memonitor tanda tanda
Setelah dilakukan tindakan vital
keperawatan 3x24jam
Berikan teknik non
diharapkan nyeri berkurang
farmakologi untuk
dengan kriteria hasil :
mengurangi rasa nyeri
Pasien mampu (Teknik imajinasi
Nyeri akut b.d agen mengenali onset
pencedera fisik : prosedur terbimbing)
nyeri
operasi (D.0077) Fasililitasi istirahat dan
Pasien mampu tidur
menggunakan
Jelaskan strategi
teknik non
meredakan nyeri
farmakologis saat
Ajarkan Teknik non
nyeri datang
farmakologi untuk
Skala nyeri mengurangi rasa nyeri
menurun Kolaborasi pemberian
analgetik
Gangguan mobilitas fisik Mobilitas Fisik Dukungan Mobilitas
b.d kerusakan integritas (L.05042) (I. 05173)
struktur tulang (D.0054) Setelah dilakukan tindakan Identifikasi adanya nyeri
asuahan keperawatan atau keluhan fisik
selama 3x24 jam lainnya
diharapkan ekspetasi Identifikasi toleransi
meningkat degan kriteria fisik melakukan
hasil: pergerakan
Pergerakan ekstermitas Monitor kondisi umum
dari 2 menjadi 5 selama melakukan
Nyeri dari 2 menjadi 5 mobilisasi
Gerakan terbatas dari 2 Fasilitas aktivitas
menjadi 5 mobilisasi dengan alat
bantu ( krek)
Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan
pergerakan
Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan ( pindah dari
tempat tidur ke kursi )
Pencegahan Infeksi
(I.14539)
Monitor tanda dan
gejala infeksi dan
sistemik
Berikan perawatan
kulit pada area
Setelah dilakukan tindakan edema
keperawatan selama 2x24 Cuci tangan
jam, diharapkan masalah sebelum dan
resiko infeksi pasien sesudah kontak
teratasi dengan kriteria dengan pasien dan
Resiko Infeksi b.d efek lingkungan pasien
prosedur invasif (D.0142) hasil :
Nyeri menurun Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
Kebersihan tangan
Ajarkan cara
meningkat
memeriksa kondisi
Tidak terjadi demam luka atau luka
operasi
Anjurkan
mningkatkan
asupan nutrisi
Kolaborasikan
pemberian
analgesik jika
perlu
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. DATA UMUM
1. Nama Inisial Klien : Sdr. R
2. Umur : 17 tahun
3. Alamat : Gatak RT 1 RW 4 Selopampang, Temanggung
4. Agama : Islam
5. Tanggal Masuk RS : 08 Oktober 2022 Jam : 01.40
6. Nomor Rekam Medis : 0312701
7. Bangsal : Marwah
B. PENGKAJIAN 13 DOMAIN NANDA
1. Health Promotion
a. Kesehatan umum
1) Alasan masuk rumah sakit
Post KLL dan direncanakan operasi pada tanggal 08 Oktober 2022
pukul 12.30 WIB
2) Riwayat penyakit sekarang
Pada tanggal 07 Oktober pukul 23.30 pasien mengendarai
sepeda motor lalu terjatuh setelah tidak sengaja menabrak
motor didepannya kemudian terjatuh. Pasien mengatakan
menggunakan helm dan nyeri kaki, tangan dan wajah. ±30
menit setelah kejadian, warga sekitar membantu membawa
pasien ke UGD RS PKU Muhammadiyah Temanggung untuk
diberikan pertolongan lalu dirujuk ke bangsal Marwa dan
akan direncanakan operasi pada tanggal 08 Oktober 2022
pukul 12.30 WIB
3) TTV
Tekanan darah : 133/67 mmHg
Nadi : 86x/menit
Respirasi : 24x/menit
Suhu : 36.4oC
b. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan tidak ada Riwayat penyakit terdahulu
c. Riwayat pengobatan
oNama Obat Dosis Keterangan
1
2
E:
Jelaskan
strategi
meredakan Untuk
nyeri mengurang
Ajarkan i rasa nyeri
Teknik non
farmakolog
i untuk
mengurang
i rasa nyeri
K: Untuk
Kolaborasi mengurang
pemberian i rasa nyeri
analgetik
Libatkan Untuk
keluarga membantu
untuk pasien
membantu dalam
pasien meningkatk
dalam an
meningkatk pergerakan
an
pergerakan
E: Untuk
Anjurkan melatih
melakukan pergerakan
mobilisasi pasien
dini Untuk
Ajarkan melatih
mobilisasi pergerakan
sederhana pasien
yang harus
dilakukan (
pindah dari
tempat
tidur ke
kursi )
Untuk
membantu
Ajarkan pasien
cara mengatasi
memerik luka sendiri
sa
kondisi
luka atau
luka
operasi Untuk
mempercep
Anjurka at
n pemulihan
mningka
tkan
asupan
nutrisi
Untuk
K: mengurang
Kolaborasi i resiko
kan infeksi
pemberian
analgesik
jika perlu
FORMAT IMPLEMENTASI
Nama Inisial Klien : Sdr. R
Diagnosa Medis : Open Fraktur Metatarsal 2/4 pedis dextra
No Rekam Medis : 0312701
Bangsal : Marwah
DS :
Pasien
mengatakan
mengerti apa
yang
11.15 WIB dijelaskan Bima
DO :
Pasien dapat
Anjurkan
menyebutkan
mningkatkan
kembali
asupan nutrisi tanda dan
gejala infeksi
DS :
Pasien
mengatakan
mengerti
manfaat
meningkatka
n asupan
cairan dan
nutrisi
DO :
Setelah
dianjurkan,
pasien
mampu
meningkatka
n asupan
cairan dan
nutrisi
2 Selasa, 11 Nyeri akut Mengidentifik DS : Bima
Oktober b.d agen asi PQRST Pasien
2022, 10.00 pencedera mengatakan :
WIB fisik : P : Luka post
prosedur OP Fraktur
operasi Metatarsal
(D.0077) 2/4 pedis
dextra
Q : Seperti
ditusuk tusuk
R : Kaki
kanan
S:3
T : Hilang
Timbul
DO :
Pasien sudah
jarang
meringis
Pasien sudah
bisa ke
kamar mandi
dengan
bantuan krek
10.15 WIB Memonitor Bima
Tanda tanda
Vital DS : -
DO :
TD : 121/64
mmHg
N:
83x/menit
RR :
20x/menit
S : 36,5 °C
SPO 2 : 95%
10.30 WIB Menfasilitasi
alktivitas Bima
mobilisasi
dengan alat DS :
bantu ( krek) Pasien
mengatakan
mulai
terbiasa
menggunaka
n alat bantu
DO :
Pasien sudah
jarang
meringis saat
mencoba
menggunaka
n alat bantu
Selasa, 11 Gangguan Mengidentifik DS: Bima
Oktober mobilitas asi adanya Pasien
2022, 12.30 fisik b.d nyeri atau mengatakan
WIB kerusakan keluhan fisik nyeri pada
integritas lainnya luka post OP
struktur berkurang
tulang DO :
(D.0054) Pasien sudah
jarang
meringis
12.45 WIB Bima
Memonitor DS:
kondisi umum
Pasien
selama
mengatakan
melakukan
sudah tidak
mobilisasi
mengeluh
dengan
kondisinya
DO :
Pasien tampak
sudah tidak
cemas dengan
13.00 WIB sakitnya Bima
Menfasilitasi
aktivitas DS :
mobilisasi Pasien
dengan alat mengatakan
bantu ( krek) sudah bisa
menggunakan
alat bantu
(krek)
DO :
Pasien sudah
bisa ke kamar
mandi
menggunakan
alat bantu
Anjurkan Bima
13.20 WIB
melakukan
mobilisasi dini DS :
Pasien
mengatakan
sudah bisa
megerakkan
kaki nya
sedikit
DO :
Pasien sudah
tidak ragu
untuk
melakukan
mobilisasi
Bima
13.30 WIB Resiko Monitor dini
Infeksi b.d tanda dan
efek prosedur gejala infeksi
dan sistemik DS :
invasif
(D.0142) Pasien
mengatakan
terdapat luka
post OP di
kaki kanan
DO :
Tampak luka
post OP di
kaki kanan
terbalut
kassa
memutari Bima
13.40 WIB Berikan kaki, kondisi
perawatan bersih dan
kulit pada kering
area luka
(Medikasi) DS :
Pasien
mengatakan
bersedia
melakukan
medikasi Bima
14.00 WIB Cuci tangan DO :
sebelum dan
Pasien
sesudah
bersedia
kontak
dengan DS :
pasien dan Pasien
lingkungan
mengatakan
pasien
mengerti
cara mencuci
tangan
dengan benar
DO :
Pasien mampu
melakukan
cuci tangan
dengan benar
FORMAT EVALUASI
Nama Inisial Klien : Sdr. R
Diagnosa Medis : Open Fraktur Metatarsal 2/4 pedis dextra
No Rekam Medis : 0312701
Bangsal : Marwah
O:
Pasien sudah tidak tampak
meringis lagi
Klien paham cara relaksasi
TD : 130/75 mmHg
N : 110x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,5 °C
SPO 2 : 96%
A:
Nyeri akut berhubungan
dengan agen pencedera
fisik (prosedur operasi )
teratasi sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan :
Mengidentifikasi PQRST
Memonitor Tanda tanda
Vital
Menfasilitasi alktivitas
mobilisasi dengan alat
bantu ( krek)
A:
Hambatan mobilitas fisik
berhubungan dengan
kerusakan integritas
struktur tulang teratasi
sebagian
P:
Intervensi di lanjutkan :
Mengidentifikasi adanya
nyeri atau keluhan fisik
lainnya
Memonitor kondisi umum
selama melakukan
mobilisasi
Menfasilitasi aktivitas
mobilisasi dengan alat
bantu ( krek)
Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
Senin, 10 Resiko S: Bima
Oktober 2022, Infeksi b.d Pasien mengatakan
11.40 WIB efek prosedur terdapat luka post operasi
invasif di kaki kanan dan terbalut
(D.0142) kassa memutari kaki
O:
Tampak luka operasi di
kaki kanan dan terbalut
kassa memutari kaki
A:
Resiko Infeksi
berhubungan dengan efek
prosedur invasif teratasi
sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan :
Monitor tanda dan gejala
infeksi dan sistemik
Berikan perawatan kulit
pada area luka (Medikasi)
Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan
pasien
2 Selasa, 11 Nyeri akut S: Bima
Oktober 2022, b.d agen Pasien mengatakan
14.00 WIB pencedera nyerinya berkurang
fisik : Pasien mengatakan :
prosedur P : Luka post OP Fraktur
operasi Metatarsal 2/4 pedis dextra
(D.0077) Q : Seperti di tusuk tusuk
R : Kaki kanan
S:3
T : Hilang timbul
O:
Pasien sudah tidak tampak
meringis lagi
TD : 121/64 mmHg
N : 83x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,5 °C
SPO 2 : 95%
A:
Nyeri akut berhubungan
dengan agen pencedera
fisik (prosedur operasi )
sudah teratasi
P:
Intervensi dihentikan pasien
pulang
P:
Intervensi dihentikan pasien
pulang