Disusun Oleh
Nama : Sri Andini Widya Ningrum
NIPP : 20174030090
5. Tanda Klinis
Menurut Mochtar (2011) tanda klinis kala I lama terjadi pada ibu dan juga pada janin
meliputi:
Pada ibu
Gelisah, letih, suhu badan meningkat, berkeringat, nadi cepat, pernapasan cepat
dan meteorismus. Di daerah lokal sering dijumpai edema vulva, edema serviks,
cairan ketuban yang berbau, terdapat mekonium.
Pada janin
a) Denyut jantung janin cepat/hebat/tidak teratur bahkan negatif; air ketuban
terdapat mekonium, kental kehijau-hijauan, berbau.
b) Kaput suksedaneum yang besar.
c) Moulage kepala yang hebat.
d) Kematian janin dalam kandungan.
e) Kematian janin intra partal.
6. Komplikasi pada Ibu dan Janin Akibat Kala I Lama
Bagi ibu
a) Ketuban pecah dini
Apabila kepala tertahan pada pintu atas panggul, seluruh tenaga dari uterus
diarahkan ke bagian membran yang meyentuh os internal. Akibatnya, ketuban
pecah dini lebih mudah terjadi infeksi (Wijayarini, 2004).
b) Sepsis Puerperalis
Infeksi merupakan bahaya serius bagi ibu dan janin pada kasus persalinan
lama, terutama karena selaput ketuban pecah dini. Bahaya infeksi akan
meningkat karena pemeriksaan vagina yang berulang-ulang (Wijayarini, 2004).
c) Ruptur Uterus
Penipisan segmen bawah rahim yang abnormal menimbulkan bahaya serius
selama persalinan lama. Jika disproporsi sangat jelas sehingga tidak ada
engagement atau penurunan, segmen bawah rahim menjadi sangat teregang,
dan dapat diikuti oleh ruptur (Cunningham, 2013)
d) Cedera dasar panggul
Cedera pada otot dasar panggul, persarafan, atau fasia penghubung adalah
konsekuensi pelahiran pervaginam yang sering terjadi, terutama apabila
pelahirannya sulit (Cunningham, 2013).
Bagi janin
Persalinan dengan kala I lama dapat menyebabkan detak jantung janin
mengalami gangguan, dapat terjadi takikardi sampai bradikardi. Pada pemeriksaan
dengan menggunakan NST atau OCT menunjukkan asfiksia intrauterin. Dan pada
pemeriksaan sampel darah kulit kepala menuju pada anaerobik metabolisme dan
asidosis. Selain itu, persalinan lama juga dapat berakibat adanya kaput
suksidaneum yang besar (pembengkakan kulit kepala) seringkali terbentuk pada
bagian kepala yang paling dependen, dan molase (tumpang tindih tulang-tulang
kranium) pada kranium janin mengakibatkan perubahan bentuk kepala
(Hollingworth, 2012 ; Manuaba, 2013 ; Wijayarini, 2004).
7. Diagnosis Penunjang
Oxorn (2010) mengatakan untuk menegakkan diagnosis diperlukan beberapa
pemeriksaan penunjang antara lain :
Pemeriksaan USG untuk mengetahui letak janin.
Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kadar haemoglobin guna
mengidentifikasi apakah pasien menderita anemia atau tidak.
Pemeriksaan sinar rontgen dilakukan jika diagnosis sulit ditegakkan karena
terjadi moulage yang cukup banyak dan caput succedanum yang besar, pemeriksaan
sinar rontgen dapat membantu menentukan posisi janin disamping menentukan
bentuk dan ukuran panggul.
8. Prognosis
Bagi ibu
Persalinan lama terutama fase aktif memanjang menimbulkan efek terhadap ibu.
Beratnya cedera meningkat dengan semakin lamanya proses persalinan, resiko
tersebut naik dengan cepat setelah waktu 24 jam serta terdapat kenaikan
insidensi atonia uteri, laserasi, perdarahan, infeksi, kelelahan ibu dan syok. Angka
kelahiran dengan tindakan yang tinggi semakin memperburuk bahaya bagi ibu
(Oxorn, 2010).
Bagi janin
Oxorn (2010) mengatakan bahwa semakin lama persalinan, semakin tinggi
morbiditas serta mortalitas janin dan semakin sering terjadi keadaan berikut ini :
1. Asfiksia akibat partus lama itu sendiri
2. Trauma cerebri yang disebabkan oleh penekanan pada kepala janin
3. Cedera akibat tindakan ekstraksi dan rotasi dengan forceps yang sulit
4. Pecahnya ketuban lama sebelum kelahiran. Keadaan ini mengakibatkan
terinfeksinya cairan ketuban dan selanjutnya dapat membawa infeksi paru-paru
serta infeksi sistemik pada janin membawa akibat yang buruk bagi anak.
Bahaya tersebut lebih besar lagi jika kemajuan persalinan pernah terhenti.
Kenyataan ini khususnya terjadi saat kepala bayi macet pada dasar perineum
untuk waktu yang lama sementara tengkorak kepala terus terbentur pada
panggul ibu.
9. Penatalaksanaan
Menurut Saifuddin (2009), Simkin (2005) dan Oxorn (2010), penanganan umum pada
ibu bersalin dengan kala I lama yaitu:
Nilai keadaan umum, tanda-tanda vital dan tingkat hidrasinya.
Tentukan keadaan janin:
a) Periksa DJJ selama atau segera sesudah his, hitung frekuensinya minimal
sekali dalam 30 menit selama fase aktif.
b) Jika terdapat gawat janin lakukan sectio caesarea kecuali jika syarat dipenuhi
lakukan ekstraksi vacum atau forceps.
c) Jika ketuban sudah pecah, air ketuban kehijau-hijauan atau bercampur darah
pikirkan kemungkinan gawat janin.
d) Jika tidak ada air ketuban yang mengalir setelah selaput ketuban pecah,
pertimbangkan adanya indikasi penurunan jumlah air ketuban yang dapat
menyebabkan gawat janin.
Perbaiki keadaan umum dengan:
a) Beri dukungan semangat kepada pasien selama persalinan.
b) Pemberian intake cairan sedikitnya 2500 ml per hari. Dehidrasi ditandai
adanya aseton dalam urine harus dicegah.
c) Pengosongan kandung kemih dan usus harus
d) Pemberian sedatif agar ibu dapat istirahat dan rasa nyerinya diredakan dengan
pemberian analgetik (tramadol atau pethidine 25 mg). Semua preparat ini
harus digunakan dengan dosis dan waktu tepat sebab dalam jumlah yang
berlebihan dapat mengganggu kontraksi dan membahayakan bayinya.
e) Pemeriksaan rectum atau vaginal harus dikerjakan dengan frekuensi sekecil
mungkin. Pemeriksaan ini menyakiti pasien dan meningkatkan resiko infeksi.
Setiap pemeriksaan harus dilakukan dengan maksud yang jelas.
f) Apabila kontraksi tidak adekuat
Menganjurkan untuk mobilisasi dengan berjalan dan mengubah posisi
dalam persalinan.
Rehidrasi melalui infus atau minum.
Merangsang puting susu.
Acupressure.
Mandi selama persalinan fase aktif.
Lakukan penilaian frekuensi dan lamanya kontraksi berdasarkan partograf.
Evaluasi ulang dengan pemeriksaan vaginal tiap 4 jam apabila garis
tindakan dilewati (memotong) lakukan sectio secarea. Apabila ada kemajuan
evaluasi setiap 2 jam.
F. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pada pengkajian klien dengan sectio caesaria, data yang dapat ditemukan meliputi
distress janin, kegagalan untuk melanjutkan persalinan, malposisi janin, prolaps tali
pust, abrupsio plasenta dan plasenta previa.
a. Identitas atau biodata klien meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat,
suku bangsa, status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah
sakit nomor register , dan diagnosa keperawatan.
b. Keluhan utama : keluhan yang dirasakan pasien sebelum masuk ke ruang operasi
dan setelah dari ruang operasi.
c. Riwayat kesehatan
- Riwayat kesehatan dahulu: Penyakit kronis atau menular dan menurun
sepoerti jantung, hipertensi, DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau
abortus.
- Riwayat kesehatan sekarang : Riwayat pada saat sebelun inpartu di dapatka
cairan ketuban yang keluar pervaginan secara sepontan kemudian tidak di
ikuti tanda-tanda persalinan.
- Riwayat kesehatan keluarga: Adakah penyakit keturunan dalam keluarga
seperti jantung, DM, HT, TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin
penyakit tersebut diturunkan kepada klien.
d. Pengakajian dasar pra operasi
- Pengkajian psikososial : perasaan takut/cemas, keadaan emosional pasien.
- Pengkajian fisik :
o TTV : tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu.
o Sistem integument: pucat, sianosis, adakah penyakit kulit di area badan.
o Sistem kardiovaskuler
Apakah ada gangguan pada sisitem cardio ?
Validasi apakah pasien menderita penyakit jantung?
Kebiasaan minum obat jantung sebelum operasi.
Kebiasaan merokok, minum alcohol
Apakah terdapat Oedema
Irama dan frekuensi jantung
Pucat
o Sistem pernafasan : Apakah pasien bernafas teratur ?
o Sistem gastrointestinal : apakah pasien diare ?
2. Diagnosa Keperawatan
a. Cemas
- Batasan karakteristik :
o Perilaku : penurunan produktivitas, gelisah, melihat sepintas, kontak mata
yang buruk, tampak waspada.
o Afektif : gelisah, kesedihan yang mendalam, distress,ketakutan, perasaan
tidak adekuat, berfokus pada diri sendiri, gugup, senang berlebihan,
bingung, menyesal, ragu/tidak percaya diri, khawatir.
o Fisiologis : wajah tegang, tremor tangan, peningkatan keringat, gemetar,
suara bergetar.
o Simpatik : anoreksia, diare, mulut kering, wajah merah, jantung berdebar-
debar, peningkatan tekanan darah, peningkatan denyut nadi, peningkatan
frekuensi perpasan, pupil melebar.
o Parasimpatik : nyeri abdomen, penurunan tekanan darah, penurunan denyut
nadi, diare,vertigo, letih, mual, gangguan tidur.
o Kognitif : kesulitan berkonsentrasi, lupa, gangguan perhatian, khawatir,
melamun.
- Factor yang berhubungan : perubahan dalam (status ekonomi, lingkungan,
status kesehatan, pola interaksi, fungsi peran, status peran), terkait keluarga,
infeksi, krirsis maturasi, krisis situasional, stress, ancaman kematian.
b. Kerusakan intergitas kulit
- Batasan karakteristik : kerusakan lapisan kulit, gangguan permukaan kulit,
invasi struktur tubuh.
- Factor yang berhubungan :
o Eksternal: zat kimia, usia yang ekstrim, kelembapan, hipertermia,
hipotermia, factor mekanik ( missal gaya gunting, tekanan, pengekangan),
medikasi, lembab, imobilitas fisik, radiasi.
o Internal : perubahan status cairan, perubahan pigmentasi, perubahan turgor,
factor perkembangan, penurunan sirkulasi, tonjolan tulang.
c. Risiko ketidakseimbangan volume cairan
- Factor Resiko : bedah abdomen, ansietas, luka bakar, obstruksi intestinal,
pangkreatitis, merasakan berkeringat, sepsis, cedera traumati.
d. Risiko perdarahan
- Factor risiko : komplikasi pascapartum (missal atonia uteri, retensi plasenta),
komplikasinterkait kehamilan (missal plasenta previa, kehamilan mola,
sulosio placenta), trauma, efek samping terkait terapi ( missal pembedahan,
pemberian obat, pemberian produk darah defisiensi trombosit, keoterapi).
e. Resiko infeksi
- Factor risiko : prosedur invasive, malnutrisi, pertahanan tubuh primer yang
tidak adekuat (gangguan peristaltic, kerusakan integritas kulit, KPD, trauma
jaringan), ketidakadekuatan pertahanan sekunder (penurunan HB,
imunosupresi, leukopenia).
f. Kurang pengetahuan
- Batasan karakteristik : perilaku hiperbola, ketidakakuratan mengikuti perintah,
ketidakakuratan melakukan tes, perilaku tidak tepat, pengungkapan masalah.
- Factor yang berhubungan : keterbatasan kognitif, salah interpretasi informasi,
kurang pajanan, kurang mibat belajar, kurang dapat mengingat, tidak familiar
dengan sumber informasi.
-
3. Intervensi Keperawatan
1. Cemas b.d krisis situasional d.d gelisah, tremor, TD meningkat, nadi meningkat.
- NOC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah cemas
dapat teratasi dengan criteria hasil :
o Tekanan darah dalam rentang normal (110/70 mmHg)
o Nadi dalam rentang normal (60-100x/menit)
o Pasien tetap tenang
o Tidak menunjukkan ekpresi wajah gelisah
- NIC
o Kaji tingkat kecemasan pasien
o Dorong pasien untuk mengungkapkan kecemasan yang dirasakannya
o Jelaskan kepada pasien prosedur tindakan yang akan dilakukan
o Kolaborasikan dengan keluarga untuk memberikan support emosional
kepada pasien
2. Risiko perdarahan
- NOC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 1x24 jam masalah risiko
perdarahan dapat teratasi dengan criteria hasil:
o Tekanan darah normal
o Nadi normal
o Akral hangat
o Konjungtiva tidak pucat
- NIC
o Monitor TTV pasien
o Kolaborasi pemasangan infus
o Kolaborasi tranfusi darah jika diperlukan
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito-Moyet, L. J. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Edisi 10.
Jakarta: EGC.
Herdman, T. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta. EGC.
Manuaba, Ida Bagus Gede. 2002. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana, Jakarta : EGC
Saifuddin, AB. 2009. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta
: penerbit yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo
Sarwono Prawiroharjo. 2009. Ilmu Kebidanan, Edisi 4 Cetakan II. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka