Disusun oleh :
Adha Tazakka
P17420213040
2B
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut WHO (World Health Organisation) melalui pemantauan ibu
meninggal di berbagai belahan dunia memperkirakan bahwa setiap tahun
jumlah 500.000 ibu meninggal disebabkan kehamilan, persalinan dan nifas
(Depkes, 2002).
Salah satu Tujuan Pembangunan Millenium (MDG) 2015 adalah perbaikan
kesehatan maternal. Kematian Maternal dijadikan ukuran keberhasilan
terhadap pencapaian target MDG-5, adalah penurunan 75 % rasio
kematian maternal (Adriaansz. G. 2006). Di negara-negara sedang
berkembang frekuensi dilaporkan berkisar antara 0,3% - 0,7 %, sedangkan
di negara negara maju angka tersebut lebih kecil yaitu 0,05 % - 0,1 %
(informasi wadah organisasi islamiah, 2008).
Dalam periode sekarang ini asuhan masa nifas sangat diperlukan karena
merupakan masa kritis baik ibu maupun bayi. Diperkirakan 60% kematian
ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa
nifas
terjadi
dalam
24
jam
pertama
(Prawirohardjo,
2005).
Kasus panggul sempit dapat meningkatkan resiko kematian pada ibu dan
bayi sehingga diperlukan salah satu cara alternative lain dengan
mengeluarkan hasil konsepsi melalui pembuatan sayatan pada dinding
uterus melalui dinding perut yang di sebut Sectio Caesarea (Mochtar,
1998)
Beberapa kerugian dari persalinan yang dijalani melalui bedah caesar,
yaitu adanya komplikasi lain yang dapat terjadi saat tindakan bedah caesar
dengan frekuensi di atas 11%, antara lain cedera kandung kemih, cedera
rahim, cedera pada pembuluh darah, cedera pada usus, dan infeksi yaitu
infeksi pada rahim/endometritis, alat-alat berkemih, usus, serta infeksi
akibat luka operasi. Pada operasi caesar yang direncanakan angka
BAB II
KONSEP TEORI
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Pengertian
a. Pengertian Sectio Caesaria
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin
dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan
dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat
janin di atas 500 gram (Sarwono, 2009).
Sectio Caesaria ialah tindakan untuk melahirkan janin
dengan berat badan diatas 500 gram melalui sayatan pada dinding
uterus yang utuh (Gulardi & Wiknjosastro, 2006).
Sectio caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin
dengan membuka dinding perut dan dinding rahim (Mansjoer,
2002).
b. Pengertian Cephalopelvik Disproporsi
CPD adalah tidak ada kesesuaian antara kepala janin
dengan bentuk dan ukuran panggul. Disproporsi sefalopelvik
adalah keadaan yang menggambarkan ketidaksesuaian antara
kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat keluar
melalui vagina. (Manuaba, 2000)
Disproporsi
sefalopelvik
adalah
keadaan
yang
1) Ukuran Panggul
a) Pintu Atas Panggul
Pintu Atas Panggul dibentuk oleh promontorium corpus
vertebra sacrum, linea innominata, serta pinggir atas
simfisis. Konjugata diagonalis adalah jarak dari pinggir
bawah simfisis ke promontorium, Secara klinis, konjugata
diagonalis dapat diukur dengan memasukkan jari telunjuk
dan jari tengah yang dirapatkan menyusur naik ke seluruh
permukaan anterior sacrum, promontorium teraba sebagai
penonjolan tulang. Dengan jari tetap menempel pada
promontorium,
tangan
di
vagina
diangkat
sampai
mengurangi
konjugata
diagonalis
1,5
cm,
perdarahan
banyak,
keluhan
pada
7. Pathway
8. Pemeriksaan Penunjang
a
Pemeriksaan elektrolit
bantuan
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang nama, umur,
alamat rumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang
dipakai, status pendidikan dan pekerjaan pasien dan suaminya.
b. Riwayat Kesehatan
1)
Keluhan utama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong
pasien mencari pertolongan atau berobat ke rumah sakit.
Biasanya pada pasien dengan post operasi sectio caesarea hari
1-3 adalah adanya rasa nyeri.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Mulai kapan klien merasakan adanya keluhan, dan usaha apa
saja yang telah dilakukan untuk mengatasi keadaan ini.
3) Riwayat kesehatan dahulu
(a) Riwayat kesehatan klien
Menarche pada usia berapa, haid teratur atau tidak, siklus
haid berapa hari, lama haid, warna darah haid, HPHT
kapan, terdapat sakit waktu haid atau tidak.
(b) Riwayat kehamilan, persalinan dan nipas yang lalu
Hamil dan persalinan berapa kali, anak hidup atau mati,
usia, sehat atau tidak, penolong siapa, nifas normal atau
tidak.
(c) Riwayat pemakaian alat kontrasepsi
Untuk mengetahui jenis KB yang digunakan oleh klien
apakah menggunakan KB hormonal atau yang lainya.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah
dan komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga,
fungsi dan hubungan angota keluarga, kultur dan kepercayaan,
perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi
keluarga tentang penyakit klien dan lain-lain.
c. Pemeriksaan fisik dan pengkajian fungsional
1) Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran dibuktikan melalui pertanyaan sederhana
yang harus dijawab oleh klien atau di suruh untuk melakukan
perintah. Variasi tingkat kesadaran dimulai dari siuman sampai
pembedahan
ketidakmampuan
untuk
menghadapi
situasi baru.
6) Eliminasi
(a) Kateter urinaris indweiling mungkin terpasang: urine jernih
pucat.
(b) Bising usus tidak ada, samar atau jelas.
7) Nutrisi
Abdomen lunak dengan tidak ada distensi pada awal.
8) Nyeri/ ketidaknyamanan
intoleransi
perawatan
pemulihan,
perawatan
diri
dan
dengan
trauma
dan
mampu
untuk
diri
sendiri.
4) Bantu / lakukan latihan ROM pada semua ekstremitas dan sendi,
pakailah gerakan perlahan dan lembut.
Rasional : meningkatkan sirkulasi, meningkatkan mobilisasi
sendi dan mencegah kontraktur dan atrofi otot.
5) Anjurkan klien istirahat.
Rasional : mencegah kelelahan.
6) Tingkatkan aktifitas secara bertahap.
Rasional : aktifitas sedikit demi sedikit dapat dilakukan oleh
klien sesuai yang diinginkan, memberikan rasa tenang dan aman
pada klien emosional.
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, kerusakan
kulit, pemajanan pada patogen.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...... x 24 jam, klien
tidak mengalami infeksi.
Kriteria hasil :
Tidak ada tanda-tanda infeksi (rubor, kalor, dolor, tumor dan
fungsio laesa), tanda-tanda vital normal terutama suhu (36-37 C),
dan pencapaian tepat waktu dalam pemulihan luka tanpa komplikasi.
Intervensi :
1) Monitor tanda-tanda vital.
Rasional: suhu yang meningkat, dapat menunjukkan terjadinya
infeksi (color).
2) Kaji luka pada abdomen dan balutan.
Rasional : mengidentifikasi apakah ada tanda-tanda infeksi adanya
pus.
3) Menjaga kebersihan sekitar luka dan lingkungan klien, rawat luka
dengan teknik aseptik.
Rasional: mencegah kontaminasi silang/penyebaran organisme
infeksius.
4) Dapatkan kultur darah, vagina, dan plasenta sesuai indikasi.
melahirkan
dan
respon
psikologis
sistempendukung.
Rasional : semakin
pada
klien
kejadian
merasakan
dan
ketersediaan
ancaman,
semakin
membatasi
transimisi
ansietas
klien/pasangan.
3) Beri penguatan aspek positif dari ibu dan kondisi janin.
Rasional : memfokuskan pada kemungkinan keberhasilan
hasil akhir dan membantu membawa ancaman yang dirasakan
/ aktual ke dalam perspektif.
4) Anjurkan
klien/pasangan
mengungkapkan
dan memberikan
kesempatan
dan/atau
perasaan/masalah
untuk
mengatasi
menyusun
terhambatnya
memberikan
Kriteria hasil :
Mampu mengungkapkan pemahaman tentang perubahan fisiologis,
kebutuhan-kebutuhan individu, hasil yang diharapkan.
Intervensi :
1) Kaji kesiapan dan motivasi klien untuk belajar
Rasional : penyuluhan
diberikan
untuk
membantu
perubahan
fisiologis
dan
mengidentifikasikan
mengungkapkan
cara
mengurangi
nyeri,
pencapaian
komplikasi.
5. Mampu mengungkapkan perasaan takut, tampak rileks, dan
menggunakan sumber/sistem pendukung dengan efektif.
6. Dapat mengidentifikasi aktivitas yang menentukan
atau
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito. Lynda Juall. Diagnosa Keperawatan: Aplikasi Pada Pasien Klinis.
Jakarta : EGC., Ed.9. 2009.
Doengoes, M. Rencana Perawatan Maternitas / Bayi, EGC : jakarta. 2001.
Fizari,
S.
Perubahan Fisiologi pada
Http://sekuracity/blogspot.com. 2013
Masa
Nifas,
From