DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
Vivi Nopriyanti
(G1B1133004)
Putrinugraha W. A. (G1B113022)
Ressy Muspianti
(G1B113005)
(G1B113042)
Shelmia Mitriani
(G1B113014)
Septia Erita
(G1B113043)
Cucup Pradila
(G1B113017)
Sintia Nofriska
(G1B113021)
Debri Krisnanda
(G1B112027)
DOSEN PENGAMPU :
Ns. Sri Mulyani, M.Kep
Puji syukur senantiasa kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT dimana atas
rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan laporan tutorial yang berjudul
Sectio Caesarea (Post Sectio Caesarea).
Adapun tujuan membuat laporan ini adalah untuk melengkapi tugas tutorial
blok Sistem Reproduksi. Laporan ini disusun dari hasil pengumpulan data serta
informasi yang kami peroleh dari buku panduan serta infomasi dari media massa
yang berhubungan dengan tema laporan ini.
Sesuai pepatah Tak ada gading yang tak retak, laporan ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca
agar laporan kami kedepan menjadi lebih baik. Akhirnya, kami berharap semoga
laporan ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.
Jambi,
Maret 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Penulisan2
1.3 Rumusan Masalah
1.4 Manfaat
BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1 Anatomi fisiologi sistem reproduksi
2.2 Definisi
2.3 Etiologi
2.4 Klasifisikasi
2.5 Patofisiologi dan WOC
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sectio caesarea berarti bahwa bayi dikeluarkan dari uterus yang utuh melalui
operasi abdomen. Di negara-negara maju, angka sectio caesarea meningkat dari 5 %
pada 25 tahun yang lalu menjadi 15 %. Peningkatan ini sebagian disebabkan oleh
mode, sebagian karena ketakutan timbul perkara jika tidak dilahirkan bayi yang
sempurna, sebagian lagi karena pola kehamilan, wanita menunda kehamilan anak
pertama dan membatasi jumlah anak (Jones, 2002).
Menurut statistik tentang 3.509 kasus sectio caesarea yang disusun oleh Peel dan
Chamberlain, indikasi untuk sectio caesaria adalah disproporsi janin panggul 21%,
gawat janin 14%, plasenta previa 11% pernah sectio caesaria 11%, kelainan letak
janin 10%, pre eklamsi dan hipertensi 7% dengan angka kematian ibu sebelum
dikoreksi 17% dan sesudah dikoreksi 0,5% sedangkan kematian janin 14,5%
(Winkjosastro, 2005).
Post partum dengan sectio caesaria dapat menyebabkan perubahan atau adaptasi
fisiologis yang terdiri dari perubahan involusio, lochea, bentuk tubuh, perubahan pada
periode post partum terdiri dari immiediate post partum, early post partum, dan late
post partum, proses menjadi orang tua dan adaptasi psikologis yang meliputi fase
taking in, taking hold dan letting go. Selain itu juga terdapat luka post op sectio
caesarea yang menimbulkan gangguan ketidaknyamanan : nyeri dan resiko infeksi
yang dikarenakan terputusnya jaringan yang mengakibatkan jaringan terbuka
sehingga memudahkan kuman untuk masuk yang berakibat menjadi infeksi. Dengan
demikian klien dan keluarga dapat menerima info untuk menghadapi masalah yang
ada, perawat juga diharapkan dapat menjelaskan prosedur sebelum operasi sectio
caesarea dilakukan dan perlu diinformasikan pada ibu yang akan dirasakan
selanjutnya setelah operasi sectio caesarea.
1.2.1
1.2.2
Tujuan khusus
Setelah mempelajari teori dan konsep Asuhan keperawatan Sectio Caesarea
(Post Sectio Caesarea), mahasiswa mampu mengetahui:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Post Sectio
Caesarea ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Mahasiswa
Sebagai bahan materi pembelajaran mahasiswa khususnya dalam format Asuhan
Keperawatan Sectio Caesarea
2. Bagi Institusi Pendidikan
Pembuatan kasus pembelajaran mahasiswa dapat memanfaatkan inovasi dan daya
pikir kritis mahasiswa dalam memecahkan masalah keperawatan Asuhan
Keperawatan Sectio Caesarea
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Anatomi dan Fisiologi
1. Alat Genetalia Eksterna
persalinan. Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat
dan mampu meregang secara luas. Ceruk yang terbentuk di sekeliling
serviks yang menonjol tersebut disebut forniks: kanan, kiri, anterior dan
posterior. Mukosa vagina berespons dengan cepat terhadap stimulasi
estrogen dan progesteron. Sel-sel mukosa tanggal terutama selama siklus
menstruasi dan selama masa hamil. Sel-sel yang diambil dari mukosa
vagina dapat digunakan untuk mengukur kadar hormon seks steroid.
Cairan vagina berasal dari traktus genitalia atas atau bawah. Cairan sedikit
asam. Interaksi antara laktobasilus vagina dan glikogen mempertahankan
keasaman. Apabila pH naik di atas lima, insiden infeksi vagina meningkat
(Bobak, Lowdermilk, Jensen, 2004).
c. Uterus
Uterus merupakan organ muskular yang sebagian tertutup oleh peritoneum
/ serosa. Bentuk uterus menyerupai buah pir yang gepeng. Uterus wanita
nullipara panjang 6-8 cm, dibandingkan dengan 9-10 cm pada wanita
multipara. Berat uterus wanita yang pernah melahirkan antara 50-70 gram.
Sedangkan pada yang belum pernah melahirkan beratnya 80 gram / lebih.
Uterus terdiri dari:
1) Fundus uteri, merupakan bagian uterus proksimal, kedua tuba
fallopi berinsensi ke uterus.
2) Korpus uteri, merupakan bagian uterus yang terbesar. Rongga yang
terdapat pada korpus uteri disebut kavum uteri. Dinding korpus
uteri terdiri dari 3 lapisan: serosa, muskula dan mukosa.
Mempunyai fungsi utama sebagai janin berkembang.
3) Serviks, merupakan bagian uterus dengan fungsi khusus, terletak
dibawah isthmus. Serviks memiliki serabut otot polos, namun
terutama terdiri atas jaringan kolagen, ditambah jaringan elastin
serta pembuluh darah.
4) Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan: endometrium, miometrium,
dan sebagian lapisan luar peritoneum parietalis.
d. Tuba Falopii
Tuba falopii merupakan saluran ovum yang terentang antara kornu uterine
hingga suatu tempat dekat ovarium dan merupakan jalan ovum mencapai
10
rongga uterus. Panjang tuba fallopi antara 8-14 cm. Tuba falopii oleh
peritoneum dan lumennya dilapisi oleh membran mukosa. Tuba fallopi
terdiri atas: pars interstialis : bagian tuba yang terdapat di dinding uterus,
pars ismika : bagian medial tuba yang sempit seluruhnya, pars ampularis :
bagian yang terbentuk agak lebar tempat konsepsi terjadi, pars
infudibulum : bagian ujung tuba yang terbuka ke arah abdomen
mempunyai rumbai/umbul disebut fimbria.
e. Serviks
Bagian paling bawah uterus adalah serviks atau leher. Tempat perlekatan
serviks uteri dengan vagina, membagi serviks menjadi bagian supravagina
yang panjang dan bagian vagina yang lebih pendek. Panjang serviks
sekitar 2,5 sampai 3 cm, 1 cm menonjol ke dalam vagina pada wanita
tidak hamil. Serviks terutama disusun oleh jaringan ikat fibrosa serta
sejumlah kecil serabut otot dan jaringan elastic (Evelyn, 2002).
3. Anatomi Tulang Panggul
11
lekuk besar yang disebut fossa iliaka, di depan krisna iliaka terdapat tonjolan
spina iliaka anterior superior dan di belakang spina iliaka posterior superior.
Os iskii terdiri atas korpus ossis iskii, di belakang asetabulum korpus ossis
iskii mempunyai taju yang tajam disebut spina iskiadika yang terdapat
insisura iskiadika mayor dan dibawahnya spina iskiadika minor. Os pubis
terdiri dari pubis kanan dan kiri yang terdapat tulang rawan disebut simpisis
pubis. (Syaifuddin, 2007).
Konjugata Obstetrika
Sumber : Harry, 2003
Konjugata vera yaitu jarak dari pinggir atas simfisis ke promontorium
panjangnya lebih kurang 11 cm. Jarak terjauh garis melintang pada pintu atas
panggul disebut diameter tranversa. Bila ditarik garis dari artikulasio
sakroiliaka ke titik persekutuan antara diameter transversa dan konjugata vera
dan diteruskan ke linea innominata, disebut diameter oblikua. Konjugata vera
sama dengan konjugata diagonalis dikurangi 1,5 cm. Konjugata obstetrika
merupakan konjugata yang paling penting yaitu jarak antara bagian tengah
dalam simfisis dengan promontorium.
12
13
biasanya dilakukan anestesi spinal atau epidural. Apabila dipilih anestesi umum,
maka persiapan dan pemasangan duk dilakukan sebelum induksi untuk mengurangi
efek depresif obat anestesi pada bayi .(Buku pre operatif .arif muttaqin.2010.hal:507)
Sectio caesarea adalah melahirkan janin melalui insisi pada dinding abdomen
(laparotomi)dan dinding uterus (histerotomi).Definisi ini tidak mencakup pengeluaran
janin dari rongga abdomen pada kasus rupture uteri atau pada kasus kehamilan
abdomen. (obstetri williams,2005).
Kesimpulan dari ketiga pengertian diatas yaitu, Sectio caesarea adalah
pengeluaran janin melalui insisi dinding abdomen. Teknik ini digunakan jika kondisi
ibu menimbulkan distres pada janin atau jika telah terjadi distres janin. Sebagian
kelainan yang sering memicu tindakan ini adalah malposisi janin, plasenta previa,
diabetes ibu, dan disproporsi sefalopelvis janin dan ibu.
14
2.
Fetal distress
His lemah / melemah
Janin dalam posisi sungsang atau melintang
Bayi besar ( BBL4,2 kg )
Plasenta previa
Kalainan letak
Disproporsi cevalo-pelvik ( ketidakseimbangan antar ukuran kepala dan
panggul)
8. Rupture uteri mengancam
9. Hydrocephalus
10. Primi muda atau tua
11. Partus dengan komplikasi
12. Panggul sempit
D. Klasifikasi Sectio Caesarea
1. Insisi Abdomen
a. InsisiVertikal
Insisi vertical garis tengah infra umbilikus adalah insisi yang paling cepat
dibuat.Insisi ini harus cukup panjang agar janin dapat lahir tanpa
kesulitan.Oleh karenanya, panjang harus sesuai dengan taksiran ukuran
janin
b. Insisi Transversal/Lintang
Kulit dan jaringan subkutan disayat dengan menggunakan insisi
transversal rendah sedikit melengkung.Insisi kulit transversal jelas
memiliki keunggulan kosmetik .walaupun sebagian orang beranggapan
15
bahwa insisi ini lebih kuat dan kecil kemungkinannya terlepas ,insisi ini
juga memiliki kekurangan,pada sebagian wanita pemajanan uterus yang
hamil dan apendiksnya tidak sebaik pada insisi vertical.
c. Insisi Uterus
Suatu insisi vertical kedalamkorpus uterus diatassegmenbawah uterus
danmencapai fundus uterus namun tindakan ini sudah jarang digunakan
saat ini.
Keuntungannya adalah menghindari risiko robekan ke pembuluh darah
uterus,kemampuan untuk memperluas insisi jika diperlukan ,hanya pada
segment bawah saja. Untuk presentasi kepala,insisi tranversal melalui
segment bawah uterus merupakan tindakan pilihan.secara umum,insisi
transversal:
Lebih mudah di perbaiki
Terletak ditempat yang paling kecil kemungkinannya rupture disertai
keluarnya janin ke rongga abdomen pada kehamilan berikutnya
Tidak menyebabkan perleketan usus atau omentum ke garis insisi..
d. Tekniki sisisesareaklasik
Kadang-kadang perlu dilakukan insisi klasik untuk melahirkan janin.
Beberapa indikasinya adalah :
Apabila segmen bawah uterus tidak dapat dipajankan atau dimasuki
dengan aman karena kandung kemih melekat atakibat pembedahan
sebelumnya, atau apabila sebuah mioma menempati segmen bawah
apabila selaput ketuban sudah pecah dan bahu terjepit jalan lahir.
Pada sebagian kasus plasenta previa dengan implantasi anterior
Pada sebagian kasus janin yang sengat kecil terutama dengan
16
anestesi bagi ibu sendiri yaitu terhadap tonus uteri berupa atonia uteri sehingga darah
banyak yang keluar. Untuk pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas yang tidak
efektif akibat sekret yan berlebihan karena kerja otot nafas silia yang menutup.
Anestesi ini juga mempengaruhi saluran pencernaan dengan menurunkan mobilitas
usus.
Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan terjadi proses
penghancuran dengan bantuan peristaltik usus. Kemudian diserap untuk metabolisme
sehingga tubuh memperoleh energi. Akibat dari mortilitas yang menurun maka
peristaltik juga menurun. Makanan yang ada di lambung akan menumpuk dan karena
reflek untuk batuk juga menurun. Maka pasien sangat beresiko terhadap aspirasi
sehingga perlu dipasang pipa endotracheal. Selain itu motilitas yang menurun juga
berakibat pada perubahan pola eliminasi yaitu konstipasi. (Saifuddin, Mansjoer &
Prawirohardjo, 2002)
Indikasi Janin
Indikasi ibu
Gawat
janin,
kedudukan janin.
Secsio
Caesaria
Adaptasi
pskologis
Perubahan
psikologis
Luka
operasi
Jaringa
n
terputu
S.reprodu
ksi
Jaringa
n
terbuk
Efek
anaste
si
Kontraksi
uterus
Kerja
medulla
oblungata
18
Kerja
pons
involusi
Meransang
area sensorik
Gangguan
rasa
nyaman
Proteksi
kurang
Invansi
bakteri
MK:
Resiko
MK:
Nyeri
Refleksi
batuk
adekua
t
Pengeluar
an lokea
Kerja
Obat
eliminasi
Tidak
adeku
pendarah
an
Volume
cairan
elektrolit
Akumula
si batuk
Parastalti
k usus
MK:
bersihan
jalan nafas
Mk:
kontipasi
MK: Syok
Hipovole
mik
Kehadiran
anggota
baru
Hipotalam
us
Hipofisis
anterior
Perubaha
n peran
Hormone prolaktin
MK:
Ansietas
Produksi
kolestrum
Kurang
pengalaman
MK:
Ketidakefektifan
pemberian asi
Bayi tidak di
susui
19
MK: kurang
Kolestrum
Payudara
penetahuan
numpuk
didlm
bengkak
MK:
Nyeri
yg
berlebihan
labil
perubahan
emosional
dgn
mengekspresikan
20
21
Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya perut pada
dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptura uteri.
Kemungkinan hal ini lebih banyak ditemukan sesudah sectio caesarea klasik.
I. Penatalaksanaan Sectio Caesarea
1. Pemberian cairan
Karena 6 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian
cairan perintavena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar
tidak terjadi hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh
lainnya. Cairan yang biasa diberikan biasanya DS 10%, garam fisiologi
dan RL secara bergantian dan jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila
kadar Hb rendah diberikan transfusi darah sesuai kebutuhan.
2. Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus
lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral.Pemberian
minuman dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 8 jam pasca operasi, berupa air putih dan air teh.
3. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :
1) Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 8 jam setelah operasi
2) Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur
telentang sedini mungkin setelah sadar
3) Hari pertama post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5
menit dan diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.
4) Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi
setengah duduk (semifowler)
5) Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien
dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan
kemudian berjalan sendiri, dan pada hari ke-3 pasca operasi.pasien
bisa dipulangkan
4. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak
pada penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan
22
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Kasus
Ny. K 20 tahun, P1A0, agama Islam, IRT, pendidikan SD, suku Sunda dirawat
di RS dari 2 hari yang lalu. Saat dilakukan pengkajian, klien mengeluh nyeri
pada perut bagian bawah. Nyeri dirasakan terus menerus seperti disayat benda
tajam, nyeri bertambah saat bergerak atau batuk. Berdasarkan pengkajian TD
110/90 mmHg, Nadi 80 x/mnt, R 20 x/mnt, Suhu 37,5C. TFU 2 jari dibawah
23
pusat, kontraksi uterus kuat, diaktasis rektus abdominis 1 jari, bising usus 12
x/mnt. Tampak lokhea rubra, amis, terpasang kateter. Tampak balutan luka di
abdomen bagian bawah sekitar 10 cm, balutan tampak bersih tidak tampak
pus. Klien bedrest posisi supinasi, skala nyeri 8 (1-10). Menurut keterangan
suaminya, klien takut merubah posisi karena sakit di lukanya. Berdasarkan
instruksi dokter, bedrest dilakukan selama 24 jam karena telah dilakukan
anestesi spinal 12 jam yang lalu. Klien mengatakan ingi meneteki bayinya tapi
tidak tahu cara meneteki karena ini adalah anak pertamanya apalagi sambil
berbaring. Payudara tampak bengkak, kolostrum sudah keluar, puting
menonjol, aerola menghitam. Tampak bayi menangis dalam box bayi di
samping tempat tidur ibunya. Saat diperiksa popok bayi kering. Pemeriksaan
laboratorium Hb 11,2 gr/dL, leukosit 37.000 mm, trombosit 210.000 mm,
protein urine (-). Terapi ceftriazonr 2x1 gr IV, alinamin 2x1 ampul.. Terpasang
infus di ekstremitas atas kirir dengan ringer laktat 20 tts/mnt.
B. Pengkajian
A. IDENTITAS
1.
Nama
: Nn. V
2.
Umur
: 14 tahun
3.
Jenis kelamin
: Perempuan
4.
Agama
: Islam
5.
Pekerjaan
: IRT
6.
Pendidikan
: SD
7.
Suku
: Sunda
B. KELUHAN UTAMA
Nyeri pada perut bagian bawah, nyeri dirasakan terus-menerus seperti
disayat benda tajam, nyeri bertambah saat bergerak atau batuk
P: nyeri bertambah saat bergerak atau batuk
Q: terus-menerus seperti disayat benda tajam
R: pada perut bagian bawah
S: skala 8 (1-10)
T: saat bergerak atau batuk
C. RIWAYAT KESEHATAN
1.
Riwayat sekarang
: Nyeri pada perut bagian bawah, nyeri
dirasakan terus-menerus seperti disayat benda tajam, nyeri bertambah
saat bergerak atau batuk. Klien mengatakan ingi meneteki bayinya tapi
tidak tahu cara meneteki karena ini adalah anak pertamanya apalagi
24
bayi di samping tempat tidur ibunya. Saat diperiksa popok bayi kering.
Riwayat dahulu
:Riwayat keluarga
:Riwayat Kehamilan
: G1P1A0
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
: Tanda-tanda vital
: TD 110/90 mmHg, Nadi 80x/menit, Suhu
3.
No
Data
1. DS:
Ny.K mengeluh nyeri
pada
perut
bagian
seperti
disayat
tajam,
nyeri
benda
bertambah
saat
Etiologi
Op Sectio Caesarea
Terputusnya kontinuitas
Masalah Keperawatan
Nyeri
jaringan
Merangsang area
sensorik
Nyeri
25
2.
DS:
Ny.K mengatakan ingin
meneteki bayinya tapi
tidak tahu cara meneteki
karena itu adalah anak
pertamanya
apalagi
sambil berbaring
DO:
Bayi
tampak
Kurang terpapar
informasi
Kurang pengetahuan
Kurang berpengalaman
Ketidakefektifan
Ketidakefektifan
pemberian
asi
berhubungan dengan
kurang pengetahuan
pemberian asi
di
samping
tempat tidur
3.
DS:
Ny.K mengeluh nyeri
pada
perut
bagian
seperti
disayat
tajam,
nyeri
benda
bertambah
saat
Resiko infeksi
Caesarea
Jaringan terbuka
Proteksi kurang
Invasi bakteri
Reasiko Infeksi
DO:
Hasil
pemeriksaan
Lab:
Leukosit
37.000 mm
D. Diagnosa Keperawatan
1.
Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat
2.
3.
tindakan operasi
Ketidakefektifan pemberian asi berhubungan dengan kurang pengetahuan
Resiko Infeksi berhubungan dengan jaringan terbuka, perawatan teknik
non aseptik
Diagnosa
Nyeri
Tujuan / KH
Setelah dilakukan
berhubungan
tindakan
dengan
keperawatan selama
terputusnya
kontinuitas
jaringan
beradaptasi dengan
akibat
tindakan
Kriteria Hasil :
operasi
Mengungkapkan
nyeri dan tegang
di perutnya
berkurang
Dapat melakukan
Intervensi
Kaji intensitas,
karakteristik, dan derajat
nyeri
Pertahankan tirah baring
selama masa akut.
Terangkan nyeri yang
diderita klien dan
penyebabnya.
Ajarkan teknik distraksi
Kolaborasi pemberian
analgetika narkotik opiat
yang terjadwal sesuai
Rasional
Pengkajian yang spesifik
membantu memilih
intervensi yang tepat
Meminimalkan stimulasi
atau meningkatkan
relaksasi
Meningkatkan koping klien
dalam melakukan
guidance mengatasi
nyeri
Pengurangan persepsi nyeri
Mengurangi onset
dilakukan dengan
tindakan untuk
pemberian analgetika
mengurangi
nyeri
Kooperatif
dalam spectrum
luas/spesifik
27
dengan tindakan
yang dilakukan
TTV dalam batas
normal ; Suhu :
36-37 0 C, TD :
120/80 mmhg,
RR :1824x/menit, Nadi :
2.
80-100 x/menit
Ketidakefekti Setelah diberikan
fan
tindakan
pemberian
keperawatan selama
asi
berhubungan
menunjukkan respon
dengan
breast feeding
kurang
adekuat dengan
pengetahuan
indikator:
melahirkan
2. Berikan
tentang
ibu
informasi
pemberian
membutuhkan
terjadi
setelah
melahirkan
3. Berikan dukungan pada
ibu
dengan 4. Ajarkan
ibu
menyusui
kebutuhan untuk
menyusui
Klien
dapat
mandiri
Tetap
ibu
5.
Evaluasi pemahaman ibu
menyusui secara
asi
payudara
8. Kolaborasi
konseling
dan
pemahaman
tentang
perubahan
fisiologis postpartum
3. Agar ibu tidak takut
untuk menyusui bayinya
karena luka insisi
4. Untuk
menambah
dari bayi
mempertahankan 6. Pantau kemampuan untuk 5.
mengurangi
kongesti
laktasi
Ibu
mampu
payudara dengan benar
6.
mengumpulkan 7. Gunakan alat pemompa
dan menyimpan
bayi
asi
mengungkapkan
puas
juga
Klien
dan
dari
bayi
28
asi
Penyapihan
pemberian
diskontiunitas
pemberian asi
Tidak
ada
respon
3
Resiko
infeksi
berhubungan
dengan
perawatan
teknik non
aseptik
alergik
membantu
mempermudah
pengeluaran asi
8. Kolaborasi untuk bisa
mempertahankan
keberhasilan
dan
proses
pemberian asi
sharing
dengan
ibu
dalam
pemberian
asi
untuk bayi
sistemik
Setelah dilakuan
29
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sectio caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan sayatan pada dinding
uterus melalui dinding depan perut. (Rustam Mochtar, 1992).
Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan
menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin, dengan pertimbangan hal-hal yang
perlu tindakan SC proses persalinan normal lama/ kegagalan proses persalinan
normal ( Dystasia ). Seperti disproporsi kepala panggul, Disfungsi uterus, Distosia
jaringan lunak, Plasenta previa, His lemah / melemah dan pada anak seperti Janin
besar. Gawat janin, Letak lintang dan Hydrocephalus.
30
B. Saran
Dari
masalah kesehatan yang sangat kompleks. Oleh sebab itu diharapkan perawat
mampu menerapkan pola suhan keperawatan yang tepat dari pengkajian hingga
intervensi yang diberikan.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E, Mary Frances Moorhouse dan Alice C. Geisser. (1999).
Rencana
asuhan
keperawatan
pedoman
untuk
perencanaan
dan
31
Sarwono Prawiroharjo. 2009. Ilmu Kebidanan, Edisi 4 Cetakan II. Jakarta : Yayasan
Bina Pustaka
LAMPIRAN
A. Data Tutorial
Pembimbing Tutuorial :
Ketua
Dwiayu
Sekretaris
Hari, Tanggal
B.
Seven Jump
STEP 1 (Klarifikasi Istilah)
32
Lokae rubra adalah cairan secret yang berasal dari vagina selama masa
nifas bewarna merah segar berisi gumpalan darah sisa selaput ketuban,
yang
tinggi
akibat
metabolisme
anaerob.
Kontraindikasi :
33
1.
2.
3.
4.
3.
4.
2.
payudara tidak akan bengkak. Akibat dari payudara bengkak adalah nyeri,
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
jam).
ALINAMIN- F 50 mg berisi Vitamin B1 dan B2 merupakan zat-zat
penting bagi fungsi sistem saraf dan metabolisme karbohidrat. Suplemen
vitamin B1 dan B2 dibutuhkan pada keadaan : Meningkatnya kebutuhan,
seperti pada saat kehamilan dan menyusui pada saat memerlukan banyak
energi, terjadi gangguan penyerapan, seperti pada diare dan gangguan
pencernaan lainnya. Alinamin-F tablet mengandung vitamin B1 dalam
12.
tepat
setinggi
umbilikus (Noble,
1995)
sebagai
akibat
36
13.
minggu.
Bising usus 12 x/mnt: normal
Bayi harus diberikan ASI. (beri pengetahuan pada ibu cara melakukannya)
14.
37