Disusun oleh :
SONIA DESIRIANA PUTRI
22020113210016
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Persalinan merupakan proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan
plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui
jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan atau
kekuatan sendiri (Manuaba, 2001). Terdapat dua cara persalinan, yaitu
persalinan lewat vagina, lebih dikenal dengan persalinan normal atau alami
dan persalinan dengan operasi caesar (Sectio Caesarea), yaitu bayi
dikeluarkan lewat pembedahan perut (Kasdu, 2003).
Sectio Caesarea (SC) merupakan pembedahan untuk melahirkan
janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus atau vagina atau
suatu histerotomi untuk melahirkan janin dari dalam rahim (Carpenito, 2001).
Menurut Christine (2005) dalam tahun 30 tahun belakangan, peristiwa operasi
caesar meningkat dengan pesat. Di Australia dan Inggris, operasi caesar
sekitar 10 sampai 15%. Di Amerika Serikat, sekitar 16% sampai 20%. Brasil
merupakan salah satu negara dengan tingkat operasi caesar tertinggi di dunia.
Tingkat kelahiran melalui operasi di Brasil saat ini sudah mencapai 44 persen
dimana menurut World Health Organization (WHO) standar rata-rata operasi
caesar di sebuah negara adalah sekitar 5-15%. Di Indonesia persentase operasi
caesar sekitar 5%. Di rumah sakit pemerintah rata-rata 11%, sementara di
rumah sakit swasta bisa lebih dari 30% (www.health.kompas.com).
Berbagai faktor yang dapat menjadi indikasi dilakukan tindakan SC
antara lain faktor ibu dan janin. Salah satu faktor yang berasal dari ibu adalah
Disproporsi Kepala Panggul (DKP). DKP atau Cephalopelvic Disproportion
(CPD) adalah keadaan yang menggambarkan ketidaksesuaian antara kepala
janin dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat keluar melalui vagina.
Disproporsi kepala panggul disebabkan oleh panggul sempit, janin yang besar
ataupun kombinasi keduanya (Cunningham, 2005). Ukuran lingkar panggul
ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin dapat menyebabkan ibu
keperawatan
untuk
BAB II
TINJAUAN TEORI
3
A. POST PARTUM
1. Definisi
Periode postnatal/postpartum atau masa nifas adalah interval 6
minggu antara kelahiran bayi dan kembalinya organ reproduksi ke
keadaan normal sebelum hamil (Rustam,1998). Nifas / puerperium adalah
masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat-alat
reproduksi yang lamanya kurang lebih sekitar 6 minggu (Hanifa,1999).
Masa postnatal dibagi dalam 3 tahap yaitu :
a. Periode immedietelly postnatal / kala IV (dalam 24 jam pertama).
b. Periode early postnatal (minggu pertama).
c. Periode late postnatal (minggu kedua sampai keenam) atau perubahan
bertahap.
Potensial bahaya sering terjadi pada periode immedietelly dan
early postnatal yaitu kejadian perdarahan dan syok hipovolemik. Pada jam
dan hari pertama sesudah persalinan, hampir seluruh sistem tubuh
mengalami perubahan secara drastis. Berat badan akan mengalami
penurunan sebanyak 9-10 kg, yaitu 5,5-6 kg karena fetus dan plasenta,
cairan amnion, dan kehilangan darah saat melahirkan serta 2,5 kg karena
keringat dan diuresis selama seminggu postnatal, sedangkan 1 kg karena
involusio uterus dan pengeluaran lokhea.
2. Adaptasi fisiologi ibu post partum
Adaptasi atau perubahan fisiologis yang terjadi pada ibu post
partum sectio cesaria antara lain:
a. Perubahan pada Korpus Uteri
Pemulihan uterus pada ukuran dan kondisi normal setelah
kelahiran bayi tersebut disebut involusi. Dalam 12 jam setelah
persalinan fundus uteri berada kira-kira 1 cm di atas umbilicus, 6 hari
setelah persalinan fundus uteri berada kira-kira 2 jari di bawah pusat
dan uterus tidak berada pada abdomen setelah 10-12 hari post partum.
Peningkatan kontraksi uteri segera setelah persalinan yang merupakan
beberapa
bulan setelah
persalinan
karena
adanya
peregangan
Terjadi pada satu sampai dua hari post partum ibu sangat
tergantung pada orang lain dalam memenuhi kebutuhannya,
termasuk merawat anaknya. Pada klien post operasi sectio caesaria
beberapa hari pertama klien lebih berfokus pada dirinya, timbul rasa
nyeri pada daerah insisi dan gastrointestinal, klien memerlukan bantuan
untuk mengatasi nyeri, timbul rasa kecemasan dan ketakutan
adanya luka, berhati-hati dalam melakukan gerakan.
b. Fase Taking Hold (Dependent-Indendent)
Terjadi pada tiga hari post partum ibu mulai bisa makan,
minum, merawat diri serta bayinya. Pada fase ini waktu yang tepat untuk
penyuluhan. Pada post sectio caesaria klien masih adanya nyeri,
klien masih memerlukan bantuan orang lain, bertindak hati-hati
dalam melakukan gerakan dan klien sudah bisa turun dari tempat
tidur.
c. Fase Leting Go (Independent)
Fase ini ibu dan keluarganya harus segera menyesuaikan diri
terhadap interaksi antara anggota keluarga, fase ini berlangsung pada
hari terakhir minggu pertama masa post partum.
4. Perawatan Ibu Post Partum
a. Early Ambulation (Mobilisasi Dini)
Early Ambulation adalah kebijakan untuk membimbing penderita
untuk selekas mungkin berjalan. Mobilisasi postnatal memiliki variasi
tergantung pada komplikasi persalinan, nifas, sembuhnya luka.
b.
Diet/Nutrisi
Selama nifas, ibu dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang
bermutu dan bergizi, cukup kalori dan protein. Hal ini mempengaruhi
pembentukan air susu dan mempercepat proses penyembuhan ibu.
c.
Miksi
Hendaknya BAK dapat dilakukan sendiri secepatnya 6 jam
postpartum. Kadang-kadang ibu mengalami sulit kencing karena uretra
ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi. Bila kandung kemih
penuh dan ibu sulit kencing sebaiknya dilakukan kateterisasi.
d.
Defekasi
Bila 3-4 hari postpartum klien sulit buang air besar dan terjadi
obstipasi, maka dapat dilakukan klisma air sabun atau gliserin.
e.
Perawatan Payudara
Perawatan payudara dimulai sejak wanita hamil supaya puting susu
lemas, tidak keras dan kering sebagai persiapan untuk menyusui
bayinya. Anjurkan ibu untuk selalu membersihkan puting susu dengan
air hangat setaip kali sebelum dan sesudah menyusui.
f.
Discharge Planning
Penyuluhan tentang diet, latihan, pembatasan aktivitas, perawatan
payudara, aktivitas seksual dan kontrasepsi, pengobatan dan tandatanda komplikasi.
B. SECTIO CAESAREA
1. Definisi
Sectio Caesarea (SC) adalah suatu cara melahirkan janin dengan
sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut (Mochtar, 2000).
Menurut Prawiroharjo (2005) sectio caesarea merupakan suatu persalinan
buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan
perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta
berat janin di atas 500 gram. Sectio Caesarea merupakan pembedahan
untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus
atau vagina atau suatu histerotomi untuk melahirkan janin dari dalam
rahim (Carpenito, 2001).
Tujuan melakukan sectio caesarea adalah untuk mempersingkat
lamanya perdarahan dan mencegah terjadinya robekan serviks dan segmen
bawah rahim. SC dilakukan pada plasenta previa totalis dan plasenta
previa lainnya jika perdarahan hebat. Selain dapat mengurangi kematian
bayi pada plasenta previa, SC juga dilakukan untuk kepentingan ibu,
(Kasdu, 2003).Setiap
pada
diameter
panggul yang
10
11
banyak)
e. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800ml
f. Emosi
labil/perubahan
emosional
dengan
mengekspresikan
g.
h.
i.
j.
k.
paham prosedur
l. Bonding dan Attachment pada anak yang baru dilahirkan.
5. Jenis Sectio Caesarea
a. Abdomen (Sectio caesarea Abdominalis)
1) Sectio caesarea Transperitonealis
a) Sectio cesaria klasik atau korporal dengan insisi memanjang
pada korpus uteri sepanjang 10 cm.
Kelebihan :
-
Kekurangan:
-
b) Sectio caesarea
Perdarahan kurang
c) Sectio caesarea
13
14
15
1. Gangguan pernapasan
2. Kerja jantung berhenti
3. Regurgitasi
4. Muntah-muntah
5. Perdarahan
6. Reaksi toksik sistemik
7. Ileus paralitik
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis dan perawatan setelah dilakukan sectio caesarea
(Prawirohardjo, 2005), yaitu :
a. Perdarahan dari vagina harus dipantau dengan cermat.
b. Fundus uteri harus sering dipalpasi untuk memastikan bahwa uterus
tetap berkontraksi dengan kuat.
c. Pemberian analgetik dan antibiotik.
d. Periksa aliran darah uterus paling sedikit 30 ml/jam.
e. Pemberian cairan intra vaskuler, 3 liter cairan biasanya memadai untuk
24 jam pertama setelah pembedahan.
f. Ambulasi satu hari setelah pembedahan klien dapat turun sebentar dari
tempat tidur dengan bantuan orang lain.
g. Perawatan luka : insisi diperiksa setiap hari, jahitan kulit (klip)
diangkat pada hari ke empat setelah pembedahan.
C. DISPORPOSI KEPALA PANGGUL
1. Definisi
Disproporsi kepala panggul atau Cephalopelvic Disproportion
(CPD) adalah keadaan yang menggambarkan ketidaksesuaian antara
kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat keluar melalui
vagina. Disproporsi kepala panggul disebabkan oleh panggul sempit, janin
yang besar ataupun kombinasi keduanya (Cunningham, 2005).
2. Faktor-Faktor Disproporsi Kepala Panggul
16
atas
panggul
dianggap
sempit
bila
diameter
17
18
kemacetan
dalam
persalinan.
Hal
tersebut
19
20
21
kemajuan
penurunan
bagian
terendah
janin
(belakang kepala)?
c) Adakah tanda-tanda klinis dari pihak anak maupun ibu yang
menunjukkan adanya bahaya bagi anak atau ibu (gawat janin,
rupture uteri) Apabila ada salah satu gangguan diatas maka
menandakan bahwa persalinan per vaginam tidak mungkin dan
harus diseleaikan dengan sectio caesarea. Sebaliknya bila
kemajuan pembukaan serta penurunan kepala berjalan lancar,
maka persalinan per vaginam bisa dilaksanakan.
D. PENGKAJIAN
Menurut Doenges (2001), data yang biasa ditemukan pada pengkajian
kasus persalinan dengan tindakan sectio caesarea yaitu :
1. Pemeriksaan fisik
a.
b.
c.
22
1)
2)
3)
4)
5)
Nadi
yang
meningkat
Mata
Konjungtiva yang anemis menunjukkan adanya anemia karena
perdarahan saat persalinan.
2)
Hidung
Tanyakan pada ibu apakah ibu pilek atau riwayat sinusitis. Infeksi
pada ibu postpartum dapat meningkatkan kebutuhan energi.
3)
Telinga
Kaji pendengarannya telinga kanan dan kiri, adakah riwayat otitis
media, kebersihan daun telinga atau lubang telinga.
e.
f.
Leher
Kaji adanya pembesaran kelenjar limfe di bawah telinga dan
pembesaran kelenjar tiroid. Kelenjar limfe yang membesar
menunjukkan adanya infeksi, ditunjang dengan tanda yang lain
seperti hipertermi, nyeri, bengkak.
g.
Payudara
23
1)
Kesan Umum
Peganglah payudara dengan perlahan dan kaji apakah simetris
antara kanan dan kiri, keras, ada nyeri tekan dan hangat. Kaji
apakah terdapat bendungan ASI (breast engorgement) yang
menimbulkan rasa nyeri bagi ibu atau massa, dengan palpasi.
Bahkan dapat ditemukan mastitis dengan tanda-tanda merah,
bengkak, panas, nyeri.
2)
Puting Susu
Kaji apakah ASI atau kolustrum sudah keluar dengan
memencet puting ibu. Kaji juga kebersihan puting. Kaji puting
susu apakah mengalami pecah-pecah, fisura dan perdarahan.
3) Pengkajian Menyusui
Kriteria untuk mengevaluasi cara menyusui adalah hubungan
keterikatan ibu dan bayi, cara menyusu bayi, posisi pada saat
menyusui, let-down, kondisi putting susu, respon bayi dan
respon ibu.
Tabel LATCH Scoring
L
Latch
A
Audible
swallowi
ng
T
Type of
nipple
C
Comfort
(breast/n
iple)
H
0
Too sleepy or
reluctant
No lacth
achieved
None
1
Repeated attempts
Hold nipple in mouth
Stimulate to suck
Inverted
Flat
Engorged,
cracked,
bleeding, large,
blisters or
bruises, severe
discomfort
Full assist (staff
Filling
Reddened/ small
blisters or bruises
Mild/moderate
discomfort
Soft
Tender
24
2
Graspe breast
Tongue down
Lips flanged
Rhythmic sucking
Spontaneous and
intermitten < 24 hrs
old
Spontaneous and
frequent >24 hrs old
Everted (after
stimulation)
Hold
(position
ing)
holds infant at
breast)
h.
Mother able to
position/hold infant
Abdomen
1)
Keadaan
Kaji apakah terdapat striae dan linea alba. Kaji keadaan
abdomen, apakah lembek atau keras. Abdomen yang keras
menunjukkan kontraksi uterus bagus sehingga perdarahan
dapat diminimalkan. Abdomen yang lembek menunjukkan
sebaliknya dan dapat dimasase untuk merangsang kontraksi.
2)
3)
Fundus uteri
Palpasi fundus uteri dari arah umbilikus ke bawah. Tentukan
tinggi fundus uteri (contoh : 1 jari di atas pusat, 2 jari di atas
pusat, dll), posisi fundus, apakah sentral atau lateral. Posisi
lateral biasanya terdorong oleh bladder yang penuh. Kontraksi
juga perlu diperiksa, kontraksi lemah atau perut teraba lunak
25
b)
c)
d)
Perdarahan
vagina
hebat
4)
Kandung kemih
Kaji dengan palpasi kandungan urine di kandung kemih.
Kandung kemih yang bulat dan lembut menunjukkan urine
yang tertampung banyak dan dalam hal ini dapat mengganggu
involusi uteri, sehingga harus dikeluarkan.
Kaji tingkat distensi kandung kemih secara sering dalam 8 jam
pertama setelah melahirkan, ukur haluaran urin, berkemih
dalam jumlah sedikit dan sering berkemih yang berturut-turut
menandakan adanya gangguan urin.
i.
Perineum
Kaji tanda dan karakter lokhea setiap hari meliputi jumlah,
warna, konsistensi dan bau lokhea ibu postpartum untuk
memberikan indeks essensial pemulihan endometrium. Perubahan
warna lokhea harus sesuai, misal ibu postpartum 7 hari harus
memiliki lokhea yang sudah berwarna merah muda atau keputihan.
Jika ditemukan hasil yang abnormal, misalnya perdarahan segar,
lokhea rubra yang banyak, persisten dan berbau busuk maka ibu
26
perineum,
luka
Edema
Discharge
Approximation),
nyeri
tekan,
Ekstremitas
Kaji sirkulasi perifer, catat adanya varises, edema dan kesimetrisan
ukuran dan bentuk, suhu warna dan rentang gerak sendi. Catat
khususnya tanda tromboflebitis dan tanda homan. Tanda homan
yang positif menunjukkan adanya tromboflebitis sehingga dapat
menghambat sirkulasi ke organ distal. Cara memeriksa tanda
homan adalah memposisikan ibu terlentang dengan tungkai
ekstensi, kemudian didorsofleksikan dan tanyakan apakah ibu
mengalami nyeri di betis. Jika nyeri maka tanda homan positif dan
ibu harus dimotivasi untuk mobilisasi dini agar sirkulasi lancar
sehingga tromboflebitis bisa diabsorbsi.
27
k.
l.
m.
n.
o.
Tanda
dan
gejala
kesedihan
3.
Sirkulasi
Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 ml.
b.
Integritas Ego
Klien dapat menunjukan labilitas emosional, dari kegembiraan sampai
ketakutan, marah atau menarik diri.
Eliminasi
Karakter urine, urine jernih, pucat.
d.
Nutrisi/Cairan
1)
Abdomen lunak dengan tidak ada
c.
distensi.
2)
e.
Neurosensori
Kerusakan dan sensasi dibawah tingkat anastesia spinal epidural.
28
f.
Nyeri/Ketidaknyamanan
Klien mungkin mengeluh ketidaknyamanan dari berbagai sumber
j.
29
kemampuan/kondisi klien
e. Evaluasi perkembangan kemampuan klien melakukan aktivitas
3. Gangguan Integritas Kulit b.d tindakan pembedahan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan 3 x 24 jam diharapkan integritas kulit
dan proteksi jaringan membaik
Kriteria Hasil : Tidak terjadi kerusakan integritas kulit
Intervensi :
a.
b.
c.
d.
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. PENGKAJIAN
Hari/tanggal pengkajian
Cara pengkajian
A. IDENTITAS
Nama klien : Ny.U
No. CM
: 567693
Umur
: 26 tahun
Status
: Sudah menikah
Suku
: Jawa
32
Agama
: Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan
Alamat
: Sapuran Wonosobo
Diagnosa
Hari/tanggal masuk RS
: Tn.M
Umur
: 28 tahun
Pekerjaan
: Swasta
Alamat
: Sapuran Wonosobo
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Riwayat persalinan
Klien Ny.U (26 tahun) merasakan kenceng-kenceng sejak jam
07.00 tanggal 29/10/13. Klien mengatakan belum merasakan ketuban
keluar. Klien datang ke IGD pada tanggal 29/10/13, sekitar pukul
08.00. Status kehamilan klien dengan keterangan G1P0A0, hamil 40
minggu. Pengkajian fisik klien didapatkan BB: 42kg, TB: 133cm,
LILA: 22cm.
Hasil pemeriksaan di UGD adalah KU: baik, TD: 110/75
mmHg, HR: 100x/mnt, RR: 20x/mnt, T: 36.5C. Hasil pemeriksaan
palpasi menunjukkan janin tunggal, memanjang, preskep, puka, kepala
teraba, DJJ (+) 140x/mnt, his (-), TFU 33 cm. Pemeriksaan dalam
didapatkan hasil: vulva uretra tenang, dinding vagina licin, serviks
tipis lunak, presentasi 5/5, selaput ketuban (+), air ketuban (-).
33
Pada
tanggal
29/10/13
pukul
10.00
WIB
dilakukan
: 22 tahun
b. Riwayat Menstruasi
Menarche umur 14 tahun, siklus teratur (28 hari) dengan lama 5-6
hari. Klien tidak mengalami dismenorhea. Hari Pertama Haid
Terakhir (HPHT) adalah 23 Januari 2013. Hari Perkiraan Lahir
(HPL) adalah 30 Oktober 2013.
34
Klien
mengatakan
selama
kehamilan
mengontrolkan
Persalinan
JK
BB lahir
Tahun
Lahir
Keadaan Bayi
Saat Lahir
1.
SC
2500 gr
2013
Sehat
Usia
Sekaran
g
0 hari
Penolon
g
Bidan
tali pusat
(Rencana pendidikan kesehatan dan demonstrasi pada H1)
d. Nutrisi: Klien mengatakan mengkonsumsi makanan yang bergizi
seperti sayur dan buah-buahan serta tidak melakukan pantangan
terhadap makanan tertentu kecuali yang dilarang oleh agama.
e. Senam nifas: Klien mengatakan belum tahu tentang senam nifas.
(Rencana pendidikan kesehatan pada H1)
f. KB: Klien mengatakan sudah mengetahui jenis-jenis KB.
g. Menyusui: Klien mengatakan akan memberikan ASI kepada
anaknya. ASI klien sudah keluar namun masih sedikit.
6. Riwayat KB: Klien mengatakan belum pernah menggunakan KB.
7. Rencana KB: Klien mengatakan menggunakan KB IUD dan dipasang
setelah operasi SC.
HR : 72x/mnt
Suhu : 37,70C
Hospitalisasi
H0 (30 Oktober 2013)
Pengkajian antropometri :
A: BB: 38 kg
TB: 133 cm
Lila: 22 cm
B: Post op jam 18.00 WIB
tanggal 30 Oktober 2013
Hb : 11,8 gr%
C: Anemis (+), lemas (+)
D: Klien belum diperbolehkan
Hospitalisasi
H0 (30 Oktober 2013)
untuk mengkonsumsi makanan
atau minuman karena belum
flatus, cairan infuse yang masuk
sekitar 300 cc.
b. Cairan
BB setelah melahirkan = 38 kg
IWL = BB x 15 = 38 x 15 = 23,75 cc/jam
24
Tanggal/jam
H0
(30/10/2013)
11.00-16.00
WIB
Input
Balance
cairan
Input
output
Output
a. Infus
RL
300 cc
b. Makan : c. Minum: +
300 cc
a. Urin 150
b. PPV
50
c. IWL 118,75
318,75
cc
cc
cc
cc
-18,75 cc
BAB
Sebelum hospitalisasi :
Klien mengatakan BAB 1-2 hari
sekali.
Saat hospitalisasi :
Pada saat pengkajian tanggal 30
Oktober 2013 klien belum BAB
5. Aktivitas
37
H0 Hospitalisasi (30/10/13)
Mobilisasi
Pemenuhan
ADL (Activity
Daily Living).
Indeks KATZ
dressing,
folley
untuk
selanjutnya
beraktivitas
seperti
memasak
dan
38
capek setelah persalinan, namun lebih besar rasa senang karena telah
melahirkan putra pertamanya.
b. Bonding attachment:
Klien mengatakan senang karena telah melahirkan anak yang
pertama dengan sehat dan selamat. Klien tampak dekat dengan bayi
karena dilakukan rawat gabung dan menyusui bayi walau ASI belum
semuanya keluar dengan lancar. Klien juga terlihat membelai bayi
dan mendekap bayinya walaupun posisinya masih hanya bisa dengan
terlentang.
8. Komunikasi
Klien menggunakan bahasa Jawa dan Indonesia ketika berkomunikasi.
Klien mudah memahami pembicaraan, ekspresi wajah paham dan
kontak mata fokus. Klien dan keluarga terlihat aktif berkomunikasi,
lebih sering menggunakan bahasa Jawa. Keluarga tampak mendekati
klien ketika klien berbicara.
9. Konsep diri
a. Citra tubuh: Klien mengatakan tidak memiliki masalah dengan
tubuhnya dan merasa tidak ada bagian tubuh yang tidak disukai.
b. Harga diri: Klien mengatakan bahwa perasaanya senang, karena
kelahiran anak pertama yang telah melengkapi kebahagiaan keluarga
kecilnya.
c. Peran: Klien mengatakan akan merawat anaknya sendiri dan siap
membesarkan anaknya.
d. Ideal diri: Klien mengatakan akan merawat anak bersama suami dan
keluarganya.
e. Identitas diri: Klien sadar bahwa dirinya sekarang adalah seorang
ibu. Klien juga menyadari tugasnya sebagai istri dan ibu rumah
tangga.
10. Persepsi, sensori, kognitif
39
Klien
mengatakan
nyeri
Klien
mengatakan
nyeri
Klien
mengatakan
merasa
(skala 0-10)
e. Time (T) :
Klien
mengatakan
nyeri
terasa
Mandi
Cuci rambut
Hospitalisasi
Diseka
Belum
12. Beribadah
Klien tidak sholat dahulu setelah melahirkan karena menjalani masa
nifas, akan tetapi klien selalu berdoa dan berdzikir untuk kesehatan dan
keselamatan anak dan keluarganya.
13. Kebutuhan informasi
Klien mendapatkan informasi seputar kehamilan dan persalinan dari
bidan, Puskesmas setempat, dan dari keluarganya.
a. Rencana KB
klien
mengatakan
40
sudah
ber-KB,
klien
41
Inspeksi
Palpasi
8. Paru paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Tidak terkaji.
Auskultasi : Vesikuler.
9. Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Tidak terkaji.
Perkusi
: Suara timpani
11. Urogenitalia
Inspeksi
: 50 cc
Warna
: merah segar
42
Jenis
: lokea rubra
Konsistensi
Bau
: amis, anyir
b. Perineum:
Keadaan
Tanda
:tidak
ada
tanda-tanda
Redness,
Edema,
: bersih
: tidak ada
Bawah
13. Integumen
Tanggal/
Warna
Turgor
jam
kulit
30/10/13 Sianosis (-)
Kurang
16.00
elastis
Keterangan : + : ya
Mukosa
bibir
Kering
Capilarry
reffil
< 2 detik
Lain-lain
-
- : tidak
E. HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM
43
Hasil
Hemoglobin
Leukosit
Eosinofil
Basofil
Netrofil
Limfosit
Monosit
Hematokrit
Eritrosit
Trombosit
MCV
MCH
MCHC
Masa
perdarahan/BT
Masa
pembekuan/CT
Golongan darah
HbSAg
Gula darah sewaktu
12,9
8,9
2,20
0,20
62,90
26,60
8,10
38
4,1
213
93
31
34
2,00
4,00
Nilai
normal
11,7-15,5
3,6-11,0
2,00-4,00
0-1
50-70
25-40
2-8
35-47
3,80-5,20
150-400
80-100
26-34
32-36
1-3
3-6
-
g/dL
103/UL
%
%
%
%
%
%
6
10 /UL
103/UL
fl
pg
g/dL
menit
menit
-
70-150
mg/dl
O
Negatif
80
Satuan
Interpretas
i
Hemoglobin
Hasil
post op
SC
11.8
Nilai
normal
Satuan
11,7-15,5
F. TERAPI FARMAKOLOGI
Terapi post operasi (30 Oktober 2013)
1. Cefotaxime 2x1 gr
2. Ketorolac 3x30 mg
Terapi oral (30 Oktober 2013 pukul 22.00 WIB)
1. Asam mefenamat 3x500 mg
44
g/dL
Interpretas
i
Nama obat
Cefotaxime
2.
Ketorolac
3.
Oksitosin
Indikasi
Kontraindikasi
Infeksi saluran
Hipersensitifitas
pernafasan bagian
terhadap
bawah, infeksi saluran
Sefalosporin.
kemih & kelamin,
gonore, infeksi kulit &
jaringan lunak, infeksi
dalam perut termasuk
peritonitis (radang
selaput perut), infeksi
tulang & sendi, infeksi
susunan saraf pusat
(meningitis/radang
selaput otak).
Ketorolac
tromethamine
Ulkus peptikum
merupakan
suatu aktif,
penyakit
analgesik non-narkotik. serebrovaskular,
Obat ini merupakan diatesis
obat
anti-inflamasi hemoragik,
nonsteroid
yang sindrom
polip
menunjukkan aktivitas nasal,
antipiretik yang lemah hipovolemia,
dan anti-inflamasi.
gangguan ginjal,
riwayat
asma.
Ospentyfilline,
Probenecid atau
garam
lithium.
Kehamilan,
persalinan,
melahirkan atau
laktasi.
Efek samping
Demam, gatal-gatal,
urtikaria
(biduran/kaligata),
sindroma Steven-Johnson,
syok anafilaksis (jarang).
Trombositopenia,
eosinofilia, leukopenia,
vaginitis, moniliasis.
Induksi
persalinan
yang
umur
kandungannya cukup,
mengendalikan
perdarahan
sesudah
melahirkan,
terapi
tambahan pada aborsi
spontan/aborsi karena
kelainan, merangsang
laktasi pada kasus
Disproporsi
sefalopelvik,
plasenta
previa,
kelainan letak /
presentasi janin,
riwayat
sectio
cesarea
(risiko
ruptura uteri lebih
tinggi).
45
Stimulasi berlebih pd
uterus
Kerja antidiuretik
Mual
Reaksi
hipersensitivitas
Vasokontriksi
pembuluh
darah
umbilikus
No.
Nama obat
4.
Methergin
Indikasi
kegagalan ejeksi ASI.
Penanganan
aktif
stadium ke-3 proses
kelahiran, atonia (tidak
adanya tegangan atau
kekuatan
otot)/perdarahan
rahim,
perdarahan
dalam masa nifas,
subinvolusi
(mengecilnya kembali
rahim
sesudah
persalinan
hampir
seperti bentuk asal),
lokiometra
(pembendungan getah
nifas di dalam rongga
rahim).
Kontraindikasi
Wanita
hamil,
belum
terjadi
penurunan kepala
tetapi persalinan
telah
memasuki
stadium pertama
dan
kedua,
hipertensi berat,
toksemia
hipertensif,
penyakit sumbatan
pembuluh darah,
sepsis
(reaksi
umum
disertai
demam
karena
kegiatan bakteri,
zat-zat
yang
dihasilkan bakteri,
atau
keduaduanya),
hipersensitifitas.
Efek samping
Nyeri perut, gangguan
saluran
pencernaan,
berkeringat, pusing, sakit
kepala, erupsi kulit.
Jarang
:
hipertensi,
bradikardia
atau
takhikardia, nyeri dada,
reaksi vasospastik perifer.
Sangat jarang : reaksi
anafilaktik.
Gangguan fungsi
hati atau ginjal.
5.
Asam
mefenamat
Meredakan
nyeri
ringan sampai sedang
karena sakit kepala,
sakit gigi, disminore
primer, trauma, nyeri
otot, dan pasca operasi.
Ulcerasi saluran
pencernaan,
imflamasi saluran
pencernaan kronik
dan
hipersensitifitas
terhadap
asam
mefenamat.
6.
Sulfasferos
Nyeri
Pasien
yang konstipasi,
kolik.
mengalami
tranfusi
darah
yang
berulang
atau anemia yang
tidak disebabkan
oleh kekurangan
besi,
pasien
dengan
ulcus
46
Mengantuk,
pusing,
cemas,
sakit
kepala,
gangguan penglihatan ,
mual, muntah, kembung,
diare dan ruam kulit
lambung,
diare dan
No.
Nama obat
Indikasi
Kontraindikasi
Efek samping
peptikum,
hemokromatosis,
colitis
ulseratif,
enteritis,
serta
penderita
yang
hipersensitif
terhadap
salah
satu atau kedua
zat aktif.
No.
1.
Inisial klien
: Ny.U
Status obstetri
: P1A1H0
Usia
: 26 tahun
Ruang
: Edelweis
Tanggal/Waktu
30 Oktober 2013
16.00 WIB
Data Fokus
DS :
- Klien mengatakan merasa nyeri
pada area jahitan operasi.
- Pengkajian nyeri :
a. Provokatif (P) :
Klien
mengatakan nyeri bertambah
47
Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut berhubungan
dengan agens injuri fisik:
insisi jaringan akibat
tindakan SC
No.
Tanggal/Waktu
b.
c.
d.
e.
f.
2.
30 Oktober 2013
18.00 WIB
Data Fokus
jika klien bergerak.
Palliatif (P) : Klien
mengatakan nyeri sedikit
berkurang jika klien diam/tidak
bergerak di tempat tidur.
Quality (Q) :
Klien
mengatakan nyeri terasa seperti
diiris/perih.
Region (R)
:
Klien
mengatakan merasa nyeri pada
perut bekas operasi
Scale (S)
:
Klien
mengatakan nyeri skala 5 (skala
0-10)
Time (T)
:
Klien
mengatakan nyeri terasa
kadang-kadang (hilang timbul)
dan berlangsung 2-3 menit
DO :
- Terdapat luka post SC melintang
sepanjang 10 cm di antara
simfisis pubis dan umbilikus,
tertutup kassa kering steril.
- Klien tampak membatasi gerakan
karena jika badannya sedikit
bergerak, bekas operasi terasa sakit.
- Klien menunjukkan ekspresi
meringis dan menahan nyeri ketika
bergeser posisi.
- TTV :
TD : 120/90 mmHg
HR : 72 x/mnt
RR : 18 x/mnt
T : 37,7C
DS :
- Klien mengatakan merasa lemas
setelah operasi
DO :
- Klien tampak lemas.
- Klien tampak tiduran dengan posisi
supinasi di atas tempat tidur.
- 5 jam post SC.
- Indeks Katz F (klien belum mampu
melakukan aktivitas secara mandiri,
memerlukan bantuan orang lain)
48
Diagnosa Keperawatan
Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan
kelemahan umum post SC
No.
Tanggal/Waktu
Data Fokus
Mobilisasi : mampu menggerakkan
ekstremitas atas dan sedikit
pergerakan ekstremitas bawah
(menggerakkan jari kaki).
- TTV :
TD : 120/90 mmHg
HR : 72 x/mnt
RR : 18 x/mnt
T : 37,7C
DS :
- Klien mengatakan belum tahu cara
perawatan payudara yang baik dan
benar
- Klien mengatakan belum tahu
tentang senam nifas
- Klien mengatakan belum tahu cara
perawatan tali pusat yang baik dan
benar
- Klien mengatakan akan
memberikan ASI pada bayinya
tanpa nutrisi tambahan selama 6
bulan pertama.
- Klien mengatakan akan merawat
bayinya sendiri.
Diagnosa Keperawatan
3.
1 November
2013
16.00 WIB
Kesiapan meningkatkan
pengetahuan: perawatan
payudara, senam nifas, dan
perawatan tali pusat
DO :
- Klien tampak menyusui bayinya
dengan benar.
- Klien belum dapat menjawab
pertanyaan perawat mengenai
perawatan payudara, senam nifas,
dan perawatan tali pusat.
49
NO
1.
Inisial klien
: Ny.U
Status obstetri
: P1A1H0
Usia
: 26 tahun
Ruang
: Edelweis
DIAGNOSA
TUJUAN DAN
INTERVENSI
KEPERAWATAN
KRITERIA HASIL
Nyeri akut (00132) Setelah
dilakukan 1400 Pain Management
berhubungan
tindakan
keperawatan a. Monitor nyeri (lokasi,
dengan agen injuri selama
3x24
jam
karakteristik, durasi,
50
TTD
Sonia
NO
DIAGNOSA
TUJUAN DAN
KEPERAWATAN
KRITERIA HASIL
fisik: insisi jaringan diharapkan
nyeri
akibat tindakan SC berkurang dengan kriteria
hasil:
a. Klien
melaporkan
nyeri
berkurang
minimal satu tingkat
(dari skala 5 menjadi
4)
b. TD : Diastol : 8090mmHg dan Sistol :
120-130mmHg
HR : 60-100x/mnt
c. Ekspresi wajah klien
rileks.
d. Klien
mampu
mendemonstrasikan
teknik relaksasi nafas
dalam.
e. Klien dapat memilih
posisi nyaman untuk
mengurangi nyeri.
INTERVENSI
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
TTD
NO
2.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Intoleransi aktivitas
(00085)
berhubungan
dengan kelemahan
umum post SC
TUJUAN DAN
KRITERIA HASIL
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 3 x 24 jam
diharapkan kemampuan
aktivitas
dapat
dipertahankan
atau
meningkat dengan kriteria
hasil:
a.Keluarga
membantu
pemenuhan kebutuhan
sehari-hari
klien
(Bathing,
dressing,
toileting, transfering,
continance, feeding).
b.
Indeks
KATZ
menurun satu tingkat
atau lebih (menjadi F
atau E).
INTERVENSI
52
TTD
NO
3.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Kesiapan
meningkatkan
pengetahuan:
perawatan
payudara,
senam
nifas,
dan
perawatan tali pusat
a.
b.
c.
d.
e.
TUJUAN DAN
KRITERIA HASIL
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 3x24 jam klien
mendapatkan
informasi
yang adekuat mengenai
perawatan payudara dan
tali pusar dengan kriteria
hasil:
Klien
melaporkan
memahami 75% mengenai
perawatan payudara.
Klien
melaporkan
memahami 75% mengenai
senam nifas.
Klien
melaporkan
memahami 75% mengenai
perawatan tali pusar.
Klien
mampu
mendemonstrasikan cara
merawat payudara 75%
benar
Klien mampu melakukan
perawatan tali pusat bayi
75 % benar
INTERVENSI
V. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Inisial klien
: Ny.U
Status obstetri
53
TTD
: P1A1H0
Usia
HARI/
TANGGAL
Rabu, 30
Oktober
2013
WAKTU
: 26 tahun
16.00
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
12
16.05
16.10
Ruang
IMPLEMENTASI
: Edelweis
EVALUASI FORMATIF
Memonitor keadaan S :
umum dan TTV
- Klien mengatakan lemas
- Klien mengatakan nyeri
O:
- KU : baik (Compos Mentis
E4M5V5)
- TTV :
TD : 120/90 mmHg
HR : 72 x/mnt
RR : 18 x/mnt
T : 37,7C
Memonitor nyeri
S:
- Klien mengatakan nyeri area
operasi
P : Klien mengatakan nyeri
bertambah jika klien bergerak.
P : Klien mengatakan nyeri
sedikit berkurang jika klien
diam/tidak bergerak di tempat
tidur.
Q : Klien mengatakan nyeri
terasa seperti diiris/perih.
R : Klien mengatakan merasa
nyeri pada perut bekas operasi
S : Klien mengatakan nyeri skala
5 (skala 0-10)
T : Klien mengatakan nyeri
terasa kadang-kadang (hilang
timbul) dan berlangsung 2-3
menit
O:
- Klien menunjukkan ekspresi
meringis dan menahan nyeri
- Terdapat luka post SC melintang
sepanjang 15 cm di antara
simfisis pubis dan umbilikus,
tertutup kassa kering steril.
Mengajarkan teknik S :
relaksasi napas
- Klien mengatakan akan
dalam
melakukan napas dalam saat
merasa nyeri.
54
18.00
Mengkaji
kemampuan klien
terhadap mobilisasi
18.05
Memotivasi klien
untuk mobilisasi:
tirah baring
18.30
12
Evaluasi
55
O:
- Klien dapat melakukan napas
dalam (100% benar).
S:
- Klien mengatakan merasa lemas
setelah operasi
- Klien mengatakan sudah bisa
menggerakkan tangan dan sedikit
menggerakkan kaki, tubuhnya
masih terasa berat
O:
- KU : lemah
- Klien mampu menggerakkan
ekstremitas atas dan sedikit
pergerakan ekstremitas bawah
(menggerakkan jari kaki)
S:
- Klien mengatakan akan
melakukan miring kanan kiri jika
sudah tidak lemas.
O:
- Klien tampak melakukan
mobilisasi dengan bantuan orang
lain.
A:
- Masalah diagnosa keperawatan
1-2 belum teratasi.
P:
- Lanjutkan intervensi diagnosa 1 :
Motivasi klien untuk
melakukan napas dalam saat
nyeri.
Bantu klien memilih posisi
yang benar untuk
meminimalisir nyeri.
Kolaborasi : analgetik
(ketorolac dan asam
mefenamat)
- Lanjutkan intervensi diagnosa 2 :
Motivasi klien untuk
melakukan tirah baring:
miring kanan kiri
Anjurkan keluarga untuk
mendampingi klien dalam
beraktivitas
Kamis,
31 Oktober
2013
16.00
12
16.05
16.10
16.15
Memonitor keadaan S :
umum dan TTV
- Klien mengatakan masih merasa
lemas
- Klien mengatakan masih merasa
nyeri
O:
- KU : baik (Compos Mentis
E4M6V5)
- TTV :
TD : 110/90 mmHg
HR : 80 x/mnt
RR : 20 x/mnt
T : 37,5C
Memonitor nyeri
S:
- Klien mengatakan masih merasa
nyeri
P : Klien mengatakan nyeri jika
klien terlalu banyak bergerak.
P : Klien mengatakan nyeri
berkurang jika klien diam/tidak
bergerak di tempat tidur.
Q : Klien mengatakan nyeri
terasa seperti diiris/perih.
R : Klien mengatakan merasa
nyeri pada perut bekas operasi
S : Klien mengatakan nyeri skala
4 (skala 0-10)
T : Klien mengatakan nyeri
terasa kadang-kadang (hilang
timbul) dan berlangsung 2-3
menit
O:
- Klien menunjukkan ekspresi
meringis dan menahan nyeri
- Terdapat luka post SC melintang
sepanjang 10 cm di antara
simfisis pubis dan umbilikus,
tertutup kassa kering steril.
Motivasi klien
S:
untuk teknik
- Klien mengatakan melakukan
relaksasi napas
napas dalam saat merasa nyeri
dalam
O:
- Klien kooperatif
Mengkaji
S:
kemampuan klien
- Klien mengatakan masih merasa
terhadap mobilisasi
lemas
56
Jumat,
1 November
2013
16.20
16.30
12
07.00
12
07.05
O:
- KU : lemah
- Klien mampu miring kanan kiri
Motivasi klien
S:
untuk melakukan
- Klien mengatakan akan belajar
mobilisasi: duduk
duduk
O:
- Klien kooperatif
Evaluasi
A:
- Masalah diagnosa keperawatan
1-2 teratasi sebagian
P:
- Lanjutkan intervensi diagnosa 1 :
Motivasi klien untuk
melakukan napas dalam saat
nyeri.
Kolaborasi : analgetik
(ketorolac dan asam
mefenamat)
- Lanjutkan intervensi diagnosa 2 :
Motivasi klien untuk
melakukan tirah baring:
miring kanan kiri
Anjurkan keluarga untuk
mendampingi klien dalam
beraktivitas
Memonitor keadaan S :
umum dan TTV
- Klien mengatakan sudah
membaik
- Klien mengatakan masih sedikit
nyeri
O:
- KU : baik (Compos Mentis
E4M6V5)
- TTV :
TD : 110/70 mmHg
HR : 82 x/mnt
RR : 24 x/mnt
T : 37,5C
Memonitor nyeri
S:
- Klien mengatakan masih sedikit
nyeri
P : Klien mengatakan nyeri jika
57
07.10
Motivasi klien
untuk teknik
relaksasi napas
dalam
07.15
Mengkaji
kemampuan klien
terhadap mobilisasi
07.20
Motivasi klien
untuk melakukan
ADL secara
bertahap
07.25
Memberikan
58
O:
- Klien kadang menunjukkan
ekspresi meringis dan menahan
nyeri
- Terdapat luka post SC melintang
sepanjang 15 cm di antara
simfisis pubis dan umbilikus,
tertutup kassa kering steril.
S:
- Klien mengatakan melakukan
napas dalam saat merasa nyeri
O:
- Klien kooperatif
S:
- Klien mengatakan agak sedikit
lemas
- Klien mengatakan sudah bisa
duduk dan jalan.
O:
- KU : baik
- Klien mampu duduk
- Indeks katz : B (klien dapat
melakukan dressing, toiletting,
transferring, continence, dan
feeding secara mandiri)
S:
- Klien mengatakan akan
melakukan aktivitas secara
bertahap
O:
- Klien kooperatif
S:
07.35
07.45
08.00
123
pendidikan
- Klien mengatakan akan
kesehatan mengenai
melakukan perawatan payudara
perawatan payudara
saat di rumah
(breast care)
O:
- Klien tampak antusias saat
diberikan pendidikan kesehatan
mengenai perawatan payudara
Memberikan
S:
pendidikan
- Klien mengatakan akan
kesehatan mengenai
melakukan senam nifas saat di
senam nifas
rumah
O:
- Klien tampak antusias saat
diberikan pendidikan kesehatan
mengenai perawatan payudara
Memberikan
S:
pendidikan
- Klien mengatakan akan
kesehatan mengenai
melakukan perawatan tali pusat
perawatan tali pusat
pada bayinya saat di rumah
O:
- Klien tampak antusias saat
diberikan pendidikan kesehatan
mengenai perawatan tali pusat
Evaluasi
59
A:
- Masalah diagnosa keperawatan
1-2 teratasi
- Masalah diagnosa keperawatan 3
teratasi sebagian
P:
- Pertahankan intervensi diagnosa
1:
Motivasi klien untuk
melakukan napas dalam saat
nyeri.
Kolaborasi : analgetik
(ketorolac dan asam
mefenamat)
- Pertahankan intervensi diagnosa
2:
Motivasi klien untuk
melakukan ADL secara
bertahap
Anjurkan keluarga untuk
mendampingi klien dalam
60
beraktivitas
Lanjutkan intervensi diagnosa 3 :
Motivasi klien untuk
melakukan perawatan
payudara, senam nifas, dan
perawatan tali pusat secara
mandiri
: Ny.U
Status obstetri
: P1A1H0
Usia
: 26 tahun
Ruang
: Edelweis
Tanggal/Wakt
Diagnosa Keperawatan
Evaluasi Sumatif
u
1
November Nyeri akut berhubungan
S:
2013
dengan agens injuri fisik:
- Klien mengatakan masih sedikit nyeri
09.00
insisi jaringan akibat tindakan
P : Klien mengatakan nyeri jika klien terlalu
SC
banyak bergerak.
P : Klien mengatakan nyeri berkurang jika klien
diam/tidak bergerak di tempat tidur.
Q : Klien mengatakan nyeri terasa seperti
diiris/perih.
R : Klien mengatakan merasa nyeri pada perut
bekas operasi
S : Klien mengatakan nyeri skala 3 (skala 0-10)
T : Klien mengatakan nyeri terasa kadang-kadang
(hilang timbul) dan berlangsung 1-2 menit
O:
- Klien kadang menunjukkan ekspresi meringis dan
menahan nyeri
- Terdapat luka post SC melintang sepanjang 15
cm di antara simfisis pubis dan umbilikus, tertutup
kassa kering steril.
- Ekspresi wajah klien lebih rileks dibandingkan
hari sebelumnya.
A:
- Masalah nyeri akut teratasi.
P:
- Pertahankan intervensi :
Motivasi klien untuk melakukan napas dalam
saat nyeri.
Anjurkan klien untuk tidak melakukan
aktivitas berat.
Kolaborasi : analgetik (ketorolac dan asam
mefenamat)
1
November Intoleransi aktivitas
S:
2013
berhubungan dengan
- Klien mengatakan sudah bisa miring kanan kiri
09.00
kelemahan umum post SC
- Klien mengatakan sudah bisa duduk
O:
- KU : baik (Compos Mentis E4M6V5)
61
Tanggal/Wakt
u
Diagnosa Keperawatan
Evaluasi Sumatif
-
1
November Kesiapan meningkatkan
2013
pengetahuan: perawatan
09.00
payudara, senam nifas, dan
perawatan tali pusat
TTV :
TD : 110/70 mmHg
HR : 82 x/mnt
RR : 24 x/mnt
T : 37,5C
Indeks katz : B (klien dapat melakukan dressing,
toiletting, transferring, continence, dan feeding
secara mandiri)
A:
- Masalah hambatan mobiltas fisik teratasi.
P:
- Pertahankan intervensi :
Pantau KU dan TTV
Motivasi klien untuk melakukan ADL secara
bertahap
Anjurkan keluarga untuk mendampingi klien
dalam beraktivitas
S:
- Klien mengatakan perawatan payudara adalah
pemijatan payudara dengan beberapa teknik
gerakan
- Klien mengatakan merawat tali pusat dengan
membalut tali pusat dengan kassa steril
- Klien mengatakan akan melakukan perawatan
payudara dan perawatan tali pusat secara mandiri
di rumah.
O:
- Klien tampak antusias saat diberikan pendidikan
kesehatan mengenai perawatan payudara dan
perawatan tali pusat
- Klien mampu menjawab pertanyaan tentang
perawatan payudara, 50% benar
- Klien mampu menjawab pertanyaan tentang
perawatan tali pusat, 75% benar
A:
- Masalah kesiapan meningkatkan pengetahuan
teratasi sebagian.
P:
- Lanjutkan intervensi :
Motivasi klien untuk melakukan perawatan
payudara dan perawatan tali pusat secara
mandiri
62
BAB IV
PEMBAHASAN
Ny.U (26 tahun) dengan post section caesaria elektif a/i disproporsi kepala
panggul P1A0H0 di Ruang Edelweis RSUD Setjonegoro Wonosobo pada tanggal
29 Oktober 2013. Adapun analisa perbandingan antara kasus dan teori dimulai
dari tahap pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi, yaitu
sebagai berikut :
1.
63
64
65
66
oleh
peningkatan
prostalglandin
sehingga
terjadi
68
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
KESIMPULAN
Persalinan Sectio caesaria dengan anastesi regional a/i letak lintang
merupakan suatu cara melahirkan janin dengan cara pembedahan pada dinding
uterus melalui dinding perut bagian depan karena janin tidak dapat dilahirkan
secara manual pervaginam karena letak lintang yang memunculkan
permasalahan-permasalahan keperawatan pada masa post partum.
Masalah keperawatan yang muncul pada ibu post operasi sectio
caesaria memerlukan pengkajian yang mendetail yang didasarkan pada
konsep 14 kebutuhan dasar manusia sehingga bisa diangkat masalah
70
keperawatan pada ibu post sectio caesaria yang meliputi nyeri akut,
perubahan eliminasi urine, perubahan eliminasi alvi, deficit perawatan diri dan
risiko tinggi infeksi. Penetapan masalah keperawatan yang muncul
menjadikan
dasar
untuk
merumuskan
rencana
keperawatan
yang
B.
SARAN
1. Libatkan keluarga dalam perawatan, sehingga keluarga dapat terus
mendampingi serta memberikan dukungan terhadap klien, terutama
dukungan dalam perawatan ibu dan bayi ketika berada di rumah.
2. Discharge planning merupakan hal yang perlu dilakukan pada ibu post
partum, baik primigravida maupun multigravida. Perawat harus mengkaji
secara mendalam tentang kebutuhan informasi yang klien butuhkan.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, I.J. 2001. Diagnosa Keperawatan, Edisi 8. Jakarta : EGC
Christina, S dan Kristanti, EE. 2010. Mobilisasi Dini Berhubungan Dengan
Peningkatan Kesembuhan Luka Pada Pasien Post Operasi Sectio
Caesaria. Kediri : STIKES RS Baptis Kediri.
Christine, Henderson, Kathleen, Jones. 2005. Buku Ajar Konsep Kebidanan.
Jakarta: EGC.
Cunningham FG, Gant FN, Leveno KJ, dkk. 2005. Obstetri Williams. Edisi 21.
Jakarta: EGC.
Doengoes, Marylinn. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan Maternal/Bayi. Jakarta
: EGC
Hidayat. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
http://dinkes.tasikmalayakota.go.id/index.php/informasi-obat/333-oksitosin.html
http://health.kompas.com.
Kasdu, Dini. 2003. Operasi Caesar Masalah dan Masalahnya. Jakarta : Puspa
71
Swara.
Kozier, Barbara. 2004. Fundamental of Nursing Seventh Edition. Jakarta: EGC.
Manuaba, I.B. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi
dan KB. Jakarta : EGC.
McCLoskey, JC & Bulecheck, GM. 2000. Nursing Interventions Classification
(NIC). Missouri: Mosby, Inc.
Mochtar, Rustam. 2000. Sinopsis Obstetri, Edisi 2, Jilid 1. Jakarta : EGC.
Prawiroharjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan, Cetakan ke-4. Jakarta : Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Price, SA & Wilson, LM. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis dan Proses-Proses
Penyakit. Jakarta : EGC.
Smeltzer, Suzane C., and Bare, Brenda G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medical
Bedah, Volume 2, Edisi 8. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
72
Pathway
73