Anda di halaman 1dari 15

KONSEP DASAR

A. Definisi

Sectio Caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan

membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005).

Sectio Caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan

membuka dinding perut dan dinding rahim (Mansjoer, 2002).

Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat

sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina

(Nugroho, 2010).

Presentasi bokong adalah janin letak memanjang dengan bagian

terendahnya bokong, kaki, atau kombinasi keduanya (Wiknjosastro, 2009).

Presentasi bokong adalah letak memanjang dengan bagian terbawah

bokong (Fakhrudin, 2009).

Presentasi Bokong merupakan letak memanjang dengan bokong

sebagai bagian yang terendah sehingga kepala berada di fundus uteri dan

bokong berada di bagian bawah kavum uteri (Sarwono, 2005).

B. Etiologi

1. Sectio Caesarea
Persalinan yang digunakan dengan operasi sectio caesarea

dilakukan atas indikasi meliputi:

a. Disproporsi Sevalo Pelvik (CPD)

Dengan adanya sevalo pelvik, kepala janin akan mengadakan

maulage yang akan mengalami sobekan tentonium serebral dan

perdarahan intra cranial (Wiknjosastro, 2002: 644).

b. Gawat janin

Gawat janin terjadi bila janin tidak menerima oksigen yang

cukup sehingga hipoksia (Syaifuddin, 2002: 334).

c. Plasenta previa

Plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dan

menutupi sebagian atau seluruh dari osteum uteri intervena

(Syaifuddin, 2002: 162).

d. Ada riwayat sectio caesarea

Persalinan sectio caesarea dengan riwayat sectio caesarea

dilakukan karena bahaya terjadinya ruptur uteri segmen bawah rahim

dan ada sebab sectio caesarea yang tetap (Wiknjosastro, 2002: 864).

e. Kelainan letak

Pada letak lintang dengan prognosis pervagina kurang baik.

Pada letak lintang kasep, bila janin masih hidup segera dilakukan

sectio caesarea (Wiknjosastro, 2002:627).

f. Pre eklamsia dan hipertensi


Pre eklamsia adalah penyakit dan tanda-tanda hipertensi,

edema, dan protein urine yang timbul karena kehamilan

(Wiknjosastro, 2002: 627).

Indikasi primer sectio caesarea yaitu letak sungsang pada

primigravida, prematuritas dengan sejarah obstetrik jelek dengan

penyakit diabetes mellitus. Dengan perjalanan persalinan (ketuban

pecah pada pembukaan kecil dan pembukaan lambat) dengan

kemungkinan janin besar dengan hipertensi (Manuaba, 2001).

Ada 2 faktor indikasi untuk dilakukan sectio caesarea menurut

Manuaba (2001), yaitu

a. Faktor ibu:

1) Sectio caesarea berulang

2) Kehamilan prematurus

3) Kehamilan dengan resiko tinggi

4) Kehamilan ganda

5) Kehamilan dengan pre eklamsia dan eklamsia

6) Panggul sempit

7) Tumor pada jalan lahir

8) Plasenta previa

9) Rupture uteri

b. Faktor janin:

1) Janin besar melebihi 4000 gram

2) Perdarahan ante partum


3) Letak sungsang

4) Kelainan letak

5) Gawat janin

2. Presentasi bokong

Penyebab terjadinya presentasi bokong tidak diketahui, tetapi

terdapat beberapa factor resiko selain prematuritas, yaitu abnormalitas

structural uterus, polihidroamnion, plasenta previa, multiparitas, mioma

uteri, kehamilan multiple, anomaly janin (anensefali, hidrosefalus) dan

riwayat presentasi bokong sebelumnya (Wiknjosastro, 2009)

C. Pathofisiologi

Pathofisiologi menurut Bagus (2001) yaitu: Adanya beberapa kelainan

atau hambatan pada proses persalinan yang menyebabkan bayi tidak dapat

lahir secara normal atau spontan, misalnya presentasi bokong. Kondisi

tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu sectio

caesarea.

Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin

terhadap ruangan di dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32

minggu, jumlah air ketuban relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan

janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian janin dapat menempatkan

diri dalam presentasi kepala, presentasi bokong atau letak lintang.

Karena berbagai sebab yang belum diketahui begitu jelas, menjelang

kehamilan aterm, kavum uteri telah mempersiapkan janin pada posisi


longitudinal dengan presentasi belakang kepala. Presentasi bokong umumnya

terjadi pada akhir trimester kedua kehamilan atau mendekati aterm.

D. Manifestasi Klinik

1. Kehilangan cairan akibat kehilangan darah saat pembedahan karena

selama 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi.

2. Mual dan muntah jika peristaltik usus kurang baik (paralisis) dan perut

menjadi kembung.

3. Perubahan gerakan/gangguan mobilisasi akibat nyeri pada daerah

operasi.

4. Nyeri akibat terputusnya kontinuitas jaringan dan adanya involusi uteri

serta kandung kemih yang penuh.

5. Retensi urine karena ketegangan syaraf pada kandung kemih.

E. Komplikasi

1. Komplikasi sectio caesarea :

a. Perdarahan

Perdarahan mungkin terjadi akibat kegagalan mencapai hemostatis di

tempat insisi rahim atau akibat atonia uteri.

b. Sepsis setelah pembedahan

c. Cedera pada organ sekitar

Beberapa organ di dalam abdomen seperti usus besar, kandung

kemih, pembuluh di dalam ligamen yang lebar, dan ureter terutama

cenderung terjadi cedera. Hematuria yang singkat dapat terjadi


akibat terlalu antusias dalam menggunakan retraktor di daerah

dinding kandung kemih.

2. Komplikasi presentasi bokong menurut Mansjoer (2002), yaitu :

a. Infeksi inpartum (karioamnionistis).

b. Persalinan preterm, jika terjadi pada usia kehamilan preterm.

c. Prolaps tali pusat.

F. Penatalaksanaan

Jenis pimpinan persalinan pada presentasi bokong, antara lain;

1. Persalinan pervaginam

Berdasarkan tenaga yang dipakai dalam melahirkan janin pervaginam,

persalinan pervaginam dibagi menjadi 3 yaitu;

a. Persalinan spontan (Spontaneous Breech)

Janin dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu sendiri. Cara yang

lazim dipakai disebut cara BRACHT.

b. Tahap pertama : fase lambat, Lahirnya bokong sampai dengan

umbilikus, spontan

c. Tahap kedua : fase cepat, lahirnya umbilikus sampai mulut

d. Tahap ketiga : fase lambat, lahirnya mulut sampai kepala.

Tehnik : Hiperlordosis badan bayi

2. Ekstraksi Parsial / EP (Manual aid / partial breech extraction)

Janin dilahirkan sebagian dengan tenaga dan kekuatan ibu dan sebagian

lagi dengan tenaga penolong.


Indikasi;

a. Bila pertolongan cara bracht gagal

b. Elektif, karena sejak semula direncanakan pertolongan dengan

manual aid.

Tahapan dalam manual aid;

a. Tahap pertama : lahirnya bokong sampai umbilikus, spontan

b. Tahap kedua : lahirnya bahu dan lengan dengan tenaga penolong

baik secara klasik (Deventer), Mueller atau Lovset.

c. Tahap ketiga : Lahirnya kepala dengan cara Mauriceau (Veit-

smellie), Najouk, Wigand Martin-Winckel, Prague terbalik atau

dengan cunam piper.

3. Ekstraksi Total / ET (Total breech extraction)

Janin dilahirkan seluruhnya dengan memakai tenaga penolong. Cara ini

dilakukan hanya bila terjadi fetal distress atau ada indikasi untuk

menolong persalinan dengan ekstraksi total.

4. Persalinan perabdominam (Sectio Cesaria / SC).

Persalianan presentasi bokong dengan Sectio Cesaria merupakan

cara yang terbaik ditinjau dari janin. Banyak ahli melaporkan bahwa

persalinan presentasi bokong secara pervaginam, memberi trauma yang

sangat berarti bagi janin, yang gejala-gejalanya akan tampak pada waktu

persalinan maupun dikemudian hari.

Namun hal ini tidak berarti bahwa semua presentasi bokong

harus harus dilahirkan secara perabdominam. Beberapa kriteria yang


dapat dipakai pegangan bawa presentasi bokong harus dilahirkan secara

perabdominam, antara lain :

a. Primigravida tua

b. Nilai sosial janin tinggi

c. Riwayat persalinan yang buruk

d. Taksiran berat janin besar 3500 kg

e. Dicurigai terdapat kesempitan panggul

f. Prematuritas

Sebelum melakukan pertolongan persalinan sebaiknya dilakukan

penilaian persalinan sungsang. Metode penilaian yang lazim dipakai

adalah dari Zatuchni-Andros.

G. Konsep Nifas

1. Definisi

Masa nifas (puerpurium) adalah masa pulih kembali dari partus

selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil,

lamanya 6 minggu (Sarwono, 2002).

2. Masa Nifas

Menurut Bobak (2004), masa nifas dibagi menjadi 3 tahap yaitu:

a. Immediate puerpurium/puerpurium dini

Masa nifas dalam 24 jam pertama setelah melahirkan. Kepulihan

dimana ibu sudah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.

b. Early puerpurium/puerpurium inter media

Masa nifas yang dimulai dari 1 hari sampai 7 hari post partum.
c. Later puerpurium/remote puerpurium

Masa nifas yang dimulai dari 7 hari sampai 6 minggu post partum.

3. Adaptasi Fisiologis

Menurut Bobak (2004), adaptasi fisiologis adalah perubahan secara

fisiologis yang terjadi pada ibu post partum, yaitu:

a. Tanda-tanda vital

Suhu pada hari pertama (24 jam pertama) setelah melahirkan

meningkat menjadi 38°C sebagai akibat pemakaian tenaga saat

melahirkan dehidrasi maupun karena terjadinya perubahan

hormonal, bila diatas 38°C dan selama dua hari dalam sepuluh hari

pertama post partum perlu dipikirkan adanya infeksi saluran kemih,

endometriosis dan sebagainya. Pembengkakan buah dada pada hari

ke 2 atau 3 setelah melahirkan dapat menyebabkan kenaikan suhu

tubuh.

b. Sistem Kardiovaskuler

1) Tekanan darah

Tekanan darah stabil, penurunan tekanan darah sistolik

20 mmHg terjadi pada saat ibu berubah posisi, posisi duduk

(ortostik hipertensi) kompensasi kardiovaskuler terhadap

penurunan tekanan darah rongga panggul dalam pendarahan.

2) Denyut nadi

Berkisar antara 60-80 kali permenit, menggigil dan

berkeringat, pengeluaran cairan yang berlebihan dan sisa-sisa


pembakaran melalui kulit sering terjadi pada malam hari, dan hal

ini membuat gangguan rasa nyaman.

3) Komponen darah

Hemoglobin, hematokrit, dan eritrosit akan kembali ke

keadaan semula seperti sebelum melahirkan.

c. Sistem Perkemihan

Selama persalinan kandung kemih mengalami trauma yang

dapat mengakibatkan edema dan menghilangkan sensitivitas terhadap

tekanan cairan, biasanya ibu mengalami ketidakmampuan buang air

kecil dalam dua hari pertama setelah melahirkan, penimbunan cairan

dalam jaringan selama kehamilan dalam 12 jam setelah melahirkan.

d. Sistem Endokrin

Perubahan buah dada, umumnya produksi air susu ibu

dimulai pada hari kedua dan ketiga post partum, buah dada tampak

membesar, keras, dan nyeri.

e. Organ Reproduksi

1) Involusi Uteri

Involusi uteri terjadi setelah melahirkan dan berlangsung

secara cepat setelah plasenta lahir, uterus berkontraksi dengan

kuat, tinggi fundus uteri pertengahan antara pusat sympisis,

setelah 12 jam persalinan fundus uteri turun sampai 1 cm di

bawah pusat.
Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa

involusi:

a) Bayi lahir setinggi pusat 1000 gr

b) Uri lahir 2 jari di bawah pusat 750 gr

c) 1 minggu pertengahan pusat sympisis 500 gr

d) 2 minggu tidak teraba di atas sympisis 350 gr

e) 6 minggu bertambah kecil 50 gr

f) 8 minggu sebesar normal 30 gr

2) Lochea

Lochea adalah secret yang berasal dari kavum uteri dan

vagina dalam nifas, pengeluaran lochea ini dibedakan

tingkatannya:

a) Lochea rubra (hari pertama sampai ketiga post partum) yaitu

berisi darah segar dan sisa selaput ketuban, sel-sel desidua,

verniks caseosa, lanugo, dan mekonium, baunya normal

(amis).

b) Lochea sanguinoleta (hari ke 3 sampai hari ke 7) berisi darah

dan lendir, berwarna merah kuning.

c) Lochea serosa (terjadi hari ke 7 sampai hari ke 14) cairan

tidak berdarah lagi, berwarna kuning.

d) Lochea alba (setelah 2 minggu pada hari ke 10-15) berisi

selaput lendir leococyten dan kuman penyakit telah mati,

berwarna kekuningan.
e) Lochea purulenta (terjadi infeksi dan keluar cairan seperti

nanah, dan berbau busuk).

f) Lochea lokhiostatis (lochea yang tidak lancar keluar).

f. Perubahan Servik

Setelah persalinan, bentuk servik agak menganga seperti

corong berwarna merah kehitaman, konsistensinya kadang-kadang

lunak terdapat perlukaan kecil, setelah bayi lahir tangan masih bisa

masuk rongga rahim, setelah dua jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dan

setelah tujuh hari hanya dapat dilalui oleh 1 jari.

g. Perubahan Vagina

Akibat trauma persalinan mengakibatkan adanya edema dan

luka pada dinding vagina, rugae mendatar dan akan kembali pada

minggu ketiga.

h. Perubahan pada Perineum

Pada perineum tampak seperti ada goresan akibat regangan

proses melahirkan.

i. Proses pada Ligamen

Ligamen fasia dan diafragma pelvis yang meregang pada

waktu setelah melahirkan berangsur-angsur mengecil dan pulih

kembali.

j. After Pain/Rasa Sakit


Mules setelah melahirkan akibat proses kontraksi uterus

sering menjadi multipara hal ini disebabkan karena cenderung

relaksasi dan kontraksi secara periodik sehingga timbul rasa nyeri.

k. Perubahan Berat Badan

Setelah melahirkan berat badan menurun 4-5 kg, tergantung

berat janin. Post partum pada early puerpurium berat badan menurun

2,5 kg dan akhir masa nifas berat badan kembali normal.

4. Adaptasi psikologis Ibu

a. Fase Taking In (Ketergantungan)

Perhatian ibu terutama terhadap kebutuhan dirinya, mungkin

pasif dan terganggu berlangsung 1-2 hari. Ibu tidak menginginkan

kontak dengan bayinya tetapi memperhatikan. Dalam fase ini yang

diperlukan adalah informasi tentang bayinya, ibu mengenang

pengalaman melahirkan yang baru dialaminya.

b. Fase Taking Hold (Ketidaktergantungan)

Ibu berusaha mandiri dan berinisiatif, perhatian

terhadap kemampuan mengatasi fungsi tubuhnya misalnya

kelancaran buang air besar, buang air kecil, melakukan berbagai

aktivitas, jalan, duduk, ingin belajar tentang perawatan dirinya

sendiri dan bayinya. Timbul rasa kurang percaya diri sehingga

mudah mengatakan tidak mampu mengatakan perawatan. Fase ini

berlangsung kira-kira 10 hari.


c. Fase Letting Go (Saling ketergantungan)

Ibu merasakan bahwa bayinya terpisah dari dirinya,

mendapat peran dan tanggung jawab baru, terjadi peningkatan

kemandirian dalam perawatan diri sendiri dan bayinya, penyesuaian

dalam hubungan keluarga termasuk bayi.

H. Proses Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian yang dilakukan pada pasien post sectio caesarea

menurut Sarwono (2002) adalah:

a. Sirkulasi

Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800

ml, respon automatik misal: perubahan TD, nadi dan pernafasan.

b. Integritas ego

Dapat menunjukkan labilitas emosional, ketakutan, marah dan

menarik diri, pasien/pasangan dapat memiliki pertanyaan atau salah

terima peran dalam pengalaman kelahiran.

c. Eliminasi

Kateter urinarius indwelling terpasang, urine terlihat berwarna jernih

pucat, bising usus tidak ada, samar atau jelas, ketidakmampuan

defekasi atau flatus, kekakuan abdomen, nyeri tekan.

d. Makanan dan cairan

Abdomen lunak dengan tidak ada distensi pada awal, anoreksia,

mual, muntah, haus, membran mukosa kering.


e. Neurosensori

Kerusakan gerakan, dan sensasi di bawah tingkat anestesi spinal

epidural.

f. Nyeri atau Ketidaknyamanan

Mungkin mengeluh ketidaknyamanan dari berbagai sumber, misal:

trauma bedah atau insisi nyeri penyerta, distensi kandung kemih atau

abdomen, efek-efek anestesi, perubahan pada tonus otot, distraksi.

g. Pernafasan

Bunyi paru jelas dan vesikuler, kondisi yang kronis atau batuk,

dangkal, tachipnea.

h. Keamanan

Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda atau sedikit kering utuh,

jalur parenteral, bila digunakan paten dan sisi bebas eritema,

bengkak dan nyeri tekan, infeksi pasca melahirkan, alergi atau

sensitive terhadap obat, makanan, plesteron, defisiensi umum,

riwayat transfusi darah, demam.

i. Seksualitas

Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilikus, aliran lochea,

sedang dan bebas bekuan berlebihan atau banyak.

Anda mungkin juga menyukai