Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

SECTIO CAESAREA ATAS INDIKSI CPD / DKP

Disusun oleh :
Adha Tazakka
P17420213040
2B

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
PRODI KEPERAWATAN PURWOKERTO

2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut WHO (World Health Organisation) melalui pemantauan ibu
meninggal di berbagai belahan dunia memperkirakan bahwa setiap tahun
jumlah 500.000 ibu meninggal disebabkan kehamilan, persalinan dan nifas
(Depkes, 2002).
Salah satu Tujuan Pembangunan Millenium (MDG) 2015 adalah perbaikan
kesehatan maternal. Kematian Maternal dijadikan ukuran keberhasilan
terhadap pencapaian target MDG-5, adalah penurunan 75 % rasio
kematian maternal (Adriaansz. G. 2006). Di negara-negara sedang
berkembang frekuensi dilaporkan berkisar antara 0,3% - 0,7 %, sedangkan
di negara negara maju angka tersebut lebih kecil yaitu 0,05 % - 0,1 %
(informasi wadah organisasi islamiah, 2008).
Dalam periode sekarang ini asuhan masa nifas sangat diperlukan karena
merupakan masa kritis baik ibu maupun bayi. Diperkirakan 60% kematian
ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa
nifas

terjadi

dalam

24

jam

pertama

(Prawirohardjo,

2005).

Kasus panggul sempit dapat meningkatkan resiko kematian pada ibu dan
bayi sehingga diperlukan salah satu cara alternative lain dengan
mengeluarkan hasil konsepsi melalui pembuatan sayatan pada dinding
uterus melalui dinding perut yang di sebut Sectio Caesarea (Mochtar,
1998)
Beberapa kerugian dari persalinan yang dijalani melalui bedah caesar,
yaitu adanya komplikasi lain yang dapat terjadi saat tindakan bedah caesar
dengan frekuensi di atas 11%, antara lain cedera kandung kemih, cedera
rahim, cedera pada pembuluh darah, cedera pada usus, dan infeksi yaitu
infeksi pada rahim/endometritis, alat-alat berkemih, usus, serta infeksi
akibat luka operasi. Pada operasi caesar yang direncanakan angka

komplikasinya kurang lebih 4,2% sedangkan untuk operasi caesar darurat


(sectio caesar emergency) berangka kurang lebih 19%. Setiap tindakan
operasi caesar memiliki tingkat kesulitan berbeda-beda. Pada operasi kasus
persalinan macet dengan kedudukan kepala janin pada akhir jalan lahir
misalnya, sering terjadi cedera pada rahim bagian bawah atau cedera pada
kandung kemih (robek). Sedangkan pada kasus bekas operasi sebelumnya
dimana dapat ditemukan perlekatan organ dalam panggul sering
menyulitkan saat mengeluarkan bayi dan dapat pula menyebabkan cedera
pada kandung kemih dan usus (www.tenreng.files.wordpress.com/2008).
Pada tahun 2008 jumlah ibu nifas pada RSUD Abepura dilaporkan
sebanyak 1.575 kasus. dari jumlah ibu nifas Post SC dengan indikasi CPD
(chepalopelvik disproporsi) atau panggul sempit sebanyak 46 kasus
(3,49%) (Laporan medik RSUD Abepura, 2008).

BAB II
KONSEP TEORI
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Pengertian
a. Pengertian Sectio Caesaria
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin
dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan
dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat
janin di atas 500 gram (Sarwono, 2009).
Sectio Caesaria ialah tindakan untuk melahirkan janin
dengan berat badan diatas 500 gram melalui sayatan pada dinding
uterus yang utuh (Gulardi & Wiknjosastro, 2006).
Sectio caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin
dengan membuka dinding perut dan dinding rahim (Mansjoer,
2002).
b. Pengertian Cephalopelvik Disproporsi
CPD adalah tidak ada kesesuaian antara kepala janin
dengan bentuk dan ukuran panggul. Disproporsi sefalopelvik
adalah keadaan yang menggambarkan ketidaksesuaian antara
kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat keluar
melalui vagina. (Manuaba, 2000)
Disproporsi
sefalopelvik

adalah

keadaan

yang

menggambarkan ketidaksesuaian antara kepala janin dan panggul


ibu sehingga janin tidak dapat keluar melalui vagina. Disproporsi
sefalopelvik disebabkan oleh panggul sempit, janin yang besar
ataupun kombinasi keduanya.
Panggul sempit dapat didefinisikan secara anatomi dan
secara obstetri. Secara anatomi berarti panggul yang satu atau lebih
ukuran diameternya berada di bawah angka normal sebanyak 1 cm
atau lebih. Pengertian secara obstetri adalah panggul yang satu atau
lebih diameternya kurang sehingga mengganggu mekanisme
persalinan normal.

1) Ukuran Panggul
a) Pintu Atas Panggul
Pintu Atas Panggul dibentuk oleh promontorium corpus
vertebra sacrum, linea innominata, serta pinggir atas
simfisis. Konjugata diagonalis adalah jarak dari pinggir
bawah simfisis ke promontorium, Secara klinis, konjugata
diagonalis dapat diukur dengan memasukkan jari telunjuk
dan jari tengah yang dirapatkan menyusur naik ke seluruh
permukaan anterior sacrum, promontorium teraba sebagai
penonjolan tulang. Dengan jari tetap menempel pada
promontorium,

tangan

di

vagina

diangkat

sampai

menyentuh arcus pubis dan ditandai dengan jari telunjuk


tangan kiri. Jarak antara ujung jari pada promontorium
sampai titik yang ditandai oleh jari telunjuk merupakan
panjang konjugata diagonalis.Konjugata vera yaitu jarak
dari pinggir atas simfisis ke promontorium yang dihitung
dengan

mengurangi

konjugata

diagonalis

1,5

cm,

panjangnya lebih kurang 11 cm. Konjugata obstetrika


merupakan konjugata yang paling penting yaitu jarak antara
bagian tengah dalam simfisis dengan promontorium,
Selisihantara konjugata vera dengan konjugata obstetrika
sedikit sekali.
b) Panggul Tengah
Panggul Tengah (Pelvic Cavity) Ruang panggul ini
memiliki ukuran yang paling luas. Pengukuran klinis
panggul tengah tidak dapat diperoleh secara langsung.
Terdapat penyempitan setinggi spina isciadika, sehingga
bermakna penting pada distosia setelah kepala engagement.
Jarak antara kedua spina ini yang biasa disebut distansia
interspinarum merupakan jarak panggul terkecil yaitu
sebesar 10,5 cm. Diameter anteroposterior setinggi spina
isciadica berukuran 11,5 cm. Diameter sagital posterior,

jarak antara sacrum dengan garis diameter interspinarum


berukuran 4,5 cm.3,4.
c) Pintu Bawah Panggul
Pintu Bawah Panggul, bukanlah suatu bidang datar namun
terdiri dari dua segitiga dengan dasar yang sama yaitu garis
yang menghubungkan tuber isciadikum kiri dan kanan.
Pintu bawah panggul yang dapat diperoleh melalui
pengukuran klinis adalah jarak antara kedua tuberositas
iscii atau distansia tuberum (10,5 cm), jarak dari ujung
sacrum ke tengah-tengah distensia tuberum atau diameter
sagitalis posterior (7,5 cm), dan jarak antara pinggir bawah
simpisis ke ujung sacrum (11,5 cm).
c. Pengertian Sectio Caesarea dengan Indikasi DKP / CPD
Sectio Caesarea dengan Indikasi DKP / CPD adalah suatu
operasi yang dilakukan untuk mengeluarkan janin dengan cara
melakukan insisi pada perut bagian depan dan dinding rahim
dikarenakan ketidaksesuaian antara pnggul ibu dan kepala janin.
2. Jenis Sectio Caesarea Berdasarkan Teknik Penyayatan
a.

Seksio sesarea klasik atau corporal


Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus
uteri kira-kira 10 cm. Kelebihannya antara lain : mengeluarkan janin
dengan cepat, tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih
tertarik, dan sayatan bisa diperpanjang proksimal dan distal.
Sedangkan kekurangannya adalah infeksi mudah menyebar secara
intraabdominal karena tidak ada peritonealis yang baik, untuk
persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi ruptur uteri spontan.
b.

Seksio sesarea ismika atau profundal


Dilakukan dengan melakukan sayatan melintang konkat pada
segmen bawah rahim (low servikal transversal) kira-kira 10 cm.
Kelebihan dari sectio caesarea ismika, antara lain : penjahitan
luka lebih mudah, penutupan luka dengan reperitonealisasi yang
baik, tumpang tindih dari peritoneal flop baik untuk menahan

penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum, dan kemungkinan


ruptur uteri spontan berkurang atau lebih kecil. Sedangkan
kekurangannya adalah luka melebar sehingga menyebabkan uteri
pecah dan menyebabkan

perdarahan

banyak,

keluhan

pada

kandung kemih post operasi tinggi.


c.

Seksio sesarea ekstra peritonealis


Yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis dan tidak membuka
cavum abdominal.

3. Klasifikasi Sectio Caesarea


a. Seksio Sesarea Primer
Dari semula telah direncanakan bahwa janin akan dilahirkan
secara seksio sesarea, tidak diharapkan lagi kelahiran biasa, misalnya
pada panggul sempit.
b. Seksio Sesarea Sekunder
Dalam hal ini kita bersikap mencoba menunggu kelahiran biasa,
bila tidak ada kemajuan persalinan, baru dilakukan seksio sesarea.
c. Seksio Sesarea Ulang
Ibu pada kehamilan lalu mengalami seksio sesarea dan pada
kehamilan selanjutnya dilakukan seksio sesarea ulang.
d. Seksio Sesarea Postmortem
Seksio sesarea yang dilakukan segera pada ibu hamil cukup
bulan yang meninggal tiba-tiba sedangkan janin masih hidup.

4. Etiologi CPD (Cephalus Pelvix Disproporsional)


Penyebab dari Cephalopelvic Disproportion sendiri antara lain oleh
karena :
a. Kapasitas panggul yang kecil atau ukuran panggul yang sempit
b. Ukuran janin yang terlalu besar atau yang paling sering
menyebabkan CPD
c. Kedua hal di atas yang terjadi pada saat yang bersamaan

d. Pola Kelainan Persalinan, Diagnostik, Kriteria dan Metode


Penanganannya
Pola Persalinan Kriteria Diagnostik Penanganan yang dianjurkan
Penanganan Khusus Panggul dengan ukuran normal tidak akan
mengalami kesukaran kelahiran pervaginam pada janin dengan
berat badan yang normal. Ukuran panggul dapat menjadi lebih
kecil karena pengaruh gizi, lingkungan atau hal lain sehingga
menimbulkan kesulitan pada persalinan pervaginam. Panggul
sempit yang penting pada obstetric bukan sempit secara anatomis
namun panggul sempit secara fungsional artinya perbandingan
antara kepala dan panggul. Selain panggul sempit dengan ukuran
yang kurang dari normal, juga terdapat panggul sempit
lainnya. Panggul ini digolongkan menjadi empat, yaitu:
1) Kelainan karena gangguan pertumbuhan intrauterine: panggul Naegele,
panggul Robert, split pelvis, panggul asimilasi.
2) Kelainan karena kelainan tulang dan/ sendi: rakitis, osteomalasia,
neoplasma, fraktur, atrofi, nekrosis, penyakit pada sendi sakroiliaka dan
sendi sakrokoksigea.
3) Kelainan panggul karena kelainan tulang belakang: kifosis, skoliosis,
spondilolistesis.
4) Kelainan panggul karena kelainan pada kaki: koksitis, luksasio koksa,
atrofi atau kelumpuhan satu kaki. Setiap penyempitan pada diameter
panggul yang mengurangi kapasitas panggul dapat menyebabkan distosia
saat persalinan. penyempitan dapat terjadi pada pintu atas panggul, pintu
tengah panggul, pintu bawah panggul, atau panggul yang menyempit
seluruhnya.
5. Tanda dan Gejala
Gejala klinis dari CPD sendiri antara lain : janin belum masuk PAP
pada usia kehamilan 36 minggu (primipara), 38 mg (multipara)
6. Patofisiologi

Patofisiologi terjadinya SC ini berhubungan erat dengan penyebab


CPD itu sendiri. Yaitu kapasitas panggul atau ukuran panggul yang
sempit dan ukuran janin yang terlalu besar. Sehingga tidak janin tidak
dapat dikeluarkan melalui jalan lahir (pervaginam) dan dilakukan sectio
caesarea.

7. Pathway

8. Pemeriksaan Penunjang
a

Hemoglobin atau hematokrit (Hb/Ht) untuk mengkaji perubahan dari


kadar pra operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada
pembedahan.

Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi

Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah

Urinalisis / kultur urine

Pemeriksaan elektrolit

9. Komplikasi Sectio Caesarea


a. Infeksi puerpuralis (nifas)
1)
Ringan : Dengan kenaikan suhu beberapa hari saja
2)
Sedang : Dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai
3)

dehidrasi atau perut sedikit kembung


Berat : Dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal
ini sering kita jumpai pada partus terlantar dimana sebelumnya
telah terjadi infeksi intrapartal karena ketuban yang telah pecah
terlalu lama.

b. Perdarahan, disebabkan karena :


1) Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
2) Atonia uteri
3) Perdarahan pada placenta bed
c. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih
bila reperitonialisasi terlalu tinggi.
d. Kemungkinan rupture uteri spontan pada kehamilan mendatang.
10. Penatalaksanaan Pasca Operasi Sectio Caesarea
Penatalaksanaan post operasi sectio caesarea, antara lain :
a. Periksa dan catat tanda - tanda vital setiap 15 menit pada 1 jam
pertama dan 30 menit pada 4 jamkemudian.
b. Perdarahan dan urin harus dipantau secara ketat.
c. Pemberian tranfusi darah, bila terjadi perdarahan post partum.
d. Pemberian antibiotika.
Walaupun pemberian antibiotika sesudah sesar efektif dapat
dipersoalkan, namun pada umumnya pemberiannya dianjurkan.
e. Mobilisasi.
Pada hari pertama setelah operasi penderita harus turun dari
tempat tidur dengan dibantu, paling sedikit 2 kali. Pada hari
kedua penderita sudah dapat berjalan ke kamar mandi dengan

bantuan

B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang nama, umur,
alamat rumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang
dipakai, status pendidikan dan pekerjaan pasien dan suaminya.
b. Riwayat Kesehatan
1)
Keluhan utama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong
pasien mencari pertolongan atau berobat ke rumah sakit.
Biasanya pada pasien dengan post operasi sectio caesarea hari
1-3 adalah adanya rasa nyeri.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Mulai kapan klien merasakan adanya keluhan, dan usaha apa
saja yang telah dilakukan untuk mengatasi keadaan ini.
3) Riwayat kesehatan dahulu
(a) Riwayat kesehatan klien
Menarche pada usia berapa, haid teratur atau tidak, siklus
haid berapa hari, lama haid, warna darah haid, HPHT
kapan, terdapat sakit waktu haid atau tidak.
(b) Riwayat kehamilan, persalinan dan nipas yang lalu
Hamil dan persalinan berapa kali, anak hidup atau mati,
usia, sehat atau tidak, penolong siapa, nifas normal atau
tidak.
(c) Riwayat pemakaian alat kontrasepsi
Untuk mengetahui jenis KB yang digunakan oleh klien
apakah menggunakan KB hormonal atau yang lainya.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah
dan komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga,
fungsi dan hubungan angota keluarga, kultur dan kepercayaan,
perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi
keluarga tentang penyakit klien dan lain-lain.
c. Pemeriksaan fisik dan pengkajian fungsional
1) Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran dibuktikan melalui pertanyaan sederhana
yang harus dijawab oleh klien atau di suruh untuk melakukan
perintah. Variasi tingkat kesadaran dimulai dari siuman sampai

ngantuk, harus di observasi dan penurunan tingkat kesadaran


merupakan gejala syok.
2) Sistem pernafasan
Respirasi bias meningkat atau menurun. Pernafasan yang ribut
dapat terdengar tanpa stetoskop. Bunyi pernafasan akibat lidah
jatuh kebelakang atau akibat terdapat secret. Suara paru yang
kasar merupakan gejala terdapat secret pada saluran nafas .
Usaha batuk dan bernafas dalam dilaksalanakan segera pada
klien yang memakai anaestesi general.
3) Sistem perkemihan
Retensi urine paling umum terjadi setelah

pembedahan

ginekologi, klien yang hidrasinya baik biasanya kencing setelah


6 sampai 8 jam setelah pembedahan. Jumlah autput urine yang
sedikit akibat kehilangan cairan tubuh saat operasi, muntah
akibat anestesi.
4) Sistem pencernaan
Fungsi gastrointestinal biasanya pulih pada 24-74 jam setelah
pembedahan, tergantung pada kekuatan efek narkose pada
penekanan intestinal. Ambulatori perlu diberikan untuk
menghilangkan gas dalam usus.
5) Integritas ego
(a) Dapat menunjukkan labilitas emosional, dari kegembiraan,
sampai ketakutan, marah atau menarik diri.
(b) Klien/ pasangan dapat memiliki pertanyaan atau salah
terima peran dalam pengalaman kelahiran, mungkin
mengekspresikan

ketidakmampuan

untuk

menghadapi

situasi baru.
6) Eliminasi
(a) Kateter urinaris indweiling mungkin terpasang: urine jernih
pucat.
(b) Bising usus tidak ada, samar atau jelas.
7) Nutrisi
Abdomen lunak dengan tidak ada distensi pada awal.
8) Nyeri/ ketidaknyamanan

Mungkin mengeluh ketidaknyamanan dari berbagai sumber.


Misal: trauma bedah/ insisi, nyeri penyerta, distensi kandung
kemih/ abdomen, efek-efek anestesia, mulut mungkin kering.
9) Keamanan
(a) Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda kering dan
utuh.
(b) Jalur parental bila digunakan paten can sisi bebas eritema,
bengkok, nyeri tekan.
10) Seksualitas
(a) Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus.
(b) Aliran lokhia sedang dan bebas bekuan berlebihan/banyak.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan trauma pembedahan, efek anestesi, efek
hormonal, distensi kandung kemih. (Doenges, 2001)
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan

intoleransi

aktivitas dan nyeri. (Judith, 2005)


c. Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan
tubuh terhadap bakteri sekunder pembedahan. (Doenges, 2001)
d. Ansietas
berhubungan
dengan
perubahan
peran
atau
transmisi interpersonal. (Doenges, 2001)
e. Tidak efektifnya laktasi berhubungan dengan terhambatnya
pengeluaran ASI, perpisahan dengan bayi. (Carpenito, 2009)
f. Kurang pengetahuan berhubungan dengan mengenai perubahan
fisiologis, periode
kebutuhan

perawatan

pemulihan,

perawatan

diri

dan

dengan

trauma

diri. (Doenges, 2001)

3. Rencana Tindakan dan Implementasi


a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan

pembedahan, efek anastesi, efek hormonal dan distensi kandung


kemih.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ........x 24 jam, klien
tidak mengalami nyeri.
Kriteria hasil :
Mampu mengidentifikasikan cara mengurangi nyeri, mengungkapkan
keinginan untuk mengontrol nyerinya,

dan

mampu

untuk

tidur/istirahat dengan tepat.


Intervensi :
1) Kaji nyeri, perhatikan lokasi, intensitas, dan lamanya.
Rasional : memberikan informasi untuk membantu memudahkan
tindakan keperawatan.
2) Ajarkan dan catat tipe nyeri serta tindakan untuk mengatasi nyeri.
Rasional : meningkatkan persepsi klien terhadap nyeri yang
dialaminya.
3) Ajarkan teknik relaksasi distraksi
Rasional : meningkatkan kenyamanan klien.
4) Pertahankan tirah baring bila diindikasikan.
Rasional : tirah baring diperlukan pada awal selama fase reteksi
akut.
5) Anjurkan menggunakan kompres hangat.
Rasional : membantu mengurangi nyeri dan meningkatkan
kenyamanan klien.
6) Berikan obat sesuai indikasi
Rasional : mengurangi nyeri.
7) Masukan kateter dan dekatkan untuk kelancaran drainase.
Rasional : pengaliran kandung kemih menurunkan tegangan.
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan intoleransi aktivitas dan
nyeri.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...... x 24 jam,
gangguan mobilitas fisik teratasi.
Kriteria hasil :
Tidak adanya kontraktur, meningkatkan kekuatan bagian tubuh yang
sakit/kompensasi dan mendemonstrasikan teknik atau perilaku yang
memungkinkan melakukan kembali aktivitas.
Intervensi :
1) Kaji fungsi motorik dengan menginstruksikan pasien untuk
melakukan gerakan.
Rasional : mengevaluasi keadaan khusus.pada beberapa lokasi
trauma mempengaruhi tipe dan pemilihan intervensi.
2) Catat tipe anestesi yang diberikan pada saat intra partus pada
waktu klien sadar.
Rasional : pengaruh anestesi dapat mempengaruhi aktifitas klien.

3) Berikan suatu alat agar pasien mampu untuk meminta


pertolongan, seperti bel atau lampu pemanggil.
Rasional : Membuat pasien memiliki rasa aman, dapat
mengatur

diri

dan mengurangi ketakutan karena ditinggal

sendiri.
4) Bantu / lakukan latihan ROM pada semua ekstremitas dan sendi,
pakailah gerakan perlahan dan lembut.
Rasional : meningkatkan sirkulasi, meningkatkan mobilisasi
sendi dan mencegah kontraktur dan atrofi otot.
5) Anjurkan klien istirahat.
Rasional : mencegah kelelahan.
6) Tingkatkan aktifitas secara bertahap.
Rasional : aktifitas sedikit demi sedikit dapat dilakukan oleh
klien sesuai yang diinginkan, memberikan rasa tenang dan aman
pada klien emosional.
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, kerusakan
kulit, pemajanan pada patogen.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...... x 24 jam, klien
tidak mengalami infeksi.
Kriteria hasil :
Tidak ada tanda-tanda infeksi (rubor, kalor, dolor, tumor dan
fungsio laesa), tanda-tanda vital normal terutama suhu (36-37 C),
dan pencapaian tepat waktu dalam pemulihan luka tanpa komplikasi.
Intervensi :
1) Monitor tanda-tanda vital.
Rasional: suhu yang meningkat, dapat menunjukkan terjadinya
infeksi (color).
2) Kaji luka pada abdomen dan balutan.
Rasional : mengidentifikasi apakah ada tanda-tanda infeksi adanya
pus.
3) Menjaga kebersihan sekitar luka dan lingkungan klien, rawat luka
dengan teknik aseptik.
Rasional: mencegah kontaminasi silang/penyebaran organisme
infeksius.
4) Dapatkan kultur darah, vagina, dan plasenta sesuai indikasi.

Rasional : mengidentifikasi organisme yang menginfeksi dan


tingkat keterlibatan.
5) Catat hemoglobin dan hematokrit. Catat perkiraan kehilangan
darah selama prosedur pembedahan.
Rasional : risiko
infeksi
pasca
penyembuhan

melahirkan

dan

buruk meningkat bila kadar hemoglobin rendah

dan kehilangan darah berlebihan.


6) Berikan antibiotik pada praoperasi
Rasional : mencegah terjadinya proses infeksi
d. Ansietas berhubungan dengan perubahan peran atau transmisi
interpersonal.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ......x 24 jam, rasa
cemas teratasi.
Kriteria hasil :
Mampu mengungkapkan perasaan takut, tampak rileks, dan
menggunakan sumber/sistem pendukung dengan efektif.
Intervensi :
1) Kaji

respon

psikologis

sistempendukung.
Rasional : semakin

pada

klien

kejadian

merasakan

dan

ketersediaan

ancaman,

semakin

besar tingkat ansietas.


2) Tetap bersama klien dan tenang. Bicara perlahan. Tunjukkan
empati.
Rasional : membantu
interpersonal,

membatasi

transimisi

ansietas

dan mendemonstrasikan perhatian terhadap

klien/pasangan.
3) Beri penguatan aspek positif dari ibu dan kondisi janin.
Rasional : memfokuskan pada kemungkinan keberhasilan
hasil akhir dan membantu membawa ancaman yang dirasakan
/ aktual ke dalam perspektif.
4) Anjurkan
klien/pasangan

mengungkapkan

mengekspresikan perasaan (menangis).


Rasional : membantu mengidentifikasi
negative

dan memberikan

kesempatan

dan/atau

perasaan/masalah
untuk

mengatasi

perasaan ambivalen atau teratasi/berduka. Kepercayaan diri dan


penerimaan serta menurunkan ansietas.
5) Berikan masa privasi. Kurangi rangsang lingkungan, seperti
jumlah orang yang ada, sesuai keinginan klien.
Rasional : untuk menginternalisasi informasi,
e.

sumber-sumber, dan mengatasi dengan efektif.


Tidak efektifnya laktasi berhubungan dengan

menyusun

terhambatnya

pengeluaran ASI, perpisahan dengan bayi.


Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama .......x 24 jam, laktasi
efektif
Kriteria hasil :
Dapat mengidentifikasi aktivitas yang menentukan atau meningkatkan
menyusui yang berhasil.
Intervensi :
1) Kaji isapan bayi, jika ada lecet pada putting.
Rasional : menentukan kermampuan untuk

memberikan

perawatan yang tepat.


2) Anjurkan klien breast care dan menyusui yang efektif.
Rasional : mempelancar laktasi.
3) Anjurkan klien memberikan asi esklusif.
Rasional : ASI dapat memenuhu kebutuhan nutrisi bagi bayi
sehingga pertumbuhan optimal.
4) Berikan informasi untuk rawat gabung.
Rasional : menjaga meminimalkan tidak efektifnya laktasi
5) Anjurkan bagaimana cara memeras, menyimpan, dan mengirim
atau memberikan ASI dengan aman.
Rasional : menjaga agar ASI tetap bisa digunakan dan tetap
higienis bagi bayi.
f. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi mengenai
perubahan fisiologis, periode pemulihan, dan kebutuhan perawatan
diri.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama .......x 24 jam, klien
menunjukan pengetahuan mengenai perubahan fisiologis, periode
pemulihan, dan kebutuhan perawatan diri.

Kriteria hasil :
Mampu mengungkapkan pemahaman tentang perubahan fisiologis,
kebutuhan-kebutuhan individu, hasil yang diharapkan.
Intervensi :
1) Kaji kesiapan dan motivasi klien untuk belajar
Rasional : penyuluhan
diberikan
untuk

membantu

mengembangkan pengetahuan ibu, maturasi dan kompetensi.


2) Kaji keadaan fisik klien.
Rasional : ketidaknyamanan dapat mempengaruhi konsentrasi
dalam menerima penyuluhan.
3) Berikan informasi tentang

perubahan

fisiologis

dan

psikologis yang normal.


Rasional : membantu klien mengenali perubahan normal.
4) Diskusikan program latihan yang tepat, sesuai ketentuan.
Rasional : program latihan dapat membantu tonus otot-otot,
meningkatkan sirkulasi, menghasilkan gambaran keseimbangan
tubuh dan meningkatkan perasaan sejahtera.
5) Demonstrasikan teknik-teknik perawatan diri.
Rasional : Membantu orang tua dalam penguasaan tugas-tugas
baru.
4. Evaluasi
1. Mampu

mengidentifikasikan

mengungkapkan

cara

mengurangi

nyeri,

keinginan untuk mengontrol nyerinya, dan

mampu untuk tidur/istirahat dengan tepat.


2. Tanda-tanda vital stabil, turgor kulit normal, membran mukosa
lembab, dan pengeluaran urine yang sesuai.
3. Tidak adanya kontraktur, meningkatkan kekuatan bagian tubuh yang
sakit / kompensasi dan mendemonstrasikan teknik atau perilaku
yang memungkinkan melakukan kembali aktivitas.
4. Tidak ada tanda-tanda infeksi (rubor, kalor, dolor, tumor dan
fungsio laesa), tanda-tanda vital normal terutama suhu (36-37 C),
dan

pencapaian

tepat waktu dalam pemulihan luka tanpa

komplikasi.
5. Mampu mengungkapkan perasaan takut, tampak rileks, dan
menggunakan sumber/sistem pendukung dengan efektif.
6. Dapat mengidentifikasi aktivitas yang menentukan

atau

meningkatkan menyusui yang berhasil.


7. Mampu mengungkapkan pemahaman tentang perubahan fisiologis,
kebutuhan - kebutuhan individu, hasil yang diharapkan.

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito. Lynda Juall. Diagnosa Keperawatan: Aplikasi Pada Pasien Klinis.
Jakarta : EGC., Ed.9. 2009.
Doengoes, M. Rencana Perawatan Maternitas / Bayi, EGC : jakarta. 2001.
Fizari,

S.
Perubahan Fisiologi pada
Http://sekuracity/blogspot.com. 2013

Masa

Nifas,

From

Hincliff, S. Kamus Keperawatan, Jakarta: EGC. 2000.


Judith M. Wilkinson, Nancy R. Ahern. Buku Saku Diagnosis Keperawatan,
Diagnosa NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC;
2005.
Mansjoer, A. Dasar-dasar Keperwatan Maternitas, EGC : jakarta. 2001.
Manuaba, I. B. G. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan, Jakarta: EGC. 2002.
Manuaba, I. B. G. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Arcan : Jakarta.
2000.

Mochtar, R. Sinopsis obstetri : obstetri operatif, obstetri sosial, jilid 2. EGC :


Jakarta. 2002.
Prawirohardjo, S. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. 2002.
Syaifudin, Abdul Bari, Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Bina
Pustaka : Jakarta. 2002.
Winkjosastro, H. Dkk. Ilmu kebidanan, Bina Pustaka : Jakarta. 2002.

Anda mungkin juga menyukai