Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

R DENGAN
DIAGNOSA MEDIS P1A0 POST SC DI RUANGAN
PNC (BAJI GAU) RUMAH SAKIT
LABUANG BAJI

DI SUSUN

OLEH

NAMA : HUSNUL KHATIMAH

NIM : 7119201724

PROGRAM STUDI : PROFESI NERS

Pembimbing Lahan Pembimbing Institusi

..………………. ...………………

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN FAMIKA


MAKASSAR TAHUN AJARAN
2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN SECTIO CAESAREA DENGAN GEMELI

A. Tinjauan Teori
1. Konsep Dasar Sectio Caesarea
a. Pengertian Sectio Caesarea
Sectio Caesarea adalah suatu pembedahan guna
melahirkan anak lewat insisi pada dinding abdomen dan
uterus (Hakimi, 2010). Menurut Amrusofian,2012 dalam
Nanda Nic Noc, section caesarea adalah suatu cara
melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding
uterus melalui dinding depan perut.
Sectio caesarea adalah cara melahirkan anak dengan
cara melakukan pembedahan/operasi lewat dinding perut
dan dinding uterus untuk melahirkan anak yang tidak bisa
dilahirkan pervaginam atau oleh keadaan lainnya yang
mengancam ibu dan bayi yang mengharuskan kelahiran
dengan cara segera sedangkan persyaratan pervaginam
tidak memungkinkan.
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana
janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut
dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh
serta berat janin di atas 500 gram. Sectio Caesaria ialah
tindakan untuk melahirkan janin dengan berat badan diatas
500 gram melalui sayatan pada dinding uterus yang
utuh. Sectio caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan
janin dengan membuka dinding perut dan dinding rahim
(Muchtar. 2014).
b. Klasifikasi Sectio Caesaria
Jenis-jenis operasi sectio caesarea
1) Sectio caesarea abdomen
2) Sectio caesarea vaginalis
Menurut arah sayatan pada Rahim, section dapat
dilakukan sebagai berikut :
a) Sayatan memanjang (longitudinal) menurut Kronig
b) Sayatan melintang (transversal) menurut Kerr
c) Sayatan huruf T (T-incision)
3) Sectio caesarea klasik (Corporal)
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada
korpus uteri kira-kira sepanjang 10 cm, tetapi saat ini
teknik ini jarang dilakukan karena memiliki banyak
kekurangan namun pada kasus seperti operasi berulang
yang memiliki banyak perlengketan organ cara ini dapat
dipertimbangkan.
4) Sectio caesarea ismika (Profunda)
Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf
pada segmen bawah rahim (low cervical transfersal) kira-
kira sepanjang 10 cm.

c. Etiologi
1) Etiologi yang berdasarkan dari ibu
Pada primigravida dengan kelaianan letak, primi para tua
disertai kelainan letak, disproporsi sefalo pelvik
(disproporsi janin/panggul), riwayat persalinan
buruk,terdapat kesempitan panggul, placenta previa
terutama pada primigravida,sulotio placenta tingkat I-II,
komplikasi kehamilan.
2) Etiologi janin
Fetal distress/gawat janin, mal presentasi dan mal posisi
janin, prolapses tali pusat dengan pembukaan kecil,
kegagalan persalinan vakum atau forceps ekstraksi.

d. Manifestasi Klinis
1. Plasenta previa sentralis dan lateralis ( posterior)
2. Panggul sempit
3. Disporsi sefalopelvik, yaitu ketidakseimbangan antara
ukuran kepala dan ukuran panggul
4. Rupture uteri mengancam
5. Partus lama (prolonged labor)
6. Partus tak maju (obstructed labor)
7. Distosia serviks
8. Pre-eklampsia dan hipertensi
9. Malpresentasi janin
a. Letak lintang
b. Letak bokong
c. Presentasi dahi dan muka (reflek defleksi)
d. Presentasi rangkap jika reposisi tidak berhasil
e. Gemeli

e. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemantauan janin terhadap kesehatan janin
2. Pemantauan EKG
3. JDL demgan diferensial
4. Elektrolit
5. Hemoglobin/Hematokrit
6. Golongan darah
7. Urinalisis
8. Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai
indikasi
9. Pemeriksaan sinar X sesuai indiksasi
10. Ultrasound sesuai pesanan.

f. Komplikasi
1. Hipotensi
Hipotensi lebih sering terjadi pada pasien obstetric
bila dilakukan analgesik spinal dan epidural. Hal ini
disebabkan karena kompresi aorta kaval, hipovolemia
karena perdarahan ante partum, dehidrasi, dan
vasodilatasi perifer pada ibu.
Perdarahan disebabkan karena :
a. Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
b. Atonia uteri
c. Perdarahan pada placenta bed
2. Infeksi puerperai (nifas)
a. Ringan dengan kenaikan suhu beberapa hari saja
b. Sedang, dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi
disertai dehidrasi dan perut sedikit kembung.
c. Berat, dengan peritonitis, sepsis, dan ileus paralitik.

2. Konsep Dasar Kehamilan Ganda (Gemeli)


a. Pengertian
Kehamilan kembar adalah satu kehamilan dengan dua
janin. Kehamilan tersebut selalu menarik perhatian wanita
itu sendiri, dokter dan masyarakat.
Kehamilan kembar adalah satu kehamilan dengan dua
janin. Kehamilan tersebut selalu menarik perhatian wanita
itu sendiri, dokter dan masyarakat. Pada umumnya,
kehamilan dan persalinan membawa resiko bagi janin.
Bahaya bagi ibu tidak sebegitu besar, tetapi wanita
dengan kehamilan kembar memerlukan pengawasan dan
perhatian khusus bila diinginkan hasil yang memuaskan
bagi ibu dan janin. Frekuensi kehamilan kembar juga
meningkat dengan paritas ibu. Dari angka 9,8 per 1000
persalinan untuk primipara frekuensi kehamilan kembar
naik sampai 18,9 per 1000 untuk oktipara. Keluarga
tertentu mempunyai kecenderungan untuk melahirkan
bayi kembar, walaupun pemindahan sifat heriditer kadang-
kadang berlangsung secara paternal, tetapi biasanya hal
itu disini terjadi secara maternal dan pada umumnya
terbatas pada kehamilan dizigotik. (Ilmu Kebidanan, 2002)
Kehamilan ganda dalah kehamilan dengan dua janin
atau lebih. Sejak diketemukan obat-obatan dan cara
induksi ovulasi. (Mochtar, 1998:259)
Kehamilan kembar adalah kehamilan dengan dua janin
atau lebih, sejak ditemukannya obat-obat induksi ovulasi
dari laporan-laporan seluruh pelosok dunia. (Cunningham,
Garry dkk. 2009)
Kehamilan ganda adalah segmentasi satu ovum fertile
(identik,monovuler atau monozigotik) atau fertilisasi ovum
yang terpisah oleh spermatozoa yang berbeda (fraternal
atau dizigotik). (Benson, 2009)

b. Etiologi
Factor-faktor yang mempengaruhi persalinan pada
kehamilan ganda atau gemeli adalah
1. Bangsa
2. Keturunan
3. Obat klomid
4. Hormone gonadotropin
5. Hereditas
6. Umur
7. Paritas

c. Manifestasi Klinis
Pada kehamilan distensi uterus berlebihan sehingga
melewati batas toleransinya dan seringkali terjadi pada
partus prematurus. Kebutuhan ibu akan zat-zat makanan
pada kehamilan kembar bertambah. Frekuensi hidro
amnion kira-kira 10 kali pada kehamilan kembar daripada
kehamilan tunggal. Hidro amnion dapat menyebabkan
uterus renggang sehingga dapat menyebabkan partus
premature, inersia uteri atau perdarahan postpartum.
Solusio plasenta dapat terjadi setelah bayi pertama lahir,
sehingga menyebabkan salah satu faktot kematian bagi
janin kedua. Keluhan karena tekanan uterus yang besar
dapat terjadi, seperti sesak nafas, sering kencing, edema
dan varises pada tungkai bawah dan vulva. Berhubung
uterus renggang secara berlebihan ada dua
kecenderungan terjadinya inersia uteri tetapi keadaan ini
dapat diimbangi oleh bayi yang relative kecil sehingga
lamanya persalinan tidak banyak berbeda dari persalinan
tunggal.

d. Macam-macam Kehamilan Kembar


1. Kehamilan kembar monozygotic
Kehamilan kembar yang terjadi dari satu telur
disebut kembar monozygotic atau disebut juga identik,
homilog atau uniovuler. Kira-kira sepertiga kehamilan
kembar adalah minozygotik. Jenis kehamilan kedua
anak sama, rupanya sama ayau bayangan cermin,
mata kuping, rambut, gigi, kulit, ukuran
antropologikpun sama. Kehamilan kembar
monozygotic mempunyai 1 plasenta, 1 korion
homolog, uniovuler, identik dan 1 atau 2 amnion. Pada
Kehamilan kembar monoamniotik kematian bayi
sangat tinggi karena lilitan tali pusat.
2. Kehamilan kembar dizygotik
Kira-kira dua pertiga kehamilan kembar dizygotik
yang berasal dari dua sel telur disebut juga heterolog,
binovuler atau fraternal. Jenis kelamin sama atau
berbeda, mereka dalah anak-anak lain dalam satu
keluarga. Kembar dizygotik mempunyai biovuler,
heterolog, fraternal, 2 plesenta, 2 korion dan 2
amnion, kadang-kadang 2 plasenta menjadi satu.

3. Konsep Dasar Masa Nifas


a. Pengertian
Nifas (Puerperium) adalah waktu yang diperlukan untuk
pulihnya kembali alat kandungan pada keadaan normal
yang berlangsung 6 minggu atau 42 hari (Manuaba, 1998).
Masa nifas dibagi menjadi 3 periode :
1. Puerperium dini
Suatu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk
berdiri dan berjalan-jalan.
2. Puerperium intermedial
Suatu masa dimana kepulihan dari organ-organ
reproduksi selama kurang lebih enam minggu.
3. Remote puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali
dlam keadaan sempurna terutama ibu bila ibu selama
hamil atau waktu persalinan mengalami komplikasi.
b. Perubahan-perubahan pada masa nifas
1. Perubahan Fisiologis
Perubahan fisiologis pada masa nifas sering disebut
dengan trias nifas yang terdiri dari proses involusi uteri,
lochea, dan laktasi.
a. Proses involusi uteri
Involusi uteri adalah suatu proses kembalinya alat-
alat kandungan/uterus dan jalan lahir yang terjadi
setelah bayi dilahirkan sehingga kemabali ke
keadaan sebelum hamil.
Tabel Tinggi Fundus dan Berat Uterus Menurut
Masa Involusi

Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus


Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
Uri lahir 2 jari di bawah pusat 750 gram
Pertengahan pusat
1 minggu 500 gram
simpisis

Tidak teraba di atas


2 minggu 350 gram
simpisis
6 minggu Bertambah kecil 50 gram
8 minggu Sebesar normal 30 gram
sumber : mochtar, 1998

b. Proses pengeluaran Lochea


Lochea merupakan cairan sekret yang berasal dari
kavum uteri dan vagina dalam masa nifas.
Pengeluaran lochea dapat dibagi menjadi :
1. Lochea Rubra
Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban,
sel-sel desidua verniks kaseosa, lanogo dan
meconium, warna merah kehitaman, keluar
sampai 3 hari pasca persalinan.
2. Lochea Sanguinolenta
Berisi darah segar dan lender, warna merah
kekuningan, keluar sejak hari 3-7 pasca
persalinan
3. Lochea Serosa
Cairan sudah tidak berdarah lagi, warna kuning,
keluar sejak hari 7-14 pasca persalinan.
4. Lochea Alba
Berwarna putih keluar setelah 2 minggu pasca
persalinan
5. Lochea Purulenta
Apabila terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah
dan berbau busuk.

c. Proses Laktasi
Sejak kehamilan muda, sudah terdapat persiapan-
persiapan pada kelenjar-kelenjar mamma untuk
menghadapi masa laktasi. Setelah partus selesai
pengaruh penekanan dari estrogen dan
progesterone terhadap hipofisis hilang sehingga
hormone hipofisis kembali antara lain : prolactin
yang dapat mempengaruhi kelenjar-kelenjar berisi
air susu. Pengaruh oksitosin mengakibatkan
miopitelium kelenjar-kelenjar susu berkontraksi
sehingga pengeluaran air susu. Keluarnya ASI
dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Colostrum
Yaitu ASI yang dihasilkan di hari pertama
sampai hari ke-3 setelah bayi lahir. Colostrum
berwarna kuning yang mengandung antibody
untuk bayi.
2. ASI masa transisi
Yaitu ASI yang dihasilkan mulai hari ke 4-19
3. ASI Matur
Yaitu ASI yang dihasilkan mulai hari ke
10sampai seterusnya.

2. Perubahan Psikososial pada nifas


a) Periode Takin In
Sikap ibu masih bergantung, energy difokuskan pada
perhatian tubuhnya, ditandai dengan ibu tampak
mengulang kmbai pengalaman persalinan. Hal ini
berlangsung 1-2 hari pasca melahirkan.
b) Periode Taking Hold.
Sikap ibu saat ini menaruh perhatian pada
kemampuannya menjadi seorang ibu yang berhasil
menerima peningkatan tanggung jawab
terhadap bayinya, berlangsung 2-4 hari setelah
melahirkan.
c) Periode Letting Go
Sikap ibu saat ini sudah kembali kerumah,
beradaptasi terhadap penurunan otonomi,
kemandirian, dan interaksi sosial.

C. Penatalaksanaan
1. Merawat luka post op
2. Perawatan payudara
3. Pemberian KIE tentang cara menyusui yang baik dan
benar
4. Rawat gabung ibu dengan bayinya.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA SECTIO


CAESAREA
1. Pengkajian
a. Identitas pasien dan penanggung jawab
b. Keluhan utama
c. Riwayat mentruasi
d. Riwayat perkawinan
e. Riwayat Kehamilan, persalinan, dan nifas
f. Riwayat penggunaan kontrasepsi
g. Riwayat penyakit yang pernah diderita
h. Riwayat penyakit keluarga
i. Data bio-psiko-sosial-spiritual
1) Data biologi
2) Data Psiko-sosial
3) Data Spiritual
j. Pemeriksaan fisik
k. Pemeriksaan Penunjang

2. Diagnosa
1. Nyeri (akut) berhubungan dengan trauma jaringan
sekunder terhadap pembedahan
2. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan sisi
masuknya organisme sekunder terhadap pembedahan,
periode pasca partum (pengeluaran lochea), pemasangan
alat-alat eksternal.
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan
fisik
4. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kelembaban
lingkungan sekitar, suhu lingkungan sekitar, dan
kurangnya privasi

3. Perencanaan
1. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan sekunder
terhadap pembedahan

Nyeri akut NOC : NIC : pain


berhubungan  Pain Level, management
dengan: Agen injuri  pain control,  Lakukan pengkajian
(biologi, kimia, fisik,  comfort level nyeri secara
psikologis), Setelah dilakukan komprehensif
kerusakan jaringan tinfakan termasuk lokasi,
keperawatan selama karakteristik, durasi,
DS: …. Pasien tidak frekuensi, kualitas
- Laporan mengalami nyeri, dan faktor presipitasi
secara verbal dengan kriteria hasil:  Observasi reaksi
DO:  Mampu mengontrol nonverbal dari
- Posisi untuk menahan nyeri (tahu ketidaknyamanan
nyeri penyebabnyeri,  Bantu pasien dan
- Tingkah laku berhati-hati mampu keluarga untuk
- Gangguan tidur (mata menggunakan mencari dan
sayu, tampak capek, tehnik menemukan
sulit atau gerakan nonfarmakologi dukungan
kacau, menyeringai) untuk mengurangi  Kontrol lingkungan
- Terfokus pada diri sendiri nyeri, mencari yang dapat
- Fokus menyempit bantuan) mempengaruhi nyeri
(penurunan persepsi  Melaporkan bahwa seperti suhu
waktu, kerusakan nyeri berkurang ruangan,
proses berpikir, dengan pencahayaan dan
penurunan interaksi menggunakan kebisingan
dengan orang dan manajemen nyeri  Kurangi faktor
lingkungan)  Mampu mengenali presipitasi nyeri
Tingkah laku distraksi, nyeri (skala,  Kaji tipe dan sumber
contoh : jalan- jalan, intensitas, frekuensi nyeri untuk
menemui orang lain dan tanda menentukan
dan/atau aktivitas, nyeri) intervensi
aktivitas berulang-  Menyatakan rasa  Ajarkan tentang
ulang) nyaman setelah teknik non
- Respon autonom nyeri berkurang farmakologi: napas
(seperti diaphoresis,  Tanda vital dalam dala, relaksasi,
perubahan tekanan rentang normal distraksi, kompres
darah, perubahan  Tidak mengalami hangat/ dingin
nafas, nadi dan dilatasi gangguan tidur  Berikan analgetik
pupil) untuk mengurangi
- Perubahan autonomic nyeri
dalam tonus otot  Tingkatkan istirahat
(mungkin dalam  Berikan informasi
rentang dari lemah ke tentang nyeri seperti
kaku) penyebab nyeri,
- Tingkah laku ekspresif berapa lama nyeri
(contoh : gelisah, akan berkurang dan
merintih, menangis, antisipasi
waspada, iritabel, nafas ketidaknyamanan
panjang/berkeluh dari prosedur
kesah)
- Perubahan dalam nafsu
makan dan minum
2. Resiko infeksi berhubungan dengan masuknya organisme
sekunder terhadap pembedahan, periode pasca partum, dan
pemasangan alat-alat eksternal

Risiko infeksi NOC : NIC : risk control


 Immune Status  Pertahankan teknik aseptif
Faktor-faktor risiko :  Knowledge : Infection  Batasi pengunjung bila
- Prosedur Infasif control perlu
- Kerusakan jaringan  Risk control  Cuci tangan setiap
dan peningkatan Setelah dilakukan sebelum dan sesudah
paparan lingkungan tindakan keperawatan tindakan keperawatan
- Malnutrisi selama…… pasien  Gunakan baju, sarung
- Peningkatan tidak mengalami tangan sebagai alat
paparan infeksi dengan kriteria pelindung
lingkungan hasil:  Ganti letak IV perifer dan
patogen  Klien bebas dari dressing sesuai dengan
- Imonusupresi tanda dan gejala petunjuk umum
- Tidak adekuat infeksi  Gunakan kateter
pertahanan  Menunjukkan intermiten untuk
sekunder kemampuan untuk menurunkan infeksi
(penurunan Hb, mencegah timbulnya kandung kencing
Leukopenia, infeksi  Tingkatkan intake nutrisi
penekanan respon  Jumlah leukosit  Berikan terapi
inflamasi) dalam batas normal antibiotik:...........................
- Penyakit kronik  Menunjukkan ......
- Imunosupresi perilaku hidup  Monitor tanda dan gejala
- Malnutrisi sehat infeksi sistemik dan lokal
- Pertahan primer tidak  Status imun,  Pertahankan teknik isolasi
adekuat (kerusakan gastrointestinal, k/p
kulit, trauma jaringan, genitourinaria dalam  Inspeksi kulit
gangguan peristaltik)
batas normal dan membran
mukosa terhadap
kemerahan, panas,
drainase
 Monitor adanya luka
 Dorong masukan cairan
 Dorong istirahat
 Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
 Kaji suhu badan pada
pasien neutropenia
setiap 4 jam

3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik


Tujuan : meningkat dalam aktifitas fisik, bisa beraktifitas secara
mandiri

Gangguan mobilitas NOC : NIC :


fisik  Joint Movement : Exercise therapy :
Berhubungan dengan : Active ambulation
- Gangguan  Mobility Level  Monitoring vital sign
metabolisme sel  Self care : ADLs sebelm/sesudah latihan
- Keterlembatan  Transfer dan lihat respon pasien
perkembangan performance saat latihan
- Pengobatan Setelah dilakukan  Konsultasikan dengan
- Kurang support tindakan terapi fisik tentang
lingkungan keperawatan rencana ambulasi
- Keterbatasan ketahan selama….ganggua sesuai dengan
kardiovaskuler n kebutuhan
- Kehilangan integritas mobilitas fisik teratasi  Bantu klien untuk
struktur tulang dengan kriteria hasil: menggunakan tongkat
- Terapi pembatasan  Klien meningkat saat berjalan dan cegah
gerak dalam aktivitas fisik terhadap cedera
- Kurang  Mengerti tujuan  Ajarkan pasien atau
pengetahuan dari tenaga kesehatan lain
tentang peningkatan tentang teknik ambulasi
kegunaan mobilitas  Kaji kemampuan pasien
pergerakan fisik  Memverbalisasikan dalam mobilisasi
- Indeks massa tubuh perasaan dalam  Latih pasien dalam
diatas 75 tahun meningkatkan pemenuhan kebutuhan
percentil sesuai kekuatan dan ADLs secara mandiri
dengan usia kemampuan sesuai kemampuan
- Kerusakan persepsi berpindah  Dampingi dan Bantu
sensori  Memperagakan pasien saat mobilisasi
- Tidak nyaman, nyeri penggunaan alat dan bantu penuhi
- Kerusakan Bantu untuk kebutuhan ADLs ps.
muskuloskeletal mobilisasi  Berikan alat Bantu jika
dan  (walker) klien memerlukan.
neuromuskuler  Ajarkan pasien
- Intoleransi bagaimana merubah
aktivitas/penurunan posisi dan berikan
kekuatan dan bantuan jika diperlukan
stamina, gangguan
peristaltik)
4. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
Tujuan : Ansietas berkurang atau hilang

Kecemasan NOC : NIC :


berhubungan dengan - Kontrol kecemasan Anxiety Reduction
Faktor keturunan, - Koping (penurunan
Krisis situasional, Setelah dilakukan kecemasan)
Stress, perubahan asuhan selama  Gunakan pendekatan
status kesehatan, ……………klien yang menenangkan
ancaman kematian, kecemasan teratasi  Nyatakan dengan
perubahan konsep dgn kriteria hasil: jelas harapan
diri, kurang pengetahuan  Klien mampu terhadap pelaku
dan hospitalisasi mengidentifikasi pasien
dan  Jelaskan semua
DO/DS: mengungkapkan prosedur dan apa
- Insomnia gejala cemas yang dirasakan
- Kontak mata kurang  Mengidentifikasi, selama prosedur
- Kurang istirahat mengungkapkan  Temani pasien untuk
- Berfokus pada diri dan menunjukkan memberikan
sendiri tehnik untuk keamanan dan
- Iritabilitas mengontol cemas mengurangi takut
- Takut  Vital sign dalam  Berikan informasi
- Nyeri perut batas normal faktual mengenai
- Penurunan TD dan  Postur tubuh, diagnosis, tindakan
denyut nadi ekspresi wajah, prognosis
- Diare, mual, kelelahan bahasa tubuh dan  Libatkan keluarga
- Gangguan tidur tingkat aktivitas untuk mendampingi
- Gemetar menunjukkan klien
- Anoreksia, mulut kering berkurangnya  Instruksikan pada
- Peningkatan TD, denyut kecemasan pasien untuk
nadi, RR menggunakan tehnik
- Kesulitan bernafas relaksasi
- Bingung  Dengarkan dengan
- Bloking dalam penuh perhatian
pembicaraan  Identifikasi tingkat
- Sulit berkonsentrasi kecemasan
 Bantu pasien
mengenal situasi
yang menimbulkan
kecemasan
 Dorong pasien untuk
mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi
 Kelola pemberian
obat anti cemas

5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kelembaban


lingkungan sekitar, suhu lingkungan sekitar, dan kurangnya
privasi
Tujuan : gangguan pola tidur teratasi

Gangguan pola tidur NOC: NIC :


berhubungan dengan:  Anxiety Control Sleep Enhancement
- Psikologis : usia tua,  Comfort Level  Determinasi efek-efek
kecemasan, agen  Pain Level medikasi terhadap
biokimia, suhu  Rest : Extent and pola tidur
tubuh, pola aktivitas, Pattern  Jelaskan pentingnya
depresi, kelelahan,  Sleep : Extent ang tidur yang adekuat
takut, kesendirian. Pattern Setelah  Fasilitasi untuk
- Lingkungan : dilakukan tindakan mempertahankan
kelembaban, keperawatan selama …. aktivitas sebelum
kurangnya gangguan pola tidur tidur (membaca)
privacy/kontrol tidur, pasien teratasi dengan  Ciptakan lingkungan
pencahayaan, kriteria hasil: yang nyaman
medikasi (depresan,  Jumlah jam tidur  Kolaburasi
stimulan),kebisingan. dalam batas normal pemberian obat tidur
Fisiologis : Demam,  Pola tidur,kualitas
mual, posisi, urgensi dalam batas
urin. DS: normal
- Bangun lebih awal/lebih  Perasaan fresh
lambat sesudah
- Secara verbal tidur/istirahat
menyatakan tidak Mampu
fresh sesudah tidur mengidentifikasi hal-
DO : hal yang
- Penurunan kemempuan meningkatkan tidur
fungsi
- Penurunan proporsi
tidur REM
- Penurunan proporsi
pada tahap 3 dan 4
tidur.
- Peningkatan proporsi
pada tahap 1 tidur
- Jumlah tidur kurang
dari normal sesuai
usia
4. Pelaksanaan
Pelaksanaan keperawatan merupakan implementasi dari rencana
asuhan keperawatan yang telah disusun sebelumnya berdasarkan
prioritas yang telah dibuat , dimana tidakan yang diberikan
mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi.

5. Evaluasi
1. Nyeri berkurang sampai hilang
2. Infeksi tidak terjadi
3. Meningkat dalam aktifitas fisik
4. Ansietas berkurang atau hilang
5. gangguan pola tidur teratasi
WOC (web of causation)
- panggul sempit - gawat janin
- disproporsi sefalo pelvik - malpresentasi janin
- plasenta previa - distosia servik
- pre-eklamsia dan hipertensi - rupture uteri mengancam

Section caesarea

Luka post operasi

Psikologi Fisiologis

Kurang pengetahuan Perubahan psikologi Jaringan terputus Jaringan terbuka

Penambahan anggota Proteksi kurang


Ansietas
baru Merangsang area
sensorik Invasi bakteri
Tuntutan anggota
baru Nyeri akut Resiko infeksi
Klien mengalami
Bayi menangis hambatan dalam
mobilisasi
Gangguan pola tidur
Hambatan
mobilitas fisik
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L J. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Ahli Bahasa


Monica Ester Edisi 10. Jakarta : EGC

Carpenito, L J.2009. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktik


Klinis. Ahli Bahasa Eka Anisa Mardella Edisi 9. Jakarta : EGC

DEPKES RI. 2005. Modul Kebidanan. Semarang : Dinkes

Jitowiyono, S dan Kristiyanasari, W. 2010. Asuhan Keperawatan Post


Operasi.
Yogyakarta : Nuha Medika

Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta. : Salemba


Medika Nugroho, T. 2010. Buku Ajar Obstetri. Yogyakarta : Nuha
Medika
Nugroho, T. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah Dan
Paenyakit Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika

Oxorn H dan Forte W R. 2003. Patologi dan Fisiologi Persalinan.


Yogyakarta : Yayasan Essentia Medika

Prawirohardjo, S. 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan


Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBP – SP

Prawirohardjo, S. 2008. Ilmu Kebidanan Edisi ke – 4. Jakarta : Bina


Pustaka Saleha, S. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas.
Jakarta : Salemba Medika Sujiyatini. 2009. Asuhan Patologi
Kebidanan. Yogyakarta : Pustaka Nuha Medika
Wilkinson, J M. 2012. Buku Saku Diagnosa Keperawatan NANDA NIC
NOC. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai