PENDAHULUAN
1
Persalinan sesar di kota jauh lebih tinggi dibandingkan di desa yaitu 11 persen
dibandingkan 3,9 persen. Hasil Riskesdas tahun 2013 menunjukkan kelahiran dengan
metode operasi sesar sebesar 9,8 persen dari total 49.603 kelahiran sepanjang tahun
2010 sampai dengan 2013, dengan proporsi tertinggi di DKI Jakarta (19,9%) dan
terendah di Sulawesi Tenggara (3,3%). Secara umum pola persalinan melalui operasi
sesar menurut karakteristik menunjukkan proporsi tertinggi pada kuintil indeks
kepemilikan teratas (18,9%), tinggal di perkotaan (13,8%), pekerjaan sebagai
pegawai (20,9%) dan pendidikan tinggi/lulus PT (25,1%).2
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan
pada dinding uterus melalui dinding depan perut.4
2.1.2 Indikasi
Beberapa indikasi Sectio caesarea yaitu :
Indikasi Absolut
Maternal
1. Kegagalan induksi
2. Persalinan tidak maju
3. CPD
4. Utero-plasenta
5. Riwayat operasi uterus (classical caesarean)
6. Ruptur uteri mengancam
7. Obstruksi jalan lahir
8. Plasenta previa
Fetal
1. Fetal distress
2. Prolaps tali pusat
3. Fetal malpresentasi
3
Indikasi Relatif
Maternal
1. SC yang berulang
2. Penyakit pada ibu (preeclampsia berat, diabetes, kanker serviks dan penyakit
jantung)
3. Uteroplasenta
4. Full-thickness myomectomy
5. Lilitan tali pusat
Fetal
1. Malpresentasi janin
2. Makrosomia
3. Anomali (hidrosefalus)4
4
2. Low Servikal
Menurut arah sayatan pada rahim, section caesarea dapat dilakukan sebagai
berikut:
Kelebihan:
Kekurangan:
5
Kelebihan:
Kekurangan
2.1.4 Komplikasi
1. Infeksi puerperal (nifas)
Ringan; dengan kenaikan suhu beberapa hari saja
Sedang; dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai dehidrasi dan
perut sedikit kembung.
Berat, dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Infeksi berat sering
kita jumpai pada partus terlantar; sebelum timbul infeksi nifas, telah
terjadi infeksi intrapartum karena ketuban yang telah pecah terlalu lama.
6
2. Perdarahan.
3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih
bilareperitonialis terlalu tinggi.
4. Kemungkinan rupture uteri spontan pada kehamilan mendatang.6.7
2.1.5 Prognosis
Nasib janin yang ditolong secara section caesarea sangat bergantung pada
keadaan janin sebelum dilakukan operasi. Menurut data dari Negara- Negara dengan
pengawasan antenatal yang baik dan fasilitas neonatal yang sempurna, angka
kematian perinatal sekitar 4-7%.6
7
Gambar 2.1 : Anatami Panggul
8
1. Perubahan bentuk karena kelainan pertumbuhan intrauterin :
a. Panngul Niegel
b. Panggul Robert
c. Split Pelvis
d. Panggul Asimilasi
2. Perubahan Bentuk karena penyakit pada tulang-tulang panggul dan / atau sendi
panggul
a. Rakitis
b. Osteomalasia
c. Neoplasma
d. Fraktur
e. Atrofi,Karies,Nekrosis
a. Kifosis
b. Skoliosis
c. Spondilolistesis
9
4. Perubahan bentuk karena penyakit kaki
a. Koksitis
b. Luksasiokoksa
Panggul disebut sempit apabila ukurannya 1-2 cm kurang dari yang normal.
Kesempitan panggul bisa pada inlet (pintu atas panggul), mid pelvis (ruang tengah
panggul), outlet ( dasar panggul atau pintu bawah panggul), kombinasi dari inlet,mid
pelvis atau outlet.10
10
4. C.V = 6 cm ………………..SC mutlak (absolut)
Inlet dianggap sempit bila C.V kurang dari 10 cm atau diameter transversa
kurang dari 12 cm. Karena yang biasa diukur adalah conjugata Diagonalis (C.D)
maka inlet dianggap sempit bila C.D kurang dari 11,5 cm.
2. Kesempitan Midpelvis
Terjadi bila:
a. Diameter interspinarum 9 cm, atau
3. Kesempitan outlet
Adalah bila diameter transversa dan diameter sagitalis posterior <15 cm.
Kesempitan outlet, meskipun bisa tidak menghalangi lahirnya janin, namun dapat
11
menyebabkan perineal rupture yang hebat, karena arkus pubis sempit sehingga kepala
janin terpaksa melalui ruangan belakang.
a. Anamnesis
Kepala tidak masuk P.A.P dan ada riwayat kesalahan letak (LLi, letak bokong),
partus yang lalu berlangsung lama, anak mati atau persalinan ditolong dengan alat-
alat (ekstraksi vakum atau forsep) dan operasi.
b. Inspeksi
Ibu kelihatan pendek ruas tulang-tulangnya atau ada skoliosis, kifosis, dll.
Kelainan panggul luar (rachitis, dsb) kalau kepala belum masuk P.A.P kelihatan
kontur seperti kepala menonjol diatas simfisis.
12
c. Palpasi
Kepala tidak masuk p.a.p atau masih goyang dan terdapat tanda dari OSBORN,
yaitu kepala didorong kearah p.a.p dengan satu tangan diatas simpisis pubis
sedang tangan lain mengukur tegak lurus pada kepala yang menonjol.
(+) = 3 jari
d. Pelvimetri Klinis
2. Pemeriksaan dalam (V.T): apakah promontorium teraba, lalu diukur C.D dan
C.V: linea innominata teraba seluruhnya atau tidak, spina ischiadica dll
a b
13
Gambar 2.3 : Pelvimetri Klinis; (a) Pemeriksaan panggul luar; (b) Pemeriksaan dalam
e. Rontgen Pelvimetri
Dari foto dapat kita tentukan ukuran-ukuran C.V;C.O = apakah kurang dari
normal; C.T; serta imbang kepala panggul.
14
Pelvimetri dalam dengan tangan mempunyai arti yang penting untuk menilai
secara agak kasar pintu atas panggul serta panggul tengah , dan untuk memberi
gambaran yang jelas mengenai pintu bawah panggul. Dengan pelvimetri rontgenologi
diperoleh gambaran yang jelas tentang bentuk panggul dan ditemuakn angka-angka
mengenai ukuran-ukuran dalam ketiga bidang panggul. Akan tetapi pemeriksaan ini
pada masa kehamilan mengandung bahaya, khusunya bagi janin . Oleh sebab itu tidak
dapat dipertanggung jawabkan untuk menjalankan pelvimetri rontgenologik secara
rutin pada masa kehamilan melainkan harus didasarkan atas indikasi yang nyata, baik
dalam masa antenatal, maupun dalam persalinan.
Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan persalinan,
tetapI yang tidak kurang penting ialah hubungan antara kepala janin dengan panggul
ibu. Besarnya kepala janin dalam perbandingan dengan luasnya panggul ibu
menentukan apakah ada disproporsi sefalopelvik atau tidak. Masih ada faktor-faktor
lain yang ikut menentukan apakah persalinan pervaginam akan berlangsung dengan
baik, akan tetapi faktor-faktor ini baru dapat diketahui pada saat persalinan , seperti
kekuatan his dan terjadinya moulage kepala janin. Besarnya kepala janin, khususnya
diameter biparietalisnya dapat diukur dengan menggunakan sinar rontgen ekan tetapi
sefalometri rontgenologi lebih sukar pelaksaannya dan mengandung bahaya seperti
pemeriksaan-pemeriksaan rontgenologik lainnya.9
Pengukuran diameter biparietalis dengan cara ultrasonik yang sudah mulai
banyak dilakukan memberikan hasil yang cukup memuaskan. Cara ini tidak
berbahaya dibandingkan dengan pemeriksaan rontgenologik. Pada hamil tua dengan
janin dalam presentasi kepala, dapat dinilai agak kasar adanya disproporsi
sefalopelvik dan kemungkinan mengatasinya.
Untuk hal ini pemeriksaan dengan tangan yang satu menekan kepala janin dari
atas kearah rongga panggul sedangkan tangan lain yang diletakkan pada kepala
menentukan apakah bagian ini menonjol diatas simpisis atau tidak (metode osborn).
15
Pemeriksaan yang lebih sempurna ialah metoda Muller Munro Kerr, tangan
yang satu memegang kepala janin dan menekannya kearah rongga panggul,
sedangkan 2 jari tangan yang lain dimasukkan kedalam rongga vagina untuk
menentukan sampai berapa jauh kepala mengikuti tekanan tersebut. Sementara itu ibu
jari atngan yang masuk dalam vagina memeriksa hubungan antara kepala dan
simpisis.9
KALA I : Kepala tidak masuk p.a.p, maka pembukaan berlangsung lama dan
kemungkinan ketuban pecah sebelum waktunya. Setelah ketuban pecah
maka kepala tidak dapat menekan servik, kecuali his kuat sekali
sehingga terjadi moulage yang hebat pada kepala
KALA II : Menjadi lama karena diperlukan waktu untuk turunnya kepala dan untuk
moulage.10
16
Kesempitan pada pintu atas panggul
Pintu atas panggul dianggap sempit apabila konjugata vera kurang dari 10 cm,
atau diameter transversa kurang dari 12 cm. Kesempitan pada konjugata vera
(panggul picak) umumnya lebih menguntungkan daripada kesempitan pada semua
ukuran (panggul sempit selurunya). Oleh karena pada panggul sempit kemungkinan
lebih besar bahwa kepal tertahan oleh pintu atas panggul, maka dalam hal ini serviks
uteri kurang mengalami tekanan kepala. Hal ini dapat mengakibatkan inersia uteri
serta lambannya pendataran dan pembukaan serviks.
Apabila pada panggul sempit pintu atas panggul tidak tertutup dengan
sempurna oleh kepala janin, ketuban bisa pecah pada pembukaan kecil dan ada
bahaya pula terjadinnya prolapsus funikuli. Pada panggul picak, turunnya kepala bisa
tertahan dengan akibat terjaninya defleksi kepala, sedang pada panggul sempit
seluruhnya ditemukan rintangan pada semua ukuran, kepala memasuki rongga
panggul dengan hiperfleksi. Selanjutnya moulage kepala janin dapat dipengaruhi oleh
jenis asinklitismus, dalam hal ini asinklitismus anterior lebih menguntungkan
daripada asinklitismus posterior. Oleh karena pada mekanisme yang terakhir gerakan
os parietal posterior yang terletak paling bawah tertahan oleh simfisis, sedang pada
asinklitismus anterior os parietal anterior dapat bergerak lebih leluasa ke belakang.
17
Kesempitan pintu bawah panggul
Pintu bawah panggul tidak merupakan bidang yang datar, tetapi terdiri atas
segitiga depan dan segitiga belakang yang mempunyai dasar yang sama, yakni
distansia tuberum. Apabila ukuran yang terakhir ini lebih kecil dari biasa, maka sudut
arcus pubis mengecil pula (<800). Agar dalam hal ini kepal janin dapat lahir ,
diperlukan ruanggan yang lebih besar pada bagian belakang pintu bawah panggul.
Dengan diameter sagitalis posterior yang cukup panjang, persalian pervaginam dapat
dilaksanakan, walaupun dengan perlukaan luas pada perineum. Dengan distansia
tuberum bersama dengan diameter sagitalis posterior <15cm, timbul kemacetan pada
kelahiran janin ukuran biasa.9
2.2.6 Komplikasi
2. Pada kehamilan lanjut, inlet yang sempit tidak dapat dimasuki oleh bagian
terbawah janin, menyebabkan fundus uteri tetap tinggi dengan keluhan sesak,
sulit bernafas, terasa penuh diulu hati dan perut besar
6. Lightning tidak terjadi, fiksasi kepala tidak ada, bahkan setelah persalinan
dimulai
18
Komplikasi panggul sempit pada persalinan tergantung pada derajat
kesempitan panggul.
1. Persalinan akan berlangsung lama
2.2.7 Prognosis
19
ibu dan janin.
b Dengan his yang kuat, sedang kemajuan janin dalam jalan lahir tertahan, dapat
timbul peregangan segmen bawah uterus dan pembentukan lingkaran retraksi
patologik (Bundl). Keadaan ini terkenal dengan ruptur uteri mengancam, apalagi
bila tidak segera diambil tindakan untuk mengurangi reganggan akan timbul
ruptur uteri .
c Dengan persalinan tidak maju karena disproporsi sefalopelvik, jalan lahir pada
suatu tempat mengalami tekanan yang lama antara kepala janin dan tulang
panggul. Hal itu menimbulkan gangguan sirkulasi dengan akibat terjadinya
iskemia dan kemudian nekrosis pada tempat tersebut.
Beberapa hari post partum akan terjadi fistula vesikoservikalis , atau fistula
vesicovaginalis, atau fistula rectovaginalis.
b Prolapsus funikuli apabila terjadi mengandung bahaya yang sangat besar bagi
janin dan memerlukan kelahiran segera, apabila ia masih hidup.
20
panggul picak menyebabkan perlukaan pada jaringan diatas tulang kepala janin,
malahan dapat pula menimbulkan fraktur pada os parietalis.
2.2.8 Penanganan
a. Sectio Sesaria
Sectio sesaria dapat dilakukan secara elektif atau primer, yakni sebelum
persalinan mulai atau pada awal persalinan, dan secara sekunder yakni setelah
persalinan berlangsung selama beberapa waktu.. section sesaria elektif direncanakan
lebih dahulu dan dilakukan pada kehamilan cukup bulan karena kesempitan panggul
yang cukup berat, atau karena terdapat disproporsi sefalopelvik yang nyata.9,10
b. Persalinan Percobaan
Setelah pada panggul sempit berdasarkan pemeriksaan yang teliti pada hamil
tua diadakan penilaian tentang bentuk serta ukuran- ukuran panggul dalam semua
bidang dan hubunga antara kepala janin dan panggul, dan setelah dicapai kesimpulan
bahwa ada harapan bahwa persalinan dapat berlangsung pervaginam dengan selamat,
dapat diambil keputusan untuk menyelenggarakan persalinan percobaan.9,10
21
22
BAB III
LAPORAN KASUS
Status IbuHamil
AnamnesaPribadi
Umur : 38 tahun
Pekerjaan : PNS
No RM : 01.09.28.21
AnamnesaPenyakit
Ibu M, 38 tahun G2P1A0, Batak, Kristen Protestan, S1, PNS, menikah dengan
Tn. H, 39 th, Batak, Kristen Protestan, S1, wirausaha. Pasien merupakan pasien
rujukan dari salah satu dokter Sp. OG di RSUD Pirngadi Medan untuk tindakan
Sectio Caesarea.
Riwayat Menstruasi
Menarche : 13 Tahun
Lama : 6 hari
Siklus : 28 hari
Volume : ± 2 doek/hari
HPHT : 02 - 12 - 2018
TTP : 09 - 09 - 2019
Riwayat menikah
1 kali
Riwayat Persalinan
1. Perempuan , Aterm, 3700 gr, C-section a/i Panggul sempit, SpOG, Rumah
Sakit, 10 Tahun, Sehat (2009)
2. Hamil ini
24
Pemeriksaanfisik
Vital Sign
Berat Badan : 65 kg
Status Generalisata
Mata : Pemeriksaan
Thorax :
25
Paru : Suarapernafasan : Vesikuler
Status Obstetri
Teregang : Kanan
Terbawah : Kepala
Gerakan : (+)
HIS : (-)
Pemeriksaan Dalam
VT : Serviks tertutup
26
Ureum 13 mg/dl 10.0-50.0
Proteinuria: - -
Diagnosa Kerja
Rencana Tatalaksana
Terapi Medikamentosa
IVFD Ringer Laktat 20 gtt/ menit
27
Inj. Ceftriaxone 1 gr Profilaksis
Rencana
Urutan operasi
Waktu (WIB) Tindakan
10.45 Pasien dibaringkan di meja operasi, dengan posisi
supine, infus dan kateter urin terpasang dengan baik
28
11.25 bedah terbuka
29
Dilakukan penjepitan pada kedua pinggir luka
uterus, lalu dilakukan menejemen aktif kala III
dengan dilakukan injeksi oxytocin 10 IU secara
intervena, kemudian darah pada tali pusat dibuang
sampai tidak mengalir lagi. Dilakukan peregangan
11.40 – 11.48 tali pusat terkendali. Kesan : Plasenta lahir lengkap.
Cavum uteri dibersihkan dengan kasa steril dari
bekuan darah, plasenta, dan selaput ketuban.
30
12.06 benang vicryl 1.0
Subcutis dijahit secara simple interupted
menggunakan benang catgut 2.0
Cutis dijahit secara subcuticular dengan benang
12.11 vicryl 3.0
Pemantauan Kala IV
Waktu 1 1 1 1 1 1
2 2 2 3: 3 4
: : : 0 . .
1 3 4 0 3 0
5 0 5 0 0
Tekanan 1 1 1 1 1 1
darah 2 2 2 2 2 2
(mmHg) 0 0 0 0/ 0 0
/ / / 8 / /
8 8 8 0 8 8
0 0 0 0 0
Nadi (menit) 7 6 7 7 7 7
0 8 0 0 2 0
x x x x/ x
/ / / i x /
i i i / i
31
i
Pernapasan 2 2 2 2 2 2
(menit) 0 0 0 0 0 0
x x x/
/ x / i x x
i / i / /
i i i
Suhu 3 3 3 3 3 3
(Celsius) 6 6 6 6. 6 6
, , , 1o , ,
4 0 2 c 4 3
o o o o o
c c c c c
Perdarahan + + + + + +
Kontraksi + + + + + +
uterus
32
BAB IV
FOLLOW UP PASIEN
Follow Up Pasien
T 10 11 12 13
a September September September September
n 2019 2019 2019 2019
g
g
a
l
S Nyeri luka Nyeri luka Nyeri luka Nyeri luka
operasi operasi operasi operasi
O Status Status Status Status Presnt
Presnt Presnt Presnt Sen :
Sen : Sen : Sen : Compos
Compos Compos Compos Mentis
Mentis Mentis Mentis TD :120/80
TD : TD : TD : mmHg
120/80 110/80 120/70 Nadi : 82
mmHg mmHg mmHg x/menit
Nadi : 86 Nadi : 88 Nadi : 88 Pernafasan :
33
x/menit x/menit x/menit 20 x/menit
RR : 20 RR : 20 RR : 20 Suhu :
o
x/menit x/menit x/menit 36,2 C
Suhu : Suhu : Suhu : Status
36,7oC 36,4oC 36,5oC Lokalisata :
Status Status Status - Abd
Lokalisata : Lokalisata : Lokalisata : :Soepel,
- Abd : - Abd : - Abd peristaltik
Soepel, Soepel, :Soepel, (+)Normal
peristaltik peristaltik peristaltik - TFU : 2 jari
(+) Normal (+)Normal (+)Normal di bawah
- TFU : 2 - TFU : 2 - TFU : 2 pusat,
jari di jari di jari di kontraksi
bawahpusat bawah bawah baik
, kontraksi pusat, pusat, - L/O :
baik kontraksi kontraksi Tertutup
- L/O : baik baik verban.
Tertutup - L/O : - L/O : Kesan :
verban. Tertutup Tertutup kering
Kesan : verban. verban. - P/V : (-),
kering Kesan : Lochia
- P/V : (-), Kesan : kering (+)Rubra
Lochia kering - P/V : (-), - BAK : (+)
(+)Rubra - P/V : (-), Lochia Spontan &
- BAK : (+) Lochia (+)Rubra Lancar
via kateter, (+)Rubra - BAK : (+) - BAB :
UOP - BAK : (+) Spontan (-),Flatus (+)
=100 via kateter, - BAB :
cc/jam UOP (-),Flatus
- BAB : =50 cc/jam (+)
(-),Flatus (-) - BAB :
(-),Flatus (-)
34
-Inj -Inj -Inj Comp 2x1
ketorolac ketorolac ketorolac Tab
30mg/12ja 30mg/12ja 30mg/12ja
m/iv m/iv m/iv R /: PBJ
-Inj -Inj -Inj
Ranitidine Ranitidine Ranitidine
50 mg/ 12 50 mg/ 12 50 mg/ 12
jam /iv jam /iv jam /iv
R/ : R/: R/:
Monitoring Aff kateter Aff infuse
kontraksi,pe Mobilisasi Terapi oral
rdarahan
pervaginam
, tanda vital
Cek DR
post operasi
35
BAB V
DISKUSI KASUS
TEORI KASUS
Plasenta previa
Fetal
Fetal distress
Indikasi Relatif
Maternal
SC yang berulang
Uteroplasenta
Full-thickness myomectomy
Fetal
Malpresentasi janin
Makrosomia
Anomali (hidrosefalus)
Infeksi uterus
Plasenta previa
37
Plasenta akreta
histerektomi
BAB VI
CLINICAL SUMMARY
38
Ny. M, 38 tahun, G2P1A0, Batak, Kristen Protestan, S1, PNS, menikah dengan
Tn. H, 35 th, Batak, Kristen Protestan, S1, wirausaha. Pasien dirawat dr. Rumah Sakit
Umum Pirngadi pada 09 September 2019, pukul 10.20 Pagi Pasien merupakan
pasien rujukan dari salah satu dokter Sp.OG di RSUD Pirngadi yang direncanakan
untuk tindakan Sectio Caesarea.
Keluhan mules-mules (-), keluar lendir dan darah (-) nyeri epigastrium (-). Riwayat
SC 1X. BAB dan BAK dalam batas normal. Riwayat tekanan darah tinggi pada
kehamilan sebelumnya tidak dijumpai. Riwayat darah tinggi pada kehamilan ini tidak
dijumpai. Riwayat HPHT 2 Desember 2018, TTP 09 September 2019, siklus haid
teratur. ANC (+) 1x Bidan, 5X dengan SpOG. Riwayat persalinan (1) Perempuan ,
Aterm, 3700 gr, C-section a / i panggul sempit, SpOG, Rumah Sakit, 10 Tahun, Sehat
(2009).(2) hamil ini.
Pada pasien ini memenuhi indikasi SC antara lain adanya riwayat Sectio
Caesarea sebanyak 1X. Sectio Caesarea ulangan adalah persalinan dengan Sectio
Caesarea yang dilakukan pada seorang pasien yang pernah mengalami Sectio
Caesarea pada persalinan sebelumnya, elektif maupun emergensi. Hal ini perlu
dilakukan jika ditemui hal-hal seperti, indikasi yang menetap pada persalinan
sebelumnya seperti kasus panggul sempit, adanya kekhawatiran ruptur uteri pada
bekas operasi sebelumnya.
39
DAFTAR PUSTAKA
1. Benson RC, Pernoll ML. Buku Saku Obstetri Dan Ginekologi. Jakarta: EGC;
2013.
5. Norwitz ER, Schorge JO. Obstetrics and Gynecology. Fourth Edi.; 2013.
6. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JC, Wenstrom
KD. Kehamilan multijanin. Dalam: Hartono A, Suyono YJ, Pendit BU (alih
bahasa). Obstetri Williams. Volume 1 edisi 21. Jakarta: Penerbit buku
kedokteran EGC, 2014. h. 852-897 33
40
9. Wiknjosastro,H. distosia karena kelainan panggul, Saifuddin,BA.
Rachimhadi,T. ilmu kebidanan. Edisi 3. Yayasan bina pustaka sarwono
prawirohardjo. Jakarta. 2006. Bab 7. Hal; 637-647.
41