Disusun oleh:
Kelompok 9
1. Aulia Anggraeini
2. Rohbert Rio Boven
3. Meikel Lokobal
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik pikiran maupun materinya.
Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman untuk para pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah
ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Masalah kesehatan reproduksi yang banyak dialami oleh wanita saat ini yaitu
kanker serviks. Kanker serviks menempati urutan kedua sebagai penyebab kematian
wanita diseluruh dunia setelah kanker payudara. Kanker serviks adalah tumor ganas
yang terjadi pada serviks atau leher rahim suatu daerah pada organ reproduksi wanita
yang merupakan pintu masuk ke arah rahim dan ling senggama.(Notodiharjo 2002
dalam Ria Riksani & Reimediaservis 2016). Kanker serviks atau kanker mulut rahim
adalah penyakit keganasan dari serviks yang disebabkan oleh Human papiloma virus
(HPV).Faktor lain yang menyebabkan terjadinya kanker serviks yaitu pernikahan
pada usia muda, berganti–ganti pasangan seksual, jarak kelahiran yang terlalu
dekat,dan kondisi sosial ekinomi yang rendah. Terjadinya kanker serviks diawali
pada inveksi lapisan sel–sel serviks. Sel ini
tidak tiba–tiba berubah menjadi sel kanker, tetapi berkembang secara bertahap karena
pangaruh zat–zat yang bersifat karsinogen (zat pemicu kanker). Awalnya sel yang
normal berubah menjadi sel prakanker, kemudian menjadi sel kanker.(Ria Riksani &
Reimediaservis 2016).
Setiap tahun, sekitar 470.000 orang diseluruh dunia didiagnosis menderita
kanker serviks, 230.000 orang diantaranya harus meninggal karena penyakit
berbahaya ini, dan lebih dari 190.000 orang diantaranya berasal dari negara
berkembang. Dari kasus yang berkembang dalam tiga dekade terakhir, diketahui
bahwa terdapat peningkatan kasus kanker serviks pada wanita yang berusia lebih
mudah, yaitu dibawah 30 tahun. Angka kematian yang disebabkan oleh kanker
serviks, dilaporkan bahwa setiap dua menit, seorang wanita didunia meninggal dunia,
sementara di Asia pasifik, setiap empat menit 1 wanita meninggal dunia dan di
Indonesia setiap satu jam 1 wanita meninggal dunia. (Ria Riksani & Reimediaservis,
2016) Indonesia berada pada posisi keenam dari 50 negara di dunia degan angka
kematian akibat kanker serviks yaitu 7.493 orang, sedangkan untuk Asia Indonesia
berada pada urutan keempat dengan jumlah penderita sebanyak 17,3 per 100.000
perempuan pertahun. Di Indonesia Sekitar 20.928 wanita didiagnosa kanker serviks
wanita (ICO onformation cencer on HPV and center 2014 dalam studi kasus
Darmawati 2017).
B. Rumusan masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan Kritis Pada Pasien Kanker Serviks ?
C. Tujuan
Untuk Mengetahui Asuhan Keperawatan Kritis Pada Pasien Kanker Serviks
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Kanker Serviks
1. Pengertian
Kanker serviks adalah tumor ganas primer yang berasal dari sel epitel skuomosa.
kanker serviks merupakan kanker yang terjadi pada serviks atau leher rahim, suatu
daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk kearah rahim,
letaknya antara rahim dan liang seggama(vagina). (Notodiharjo, 2002 )
3. Epidemiologi
Indonesia sedang mengalami transisi epidemiologi dari penyakit menular ke
Penyakit Tidak Menular (PTM). Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2018 diketahui
bahwa terjadi peningkatan prevalensi kanker yang cukup signifikan yaitu sebesar
28% dan beberapa indikator GERMAS belum menunjukkan perbaikan dibandingkan
Riskesdas 2013. Dibutuhkan upaya lebih kuat dalam mendorong implementasi
Program Penanggulangan Kanker Nasional terutama upaya promotif dan preventif
melalui GERMAS.Berdasarkan Globocan 2018, di Indonesia jumlah kasus baru
kanker adalah 348.809 kasus dengan estimasi kematian sebanyak 207.210 jiwa.
Kanker terbanyak pada wanita adalah kanker payudara dengan insidens sebanyak
42,1/100 ribu penduduk, diikuti oleh kanker leher rahim dengan insidens sebanyak
23,4/100 ribu penduduk. Salah satu peserta Diskusi dr. Toufan mengatakan angka
kanker leher rahim di Indonesia masih dapat lebih tinggi dari prediksi-prediksi yang
sudah ada. ''Pasien di RSCM sebanyak 70-80% menderita kanker leher rahim stadium
diatas 2B. Selain itu IVA Test sudah tidak dijamin oleh BPJS, biasa IVA test Rp.
25.000, PAP Smear Rp. 75.000. Eradikasi kanker serviks bisa tercapai apabila
cakupan skrining di atas 80%,'' katanya. Ketua Komite Nasional Penanggulangan
Kanker (KPKN), Soehartati Gondhowiardjo mengatakan penyebab kanker
bermacam-macam, mulai dari genetik, gaya hidup, sampai lingkungan.
Selaian dari infeksi yang disebabkan oleh human papiloma virus ( HPV ) juga
terdapat beberapa faktor resiko dan faktor predisposisi penyebab terjadinya kanker
serviks yang menonjol yaitu:
1) Melakukan hubungan seksual pada usia dini: Hal ini dikaitkan dengan
pembentukan sel epitel atau lapisan dinding vagina dan serviks yang belum
matang sempurna, disebabkan ketidakseimbangan hormonal.
2) Jumlah Kehamilan dan Partus: Kanker servik dijumpai pada wanita yang sering
partus. Semakin sering partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat
kanker serviks.
3) Jumlah Perkawinan: Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan
bergantiganti pasangan mempunyai faktor resiko yang sangat besar terhadap
kanker serviks
4) Sosial ekonomi: Kanker servik banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi
rendah. Hal ini dikaitkan dengan kemampuan untuk mendapatkan asupan
nutrisi yang baik yang berfungsi untuk menjaga serta meningkatkan daya tahan
tubuh, terutama serangan infeksi virus dari luar.
5) Hygine dan Sirkumsisi: Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kanker
serviks pada wanita yang pasangannya belum disirkumsisi hal ini karena pada
pria non sirkumsisi higine penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan
kumpulan smegma.
6) Wanita yang merokok: Zat kimia beracun yang terdapat dalam rokok ikut
bersama dalam aliran darah dan menginfeksi bagaian tubuh lainnya termaksud
pada serviks.
5. Tahapan kanker serviks
Berikut ini merupakan pembagian stadium kanker serviks menurut FIGO
(international federation gynecologic anda obstetric)
6. Patofisiologi
Karsinoma sel skuamosa biasanya muncul pada taut epitel skuamosa dan epitel
kubus mukosa endoserviks (persambungan skuamokolumnar atau zona transformasi).
Pada zona transformasi serviks memperlihatkan tidak normalnya sel progresif yang
akhirnya berakhir sebagai karsinoma servikal invasif. Displasia servikal dan
karsinoma in situ (HSIL) mendahului karsinoma invasif. Karsinoma seviks invasif
terjadi bila tumor menginvasi epitelium masuk ke dalam stroma serviks. Kanker
servikal menyebar luas secara langsung ke dalam jaringan para servikal.
Pertumbuhan yang berlangsung mengakibatkan lesi yang dapat dilihat dan terlibat
lebih progresif pada jaringan servikal. Karsinoma servikal invasif dapat menginvasi
atau meluas ke dinding vagina, ligamentum kardinale dan rongga endometrium,
invasi ke kelenjar getah bening dan pembuluh darah mengakibatkan metastase ke
bagian tubuh yang jauh. Tidak ada tanda atau gejala yang spesifik untuk kanker
servik. Karsinoma servikal invasif tidak memilki gejala, namun karsinoma invasif
dini dapat Poltekkes Kemenkes Padang menyebabkan sekret vagina atau perdarahan
vagina. Walaupun perdarahan adalah gejala yang signifikan, perdarahan tidak selalu
muncul pada saat awal, sehingga kanker dapat sudah dalam keadaan lanjut pada saat
didiagnosis. Jenis perdarahan vagina yang paling sering adalah pasca coitus atau
bercak antara menstruasi. Bersamaan dengan tumbuhnya tumor, gejala yang muncul
kemudian adalah nyeri punggung bagian bawah atau nyeri tungkai akibat penekanan
saraf lumbosakralis, frekuensi berkemih yang sering dan mendesak, hematuri atau
perdarahan rektum (Price & Wilson, 2012). Pada pengobatan kanker serviks sendiri
akan mengalami beberapa efek samping antara lain mual, muntah, sulit menelan, bagi
saluran pencernaan terjadi diare gastritis, sulit membuka mulut, sariawan, penurunan
nafsu makan ( biasa terdapat pada terapi eksternal radiasi ).
7. Pathway
b. Gejala Lanjutan
Gejala selanjutnya yang akan dirasakan seiring dengan peningkatan stadium kanker
adalah keluarnya cairan dari vagina yang berbau tidak sedap, terasa nyeri pada bagian
panggul, pinggang, dan tungkai, gangguan saat berkemih, atau kesulitan buang air
kecilkarena adanya sumbatan pada saluran kencing, nyeri di daerah kandung kemih
serta anus, penurunan berat badan, dan mudah merasa lelah. Keluhan-keluhan
semakin bertambah karena pertumbuhan kanker yang mendesak atau menginfaksi
organ sekitarnya.
9. Penatalaksanaan
1) Pemeriksaan Pap Smear: Pemeriksaan pap smear adalah salah satu pemeriksaan
sel leher rahim sampai mengarah pada pertumbuhan sel kanker sejak dini.
2) Operasi: Pada prinsipnya, operasi sebagai pengobatan kanker leher rahim
dilakukan apabila kanker belum menyebar. Bila tumor masih berada didalam jaringan
servik dan ukurannya masih kurang dari 3mm maka dilakukan operasi ekstra facial
histerektomi. Biasanya operasi dengan cara ini pada penderita tingkat klinik seperti
ini. Resiko kambuh dan penyebaran ke kelenjar getah bening adalah kurang dari
1%.kanker serviks tingkat 1A2, 1B, atau dilakukan operasi pengangkatan rahim
secara total berikut kelenjar getah bening sekitarnya ( radikal histerektomi ). Secara
umum pengobatan kanker leher rahim adalah: penyinaran ( radioterapi ), pengobatan
dengan zat kimia, dan cara operasi
3). Terapi: Penderita kanker juga bisa mendapatkan masalah kesehatan dari terapi.
Terapi bedah dapat mengakibatkan keaadan yang abnormal. Misalnya, kehilangan
darah yang banyak yang dapat mengakibatkan syok. Radioterapi dapat
mengakibatkan kelainan fungsi organ, misalnya mulut kering karena kerusakan
kelenjar ludah. Radioterapi juga dapat memunculkan kanker lain. Khemoterapi bisa
merusak sumsum tulang yang mengakibatkan turunnya sistem imun. Keadaan –
keadaan yang tidak fisiologis akibat terapi kanker tersebut membuat pasien terkadang
memerlukan perawatan yang intensif di ICU.
10. Prognosis
Prognosis pasien kanker diprediksi dengan menggunakan kesintasan 5 tahun (5 years
survival rate) berdasarkan stadiumnya. Persentase kesintasan 5 tahun penderita
kanker serviks berdasarkan data nasional kanker (National cancer database) di
Amerika Serikat tahun 2010 adalah:
Kesintasan 5 tahun penderita kanker serviks stadium IA: 93%
Kesintasan 5 tahun penderita kanker serviks stadium IB: 80%
Kesintasan 5 tahun penderita kanker serviks stadium IIA: 63%
Kesintasan 5 tahun penderita kanker serviks stadium IIB: 58%
Kesintasan 5 tahun penderita kanker serviks stadium IIIA: 35%
Kesintasan 5 tahun penderita kanker serviks stadium IIIB: 32%
Kesintasan 5 tahun penderita kanker serviks stadium IVA:16%
Kesintasan 5 tahun penderita kanker serviks stadium IVB:15%
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
CA SERVIKS
1. PENGKAJIAN
PENGKAJIAN PRIMER
a. Airway
1. Kaji adanya sumbatan pada jln napas/benda asing, bronkospasme, darah,
sputum/lendir
2. Kaji Bunyi napas
b. Breathing
1. Kaji adanya sesak napas, frekuensi dan irama napas
2. Kaji jenis pernapasan, pola napas (retraksi IC, otot bantu pernapasan, dll)
3. Kaji adanya reflek batuk dan jenis batuknya serta karakteristik sputum
4. Kaji adanya suara napas abnormal
c. Circulation
1. Kaji berapa frekuensi nadi dan tekanan darah serta karakteristiknya
2. Kaji kondisi akral, warna kulit, capillary refill dan edemanya
3. Kaji adanya nyeri dada dan bagaimana karakteristiknya
d. Disability
Kaji kualitas dan kuantitas kesadarannya
e. Exposure
1. Kaji adanya jejas luka dan karakteristiknya
2. Kaji adanya perdarahan dan karakteristiknya
2. PENGKAJIAN SEKUNDER
a. Identitas Pasien
Meliputi nama pasien, tempat tanggal lahir, usia, status perkawinan, pekerjaan,
jumlah anak, agama, alamat, jenis kelamin, pendidikan terakhir, asal suku bangsa,
tanggal masuk rumah sakit, nomor rekam medik, nama orangtua dan pekerjaan
orangtua.
b. Identitas penanggung jawab
Meliputi nama, umur, alamat, pekerjaan, hubungan dengan pasien.
c. Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama: Biasanya pasien datang kerumah sakit dengan keluhan
seperti pendarahan intra servikal dan disertai keputihan yang menyerupai air
dan berbau. Pada pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya datang
dengan keluhan mual muntah yang berlebihan, tidak nafsu makan, dan
anemia.
b) Riwayat kesehatan sekarang: biasanya pasien pada stadium awal tidak
merasakan keluhan yang mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu
stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti keputihan yang berbau busuk,
perdarahan setelah melakukan hubungan seksual, rasa nyeri disekitar vagina,
nyeri pada panggul. Pada pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya
mengalami keluhan mual muntah berlebihan, tidak nafsu makan, dan
anemia.
c) Riwayat kesehatan dahulu: Biasanya pada pasien kanker serviks memiliki
riwayat kesehatan dahulu seperti riwayat penyakit keputihan, riwayat
penyakit HIV/AIDS
d) Riwayat kesehatan keluarga: Biasanya riwayat keluarga adalah salah satu
faktor yang paling mempengaruhi karena kanker bisa dipengaruhi oleh
kelainan genetika. Keluarga yang memiliki riwayat kanker didalam
keluarganya lebih berisiko tinggi terkena kanker dari pada keluarga yang
tidak ada riwayat di dalam keluarganya.
d. Keadaan psikososial
Biasanya tentang penerimaan pasien terhadap penyakitnya serta harapan terhadap
pengobatan yang akan dijalani, hubungan dengan suami/keluarga terhadap pasien
dari sumber keuangan. Konsep diri pasien meliputi gambaran diri peran dan identitas.
Kaji juga ekspresi wajah pasien yang murung atau sedih serta keluhan pasien yang
merasa tidak berguna atau menyusahkan orang lain
e. Pemeriksaan fisik
1. B1 (Breathing/Pernafasan)
RR : x/menit
O2: /menit
Ada Secret dijalan nafas:
2. B2 (Blood/Sirkulasi)
TD: mmHg
HR: x/menit
Nadi: x/menit
Irama : reguler/irreguler
Suhu: oC
Konjungtiva: tidak anemis/anemis
CRT: detik
3. B3 (Brain/Persarafan)
Tingkat kesadaran:
GCS:
Pupil:
Diameter:
Reaksi cahaya:
4. B4 (Bladder/Perkemihan)
Urine output/jam : cc/jam
Distensi kandung kemih :
Kebutuhan cairan : cc/hari
5. B5 (Bowel/Pencernaan)
Peristaltik :
Terpasang NGT :
Residu NGT : cc
Kebutuhan nutrisi paranteral : cc/hari
Kebutuhan nutrisi enteral :
6. B6 (Bone/Muskuloskeletal)
Edema pada :
Tonus otot :
Massa :
Pembengakakan di persendian otot:
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri kronis b.d penekanan syaraf lumbosakrlis
2. Risiko infeksi b.d ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder (imunosupresi)
3. Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi hemoglobin
4. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur tubuh
5. Difisit Pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
6. Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan pada citra tubuh.
7. Resiko perdarahan berhubungan dengan gangguan koagulasi (trombositopenia)
Implementasi
Implementasi adalah tindakan dari rencana keperawatan yang telah disusun dengan
menggunakan pengetahuan perawat, perawat melakukan dua intervensi yaitu
mandiri/independen dan kolaborasi/interdisipliner. Tujuan dari implementasi antara
lain adalah: melakukan, membantu dan mengarahkan kinerja aktivitas kehidupan
sehari-hari, memberikan asuhan keperawatan untuk mecapai tujuan yang berpusat
pada klien, mencatat serta melakukan pertukaran informasi yang relevan dengan
perawatan kesehatan yang berkelanjutan dari klien .
Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan sebagai penialian status pasien dari efektivitas tindakan dan
pencapaian hasil yang diidentifikasi terus pada setiap langkah dalam proses
keperawatan, serta rencana perawatan yang telah dilaksanakan
Daftar Pustaka
http://digilib.unimus.ac.id/files//disk1/104/jtptunimus-gdl-ikewahyuni-5196-3-
bab3.pdf
http://repository.poltekkes-kaltim.ac.id/316/1/1%20halaman%20sampul%20depan
%20tbx%20%2816%20files%20merged%29.pdf
1halaman sampul depan tbx (16 files merged).pdf (poltekkes-kaltim.ac.id)