DISUSUN OLEH :
1. ACH. NUR FAJRI R.
2. MIRNA SISILIA
3. MEYLANI ARFIYANTI
4. NUERI NURHALIKAH
5. PRATNYA MARIA U.
6. AISYAH LAKSMI
7. SHABRINA KINANTI A.
8. DEWI UNTARI
9. ERNA SETYA DWI K.
10.INDAH AISSYIATUL F.
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
TINGKAT II REGULER A
PENDAHULUAN
1.4. Manfaat
Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan tentang patofisiologi gangguan pada
sistem reproduksi : Ca. Serviks dalam tubuh manusia sehingga dapat bermanfaat bagi para
mahasiswa keperawatan dalam melakukan pemeriksaan dan tindakan keperawatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Serviks uteri
Serviks uteri merupakan bagian terbawah uterus, yang terdiri dari pars vaginalis dan pars
supravaginalis. Komponen utama dalam serviks uteri adalah otot polos, jalianan jaringan ikat
kolagen dan glikosamin) dan elastin. Bagian luar di dalam rongga vagina yaitu portio
cervicis uteridengan lubang ostium uteri externum, yang dilapisi epitel skuamokolumnar
mukosa serviks, danostium uteri internum.
1. Korpus uteri
Korpus uteri terdiri dari: paling luar lapisan serosa/peritoneum yang melekat pada
ligamentum
latum uteri di
intra abdomen,
tengah
lapisan
muskular / miometrium berupa otot polos tiga lapis (dari luar ke dalam arah
serabut otot longitudinal, anyaman dan sirkular), serta dalam lapisanendometrium yang
melapisi dinding cavum uteri, menebal dan runtuh sesuai siklus haid akibat
pengaruh hormon-hormon ovarium. Posisi corpus intra abdomen mendatar dengan fleksi ke
anterior, fundus
uteri berada
di
atas vesica
urinaria.
Hubungan antara kavum uteri dan kanalis servikalis ke dalam vagina disebut ostium uteri
eksternum. Isthmus adalah bagian uterus antar korpus dan serviks uteri, yang diliputi
olehperitoneum viserale. Isthmus, akan melebar selama kehamilan dan disebut segmen
bawah rahim.
Organ yang berbatasan dengan uterus adalah sebagai berikut:
1. Sebelah atas: rongga rahim berhubungan dengan tuba falopi
2. Sebelah bawah: berbatasan dengan saluran leher rahim (kanalis servikalis)
2.2.
Definisi
Kanker leher rahim adalah kanker primer yang terjadi pada jaringan leher rahim
atau serviks.Sementara lesi prakanker, adalah kelainan pada epitel serviks akibat terjadinya
perubahan sel-sel epitel, namun kelainannya belum menembus lapisan basal.( Andrijono,
2007)
Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumor ganas yang tumbuh didalam leher
rahim atau cerviks (bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina). Kanker
serviks biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun (Nanda.2007)
Karsinoma insitu pada serviks adalah keadaan di mana sel-sel neoplastik terdapat
pada seluruh lapisan epitel. Perubahan prakanker lain yang tidak sampai melibatka seluruh
lapisan epitel serviks disebut dysplasia.
Kanker serviks adalah perubahan sel-sel serviks dengan karakteristik histology.
Proses perubahan pertama menjadi tumor ini mulai terjadi pada sel-sel squamoculummar
junction. Kanker serviks ini terjadi paling sering pada usia 30 sampai 45 tahun, tetapi dapat
terjadi pada usia dini ,yaitu 18 tahun( Mitayani.2009)
2.3.
Etiologi
Penyebab primer kanker leher rahim adalah infeksi kronik leher rahim oleh satu
atau lebih virus HPV (Human Papiloma Virus) tipe onkogenik yang beresiko tinggi
menyebabkan kanker leher rahim yang ditularkan melalui hubungan seksual (sexually
transmitted disease). Perempuan biasanya terinfeksi virus ini saat usia belasan tahun, sampai
tiga puluhan, walaupun kankernya sendiri baru akan muncul 10-20 tahun sesudahnya. Infeksi
virus HPV yang berisiko tinggi menjadi kanker adalah tipe 16, 18, 45, 56 dimana HPV tipe
16 dan 18 ditemukan pada sekitar 70% kasus. Infeksi HPV tipe ini dapat mengakibatkan
perubahan sel-sel leher rahim menjadi lesi intra-epitel derajat tinggi (high-grade
intraepithelial lesion/ LISDT) yang merupakan lesi.( FKUI.2008)
Factor lain yang berhubungan dengan kanker serviks adalah aktivitas seksual
terlalu muda (<16 tahun), jumalah pasangan seksual yang tinggi (> 4 orang), adanya riwayat
infeksi berpapil (warts).Karena hubungannya erat dengan infeksi HPV, wanita yang mendapat
atau menggunakan penekan kekebalan (immunosuppressive) dan penderita HIV beresiko
menderita kanker serviks.Bahan karsinogenik spesifik dari temabakau dijumpai dalam lender
serviks wanita perokok.Bahan ini dapat merusak DNA sel epitel skuamosa dan bersama
dengan infeksi HPV mencetuskan transformasi maligna. (M.Farid.2006)
2.4.
Patofisiologi
Pada perempuan saat remaja dan kehamilan pertama, terjadi metaplasia sel
skuamosa serviks. Bila pada saat ini terjadi infeksi HPV, maka akan terbentuk sel baru hasil
transformasi dengan partikel HPV tergabung dalam DNA sel. Bila hal ini berlanjut maka
terbentuklah lesi prekanker dan lebih lanjut menjadi kanker. Sebagian besar kasus displasia
sel servix sembuh dengan sendirinya, sementara hanya sekitar 10% yang berubah menjadi
displasia sedang dan berat.50% kasus displasia berat berubah menjadi karsinoma.Biasanya
waktu yang dibutuhkan suatu lesi displasia menjadi keganasan adalah 10-20 tahun.Kanker
leher rahim invasif berawal dari lesi displasia sel-sel leher rahim yang kemudian berkembang
menjadi displasia tingkat lanjut, karsinoma in-situ dan akhirnya kanker invasif. Penelitian
terakhir menunjukkan bahwa prekursor kanker adalah lesi displasia tingkat lanjut (highgrade dysplasia) yang sebagian kecilnya akan berubah menjadi kanker invasif dalam 10-15
tahun, sementara displasia tingkat rendah (low-grade dysplasia) mengalami regresi spontan.
(FKUI.2008)
Kanker insitu pada serviks adalah keadan dimana sel-sel neoplastik terjadi pada
seluruh lapisan epitel disebut dysplasia.Dysplasia serviks intraeptielal (CNI).CNI terbagi
menjadi tiga tingkat, yaitu tingkat satu ringan, tingkat dua sedang, tingkat tiga berat.Tidak
ada gejala spesifik pada kanker serviks, perdarahan merupakan gejala satu-satunya yang
nyata, tetapi gejala ini ditemukan pada tahap akhir pada tahap awal tidak.
Karsinoma serviks timbul dibatasi antar yang melapisi ektoserviks (portio) dan endoserviks
kanalis serviks yang disebut skuamo kolumnar junction (SCJ).
Tumor dapat tumbuh : (Mitayani,2009)
Eksofilik
Mulai dari arah SCJ keaearh lumen vagina sebagai massa proliferative yang mengalami
infeksi skunder dan nekrosis.
Endofilik
Mulai dari SCJ tumbuah kedalam stroma serviks dan cenderung infiltrative membentuk ulkus
Ulseratif
Mulai dari SCJ dan cenderung merusak struktur jaringan pelvis dengan melibatkan
fornices vagina untuk menjadi ulkus yang luas. Serviks normal secara alami akan mengalami
metaplasi atau erosi akibat saling desak kedua jenis epitel yang melapisinya. Dengan
masuknya mutagen, portio yang erusif (metaplasia skuamos) yang semula faali berubah
menjadi patologik (diplatik-diskarotik) melalui tinggkatan NIS-I,II,III dan KIS untuk
akhirnya menjadi karsinoma invansive. Sekali menjadi mikroinvansive, proses keganasan
akan terus berjalan.
Tahap invansive ini akan terus berlanjut:
Tahap I dimana kanker hanya terbatas pada serviks saja tapi telah mengalami invasi
ke stroma serviks. Akibat invasi pada stoma serviks, yang dapat mengakibatkan
kerusakan pada struktur serviks. Kerusakan tersebut menyebabkan ulserasi yang
disertai dengan perdarahan spontan setelah coitus serta tejadi anemia. Selain itu,
ulserasi juga menyebabkan sekresi serviks yang berlebihan, sehingga timbul
keputihan yang berbau khas.
Tahap II
Tahap II sudah ada perluasan kanker kearah bawah serviks tapi tidak melibatkan dinding
panggul dan telah mengenai daerah vagina dan akan terjadi nekrosis pada vagina dan juga
akan adanya pengeluaran cairan vagina yang berbau busuk dan juga disertai pendarahan.
Tahapan III penyebaran ke vagina yang lebih luas dan juga mengalami penyebaran
pada dinding panggul.Pada tahap ini kanker meluas ke sistem perkemihan,
pencernaan, pernapasan, dan otak. Metastasis pada sistem perkemihan dapat
menyebabkan penyumbatan ureter atau penuhnya kandung kemih yang dapat
menyebabkan terjadinya gangguan eliminasi urine. Metastasis pada bagian
pencernaan dapat menyebabkan terbentuknya ulkus dan terjadinya perdarahan. Selain
itu, juga dapat terjadi peningkatan asam lambung yang merangsang mual dan muntah.
Metastasis pada sistem pernapasan menyebabkan gangguan pengembangan paru
sehingga terjadi gangguan pertukaran gas. Dan metastasis pada bagian otak
menyebabkan terjadinya kerusakan sistem saraf sehingga terjadi stoke dan kematian.
CNI biasanaya terjadi disambungan epitel skuamosa dengan epitel kolumnar dan
mukosa endoserviks, keadaan ini tidak dapat diketahui dengan cara panggul rutin, pap smear
dilaksanakan untuk mendeteksi perebuahan. Neoplastik hasil apusan abnormal dilanjutkan
dengan biyopsi kolposkop fungsinya mengarahkan tindakan biyopsy dengan mengambil
sample, biopsy kerucut harus dilakukan.
Stadium dini CNI dapat diangkat seluruhnya dengan biopsy kerucut atau
dibersihkan dengan laser kanker atau bedah beku, atau biasa juga disebut histerektomi bila
klien merencanakan untuk tidak punya anak.Kanker invasive dapat meluas sampai jaringan
ikat, pembuluh limfe dan vena.Vagina ligamentum kardinale. Endomentrum penanganan
yang dapat dilaksanakan yaitu radioterapi atau histerektomi radikal dengan mengangkat
uterus atau ovarium jika terkena kelenjar limfe aorta diperlukan kemoterapi.(Price, Sylvia A.
2006).
Kanker cervik merupakan kanker ginekologi yang pada tahap permulaan
menyerang pada bagian lining atau permukaan cervix.Kanker jenis ini tidak dengan segera
terbentuk menjadi sel yang bersifat ganas melainkan secara bertahap berubah hingga
akhirnya menjadi sel kanker.Tahap perkembangan ini yang kemudian disebut sebagai tahap
pre-kanker (pre-cancerous yaitu displasia, neoplasia intraepitel cervik atau CIN, dan lesi
squamosa intraepitel atau SIL) kanker cervik diawali dengan terbentuknya tumor yang
bersifat bulky (benjolan) yang berada pada vagina bagian atas kemudian tumor ini berubah
menjadi bersifat invasif serta membesar hingga memenuhi bagian bawah dari pelvis.Jika
invasinya kurang dari 5 mm maka dikategorikan sebagai karsinoma dengan invasi mikro
(microinvasif) dan jika lebih dari 5 mm atau melebar hingga lebih dari 7 mm maka disebut
sebagai tahap invasif.Pada tahap ini disebut juga tahap kanker dan membutuhkan evaluasi
tahap perkembangan kanker atau stage.Akhirnya, tumor tersebut berubah menjadi bersifat
destruktif dengan manifestasi ulcerasi hingga terjadi infeksi serta nekrosis jaringan.Infeksi
HPV yang berjenis oncogenik merupakan factor utama penyebab kanker cervik.HPV
merupakan virus tumor yang ber-DNA rantai ganda yang menyerang lapisan epitel basal pada
daerah transformasi cervik dimana sel-selnya sangat rapuh.HPV menginfeksi cervik ketika
trauma mikro terjadi atau erosi pada lapisan tersebut. Virus ini mampu menghindari deteksi
system imun dengan cara membatasi ekspresi gen dan replikasinyanya hanya pada lapisan
supra basal dan dapat tetap berada pada lokasi tersebut untuk jangka waktu yang lama.
(Sharma et al, 2007).
Pada umumnya screening awal (pap smear) mampu mengidentifikasi abnormalitas
namun pemeriksaan sebaiknya dilanjutkan melalui colposcopy, CT scan, atau MRI untuk
mendapatkan hasil yang definitive. Federation of Gynecology and Obstetrics memberikan
batasan mengenai tahapan-tahapan pada kanker cervik yang selanjutnya tahapan-tahapan ini
menjadi tahapan penting guna menentukan terapi yang cocok untuk penderita.
2.5.
Manifestasi Klinis
Kebanyakan sering asimtomatik. Saat terdapat rabas atau perdarahan yang tidak
teratur (Boughman.2000)
1. Rabas meningkat jumlahnya dan menjadi cair. Rabas ini berwarnagelap dan berbau
busuk karena nekrosis dan infeksi dari tumor
2. Perdarahan terjadi pada interval yang tidak teratur antara periode atau setelah
menopasu, cukup besar dibandingkan hanya bercak yang terdapat pada pakaian
dalam, dan biasanya terlihat setelah trauma ringan (hubungan seksual, douching, atu
defekasi)
3. Dengan berjalanya penyakit, perdarahan mungkin persisten dan meningkat.
4. Sejalan dengan berkembangnya kanker, jaringan disebelah luar serviks terserang,
termasuk kelenjar limfe anterior ke sacrum saraf yang terkena mengakibatkan nyeri
yang sangat pada pungung tungkai.
Tahap akhir: kurus ekstrem dan anemia, sering dengan demam akibat infeksi sekunder dan
abses pada massa yang mengalami ulserasi, dan membentuk fistula.
2.6.
WOC
2.7.
Stadium I
Stadium Ia
Stadium Ia1
Stadium Ia2
Stadium Ib
Stadium Ib1
Stadium Ib2
Stadium II
Stadium IIa
Telah melibatkan
parametrium
Stadium IIb
Stadium III
Stadium IIIa
Stadium IIIb
Stadium IV
Stadium Iva
Stadium IVb
2.8.
vagina
tapi
belum
melibatkan
atau
adanya
Pemeriksaan Diagnostik
Ada beberapa cara memeriksakan kanker serviks, diantaranya:
Pemeriksaan Pap Smear adalah satu cara pemeriksaan sel serviks yang dapat
mengetahui perubahan perkembangan sel rahim, sampai mengarah pada pertumbuhan sel
kanker tubuh lagi pada bagian atas vagina setelah dilakukan operasi pengangkatan rahim
(histerektomi).
Wanita yang dianjurkan untuk melakukan tes pap smear biasanya mereka yang
tinggi aktivitas seksualnya. Namun tidak menjadi kemungkinan juga wanita yang tidak
mengalami aktivitas seksualnya memeriksakan diri.
Biopsi
Bila pemeriksaan kolposkopi terlihat ada kelainan epitel atau kelainan pembuluh
darah maka harus dibuktikan dengan pemeriksaan patologi yaitu dengan melakuakan biopsi
(dengan biops target atau dengan loop electrical excision of the transformation zone (LETZ)
mengambil sedikit sayatan jaringan menggunakan alat loop tenaga listrik.
Konisasi
Bila pemeriksaan kolposkopi tidak akurat tetapi pada pemeriksaan pap smear
terdapat lesi prekanker maka diagnosis sebaiknya ditetapkan dengan pemeriksaan konisasi.
Konisasi adalah mengambil jaringan servikal dengan pembedahan kecil, serviks diambil
dengan bentuk irisan seperti kerucut.Irisan dapat dilakukan dengan pisau, kawat listrik/kauter,
atau dengan laser.Kadang memerlukan anestesi lokal.
Vagina inflammation self test card adalah alat pendeteksian yang dapat
menjadi warning sign. Yang ditest dengan alat ini adalah tingkat keasaman (pH), test ini
cukup akurat, sebab pada umumnya apabila seorang wanita terkena infeksi, mioma, kista
bahkan kanker serviks, kadar pHnya tinggi. Dengan begitu maka melalui tets ini paling tidak
wanita dapat mengetahui kondisi vagina mereka secara kasar.
Schillentest
Kolpomikroskopi
Gineskopi
2.9.
Penatalaksanaan
Terapi local
Terapi local dilakukan pada penyakit prainvasif, yang meliputi biopsy, cauterasi, terapi
laser, konisasi, dan bedah buku.
Histerektomi
Histerektomi mungkin juga dilakukan tergantung pada usia wanita, status anak, dan atau
keinginan untuk sterilisasi. Histerektomi radikal adalah pengangkatan uterus, pelvis dan
nodus limfa para aurtik.
Pembedahan dilakukan untuk pengangkatan sel kanker. Pembedahan ini dilakukan pada
kanker serviks invasive. Pada terapi batang eksternalbertujuan mengatahui luas dan lokasi
tumor serta mengecilkan tumor.
Terapi ini dilakukan jika nodus limfe positif terkena dan bila batas-batas pembedahan itu
tegas.Untuk terapi radiasi ini biasanya para wanita dipasang kateter urine sehingga tetap
berada di tempat tidur, makan makanan dengan diet ketat dan memakan obat untuk
mencegah defekasi, karena pada terapi ini biasanya terpasang tampon (aplikator)
Eksenterasi pelvica.
Penatalaksanaan ini dilakukan jika terjadi kanker setempat yang berulang. Penatalaksanaan
ini dapat dilakukan pada bagian anterior, posterior, atau total tergantung organ yang diangkat
ditambah dengan uterus dan nodus limfa disekitarnya.
Terapi biologi
Kemoterapi
Terapi nutrisi
Tindakan bergantung pada usia, paritas, tua kehamilan, dan stadium kanker :
1. Wanita relatif muda dan hamil tua dengan kanker stadium dini, dapat melahirkan janin
secara spontan
2. Dalam trimester I dijumpai kanker serviks, dilakukan abortus buatan, kemudian
diberikan pengobatan radiasi
3. Dalam trimester II kehamilan: segera lakukan histerektomi untuk mengeluarkan hasil
konsepsi, kemudian diberikan dosis penyinaran
4. Wanita yang masi relatif muda dan mendambakan anak dengan kanker serviks
dilakukan konisasi atau amputasi porsio kemudian dikontrol dengan baik. Bila anak
cukup maka dikerjakan histerektomi.
2.10.
Komplikasi
Kanker serviks stadium lanjut ataupun kanker serviks yang tumbuh lagi setelah
pengobatan dapat menyebabkan kematian pada penderitanya karena kegagalan
pengobatan.Pada stadium lanjut, kanker dapat menyebar (metastase) ke berbagai organ
lainnya sehingga dapat menyebabkan gangguan fungsi berbagai organ, seperti ginjal, paruparu, hati dan organ lainnya. (Hartati Nurwijaya, dkk, 2010)
Sedangkan menurut Wan Desen, 2011, komplikasi kanker serviks uteri adalah
sebagai berikut:
a)
Retensi uri
Pada waktu histerektomi total radikal mudah terjadi rudapaksa pleksus saraf dan pembuluh
darah kecil intrapelvis, hingga timbul gangguan sirkulasi darah, disuria, retensi uri. Biasanya
pasca operasi dipertahankan saluran urin lancer 5 7 hari, secara berkala dibuka 3 4 hari,
fungsi buli-buli biasanya dapat pulih.Pada retensi uri sekitar 80% dalam 3 minggu fungsi
buli-bulinya.
b)
Pasca pembersihan kelenjar limfe pelvis, drainase limfe tidak lancar, dapat terbentuk kista
limfatik retroperitoneal, umumnya pasien asimtomatik dan mengalami absorpsi spontan, bila
kista terlalu besar timbul rasa tak enak perut bawah, nyeri tungkai bawah, akumulasi cairan
kista dikeluarkan, gejala akan mereda.
c)
Pasca radiasi pelvis, pasien umumnya mengalami sistitis radiasi ataupun rektitis radiasi yang
bervariasi derajatnya.Gejala berupa rasa tak enak abdomen bawah, polakisura, disuria atau
hematuria, tenesmus, mukokezia, hematokezia.Bagi pasien dengan derajat ringan tak perlu
ditangani, bila derajat sedang ke atas umumnya diobati dengan anti radang, hemostatik,
antispasmodic, dll.Penting diketahui bahwa penyakit kanker bukanlah otomatis berakhir pada
kematian.Timbulnya ketakutan pada penderita kanker dan kanker serviks khususnya, karena
selama ini kanker belum ada obatnya.Namun sejalan dengan waktu dan penemuan baru di
bidang penelitian kanker, baik penemuan jenis perawatan dan bagaimana caranya sel-sel
kanker berkembang sudah diketahui.Kini banyak pasien kanker yang dapat bertahan hidup
dan bahkan bisa sembuh.
2.11.Prognosis
Faktor yang mempengaruhi prognosis banyak, seperti stadium klinis, tipe
patologi, metastasis kelenjar limfe, manipulasi operasi, dll.Semuanya dapat mempengaruhi
hasil terapi.Maka dalam terapi pasien kanker serviks uteri harus berpikir komprehensif,
melakukan pemeriksaan cermat, analisis terpadu barulah menetapkan rejimen terapi.Setelah
terapi masih harus periksa ulang berkala. (Wan Desen, 2011)
Karsinoma serviks yang tidak dapat diobati atau tidak memberikan respons
terhadap pengobatan, maka 95% akan mengalami kematian dalam 2 tahun setelah timbul
gejala. Pasien yang menjalani histerektomi (operasi pengangkatan rahim) dan memiliki rasio
tinggi terjadinya kekambuhan harus terus diawasi karena walaupun setelah histerektomi total
masih dapat terjadi kekambuhan dalam 2 tahun sebesar 80%. Sehingga prognosis penyakit ini
tergantung dari stadium penyakit dan pengobatan yang dilakukan sedini mungkin. Khusus
kanker serviks, data rumah sakit di Indonesia mendapatkan bahwa lebih dari 70% penderita
kanker serviks datang berobat pada stadium tinggi atau lanjut sehingga angka kegagalan atau
tidak memuaskan pengobatan tinggi sehingga angka kematian tinggi. Jika tidak terdeteksi
lebih dini, maka kanker serviks akan berakibat fatal. Banyak kematian akibat kanker serviks
yang terjadi di seluruh dunia karena pada saat dilakukan skrining ditemukan penderita sudah
pada tahap stadium tinggi.
2.12. Pencegahan
Screening
IVA
IVA yaitu singkatan dari Inspeksi Visual dengan Asam asetat. Metode pemeriksaan dengan
mengoles serviks atau leher rahim dengan asam asetat. Kemudian diamati apakah ada
kelainan seperti area berwarna putih.Jika tidak ada perubahan warna, maka dapat dianggap
tidak ada infeksi pada serviks. Anda dapat melakukan di Puskesmas dengan harga relatif
murah. Ini dapat dilakukan hanya untuk deteksi dini. Jika terlihat tanda yang mencurigakan,
maka metode deteksi lainnya yang lebih lanjut harus dilakukan.
2)
Pap smear
Metode tes Pap smear yang umum yaitu dokter menggunakan pengerik atau sikat untuk
mengambil sedikit sampel sel-sel serviks atau leher rahim. Kemudian sel-sel tersebut akan
dianalisa di laboratorium. Tes itu dapat memberi jawaban apakah ada infeksi, radang, atau
sel-sel abnormal. Menurut laporan sedunia, dengan secara teratur melakukan tes Pap smear
telah mengurangi jumlah kematian akibat kanker servix.
3)
Thin prep
Metode Thin prep lebih akurat dibanding Pap smear. Jika Pap smear hanya mengambil
sebagian dari sel-sel di serviks atau leher rahim, maka Thin prep akan memeriksa seluruh
bagian serviks atau leher rahim. Tentu hasilnya akan jauh lebih akurat dan tepat.
Kolposkopi
Jika semua hasil tes pada metode sebelumnya menunjukkan adanya infeksi atau
kejanggalan, prosedur kolposkopi akan dilakukan dengan menggunakan alat yang dilengkapi
lensa pembesar untuk mengamati bagian yang terinfeksi. Tujuannya untuk menentukan
apakah ada lesi atau jaringan yang tidak normal pada serviks atau leher rahim. Jika ada yang
tidak normal, biopsi pengambilan sejumlah kecil jaringan dari tubuh dilakukan dan
pengobatan untuk kanker serviks segera dimulai .
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1.Pengkajian
1. Identitas klien
Nama
Umur
Jenis kelamin
Alamat
:
Keluhan utama
Pasien biasanya datang dengan keluhan nyeri intraservikal disertai dengan keputihan
meyerupai air, berbau, bahkan perdarahan.
Biasanya klien pada stsdium awal tidak merasakan keluhan yang mengganggu, baru pada
stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti: perdarahan, keputihan dan rasa
nyeri intra servikal.
Perlu ditanyakan apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit seperti ini atau
penyakit menular lain.
Riwayat psikososial
Dalam pemeliharaan kesehatan dikaji tentang pemeliharaan gizi di rumah dan bagaimana
pengetahuan
keluarga
tentang
penyakit
kanker
serviks.
Kanker
serviks sering dijumpai padakelompok sosial ekonomi yang rendah, berkaitan erat dengan
kualitas dan kuantitas makanan atau gizi yang dapat mempengaruhi imunitas tubuh, serta
tingkat personal hygiene terutama kebersihan dari saluran urogenital.
1. Pemeriksaan fisik
2. Inspeksi
Klien tampak kelelahan, rambut jarang, tubuh pasien kurus dan tampak sering ingin mual,
kulit pucat disebabkan karena anemia, mata cekung disebabkan karena kurang tidur, klien
tanpak meringis menahan kesakitan, klien mengalami keputihan, klien juga mengalami
pendarahan yang sering
3. Palpasi
Pada palpasi didapati nyeri pada abdomen dan nyeri pada punggung bawah
Pemeriksaan diagnostik
1. Mendeteksi kanker serviks dengan Pap Smear
2. Biopsi
3. Konisasi
4. IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat)
5. Mendiagnosis serviks dengan kolposkop
6. Vagina inflammation self test card
7. Schillentest
8. Kolpomikroskopi
9. Gineskopi
3.2.Analisis data
No. Data
Etiologi
Masalah keperawatan
Ca serviks
Pre-medikasi
1
DS:
Pasien mengatakan
merasa
sakit
ketika
Eksolitik
hubungan suami-istri
Terjadi perdarahan
setelah hubungan
yang
kemudian berlanjut menjadiDari
SCJ
kearah
lumen
vagina
DO: -
Massa proliferasi
Nekrosis jaringan
DS:
Ca serviks
Nyeri
Mengungkapkan
secara verbal atau isyarat
Menginfiltrasi jar. Sekitar
DO:
Menekan serabut saraf
Gerakan menghindari
nyeri
Perubahan
makan dan makan
-
nafsuNyeri
Perilaku ekspresif
DS:
Ca serviks
Pengungkapan rasa
malu/ bersalah
Kemoterapi
Pengungkapan rasa
negative diri
Perubahan penampilan
DO:
permasalahan
Membesar-besarkan
permasalahan
Merasionalisasi
kegalalan diri
2
DS: -
Ca serviks
DO: -
Pembedahan
3
DS:
Ca serviks
Ansietas
Pasien mengatakan
takut mati dan tidak mau
Pembedahan
mati
Tingkat kesembuhan
DO:
Bingung
TTV abnormal
DS:
Ca serviks
Klien mengatakan
mual dan ingin muntah
Kemoterapi
Tidak nafsu makan
Mual, muntah
DO:
habis
BB turun
Porsi makan tidak
Ketidakseimbangan
nutrisi
kurang
kebutuhan tubuh
dari
Tampak kurus
3.3.Diagnosa keperawatan
Pre-medikasi
1. Gangguan pola seksual berhubungan dengan deficit pengetahuan tentang respon
alternative terhadap perubahan kondisi kesehatan
2. Nyeri berhubungan dengan nekrosis jaringan pada serviks akibat penyakit kanker
serviks
Pasca-medikasi
1. Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan dalam gaya hidup dan
penampilan akibat efek samping kemoterapi
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur infasif
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual
dan muntah akibat dari efek samping kemoradiasi
3.4.Intervensi
Pre-medikasi
a. Gangguan pola seksual berhubungan dengan deficit pengetahuan tentang respon
alternative terhadap perubahan kondisi kesehatan
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam klien dan pasangan
dapat memahami bahwa seksualitas tidak hanya terbatas pada aktivitas fisik
Kriteria hasil:
-
Intervensi
Rasional
b. Nyeri berhubungan dengan nekrosis jaringan pada serviks akibat penyakit kanker
serviks
Tujuan: menghilangkan/mengurangi nyeri yang dirasakan klien dalam 2x24 jam
Kriteria hasil:
-
Nyeri hilang/berkurang
Intervensi
Rasional
nyeri
0-10
Kaji pernyataan verbal dan non verbal Ketidaksesuaian antara verbal dan non
nyeri pasien.
verbal menunjukan.derajat nyeri
kenyamanan,
KOLABORASI:
Berikan analgesik rutin s/d indikasi.