Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

SECTIO CAESAREA

Disusun Oleh :

Dea Amelia

224291517070

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS NASIONAL

JAKARTA

2023
1. Pengertian

Seksio cesarea berasal dari perkataan Latin “Caedere” yang artinya

memotong. Seksio Cesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat

sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina (Mochtar, 1998

dalam Maryunani, 2014)

Seksio cesarea atau kelahiran sesarea adalah melahirkan janin melalui irisan

pada dinding perut (laparatomi) dan dinding uterus (histerektomi). Definisi ini tidak

termasuk melahirkan janin dari rongga perut pada kasus rupture uteri atau kehamilan

abdominal (Pritchard dkk, 1991 dalam Maryunani, 2014)

Suatu persalinan buatan, di mana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada

dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat

janin di atas 500 gram. (Prawirohardjo, 2010)

2. Manifestasi Klinis

Menurut Martowirjo (2018), manifestasi klinis pada klien dengan post Sectio

Caesarea antara lain :

1. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan 600-800 ml.

2. Terpasang kateter, urin jernih dan pucat.

3. Abdomen lunak dan tidakada distensi.

4. Bising usus tidak ada.

5. Ketidaknyamanan untukmenghadapi situasi baru

6. Balutan abdomen tampak sedikit noda.

7. Aliran lokhia sedangdan bebas bekuan, berlebihan dan banya


3. Kompilkasi

Komplikasi utama persalinan seksio cesarea adalah kerusakan organ-organ

seperti vesika urinasia dan uterus saat dilangsungkannya operasi, komplikasi anestesi,

perdarahan, infeksi dan tromboemboli. Kematian ibu lebih besar pada persalinan

seksio cesarea dibandingkan persalinan pervagina (Rasjidi, 2009).

Menurut Rasjidi (2009) takipneu sesaat pada bayi baru lahir lebih sering

terjadi pada persalinan seksio cesarea, dan kejadian trauma persalinan pun tidak dapat

disingkirkan. Risiko jangka panjang yang dapat terjadi adalah terjadinya plasenta

previa, solusio plasenta, plasenta akreta dan ruptur uteri.

Sementara itu menurut Leveno (2009) menyatakan bahwa komplikasi

pascaoperasi seksio sesaria meningkatkan morbiditas ibu secara drastis dibandingkan

dengan persalinan pervaginam. Penyebab utamanya adalah endomiometritis,

perdarahan, infeksi saluran kemih, dan tromboembolisme. Infeksi panggul dan infeksi

luka operasi meningkat dan, meskipun jarang, dapat menyebabkan fasiitis

nekrotikans.

4. Etiologi

Menurut Sagita (2019), indikasi ibu dilakukan Sectio Caesarea adalah ruptur

uteriiminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari

janin adalahfetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram> Dari beberapa faktor

Sectio Caesareadiatas dapat diuraikan beberapa penyebab sectio sebagai berikut :

a) CPD (Chepalo Pelvik Dispropotion) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak

sesuaidengan ukuran kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat

melahirkansecara normal. Tulang-tulang panggul merupakan susunan

beberapa tulang yangmembentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang

harus dilalau oleh janinketikaakan lahir secara normal. Bentuk panggul yang
menunjukkan kelainan ataupanggul patologis juga dapat menyebabkan

kesulitan dalam proses persalinannormal sehingga harus dilakukan

tindakan operasi. Keadaan patologis tersebutmenyebabkan bentuk rongga

panggul menjadi asimetris dan ukuran-ukuran bidangpanggul menjadi

abnormal.

b) PEB (Pre-Eklamasi Berat) adalah kesatuan penyakit yang langsung

disebabkan olehkehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah

perdarahan dan infeksi,preeklamsi dan eklamsi merupakan penyebab

kematian maternatal dan perinatalpaling penting dalam ilmu kebidanan.

Karena itu diagnosa dini amatlah penting,yaitu mampu mengenali dan

mengobati agar tidak berlanjut menjadi eklamsi.

c) KDP (Ketuban Pecah Dini) adalah pecahnya ketuban sebelum

terdapat tandapersalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartus.

Sebagian besar ketubanpecah dini adalah hamil aterm di atas 37 minggu.

d) Bayi kembar, tak selamanya bayi kembar dilahirkan secara Sectio Caesarea.

Hal inikarena kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi

yang lebih tinggidaripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi

kembar pun dapat mengalamisungsang atau salah letak lintang sehingga

sulit untuk dilahirkan secara normal.

e) Faktor hambatan jalan lahir, adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan

lahiryang tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan

kelainan bawaanpada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.

f) Kelainan Letak Janin.

- Kelainan pada letak kepala


Letak kepala tengadah, bagian terbawah adalah puncak kepala,

pada pemerikasaan dalam teraba UUB yang paling rendah. Etiologinya

kelainanpanggul, kepala bentuknya bundar, anaknya kecil atau mati,

kerusakan dasarpanggul.

- Presentasi muka, letak kepala tengadah (defleksi), sehingga

bagian kepalayang terletak paling rendah ialah muka. Hal ini jarang

terjadi, kira-kira 0,27-0,5 %. Presentasi dahi, posisi kepala antara fleksi

dan defleksi, dahi beradapada posisi terendah dan tetap paling depan.

Pada penempatan dagu, biasnyadengan sendirinya akan berubah

menjadi letak muka atau letak belakangkepala.

- Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang

dengan kepala difundus uteri dan bokong berada di bagian

bawah kavum uteri.Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yakni

presentasi bokong, presentasibokong kaki sempurna, presentasi bokong

tidak sempurna dan presentasi kak

5. Penatalaksanaan

Perawatan post Sectio Caesarea menurut Rasjidi (2009) yaitu :

a. Ruang Pemulihan

Dalam ruang pemulihan prosedur yang harus dilakukan yaitu memantau

dengan cermat jumlah perdarahan dari vagina dan palpasi fundus uteri untuk

memastikan bahwa uterus berkontraksi dengan baik.

b. Pemberian Cairan Intravena

Perdarahan yang tidak disadari di vagina selama tindakan dan perdarahan yang

tersembunyi didalam uterus atau keduanya, sering menyebabkan perkiraan

kehilangan darah menjadi lebih rendah daripada sebenarnya. Cairan intravena


yang perlu disiapkan untuk memenuhi kebutuhan klien yaitu larutan Ringer Laktat

atau larutan Kristaloid ditambah Dektrosa 5%. Bila kadar Hb rendah diiberikan

transfusi darah sesuai kebutuhan.

c. Tanda-Tanda Vital

Setelah pulih dari ansetesi, observasi pada klien dilakukan setiap setengah jam

setelah 2 jam pertama dan tiap satu jam selama minimal 4 jam setelah didapatkan

hasil yang stabil. Tanda vital yang perlu dievaluasi yaitu Tekanan darah, Nadi,

Jumlah urin, Jumlah perdarahan, Status fundus uteri, Suhu tubuh.

d. Analgesik

Pemberian analgesik dapat diberikan paling banyak setiap 3 jam untuk

mengurangi nyeri yang dirasakan. Pemberian analgesik dapat berupa Meperidin

75-100mg intramuskuler dan morfin sulfat 10- 15mg intramuskuler.

e. Pengawasan

Fungsi vesika urinaria dan usus Kateter vesika urinaria biasanya dapat dilepas

dalam waktu 12 jam setelah operasi dilakukan. Sedangkan untuk makanan padat

dapat diberikan kurang lebih 8 jam stelah operasi, atau jika klien tidak mengalami

komplikasi.

f. Pemeriksaan laboratorium

Hematrokit secara rutin diukur pada pagi hari stelah pembedahan.

Pemeriksaan dilakukan lebih dini apabila terdapat kehilangan darah yang banyak

selama operasi atau menunjukkan tanda-tanda lain yang mengarah ke hipovoemik.

g. Menyusui

Menyusui dilakukan pada hari 0 post Sectio Caesarea. Apabila klien

memutuskan untuk tidak menyusui, dapat diberikan bebat untuk menopang

payudara yang bisa mengurangi rasa nyeri pada payudara.


h. Pencegahan infeksi

Pasca operasi Infeksi panggul pasca operasi merupakan penyebab tersering

dari demam dan tetap terjadi pada 20% wanita walaupun telah diberikan antibiotik

profilaksis. Sejumlah uji klinis acak telah membuktikan bahwa antibiotik dosis

tunggal dapat diberikan saat Sectio Caesarea untuk menrunkan angka infeksi.

i. Mobilisasi

Mobilisasai dilakukan secara bertahap meliputi miring kanan dan kiri dapat

dimulai sejak 6-10 jam setelah operasi. Hari kedua post operasi penderita dapat

didudukkan selama 5 menit dan diminta untuk bernafas dalam. Kemudian posisi

tidur telentang dapat diubahmenjadi posisi setengah duduk. Selanjutnya dengan

berturrut-turut selama hari demi hari pasien dianjurkan belajar uduk selama sehari,

belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri pada hari ketiga sampai hari

kelima pasca operasi sectio caesarea

j. Kateterisasi

Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada

penderita, meghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan. Kateter

biasanya terpasang 24-48 jam atau lebih

6. Pemeriksaan penunjang

a) Hitung darah lengkap.

b) Golongan darah (ABO),dan pencocokan silang, tes Coombs Nb.

c) Urinalisis : menentukn kadar albumin/glukosa.

d) Pelvimetri : menentukan CPD.

e) Kultur : mengidentifikasi adanya virus heres simpleks tipe II.

f) Ultrasonografi : melokalisasi plasenta menetukan pertumbuhan, kedudukan,

danpresentasi janin.
g) Amniosintess : Mengkaji maturitas paaru janin.

h) Tes stres kontraksi atau non-stres : mengkaji respons janin9.

terhadapgerakan/stres dari polakontraksi uterus/pola abnormal.10. Penetuan

elektronik selanjutnya :memastikan status janin/aktivitas uterus

7. Diagnosa keperawatan

- Nyeri akut

- Gangguan Integritas Kulit

- Risiko Infeksi
Nursing Care Plan

No Diagnosa Tujuan Intervensi Keperawatan


1. Nyeri akut Setelah dilakukannya tindakan keperawatan, maka Intervensi utama :
tingkat nyeri menurun, dengan kriteria hasil : Manajemen Nyeri
- Keluhan nyeri menurun 1. Observasi
- Meringis menurun - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
- Sikap protektif menurun - Identifikasi skala nyeri
- Gelisah menurun - Identifikasi respon nyeri non verbal
- Kesulitan tidur menurun - Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Menarik diri menurun - Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
- Berfokus pada diri sendiri menurun - Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
- Perasaan depresi menurun 2. Terapeutik
- Perasaan takut mengalami cedera menurun - Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri Control
- Muntah menurun lingkungan yang memperberat rasa nyeri
- Mual menurun - Fasilitasi istirahat dan tidur
- Frekeunsi nadi membaik 3. Edukasi
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
4. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2. Gangguan Setelah dilakukannya tindakan keperawatan, maka Perawatan Integritas Kulit
integritas integritas kulit/jaringan meningkat, dengan kriteria 1. Observasi
kulit hasil : - Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit
- Elisitas meningkat 2. Terapeutik
- Hidrasi meningkat - Bersihkan perineal dengan air hangat, terutama selama periode diare
- Perfusi jaringan meningkat - Gunakan produk berbahan petrolium atau minyak pada kulit kering
- Kerusakan jaringan menurun - Gunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalergik pada kulit sensitive
- Kerusakan lapisan kulit menurun - Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit kering
- Nyeri menurun 3. Edukasi
- Kemerahan menurun - Anjurkan menggunakan pelembab (mis. Lotin, serum)
- Hematoma menurun - Anjurkan minum air yang cukup
- Pigmentasi abnormal menurun - Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
- Jaringan parut menurun - Anjurkan meningkat asupan buah dan saur
- Nekrosis menurun - Anjurkan menghindari terpapar suhu ektrime
- Abrasi kornea menurun
- Suhu kulit membaik
- Sensasi membaik
- Tekstur membaik
- Pertumbuhan kulit membaik
3. Risiko Setelah dilakukannya tindakan keperawatan, maka Pencegahan Infeksi
Infeksi tingkat infeksi menurun, dengan kriteria hasil : 1. Observasi
- Kemerahan menurun - Identifikasi riwayat kesehatan dan riwayat alergi
- Nyeri menurun - Identifikasi status imunisasi setiap kunjungan ke pelayanan kesehatan
- Bengkak menurun 2. Terapeutik
- Kultur area luka membaik - Dokumentasikan informasi vaksinasi
- Jadwalkan imunisasi pada interval waktu yang tepat
3. Edukasi
Jelaskan tujuan, manfaat, resiko yang terjadi, jadwal dan efek samping
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI),Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Anis Satus S, Mamik Ratnawati, dan Amanda Dewi Kharisma.(2018). “HubunganTingkat


Nyeri Luka Operasi Dengan Mobilisasi Dini Pada Ibu Post Sectio Caesarea Di Pavilyun
Melati RSUD Jombang”. STIKES Pemkab Jombang. Jurnal Ilmu Keperawatan dan
Kebidanan (JIKK

Des Metasari Dan Berlian Kando Sianipar. (2018). “Faktor-Faktor


YangMempengaruhi Penurunan Nyeri Post Operasi Sectio Caesarea Di
RS.Raflessia Bengkulu”. Journal of Nursing and Public Health (JNPH) Volume6 No. 1
(April 2018

Dian Nurani, Femmy Keintjem, dan Fredrika Nancy Losu.(2015). “Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Proses Penyembuhan Luka Post Sectio Caesarea”. JIDAN Jurnal
Ilmiah Bidan Volume 3 Nomor 1. Januari – Juni 2015 ISSN : 2339-1731

Novianti Sihombing, Ika Saptarini, dan Dwi Sisca Kumala Putri.(2017).“Determinan


Persalinan Sectio Caesarea Di Indonesia (Analisis Lanjut Data Riskesdas 2013)”. Jurnal
Kesehatan Reproduksi, 8(1), 2017: 63-75 DOI: 10.22435/kespro.v8i1.6641.63-75Susilo
Rini dan Indri Heri Susanti.(2018).“Penurunan Nyeri Pada Ibu Post Sectio Caesaria
Pasca Intervensi Biologic Nurturing Baby Led Feeding”. MEDISAINS: Jurnal Ilmiah
Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 16 No 2, AGUSTUS 201

Anda mungkin juga menyukai