Anda di halaman 1dari 27

ANTENATAL CARE & INTRANATAL CARE PADA KEHAMILAN USIA

REMAJA

(DAMPAK DAN RESIKO KEHAMILAN USIA REMAJA)

Dosen Pengampu : Eva Sinaga, S.Kep., Ns., MNg

Kelompok 4 Nama Anggota :

1. Anjelika Rinice Yare (2020081024010)

2. Brithney Sermumes (2020081024

3. Gloria Mambrasar (2020081024189)

4. Jenice Suitela (2020081024009)

5. Lidwina Ursula Widyaningsih Sirken (2020081024198)

6. Noviyanti May (2020081024193)

7. Ria Liwin Kapitarau (2020081024074)

8. Wanna Somalay (2020081024175)

9. Yance Raiwowi Paisei (2020081024151)

10. Yohana Kim (2020081024154)


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS CENDERAWASIH

2021

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Kasih dan Karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan
tugas makalah kami yang berjudul “Antenatal Care & Intranatal Care pada Kehamilan Usia Remaja (Dampak dan
Resiko Kehamilan Usia Remaja)’’ selesai tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah adalah untuk
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas I. Selain itu makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan bagi kita semua.

Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Eva Sinaga, S.Kep., Ns., MNg. selaku dosen mata kuliah Keperawatan
Maternitas I yang telah memberikan tugas ini untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi kami. Kami selaku
penulis mengakui bahwa ada banyak kekurangan pada makalah ini .Oleh karena itu kritik dan saran dari seluruh
pihak senantiasa kami harapakan demi kesempurnaan makalah yang sudah kami buat.Semoga makalah ini dapat
membawa pemahaman dan pengetahuan bagi kita semua.

Jayapura, 21 November 2021


Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTA……………………………………………………………………………………… ii

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………….……..… iii

BAB 1 PENDAHULUAN ………………………………………………………………………………... 1

1.1 Latar Belakang ………………………………………………………………………………………………… 1

1.2 Tujuan Penulisan ……………………………………………………………………………….……………... 2

1.3 Rumusan Masalah……………………………………………………………………………………………....3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………..……………..….………. 4

1. Definisi Antenatal Care…………….………………...……………………………………………………. 4

2. Perawatan kehamilan…………………………………………………………………………………………...5

3. Pelaksanaan ANC………………………………………………………………………………………………6

4. Definisi Intranatal Care…………………………………………………………………………………….......7

5. Fase pada Intaranatal Care…………………………………………………………………………………….8

6. Dampak dan Resiko Kehamilan Remaja…………………………………………………………………….....9

BAB 3 PENUTUP ……………………………………………….……………………….…………….…10

3.1 Kesimpulan ……………………………………………….……………………………….………………… 10


3.2 Saran ………………………………………………………..……………………………..…………….…… 11

3.3 DAFTAR PUSTAKA …………….…………………………………….…………………………………….12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada masa sekarang ini, di Indonesia terdapat banyak kehamilan pada wanita usia remaja. Kehamilan remaja adalah
kehamilan yang terjadi pada wanita remaja usia 14-19 tahun yang merupakan akibat perilaku seksual baik sengaja
maupun tidak sengaja (Pudiastuti, 2011). Bebagai bentuk penyimpangan perilaku seksual remaja cenderung
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Kehamilan remaja akan meningkatkan resiko kematian dan kesakitan 2-
4 kali lebih tinggi dibandingkan dengan remaja yang menikah diatas usia 21 tahun. Angka kematian bayi 30% lebih
tinggi pada bayi yang dilahirkan remaja berusia kurang dari 20 tahun (Yulifah, 2009). Dalam prosesnya, remaja
mengalami kehamilan yang seharusnya belum terjadi pada seorang remaja. Pada tahun 2017, Perilaku ibu dalam
melakukan ANC (Ante Natal Care) adalah pengawasan sebelum persalinan terutama ditunjuk pada pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam rahim. Rendahnya tingkat pengetahuan ibu remaja dalam melakukan pemeriksaan ANC
(Ante Natal Care) mengakibatkan rendahnya pengawasan terhadap tumbuh kembang janin di dalam rahim.
Fenomena ini mengakibatkan peningkatan komplikasi kehamilan yang tidak dapat dideteksi sejak dini. Tujuan
Antenatal Care yang utama adalah memastikan setiap ibu hamil akan memperoleh pelayanan antenatal yang
berkualitas, agar mampu menjalankan proses kehamilan dengan sehat, bersalin dengan selamat dan melahirkan bayi
yang sehat, dengan kata lain tujuan Antenatal Care ini adalah menurunkan morbiditas dan mortalitas ibu dan janin.

Dan Saat mengetahui dirinya hamil ibu harus beradaptasi dengan berbagai perubahan, mulai dari perubahan fisik
sampai perubahan psikologis yang dapat mempengaruhi emosinya. Setelah dihadapkan dengan perubahan-perubahan
saat hamil sekarang ibu mulai dihadapkan dengan proses persalinannya, dan pastilah bagi para calon ibu yang baru
pertama kali hamil mereka belum mengetahui apa yang harus dilakukan saat persalinan terjadi nanti, mulai dari
bagaimana cara mengejan yang baik dan berbagai kecemasan lain yang akan dihadapinya nanti.

Kemudian kehamilan pada usia muda atau remaja antara lain berisiko kelahiran prematur, berat badan bayi lahir
rendah (BBLR), perdarahan persalinan, yang dapat meningkatkan kematian ibu dan
bayi. Kehamilan pada remaja juga terkait dengan kehamilan tidak dikehendaki dan aborsi tidak aman.
1.2 Tujuan Penulisan

Penulis mampu memberikan informasi terkait Antenatal Care & Intranatan Care pada Kehamilan Usia
Remaja (Dampak dan Resiko Kehamilan Usia Remaja)

1.3 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan antenatal care?

2. Apakah tujuan program antenatal care pada kehamilan usia remaja?

3. Apa yang dimaksud dengan intranatal care?

4. Apakah tujuan program intranatal care pada kehamilan usia remaja?

5. Apa dampak dan resiko kehamilan usia remaja?


BAB II

TINJUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian

1. Definisi Antenatal Care (ANC)

Antenatal Care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan yang diberikan oleh bidan atau dokter kepada ibu selama
masa kehamilan untuk mengoptimalisasikan kesehatan mental dan fisik ibu hamil, sehingga mampu menghadapi
persalinan, nifas, persiapan memberikan ASI, dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar (Manuaba, 1998).
Juga mengetahui kesehatan umum ibu, menegakan secara dini penyakit yang menyertai kehamilan, menegakan
secara dini komplikasi kehamilan, dan menetapkan resiko kehamilan (Manuaba, 2009).

2. Perawatan Kehamilan
Perawatan terhadap kehamilan yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
1. Kebutuhan Gizi
Kebutuhn gizi pada ibu hamil ditentukan pada kenaikan berat badan janin dan kecepatan janin mensintesis
jaringan. Gizi dalam kehamilan digunakan untuk:
Mempertahankan kesehatan dan kekuatan badan.

a. Pertumbuhan janin.

b. Agar luka-luka persalinan cepat sembuh dalam masa nifas.

c. Cadangan pada masa lactation (menyusui).

Yang perlu diperhatikan dalam pemenuhan gizi dalam kehamilan adalah:


a. Protein
Protein dibutuhkan karena metabolisme bertambah untuk pertumbuhan janin,
pertumbuhan rahim, perkembangan buah dada, dan penambahan volume darah
Sedapatnya separo protein dari hewan. Kekurangan protein: anemia, toxeamia gravidarum, oedem, dan
prematuritas.
b. Garam (Ca, P, Fe)

Fe dari makanan saja tidak cukup, jadi perlu ditambah Fe. Misal: Sulfa Ferrosus 3 x 200 mg.
Ca dan P untuk pembuatan tulang janin. Untuk pembuatan Hb janin.
c. Vitamin

Kekurangan vitamin dapat menyebabkan kelainan bawaan dan abortus. Fungsi lain
vitamin untuk kehamilan dapat dilihat pada Tabel 1.2.
Tabel 1.2 Fungsi Vitamin Bagi Ibu Hamil

Jenis Fungsi
o Vitamin
Vit. A Menambah daya tahan terhadap infeksi
Vit B kompleks
Vit B1 Antineutrisi
As.Icotin Anti pellagra
ribloflafin (Vit Anti Cheilosis, Pendarahaan post partum dan atrofi
B2) dari ovaria
Vit. C Mencegah Scorbut
Vit. D Sangat penting untuk di daerah kurang sinar matahari
Vit. E Untuk reproduksi dan pertumbuhan embrio
d. Air

Air menambah keringat dan pengeluaran racun melalui usus dan ginjal.
Kebutuhan air untuk ibu hamil adalah kurang lebih 6-8 gelas/hari.
2. Pekerjaan dan Gerak Badan

Bumil boleh bekerja di rumah, kantor, pabrik, asalkan bersifat ringan. Kelelahan harus
dicegah hingga pekerjaan harus diselingi dengan istirahat. Tidak ada gunannya
berbaring terus seperti orang sakit, karena merugikan dapat melemahkan otot, dan bisa
berfikir yang bukan-bukan. Kesibukan dijadikan sebagai pemeliharaan kesehatam jiwa.
Gerak badan ringan baik sekali, apalagi dalam udara segar dan sinar matahari pagi.
Mengangkat berat dan pergerakan skonyong-konyong dihindari.
3. Coitus
Pada wanita muda keguguran jangan melakukan coitus pada hamil muda. Pada hamil
muda coitus dapat dilakukan dengan hati-hati. Coitus diakhir kehamilan lebih baik
ditinggalkan, karena kadang ketuban pada multipatra. Apalagi mani mengandung
prostaglandin yang dapat menimbulkan kontraksi uterus.

3. Pelaksanaan ANC
Pemeriksaan kehamilan dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Pemeriksaaan pertama kali yang ideal adalah sedini mungkin ketika haid terlambat
satu bulan.
2. Pemeriksaan ulang 1 kali sebelum sampai kehamilan 7 bulan.
3. Pemeriksaan ulang 2 kali sebelum sampai kehamilan 9 bulan.
4. Pemeriksaan ulang setiap minggu sesudah kehamilan 9 bulan.
5. Pemeriksaan khusu bila ada keluhan-keluhan.

Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa, ibu hamil secara ideal
melaksanakan perawatan kehamilan maksimal 13 samapai 15 kali. Dan minimal 4 kali, yaitu
1 kali pada trimester I, 1 kali pada trimester II, dan 2 kali pada trimester
III. Namun, jika terdapat kelainan dalam kehamilannya, maka frekuensi pemeriksaan
disesuaikan menurut kebutuhan masing-masing. Sehingga dapat disimpulkan bahwa, dikatakan teratur jika
ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan 2-3 kali kunjungan dan tidak teratur jika ibu hamil hanya
melakukan kehamilan < 2 kali kunjungan (WHO, 2006).
Kebijakan program pelayanan asuhan antenatal harus sesuai standar yaitu 14 T meliputi:
1. Timbang berat badan (T1)
Ukur berat badan dalam kilo tiap kali kunjungan. Kenaikan berat badan normal pada hamil
0,5 kg per minggu mulai trimester kedua.

2. Ukur tekanan darah (T2)


Tekanan darah yang normal 110/80 hingga 140/90 mmHg, bila melebihi dari 140/90 mmHg perlu
diwaspadai adanya preeklamsi.

3. Ukur tinggi fundus uteri (T3)


4. Pemberian tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan (T4)
5. Pemberian imunisasi TT (T5)
6. Pemeriksaan Hb (T6)
7. Oemeriksaan VDRL (T7)
8. Perawatan payudara, senam payudara, dan pijat tekan payudara (T8)
9. Pemeliharaan tingkat kebugaraan atau senam ibu hamil (T9)
10. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan (T10)
11. Pemeriksaan protein urine atas indikasi (T1)
12. Pemeriksaan reduksi urine atas indikasi (T12)

13. Pemberian terapi kapsul yodium untuk daerah endemis gondong (T13)

14. Pemeberian terapi anti-malaria untuk daerah endemis malaria (T14)

Apabila suatu daerah tidak dapat melaksanakan 14T sesuai kebijakan dapat dilakukan
standar minimal pelayanan ANC yaitu 7T (Prawiroharjo, 2002: 88). Pelakasanaan pelayanan
ANC sesuai usia kehamilan dilaksanakan dengan jadwal dan kegiatan sebagai berikut:
1. Kunjungan 1 (0-12 minggu) dan kunjungan II (12-24 minggu).
Pada kunjungan ini dilakukan:
a. Anamesi lengkap, termasuk mengenai riwayat obstertric dan ginekologi.
b. Pemeriksaan fisik mencakup tekanan darah, nadi, pernafasaan, suhu tubuh, bunyi
jantung, bunyi pernafasaan, reflek patella, edema, dan lain-lain.
c. Pemeriksaan obstetric mencakup usia kehamilan, tinggi fundus uteri, DJJ (kehamilan
lebih dari 12 minggu), dan pengukuran panggul luar.

Berikut formula menentukan taksiran persalinan:


Pemeriksaan terutama ditunjukkan kepada penilaiian, kesejahtraan janin dan fungsi plasenta serta persiapan
persalian. Kegiatan yang dilakukan adalah:
a. Pemeriksaan anamnesis dan keluhan lainnya.
b. Pengamatan gerak janin.
c. Pemeriksaan fisik dan obstetric.
d. Pemeriksaan USG, yaitu pemeriksaan yang memantau keadaan jantung janin
sehubungan dengan timbulnya kontraksi.
e. Memberi nasihat tentang tanda-tanda persalinan, persiapan persalinan, dan
rencana untuk melahirkan.
Menurut Notoatmodjo (2003) menjelaskan perilaku seorang individu dalam hal
kesehatan dipengaruhi oleh hal-hal berikut ini:
1. Faktor Predisposisi (Predisposing factor)

Faktor predisposisi (predisposing factor) mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi
dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, system nilai yang dianut oleh
masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, misalnya: pemeriksaan kesehatan bagi ibu hamil diperlukan
pengetahuan dan kesadaran ibu tersebut tentang manfaat periksa hamil, baik bagi kesehatan ibu sendiri dan janin.
Faktor Pemungkin (Enabling factor)

2. Faktor Pemungkin (Enabling factor) mencakup ketersediaan sarana dan prasarana


atau fasilitas-fasilitas kesehatan bagi masyarakat (puskesmas, polindes, poliklinik,
posyandu, pos obat desa, dokter atau bidan praktek), misalnya: ibu hamil yang mau
periksa hamil tidak hanya karena ia tahu akan manfaat periksa hamil saja, melainkan
ibu tersebut dengan mudah hams dapat memperoleh fasilitas atau tempat periksa
hamil.
3. Faktor Penguat (Reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku tokoh
masyarakat atau tokoh agama, para petugas termasuk petugas kesehatan Untuk berperilaku
sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif, dan
dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku contoh (acuan) dari para tokoh
masyarakat, tokoh agama, para petugas, lebih-lebih para petugas kesehatan dan undang-
undang juga diperlukan untuk memperkuat perilaku masyarakat tersebut (Notoatmodjo,
2003).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, ada 3 bentuk persalinan, yaitu :

1. Persalinan spontan

Persalinan berlangsung dengan kekuatan sendiri dan melalui jalan lahir.

2. Persalinan buatan

Proses persalinan berlangsung dengan bantuan tenaga dari luar.

3. Persalinan anjuran

Proses persalinan didahului tindakan pemecahan ketuban, pemberian pitocin/prostaglin. Induksi


persalinan mekanis menggunakan laminaria stiff, persalinan dengan tindakan operasi.
4. Definisi Intranatal

Persalinan adalah proses pergerakan keluarnya janin, plasenta, dan membran dari
Dalam rahim melalui jalan lahir.
Persalinan adalah pengeluaran bayi disusul dengan plasenta dan selaput janin dari
tubuhibu.
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan ari) yang telah
cukup bulan dan dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir dengan bantuan ataupun
tanpa bantuan.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, ada 3 bentuk persalinan, yaitu :

1. Persalinan spontan

Persalinan berlangsung dengan kekuatan sendiri dan melalui jalan lahir.

2. Persalinan buatan

Proses persalinan berlangsung dengan bantuan tenaga dari luar.

3. Persalinan anjuran

Proses persalinan didahului tindakan pemecahan ketuban, pemberian pitocin/prostaglin.


Induksi persalinan mekanis menggunakan laminaria stiff, persalinan dengan tindakan
operasi.

5. Fase Kala Persalinan

 Kala I ; kala pembukaan serviks.

Proses pembukaan adalah sejak persalinan sampai pada pembukaan serviks lengkap pada
primigravida 7-8 jam, terdiri dari 2 fase, yaitu :
a. Fase laten ; berlangsung selama 8 jam sampai pembukaan 3 cm. His masih lemah,
dengan frekuensi his jarang.
b. Fase aktif ;

- Fase akselerasi, lamanya 2 jam dengan pembukaan 2-3 cm.

- Fase dilatasi maksimal, lamanya 2 jam dengan pembukaan lebih dari 9 cm sampai
pembukaan lengkap. His tipa 3-4 menit selama 45 detik. Pada multigravida proses
ini akan berlangsung lebih cepat
- Fase deselarasi, dalam waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi lengkap. Fase-fase
tersebut dijumpai pada primigravida. Pada multigravida fase laten, fase aktif dan
fase deselerasi lebih pendek.

 Kala II ; kala pengeluaran

Setelah serviks membuka lengkap, janin akan segera keluar. His terjadi tiap 2-3 menit,
lamanya 60-90 detik. His sempurna dan efektif bila ada koordinasi gelombang kontraksi
sehingga kontraksi simetris dengan dominasi di fundus uteri, mempunyai ampitudo 40-
60 mmHg, berlangsung 60-90 detik dengan jangka waktu 2-4 menit dan tonus uterus saat
relaksasi kurang dari 12 mmHg. Pada primigravida kala II berlangsung kira-kira sau
setengah jam dan pada multi gravida setengah jam. Tanda obyektif yangmenunjukkan
tahap kedua dimulai adalah sebagai berikut :
- Muncul keringat tiba-tiba diatas bibir

- Adanya muntah

- Aliran darah ( show ) meningkat

- Ekstremitas bergetar

- Semakin gelisah

- Usaha ingin mengedan

Tanda-tanda ini seringkali muncul pada saat serviks berdilatasi lengkap. Pemantauan
yang kontinyu pada tahap kedua dan mekanisme persalinan, respons fisiologis dan
respons emosi ibu serta respons janin terhadap stress

 Kala III ; kala uri (kala pengeluaran plasenta)

Berlangsung 6-15 menit setelah janin dikeluarkan. Tahap ketiga persalinan berlangsung
sejak bayi lahir sampai plasenta lahir, tujuan penanganan kala III adalah pelepasan dan
pengeluaran plasenta yang aman.

 Kala IV ; pengawasan hingga satu jam setelah plasenta lahir


Kala ini sangat penting untuk menilai perdarahan (maks 500 ml) dan baik tidaknya kontraksi
uterus. Hingga lahirnya uri sampai dengan 1-2 jam setelah uri lahir. Tanda kala IV adalah
banyaknya darah yang keluar.

6. Resiko Kehamilan Remajas


Kehamilan remaja dan menjadi orang tua pada usia remaja berhubungan secara
bermaka dengan resiko medis dan psikososial, baik terhadap ibu maupun bayinya. Dari sudut
pandang kesehatan obstetri, hamil pada usia memberi resiko komplikasi yang mungkin terjadi
pada ibu dan anak seperti anemia, preeklamsi, eklamsi, abortus, partus prematurus, kematian
perinatal, perdarahan dan tindakan operatif obstetri lebih sering dibandingkan dengan
kehamilan pada golongan usia 20 tahun keatas (Soetjiningsih, 2004).
Menurut Mappiare masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21
tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Rentang usia remaja ini
dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12/13 tahun sampai dengan 17/18 tahun adalah
remaja awal, dan usia 17/18 tahun sampai dengan 21/22 tahun adalah remaja akhir (Ali &
Asrori, 2006).

Pertumbuhan dan perkembangan masa remaja sangat pesat baik dari fisik dan
psikologis. Perkembangan pesat ini berlangsung pada usia 11-16 tahun pada laki-laki dan 10-
15 tahun untuk perempuan (Proverawati & Maisaroh, 2009). Survey Kesehatan Reproduksi
Remaja Indonesia (SKKRI) tahun 2007 remaja adalah laki- laki dan perempuan yang belum
kawin dengan batasan usia meliputi 15-24 tahun. Masalah kesehatan reproduksi remaja yang
terjadi di masyarakat dikarenakan remaja tidak memiiki pengetahuan yang adekuat tentang
kesehatan reproduksi dan seksual, tidak memiliki akses tentang kesehatan reproduksi
termasuk kontrasepsi, sehingga perempuan remaja rentan terhadap kematian ibu, anak, bayi,
aborsi tidak aman, infeksi menural seksual, kekerasan/pelecehan seksual, HIV/AIDS, dan
kekerasan (Yulifah, 2009). Sebab terjadinya kehamilan remaja menurut pudiasturi tahun 2011
yaitu:
1. Faktor agama dan iman

2. Faktor lingkunan (orangtua, teman, tetangga, media)

3. Pengetahuan yang minim ditambah rasa ingin tahu yang berlebihan

4. Perubahan zaman

5. Perubahan kadar hormon pada remaja meningkatkan libido atau dorongan seksual
yang membutuhkan penyaluran melalui aktivitas seksual
6. Semakin cepatnya usia pubertas sedangkan pemikiran semakin tertunda akibat
tuntutan kehidupan
7. Adanya tren baru dalam berpacaran dikalangan remaja

Sedangkan hal-hal yang mengakibatkan terjadinya kehamilan remaja menurut Pudiastuti


tahun 2011 yaitu:
1. Kurangnya peran orangtua dalam keluarga

2. Kurangnya pendidikan seks dari orang tua dan keluarga

3. Perkembangan IPTEK yang tidak didasari dengan perkembangan mental yang kuat
4. Kurangnya pengetahuan mengenai hubungan seksual (pengetahuan yang setengah-
setangah tidak hanya mendorong remaja untuk mencoba-coba tetapi juga menimbulkan salah
presepsi)
Penyulit pada kehamilan remaja, lebih tinggi dibandingkan anatara usia 21-30 tahun.
Keadaan ini disebabkan belum matangnya alat reproduksi untuk hamil, sehingga dapat
merugikan kesehatan ibu maupun perkembangan dan pertumbuhan janin. Keadaan tersebut
akan makin menyulitkan bila ditambah dengan tekanan psikologis, sosial, ekonomi, sehingga
dampak dari kehamilan remaja yaitu (Manuba, 2010).
1. Keguguran, sebagian dilakukan dengan sengaja untuk menghilangkan kehamilan
remaja yang tidak dikehendaki. Keguguran sengaja yang dilakukan oleh tenaga non-
profesional dapat menimbulkan akibat efek samping yang serius seperti tingginya angka
kematian dan infeksi alat reproduksi yang pada akhirnya dapat menimbulkan kemandulan.
2. Persalinan prematur, berat badan lahir rendah (BBLR), dan kelainan bawaan.
3. Kekurangan berbagai zat yang perlukan saat pertumbuhan dapat mengakibatkan makin
tingginya kelahiran prematur, berat badan lahir rendah dan cacat bawah

4. Anemia kehamilan, Centers for Disease Control mendefinisikan anemia sebagai kadar
hemoglobin kurang dari 11 g/dl pada trimester pertama dan ketiga, dan kurang dari 10,5 g/dl
pada trimester kedua (Cunningham, 2011).
5. Keracunan kehamilan (gestois). Kombinasi keadaan alat reproduksi yang belum siap hamil
dan anemia makin meningkatkan terjadinya keracunan hamil, dalam bentuk pre-eklamsia
atau eklamsia. Pre-eklamsia dan eklamsia memerlukan perhatian yang serius karena dapat
menyebabkan kematian.
6. Kematian ibu yang tinggi. Remaja yang stress akibat kehamilannya sering mengambil jalan
pintas untuk melakukan gugur kandung oleh tenaga dukun. Kematian ibu terutama karena
pendarahan dan infeksi. Pada kehamilan eterm, kematian terjadi karena trias klasik yaitu
pendarahan, infeksi, dan gestois (pre- eklamsia dan eklamsi
Komplikasi kehamilan remaja antara lain sebagai berikut:

a. Anemia

Anemia merupakan suatu keadaan adanya penurunan kadar hemoglobin, hematokrit,


dan jumlah eritrosit dibawah nilai normal. Perubahan hematologi sehubungan dengan
kehamilan adalah karena perubahan sirkulasi yang semakin meningkat terhadap plasenta dan
pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 45-65% dimulai pada trimester II
kehamilan, dan maksimum pada bulan ke-9 dan meningkat sekitar 1000 ml, menurun
mejelang aterm serta kembali normal 3 bulan

setelah partus. Pada penderita anemia, lebih sering disebut kurang darah, kadar sel darah
merah (hemoglobin/Hb) dibawah nilai normal. Penyebab bisa karena kurang zat gizi untuk
pembentukan darah, misalnya zat besi, asam folat, dan vitamin B12 tetapi yang sering terjadi
adalah anemia karena kekurangan zat besi. (Rukiyah, Ai Yeyeh. 2010).
Diseluruh dunia frekuensi anemia dalam kehamilan cukup tinggi, berkisar antara 10%
dan 20%. Karena defisiensi makanan memegang peran yang sangat penting dalam timbulnya
anemia maka dapat dipahami bahwa frekuensi itu lebih tinggi lagi di negeri-negeri yang
sedang berkembang, dibandingkan negeri-negeri yang sudah maju. Timbulnya anemia yang
disebabkan karena pengenceran darah menjadi makin nyata dengan lanjutannya umur
kehamilan, sehingga frekuensi anemia dalam kehamilan meningkat pula (Wiknjosastro,
2007). Macam-macam anemia dalam kehamilan:
b. Anemia defisiensi zat besi
Menurut WHO 40% kematian ibu dinegara berkembang berkaitan dengan anemia pada
kehamilan dan kebanyakan anemia disebabkan oleh defisiensi zat besi dan pendaraha akut,
bahkan tidak jarang keduanya saling berinteraksi.
Manifestasi dari anemia defisiensi zat besi sangat bervariasi bisa hampir , tanpa gejala, bisa
juga gejala-gejala penyakit didasarnya menonjol. Gejala-gejala dapat berupa kepala pusing,
berkunang-kunang, kuku pucat, lesu, lemah, lelah, dan pembesaran limpa. Bila kadar Hb
<7gr/dl maka gejala-gejala dan tanda-tanda anemi
akan jelas. Nilai ambang batas yang menentukan status anemia ibu hamil, didasari pada
kriteria WHO yaitu normal >11 gr/dl, ringan 8-11 gr/dl, berat <8 gr/dl.
Dampak anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat ringan hingga
terjadi gangguan kelangsungan kehamilan (abortus, partus immatur atau prematus), gangguan
proses persalinan (atonia, partus lama), gangguan pada masa nifas (kurang produksi ASI),
gangguan pada janin (abortus, dismaturitas, mikrosomi, BBLR, kematian perinatal).
(Rukiyah, Ai Yeyeh 2010).
a. Anemia difisiensi asam folat

Anemia menggangu pertumbuhan tubuh wanita dan membuatnya lebih rentan terhadap
infeksi traktus urinarius. Diet yang buruk, makanan yang dimasak dengan air yang terlalu
banyak, atau konsumsi makanan kaleng (khususnya sayur-mayur) dapat menyebabkan
defisiensi folat.
Selama kehamilan asupan folat yang direkomendasikan setiap hari ialah 0,4 mg asam folat.
Pada defisiensi folat, pemberian dosis folat 5 mg per oral setiap hari semalam beberapa
minggu akan meredakan anemia ini. Karena anemia defisiensi besi juga dapat menyertai
defisiensi folat, maka asupan besi tambahan dapat diberikan (Bobak, 2005).
c. Preeklamsi

Preeklamsi merupakan gangguan hipertensi yang paling sering terjadi pada kehamilan.
Pre-eklamsi diperkirakan secara luas menyerang 3-5% kehamilan. Biasanya pre-eklamsi
didefenisikan sebagai gangguan yang terjadi pada paruh kedalam
kehamilan dan mengalami regresi seteah kelahiran, ditandai dengan kemunculan sedikitya tiga tanda utama
yaitu hipertensi , edema, dan proteinurin (billington, 2010).
a. Pre-eklamsi ringan

Pre-eklamsi ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinurin dan/atau edema


setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Penyebab pre-eklamsi
ringan belum diketahui secara jelas. Penyakit ini dianggap sebagai “maladaption sydrome”
akibat vasospasme general dengan segala akibatnya.
Gejala kelinis pre-eklamsi ringan meliputi kenaikan tekanan darah sistol 30 mmHg
atau lebih; distol 15 mmHg atau lebih dari tekanan darah sebelum hamil pada kehamilan 20
minggu atau lebih atau sistol 140 mmHg sampai kurang 160 mmHg; diastol 90 mmHg
sampai kurang 110 mmHg, kemudian protein urin secara kuantitatif lebih 0,3 gr/liter dalam
24 jam atau secara kualitatif positif 2 dan yang terakhir yaitu edema pada pretibia; dinding
abdomen; lumbosakral; wajah atau tengah (khumaira, 2012).
b. Pre-eklamsi berat

Pre-eklamsi berat yaitu adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan
timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinurin dan/ atau edema pada
kehamilan 20 minggu atau lebih. Pre-eklamsi berat ditandai dengan tekanan darah sistolik
160 mmHg atau lebih dan daistolik 110 mmHg atau lebih, tekanan darah ini tidak menurun
meskipun ibu hamil sudah dirawat dirumah sakit
Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala pre-eklamsi berat
selama perawatan maka perawatan dibagi menjadi perawatan aktif dan perawatan konservatif.
Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau diterminasi ditambah pengobatan
medisinal, perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan ditambah pengobatan
medisinil (Nugroho, 2010).
d. Abortus

Sebelum janin cukup berkembang untuk dapat bertahan hidup, abortus didefinisikan
sebagai penghentian kehamilan oleh sebab apaun. Abortus dapat terjadi spontan atau karena
di induksi (cunningham, 2011). Abortus spontan (keguguran) adalah penghentian kehamilan
sebelum umur 20 minggu kehamilan lengkap. Istilah ini digunakan untuk janin hidup maupun
lahir mati dengan berat ≤500 gram. Abortus spontan merupakan hasil yang tidak dikehendaki
pada 15%-40% dari semua kehamilan yang diketahui. Semakin muda kehamilan semakin
mungkin terjadi abortus. Sekitar 75% abortus terjadi sebelum umur 16 minggu, kira-kira 60%
terjadi sebelum 12 minggu (Benson, 2009).
Jenis-jenis abortus spontan menurut marmi, 2011:

a. Abortus imminens

Abortus imminens (mengancam) adalah pendarahan pervagina selama paruh pertama kehamilan. Sekitar 20-
25% permpuan mengalami gejala ini, dan separuhnya memang akhirnya mengalami abortus. Pendarahan
umunya sedikit, tetapi dapat menetap selama beberapa hari atau minggu. Terjadi peningkatan resiko hasil
akhir kehamilan suboptimal persalinan prematur, berat badan lahir rendah, dan kematian perinatal, tetapi
resiko cacat lahir tampak tidak meningkat secara berkembang.
b. Abortus insipien
Abortus ini ditandai oleh robekan selaput ketuban yang nyata disetai dilatasi serviks.
Pada kejadian ini, abortus imminens sudah hampir pasti terjadi. Jika pada kehamilan dini
terjadi pengeluaran cairan mendadak, yang mengisyaratkan robekan membran, sebelum
timbul nyeri atau mengisyaratkan robekan membran, sebelum timbul nyeri atau pendarahan ,
pasien dapat di tirahbaringkan dan dilakukan observasi pengeluaran cairan, pendarahan, kram
atau demam lebih lanjut.
Jika selama 48 jam pengeluaran cairan embiro, pendarahan atau nyeri dan demam
sudah berhenti, pasien dapa bangun dan melanjutkan aktivitasnya sehari-hari, kecuali
mengalami penitrasi vagina atau dikuti oleh pendarahan atau nyeri atau jika timbul demam,
abortus harus dianggap sebagai abortus insipien dan uterus harus dikosongkan (Cunningham,
2011).
c. Abortus inkompletus

Pada abortus yang terjadi sebelum minggu ke sepuluh, janin dan plasenta kemungkinan besar
dikeluarkan bersama-sama, tetapi sesudah minggu ke sepuluh, pengeluaran secara terpisah.
Jika plasenta masih melekat dan sebagian lagi terlepas, bagian yang melekat tersebut akan
berfungsi mengganggu kontraksi miometrium disekitarnya sehingga pendarahan berlanjut.
Pendarahan pada abortus inkompletus kadang hebat, tetapi jarang fatal (Cunningham, 2011)
Abortus komplit. Seluruh hasil konsepsi telah dikeluarkan sehingga tidak memerlukan tindakan
gambaran klinsnya adalah uterus mengecil, pendarahan sedikit, dan kanalis telah tertutup.
Penangannya yaitu dengan observasi untuk melihat adanya pendarahan. Apabila terdapat
anemia sedang, berikan tablet sulfas ferrosus 600mg/hari semalam 2 minggu, jika anemia berat
berikan trasfusi darah (Marmi, 2011).
e. Kelahiran Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Sekarang istilah prematur adalah BBLR, menurut WHO semua bayi baru lahir yang
rendah berat badanya kurang atau sama dengan 2500 gram disebut low wight infant (bayi
berat badan lahir rendah/BBLR), karena morbalitas dan mortalitas neonatus tidak hanya
bergantung pada berat badanya tetapi juga pada tingkat kematangan (maturitas) bayi tersebut.
Menurut Fraser, 2009 kategori berat badan lahir rendah adalah:
a. Bayi berat larih rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan dibawah 2500 gram
pada saat lahir.
b. Bayi berat badan sangat rendah (BBLSR) adalah bayi dengan berat badan dibawah
1500 gram pada saat lahir.
Bayi dengan berat badan lahir extrim rendah (BBLER) adalah bayi dengan berat badan dibawah
1000 gram pada saat lahir. Tedapat beberapa istilah yang perlu dikertahui seperti prematuritas
murni dan dismatur. Prematurita murni atau prematur mempunyai maksud bahwa noenatus
dengan usia kehamilan yang kurang dari 3 minggu dan mempunyai berat badan untuk masa
kehamilan atau dapat dikenal dengan nama neonatus kurang bulan sesuai dengan masa kehamilan.
Sedangkan dismatur yaitu bayi yang lahir dengan berat badan kurang dan berat badan seharusnya untuk
masa kehamilan (Hidayat, 2005). Menurut Winkjosastro (2007:121) membagi kehamilan menjadi tiga jenis
yaitu kehamilan 40 minggu yang disebut kehamilan matur, kehamilan lebih dari 43 minggu disebut
kehamilan postmatur, sedangkan kehamilan antara 28-36 minggu disebut kehamilan premature. Bayi
prematur beresiko karena sistem-sistem organya tidak matur dan cadangannya kurang. Angka morbiditas
dan mortalitas lebih tinggi tiga sampai emapat kali daripada bayi yang lebih tua dengan berat badan yang
dapat dibandingkan. Masalah- masalah potensial dan kebutuhan perawatan bayi prematur dengan berat
2000 gram berbeda dari kebutuhan perawatan bayi etrem atau posterm dengan berat badan yang sama.
Bayi prematur mengalami kerugian yang berbeda saat meraka menghadapi transisi dari kehidupan
intrauterin ke hidpuan ekstrauterin. Pada umumnya, mendekati nilai normal eterm, baik usia gestasi
maupun berat bayi makin mudah melakukan penyusuaian terhadap lingkungan eksternal (Bodak, 2005).
Masalah BBLR merupakan masalah utama di negara berkembang termasuk indonesia. BBLR merupakan
penyebab terjadinya peningkatan mortalitas (kematian) dan morbiditas (kesakitan) pada bayi. Berdasarkan
data dari The Fifty Sixth Session of Regional Committee WHO for south-east Asia pada tahun 2003,
kematian bayi terjadi pada usia nounotus dengan penyebab infeksi 33%, afiksia 28%, BBLR 24%,
Kelahiran bawaan 10%, dan lain-lain 5%. Resiko kematian BBLR 4kali lebih besar
dibandingkan bayi baru lahir dengan berat badan lebih dari 2500 gram (Yulifah,2009).
Faktor penyebab persalinan pretern (prematur) atau berat badan lahir rendah menurut
Holmes 2011 yaitu:
a. Usia ibu
Usia ibu sangat mempengaruhi kemungkinan mereka mejalani persalinan dan kelahiran
prematur. Secara statistik, ibu yang sangat muda (berusia kurang dari 18 tahun) atau yang
berusia diatas 35 tahun terbukti memiliki insiden persalinan prematur yang lebih tinggi. Pada
kelahiran anak kedua, ibu yang berusia antara 15 dan 19 tahun beresiko tiga kali lebih tinggi
mengalami kelahiran yang sangat prematur dan bayi lahir mati, dibandingkan ibu yang
berusia 20-29 tahun. Angka kematian bayi dan anak kecil yang lahir dari ibu yang berusia
remaja sekitar 60% lebih tinggi dibandingkan ibu usianya lebih dewasa.

b. Faktor ekonomi atau kelas sosial rendah


Banyak faktor sosio-ekonomi dinyatakan sebagai resiko predisposisi untuk kelaharin
untuk kelahiran prematur. Menurut penelitian yang pernah dilakukan menentukan bahwa
wanita yang berpeng hasilan rendah, atau wanita yang mendapat sedikit atau kurang
mendapat dukungan finansial dari pasangan, beresiko tinggi mengalami persalinan prematur
dan melahirkan bayi kecil masa kehamilan, serta mengalami komplikasi kehamilan yang
lebih berat.

c. Berat badan ibu kuang atau lebih


Ibu yang berat badannya kurang rentan mengalami persalinan prematur dan melahirkan
bayi dengan berat badan lahir rendah . di sisi lain, ibu yang masuk kategori obesitas secara
klinis juga beresiko mengalami persalinan prematur, sebab mereka cendrung menyandang
diabetes gastasional semalama kehamilan. Terlebih, ibu juga beresiko tinggi mengalami pre-
eklamsi yang berkaitan erat dengan kelahiran prematur.

d. Merokok, penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan.


Penyalahgunaan zat dan obat juga diketahui sebagai faktor penyebab utama persalinan
dan kelahiran prematur. Hal ini mungkin disebakan oleh ketidak pedulian ibu terhadap
kesehatannya sendiri yang menyebabkanya mengalami defisiensi nutrisi dan juga mengalami
dampak buruk dari merokok dan penyalahgunaan obat-obatan. Janin sendiri mungkin akan
mengalami gangguan akibat hipoksia janin, infeksi sistemik, solusio plasenta, dan perfusi
darah, nutrisi, serta oksigen yang buruk pada plasenta.
e. Pekerjaan

Persalinan dan kelahiran prematur dalami pula oleh ibu yang pekerjaannya mengharuskan beridi dalam
waktu yang lama, memiliki jam kerja tinggi, dan beban kerja manual yang berat. Pada populasi ibu bekerja,
para ibu yang kurang memegang kendali atas irama dan struktur mereka serta mendapat tututan pisikologis
yang lebih besar lebih beresiko mengalami persalinan prematur. Sedangkan menurut Manuaba 2010 faktor
penyebab persalinan preterm atau berat badan lahir rendah yaitu:
a. Faktor ibu
1) Gizi saat hamil yang kurang
2) Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
3) Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat
4) Penyakit menahun ibu: hipertensi, jantung, ganguan pembulu darah (perokok) dan
faktor pekejaan yang terlalu berat

b. Faktor kehamilan
1) Hamil dengan hidramnion
2) Hamil ganda
3) Pendarahan antepartum
4) Komplikasi hamil: pre-eklamisa/eklamsia, ketuban pecah dini

c. Faktor janin
1) Cacat janin
2) Infeksi dalam rahim

Pemeriksaan terutama untuk menilai resiko kehamilan, laju pertumbuhan janin, kelainan, atau cacat
bawaan. Kegiatan yang dilakukan adalah:
a. Anamnesis meliputi keluhan dan perkembangan yang dirasakan oleh ibu.
b. Pemeriksaan fisik (pengukuran panggul luar tidak perku dilakukan lagi).
c. Pemeriksaan USG. Biometri janin (besar dan usia kehamilan), aktifitas janin,
kelainan, cairan ketuban dan letak plasenta, serta keadaan plasenta.
d. Penilaian resiko kehamilan.

e. KIE tetang perawatan payudara Pemberian TT 2 dan vitamin bila perlu.


2. Kunjungan IV kehamilan 34 minggu.
Pemeriksaan terutama untuk menilai resiko kehamilan dan pemeriksaan laboratorium
ulang. Kegiatannya adalah:
a. Anamesis keluhan dan gerak janin.
b. Pengamatan gerak janin.
c. Pemeriksaan fisik (pemeriksaan fisik panggul dalam bagi kehamilan
pertama).
d. Penilaian resiko kehamilan.
e. Pemeriksaan laboratorium ulang meliputi Hb, Ht, dan gula darah.
f. Nasihat senam hamil, perawatan payudara, dan gizi.

3. Kunjungan V (36 minggu), kunjungan VI (38 minggu), kunjungan VII (40


minggu, 2 minggu 1 kali), pemeriksaan terutama untuk menilai resiko
kehamilan, aktifitas janin, dan pertumbuhan janin secara klinis. Kegiatan
yang dilakukan adalah:
a. Anamesis meliputi gerakan janin dan keluhan lainnya.
b. Pemeriksaan laboratorium ulang (Hb dan gula darah).
c. Periksaan fisik dan obstertik.
d. Penilaian resiko kehamilan.
e. USG ulang pada kunjungan ke-4.

f. KIE tenang senam hamil, perawatan payudara, dan persiapan


persalinan.
g. Pengawasan penyakit yang menyertai kehamilan dan komplikasi trimester
III.
h. Penyuluhan diet 4 sehat 5 sempurna.

4. Kunjungan VIII (41 minggu) dan kunjungan IX (42 minggu, 1 minggu


sekali).
Pemeriksaan terutama ditunjukkan kepada penilaiian, kesejahtraan janin dan fungsi
plasenta serta persiapan persalian. Kegiatan yang dilakukan adalah:
Pemeriksaan anamnesis dan keluhan lainnya.

f. Pengamatan gerak janin.

g. Pemeriksaan fisik dan obstetric.

h. Pemeriksaan USG, yaitu pemeriksaan yang memantau keadaan jantung janin


sehubungan dengan timbulnya kontraksi.
i. Memberi nasihat tentang tanda-tanda persalinan, persiapan persalinan, dan
rencana untuk melahirkan.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan Makalah ini adalah pada saat dilakukan penjelasan mengenai Antenatal Care & Intranatal
Care pada Kehamilan Usia Remaja dan Dampak Resiko Kehamilan Usia Remaja yang telah diberikan
pada klien masalah klien dapat teratasi. ibu hamil berusia mudah memiliki pengetahuan, sikap dan
tindakan yang baik dalam melakukan ANC (ante natal care) di puskesmas Berastagi.

3.2 Saran

Hasil penulisan makalah ini diharapkan dapat menambah informasi dan referensi pengetahuan

tentang pemeriksaan ANC (Ante Natal Care) sehingga pengetahuan pembaca dapat bertambah.

3.3 Daftar Pustaka

Kementerian Kesehatan RI. 2018. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2017. Jakarta:

Meriyani, Dewi, dkk. 2016. “Faktor Risiko Kehamilan Usia Remaja di Bali: Penelitian Case

Control” dalam Public Health and Preventive Medicine Archive. Bali: Universitas Udayana.

Siwi, Retno Palupi Yonni. 2017.” Analisis Kepatuhan Kunjungan Ante Natal Care Terhadap

Sikap Dalam Deteksi Dini Dalam Kehamilan Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas

Munjungan Kecamatan Munjungan Kabupaten Trenggalek Tahun 2017” dalam Laporan Hasil

Skripsi. Kediri: STIKes Surya Mitra Husada Kediri

27

Anda mungkin juga menyukai