Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Proses persalinan merupakan suatu proses kompleks untuk

menyelamatkan ibu maupun bayinya dengan menggunakan berbagai

macam metode seperti persalinan pervaginam, persalinan dengan

menggunakan alat dan persalinan operatif yaitu melalui proses Sectio

Caesarea (SC) . Metode-metode tersebut dikakukan dengan indikasi-

indikasi khusus dengan satu tujuan yaitu menyelamatkan ibu maupun

bayinya.

Data World Health Organization (WHO) pada tahun 2015 menyatakan

bahwa persalinan dengan SC adalah sekitar 10-15 % dari semua proses

persalinan di Negara-negara berkembang .

Di Indonesia terjadi peningkatan Sectio Caesarea dimana tahun 2004

sekitar 53,2 %,tahun 2005 sekitar 51,59 %,tahun 2006 sebesar 53,68 %

tahun 2007 belum terdapat data yang signifikan.

Sectio Caesarea (SC) adalah suatu tindakan persalinan dengan sayatan

pada dinding abdomen dan uterus yang masih utuh dengan berat janin >

1000 gr atau umur kehamilan >28 minggu .(Manuaba,2012)

Indikasi SC bisa indikasi absolut atau relative. Setiap keadaan yang

membuat kelahiran lewat jalan lahir tidak mungkin terlaksana merupakan

indikasi absolut untuk sectio abdominal. Diantaranya adalah panggul

sempit yang sangat berat dan neoplasma yang menyumbat jalan lahir. Pada

1
indikasi relative, kelahiran lewat vagina bisa terlaksana tetapi keadaan

adalah sedemikian rupa sehingga kelahiran dengan SC akan lebih aman

bagi ibu, anak ataupun keduanya (Oxorn,2010).

Resiko untuk wanita yang mengalami SC berulang adalah peningkatan

angka morbiditas dan mortalitas yang terkait dengan SC sebagai operasi

abdomen mayor. Penyebab morbiditas dan mortalitas mencakup resiko

anesthesia, cedera pada kandung kemih dan usus yang terjadi karena tidak

hati-hati, perdarahan, infeksi luka dan peningkatan masalah pernafasan

pada bayi baru lahir (Varney,2007).

Peran bidan pada pasien post operasi Sectio Caesarea diarahkan untuk

mengembalikan fungsi fisiologi pada seluruh system secara normal,dapat

beristirahat dan memperoleh rasa nyaman, meningkatkan konsep diri, serta

tidak terjadi infeksi pada luka post operasi. Salah satu upaya untuk

mencegah timbulnya komplikasi dan mengembalikan fungsi fisiologis

tubuh dapat dilakukan dengan mobilisasi dini.

Dalam periode sekarang ini asuhan masa nifas sangat diperlukan karena

merupakan masa kritis baik bagi ibu maupun bayi. Diperkirakan 60%

kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50 %

kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama (Prawirohardjo,2005).

Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan

pengkajian khusus melalui laporan kasus ini yang berjudul Laporan Studi

Kasus Post Operasi Sectio Caesarea di Ruang Anggrek Rumah Sakit

Umum Daerah Lakipadada Kabupaten Tana Toraja.

2
B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam laporan ini adalah apakah yang di

maksud dengan Sectio Caesarea, apa saja yang menyebabkan terjadinya

Sectio Caesarea serta bagaimana rencana tindakan dan bagaimana

penatalaksanaan yang dilakukan pada ibu dengan post operasi Sectio

Caesarea ?

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Dapat memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas patologi

dengan post operasi Sectio Caesarea di Ruang Anggrek Rumah

Sakit Umum Daerah Lakipadada Kabupaten Tana Toraja

2. Tujuan Khusus

Di harapakan setelah melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu

nifas patologi dengan post operasi Sectio Caesarea, penulis

mampu:

a. Untuk melakukan pengkajian dengan lengkap data subjektif

pada Ny. “S’ dengan post operasi Sektio Caesarea di Rumah

Sakit Umum Daerah Lakipada tanggal 2 Februari 2020.

b. Untuk melakukan pengkajian dengan lengkap data Objektif

pada Ny. “S’ dengan post operasi Sektio Caesarea di Rumah

Sakit Umum Daerah Lakipada tanggal 2 Februari 2020.

3
c. Untuk menganalisa kasus pada Ny. “S’ dengan post operasi

Sektio Caesarea di Rumah Sakit Umum Daerah Lakipada

tanggal 2 Februari 2020.

d. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada Ny. “S’ dengan post

operasi Sektio Caesarea di Rumah Sakit Umum Daerah

Lakipada tanggal 2 Februari 2020.

4
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan masa Nifas

1. Defenisi masa Nifas

Masa nifas (pueperium) adalah masa yang dimulai setelah

plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali

seperti semula (sebelum hamil).Masa nifas berlangsung selama

kira-kira 6 minggu (Manuaba,2012).

2. Tahapan Masa Nifas

a. Puerperuim dini,yaitu masa pemulihan dimana ibu tekah

diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.

b. Puerperium inermedial yaitu pemulihan seluruh alat-alat

genitalia utama lamanya 6-8 minggu.

c. Remote pueperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan

sehat sempurna terutama bila ibu selama hamil atau bersalin

mempunyai komplikasi.waktu untuk sehat sempurna bias

berminggu-minggu,bulanan atau tahunan.

B. Tinjauan tentang Sektio Caesarea

1. Pengertian Sektio Caesarea

5
a. Persalinan Sektio Caesarea (SC) adalah persalinan melalui

sayatan pada dinding abdomen dan uterus yang masih utuh

dengan berat janin >1.000 gr atau umur kehamilan > 28 minggu

(Manuaba,2012)

b. Sektio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan

membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan

perut, Sektio Caesarea juga dapat didefenisikan sebagai suatu

histeretomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim

(Mochtar,2013)

2. Indikasi Sektio Caesarea

a. Plasenta previa sentralis dan lateralis

Plasenta previa adalah kondisi plasenta menutupi jalan

lahir.Pada kondisi normal ,plasenta atau ari-ari terletak dibagian

atas rahim.Akan tetapi adakalanya plasenta berada disegmen

bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh jalan

lahir.

b. Panggul Sempit

Panggul sempit adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak

sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat

menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara alami

c. Disproporsi sevalopelvik

Yaitu ketidak seimbangan antara ukuran kepala dengan

ukuran panggul

6
d. Ruptur Uteri

Ruptur uteri adalah robekan dinding rahim akibat

dilampauinya daya regang myometrium.

e. Partus Lama

Partus lama adalah persalinan yang berlangsng lebih dari 24

jam pada primi dan lebih dari 18 jam pada multigravida.

f. Partus tak maju

Partus tak maju adalah persalinan dengan his yang adekuat

yang tidak menunjukkan kemauan pada pembukaan

serviks,turunnya kepala dan putar paksi selama 2 jam terakhir.

g. Distosia servik

Distosia serviks adalah terhalangnya kemajuan persalinan

karena pada serviks uteri.

h. Pre eklamsia

Pre eklamsia adalah keadaan dimana hipertensi disertai

dengan proteinuria,edema atau kedua-duanya yang terjadi

akibat kehamilan setelah minggu ke 20 atau kadang-kadang

timbul lebih awal bila terdapat perubahan hidatidiformis yang

luas pada vili dan korialis.

i. Hipertensi

7
Hipertensi suatu keadaan dimana seseorang mengalami

peningkatan tekanan darah diatas normal yang ditunjukkan oleh

angka systolic (bagian atas) dan angka bawah (diastolic) pada

pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur tekanan

darah yang baik yang berupa air raksa ataupun alat digital

lainnya.

j. Malpresentase janin

Malpresentase merupakan bagian terendah janin yang berada

di bagian segmen bawah rahim,bukan bagian belakang kepala

sedangkan malposisi merupakan penunjuk (presenting part)

tidak berada di anterior.

Terdapat empat malpresentase yaitu :

1) Letak lintang

2) Letak bokong

3) Presentase dahi dan muka

3. Komplikasi sektio caesarea

Menurut Winkjosastro (2007). Kemungkinan yang timbul

setelah dilakukan operasi ini antara lain:

Pada ibu:

a. Infeksi puerperal (nifas):

1) Ringan : dengan suhu meningkat dalam beberapa hari

2) Sedang : suhu meningkatlebih tinggi disertai dengan

dehidrasi. Dan perut sedikit kembung.

8
3) Berat : peritealis, sepsis dan usus peralitik.

b. Perdarahan

1) Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka

2) Perdarahan pada plasenta bed

3) Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung

kemih bila perotonealisasi terlalu tinggi.

4) Kemungkinan rupture tinggi spontan pada kehamilan

berikutnya karena jika pernah mengalami pembedahan pada

dinding rahim insis yang dibuat menciptakan garis

kelemahan yang sangat beresiko untuk ruptur pada

persalinan berikutnya.

Pada bayi: hipoksia, depresi pernafasan, sindrom gawat

pernafasan dan trauma persalianan.

Penatalaksanaan

a. Kesadaran penderita

1) Pada anastesi lumbal :

Kesadaran penderita baik. Oleh karenaya ibu dapat

mengetahui hampir semua proses persalinan.

2) Pada anastesi umum ;

Pulihnya kesadaran oleh ahli telah diatur,dengan

memberi kan O2 menjelang akhir operasi (cara ini jarang

digunakan).

9
b. Mengukur dan memeriksa tanda-tanda vital.

1) Pengukuran:

a) Tensi, ,nadi, temperature, pernapasan dan skala nyeri

b) Keseimbangan cairan melalui produksi urine

c) Pemberian cairan pengganti sekitar 2.000 – 2.500cc

dengan perhitungan 20 tetes/menit (= 1cc/menit)

d) Infus setelah operasi sekitar 2x24 jam.

2) Pemeriksaan

a) Paru

Kebersihan jalan nafas,ronki basal,untuk mengetahui

adanya edema paru

b) Bising usus

c) Perdarahan local pada luka insisi

d) Kontraksi rahim,perdarahan pervaginam

c. Pemberian antibiotika

d. Penatalaksanaan nyeri dengan pemberian analgesic yang

adekuat.

e. Mobilisasi penderita

1) Mobilisasi fisik: setelah sadar pasien boleh miring,

berikutnya duduk bahkan jalan dengan infus. Infus dan

kateter dibuka pada hari kedua dan ketiga.

2) Mobilisasi usus : setelah hari pertama dan keadaan

baik,penderita boleh minum dan makan.(Manuaba,2012)

10
f. Obat-obatan pelancar ASI dapat diberikan setelah operasi

g. Obat-obatan pencegah perut kembung untuk mencegah perut

kembung dan untuk memperlancar saluran cerna.

h. Vitamin C,B kompleks dapat diberikan untuk mempercepat

penyembuhan pasien

i. Obat-obatan lainnya.

Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum

pasien,dapat diberikan roborantia ,obat anti inflamasi atau

transfusi darah pada pasien yang anemis (Muchtar,2012).

11
BAB III

STUDI KASUS
PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA
NY.”S”
POST OPERASI SC DENGAN NYERI LUKA OPERASI
DI RUANG ANGGREK RSUD LAKIPADADA
KABUPATEN TANA TORAJA
TANGGAL 2 FEBRUARI 2020

No.Register : 14 94 22

Tanggal Persalinan : 07-02- 2020 Pukul 09.45 wita

Tanggal Pengkajian : 07- 02- 2020 Pukul 10.30

Pengkaji : Kelompok IV

Identitas Istri /suami

Nama : Ny.”S” / Tn.”R”

Umur : 29 tahun / 37 tahun

Nikah /lamanya : I kali /5 tahun

Suku : Bugis / Toraja

12
Agama : Islam / Islam

Pendidikan : S1 / S1

Alamat : Jl.Ampera no.28 Makale

A. Subjektif

1. Ibu melahirkan dengan cara operasi jam 09.45 wita

2. Ibu merasa sudah merasakan nyeri luka operasi

3. Ibu sudah belajar menyusui bayinya

B. Objektif

1. Keadaan umum baik

2. Kesadaran komposmentis

3. Pemeriksaan TTV:

TD : 120/80 mmhg

N : 90x/menit

S : 36,2 oC

P : 20x /menit

Skala nyeri 4-6

4. ASI (+) colostrum

5. Ekspresi meringis

6. Nampak luka operasi tertutup kasa steril

7. Kontraks uterus baik, teraba keras dan bulat

8. Tinggi fundus uteri 1 jbpst

13
9. Pengeluaran darah pervaginam + 50 cc

10. Nampak pengeluaran lokia

11. Kandung kemih kosong

12. Terpasang chateter tetap sambung urine bag

13. Terpasang infus dua line

14. Pemeriksaan penunjang

Hb : 10,9 gr %

C. Analisa

Berdasarkan hasil anmnese dan pemeriksaan fisik pada ibu maka Ny “S”

di diagnosa sebagai Post operasi Sektio Caesarea dengan masalah nyeri

luka operasi.

D. Penatalaksanaan

1. Mengobservasi KU ibu

Keadaan umum ibu baik

2. Mengobservasi TTV ibu

Tanda-tanda vital dalam batas normal

TD : 110/70 mmhg

N : 92x/menit

S : 36,4 oC

P : 20x/menit

Skala nyeri 4-6

3. Menjelaskan pada ibu penyebab timbulnya nyeri

14
Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan

4. Mengkaji tingkat nyeri yang dirasakan ibu

Nyeri tingkat sedang

5. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya dengan benar

Ibu bersedia dan telah menyusui bayinya dengan benar

6. Menberikan HE pada ibu tentang :

a. Mobilisasi dini

Ibu mengerti dan bersedia untuk belajar miring kanan dan miring

kiri

b. Personal hygiene

Ibu menjaga kebersihannya dan telah mengganti pembalutnya

ketika sudah penuh

7. Kolaborasi dengan dokter obgyn

a. Pasang infus RL + drips Oxytocin 10 IU 28 tetes permenit

b. Injeksi Dexketoprofen 25 mg/ml per IV /12 jam

c. Injeksi Ranitidin 1 Ampul /IV/8 jam

d. Injeksi Cefotaxime 1 gr/IV/12 jam

8. Melakukan pendokumentasian

15
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dilakukan pembahasan mengenai kesesuaian antara tinjauan

teori dengan penatalaksanaan yang dilakukan pada kasus post operasi sektio

caesarea berdasarkan pengkajian pada Ny.”S “ yang dilaksanakan di Ruang

Anggrek Rumah Sakit Umum Lakipadada Kabupaten Tana Toraja pada tanggal

7 Februari 2020 dalam studi kasus ini dilakukan dalam bentuk SOAP.

A. Subjektif

Kejadian nyeri post operasi terjadi karena adanya insisi akibat

terputusnya kontiunitas jaringan akibat laparatomi pada dinding abdomen

dan dinding uterus ,maka aliran darah pada jaringan terputus atau

terhambat dan menyebabkan nyeri.

Dalam kasus ini diketahui Ny.” S “ setelah dilakukan operasi dan

memasuki ruang perawatan, pasien mengeluh nyeri pada luka post operasi

sektio caesarea. Pada pengkajian anamneses di temukan masalah utama

yaitu pasien mengeluh nyeri pada luka operasi. Hal ini menunjukkan

adanya kesesuaian antara tinjauan teori dengan kasus yang dialami oleh

Ny.’S “ bahwa penyebab dari nyeri luka operasi karena adanya tindakan

bedah akibat terjadinya kerusakan jaringan dan iritasi secara langsung

pada reseptor.

16
B. Objektif

Berdasarkan teori tentang perubahan pada masa nifas secara umum

memiliki kesamaan dengan konsep teori sehingga perubahan-perubahan

tersebut masih di kategorikan fisiologis.

Dari data subjektif pada kasus Ny “S” terdapat hasil pemeriksaan

tanda-tanda vital di mana tekanan darah 110/70 mmhg, 90x/menit, suhu

36,2 oC, pernafasan 20x/menit, skala nyeri sedang . Pemeriksaan fisik pada

abdomen terdapat luka jahitan post operasi,genitalia terpasang

kateter,kontraksi uterus baik teraba bulat dan keras,serta pengeluaran

lokia.

Berdasarkan perbandingan data objektif antara teori dengan temuan

pada kasus menunjukkan adanya keterkaitan data sehingga dapat

disimpulkan tidak ada kesenjangan antara teori dengan kasus.

C. Analisa

Pada kasus Ny”S” diagnose aktual yang teridentifikasi adalah nyeri

luka operasi.Diagnosa ini sesuai dengan apa yang diterangkan dalam

Krebs (2008) bahwa beberapa maslah yang muncul pada pasien post

operasi Sektio Caesarea antara lain nyeri akut,resiko infeksi ,menyusui

tidak efektif,resiko konstipasi dan mobilitas inadekuat.

Jadi pada langkah ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan

kasus.

D. Penatalaksanaan

17
Menurut Manuaba (2012) penatalaksanaan pada ibu nifas post operasi

Sektio Caesarea antara lain:

1. Pengukuran tensi, nadi, temperatur, pernapasan dan skala nyeri

2. Pengukuran keseimbangan cairan melalui produksi urine

3. Pemberian antibiotika

4. Penatalaksanaan nyeri dengan pemberian analgetik

5. Mobilisasi fisik dan mobilisasi usus

Pada kasus Ny”S dengan post operasi Sektio Caesarea

penatalaksanaan yang dilakukan adalah:

1. Mengobservasi KU ,TTV,Kontraksi uterus, pengeluaran lokia dan

perdarahan

2. Mengkaji tingkat nyeri

3. Mobilisasi bertahap

4. Edukasi tentang tehnik relaksasi untuk mengurangi nyeri

5. Menganjurkan ibu menyusui bayinya

6. Memberikan terapi sesuai dengan instruksi dokter : injeksi

Dexketoprofen 1 ampul, injeksi ranitidin 1 ampul dan injeksi

Cefotaxime 1 gr

Berdasarakan penatalaksanaan pada Ny.”S” dengan post

operasi Sektio Caesarea menunjukkan bahwa pelaksanaan asuhan

kebidanan mengacu pada penatalaksanaan yang direkomendasikan

dalam teori sehingga dapat disimpulkan pada langkah ini tidak

terdapat kesenjangan.

18
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan

Setelah penulis mempelajari tinjauan teori dan pengalaman langsung

dilahan praktik studi kasus mengenai post operasi Sektio Caesarea ,maka

penulis dapat menyimpulkan :

1. Penulis melakukan pengakajian pada Ny.”S “melalui anamnese,

pemeriksaan fisik, persalinan dilakukan dengan cara Sektio Caesarea

dan pasien mengeluh nyeri luka operasi. Ekspresi wajah meringis,

nyeri tekan, skala nyeri 4-6 (sedang), dan pada abdomen nampak luka

operasi tertutup kasa steril.

2. Berdasarkan data subjektif dan objektif pada kasus ini dapat

ditegakkan diagnosa kebidanan pada Ny.”S” adalah post operasi

dengan nyeri luka operasi.

3. Pelaksanaan tindakan untuk kasus Ny.”S” dengan post operasi Sektio

Caesarea dilakukan tindakan secara komprehensif untuk mengatasi

masalah actual dengan tetap mengacu pada teori.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian maka dapat disarankan hal-hal yang

terkait untuk mencegah terjadinya adalah dengan memberikan penyuluhan

kepada ibu hamil bahwa ibu yang bersalin tanpa indikasi medis yang jelas

sudah seharusnya menjalani persalinan normal karena tindakan operasi SC

19
mempunyai dampak bagi janin yaitu gangguan pernafasan, rendahnya

system kekebalan tubuh sedangkan pada ibu dapat menyebabkan resiko

jangka panjang dan resiko jangka pendek .jangka pendek seperti infeksi

pada bekas jahitan, infeksi rahim dan perdarahan. Jangka panjang seperti

perlengketan uterus.

20
DAFTAR PUSTAKA

Dewi,Vivian Nanny Lia.2013.Asuhan Neonatus Bayi dan balita.Jakarta :

Salemba Medika.Edisi kelima.

Marmi dan Kukuh Rahardjo.2016.Asuhan Neonatus,Bayi Balita dan Anak Pra

Sekolah,Yogyakarta : Pustaka Belajar.

Manggiasih,Vidi Atika dan Pongki jaya.2016.Asuhan Kebidanan Pada

Neonatus,Bayi Balita dan Anak Pra Sekolah,Jakarta Timur : Cv Trans Info

Media.Cetakan Pertama.

Prawirohardjo,Sarwono.2014.Ilmu Kebidanan.Jakarta :Pt Bina Pustaka .Edisi

Keempat .

Winkjosastro , 2007, Ilmu Kebidanan ; YBSP

21

Anda mungkin juga menyukai