Anda di halaman 1dari 11

ARTHROPLASTY DAN ARTHRODESIS

UNTUK MEMENUHI TUGAS KMB III

DOSEN PENGAMPUH : TIti I. Afelya , M.Kep , Ns, Sp. Kep . MB.

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 5

GAUMI JAMALAUDIN (2019081024010)


SYAHRANI .H. SYAM (2019081024063)
FRIECE TARAN (2019081024050)
MELIUS TEPMUL(2017

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKUTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
TAHUN 2021/2022
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Arthritis adalah peradangan sendi, dan dapat mempengaruhi beberapa sendi. Dua  jenis arthritis yang
paling umum adalah Osteoarthritis (OA) dan Rheumatoid arthritis (RA). Osteoarthritis (OA) dapat
mempengaruhi lapisan tulang rawan sendi, yang menyebabkan rasa sakit dan kesulitan untuk bergerak
bagi penderitanya. Pada kodisi parah, kehilangan tulang rawan dapat menyebabkan tulang saling
bergesekan, mengubah bentuk sendi dan memaksa tulang keluar dari posisi normal mereka.

Osteoarthritis (OA) sering mucul pada sendi ttangan, tulang belakang, lutut, dan pinggul. Jenis arthritis
ini biasanya berkembang pada orang paruh baya, diakhir usia 40-an atau lebih tua. (Lika Aprillia Samiadi,
2017) Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena osteoarthritis, yaitu usia, jenis
kelamin (cenderung wanita), cedera pada sendi, faktor keturunan, menderita rheumatoid arthritis, cacat
tulang, pekerjaan yang membuat seseorang mengalami penekanan di titik tertentu secara terus-
menerus, dan obesitas yang membuat risiko osteoarthritis menjadi lebih tinggi (dr. Marianti, 2018)
Penanganan osteoarthritis untuk penderita dengan stadium awal dilakukan dengan cara menyuntikkan
asam herononik.

Metode ini harus diulang selama 6-12 bulan. Yang harus diingat adalah osteoarthritis tidak ada obatnya
yang bias mengembalikan ke fungsi yang lebih baik. Jadi, selama hidupnya, penderita akan terus
berkutat dengan masalah tersebut. Kalau pun perlu joint replacement. Minimal dipasang pada pasien
berumur diatas 65 tahun. Joint replacement itu umurnya 10-15 tahun. (DR.Dr. Andri Maruli, 2018)

B. TUJUAN

1. Mengetahui apa itu arthroplasty arthrodesis


2. Mengetahui etiologi arthroplasty arthrodesis
3. Mengetahui manifestasi klinis arthroplasty arthrodesis
4. Mengetahui asuhan keperawatan arthroplasty arthrodesis

C. MANFAAT

Agar mahasiswa /I mengetahui dan dapat mempelajari arthroplasty arthrodesis sebagai


mahasiswa jurusan keperawatan .
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI ARTHROPLASTY DAN ARTHRODESIS

Arthroplasty merupakan tindakan pada permukaan sendi yang mengalami peradangan yang bertujuan
untuk mengganti sendi yang mengalami peradangan dengan sendi yang baru sedangkan , ARTHODESIS
adalah sebuah operasi yang merujuk pada prosedur medis untuk menyatukan dua tulang pada
persendian. Dalam pelaksanaannya , dokter ahli bedah ortopedi akan meluruskan sendi yang rusak
secara manual , mengangkat tulang lunak , dan menstabilkan tulang pada persendian tersebut agar bisa
pulih .

B. ANATOMI FISIOLOGI

Rangka tubuh manusia terususn dari tulang –tulang yang saling berhbungan . hubungan antar tulang
disebut sendi . dengan adanya sendi , kaki dan tanganmu dapat dilipat , diputar dan sebagainya . tanpa
sendi kamu akan sulit bergerak bahkan tidak dapat bergerak sama sekali . berdasarkan sifat gerak ,
sendi dibedakan menjadi sendi mati ( sinartrosis ) , sendi kaku ( amfiartrosis ) , dan sendi gerak
( diartrosis) .

 Sendi mati ( sinartosis )


Hubungan antar tulang yang tidak dapat digerakkan . penghubung antar tulangnya
adalah serabut jaringan ikat .
 Sendi kaku ( amfiartosis )
Hubungan antar tulang yang dapat digerakkan secara terbatas . penghubung antar
tulangnya adalah jaringan tulang rawan .
 Sendi gerak ( diartrosis )
Hubungan antar tulang yang dapat digerakan dengan leluasa . pada kedua ujung tulang
yang saling berhubungan terbentuk rongga sendi yang berisi minyak sendi ( cairan
synovial ) .

Sendi gerak dibagi menjadi lima macam yaitu , sendi peluru , sendi engsel , sendi putar, sendi geser dan
sendi pelana .

1. Sendi peluru , merupakan hubungan antar dua tulang yang memungkinkan terjadinya gerakan
ke segala arah . pada jenis persendian ini sering terjadi lepas sendi .
2. Sendi engsel , merupakan hubungan dua buah tulang yang salah satu tulangnya hanya dapat
digerakkan ke satu arah . sendi ini mirip dengan engsel pintu rumah yang dapat membuka ke
satu arah saja .
3. Sendi putar , merupakan hubungan dua buah arah tulang yang memungkinkan tulang yang satu
bergerak memutar pada tulang lainnya
4. Sendi geser , merupakan hubungan dua buah tulang yang memungkinan pergeseran antar
tulang , misalnya sendi yang terdapat pada tulang belakang .
5. Sendi pelana , merupakan hubungan dua buah tulang yang permukaanya berbentuk pelana
kuda . sendi ini terdapat diantar tulang telapak tangan dengan ruas ibu jari.

Jenis persendian yang paling banyak adalah jenis diartrosis . ujung-ujung tulang bergabung pada
persendian ini dilapisi oleh tulang rawan sendi (articular cartilage ) dan dipisahkan oleh rongga sendi
(joint cavity ) yang berisi cairan synovia . oleh karena itu persendian ini disebut juga synovial joint .

Persendian diarthroses memiliki bentuk sendi yang berbeda-beda , meliputi :

1. Ball and socket joint , contohnhya : sendi panggul dan bahu .


2. Ellipsoidal joints , contohnya : sendi pada dasar jari telunjuk .
3. Gliding joints , contohnya pergelangan tangan dan pergelangan kaki
4. Hinge joints , contohnya sendi
5. Saddle joints , satu-satunya adalah sendi pada ibu jari .
6. Pivot joints , contohnya sendi leher .

Dari sekian banyak persendian yang terdapat pada tubuh manusia ada beberapa persendian yang cukup
tinggi mobilitasnya sehingga kemungkinan untuk mengalami cedera juga semakin besar . contohnya
adalah persendian pada siku dan lutut .

 LUTUT

Sendi lutut merupakan persendian yang sangat penting dalam tubuh , karena selain berfungsi sebagai
alat gerak yang cukup tinggi mobilitasnhya , juga sebagai penopang berat tubuh saat berdiri . hal Ini
meningkatkan kemungkinan untuk terjadinya cedera pada daerah tersebut saat beraktivitas .

Cedera pada persendian lutut dapat disebabkan oleh trauma ( benturan) , arthritis , atau aktivitas
sehari-hari yang berlebihan , oleh sebab itu nyeri pada lutut menjadi keluhan yang paling banyak
dirasakan oleh setiap orang . keluhan yang dirasakan dapat berbeda-beda , mulai dari keluhan rongtan
sampai berat , tergantung dari beratnya cidera yang terjadi . factor yang dapat menyebabkan cedera
lututu , yaitu :
o Obesitas dapat meningkatkan penekanan pada sendi lutut , sehingga ,meningkatkan risiko
terjadinya ostcoarthrtis.
o Aktivitas lutut yang berlebihan menyebabkan ketegangan otot yang dapat memicu reaksi
peradangan pada sendi lutut .
o Usia
o Olahraga yang berlebihan , terutama atletik
o Kelainan bentuk , seperti panjang kaki kanan dan kiri yang tidak simetris .

Penanganan /perawatan awal cedera lutut , yaitu :

1. Menggunakan penahan atau penyangga untuk menjaga kestabilan sendi lutut dan membatasi
gerakan sendi lutut .
2. Istirahat selama beberapa hari tergantung berat ringannya cedera .
3. Menggunakan es untuk mengurangi nyeri atau peradangan sementara waktu .
4. Mengangkat kaki
5. Melakukan penekanan ( kompres ) pada daerah sekitar cedera lutut . untuk penumpukkan
cairan akibat radang
6. Menggunakan obat-obatan medis.

Seorang yang mengalami cedera lutut memerlukan perawatan medis , bila :

1. Terdapat bengak di lutut


2. Terdapat kelainan pada lutut atau kaki
3. Merasakan nyeri yang hebat atau berkepanjangan
4. Terjadinya infeksi pada daerah cedera
5. Sulit untuk mengurangi beban pada lutut
6. Mengalami kekakuan sehingga sulit untuk menekuk atau meluruskan sendi lutut.

Setelah kita memahami fungsi dan kemugkinan cedera yang dapat terjadi pada persendian lutut , maka
kita juga harus mengetahui cara mencegah terjadinya cedera pada persedian lutut. Beberapa cara
untuk mencegah cedera pada lutut menurut NATIONAL INSTITUTE OF ARTHRITIS AND
MUSCULOSKLETAL AND SKIN DISEASE (NIAMS) :

 Pemanasan yang cukup sebelum berolahraga .


 Memperkuat otot-otot
 Mengurangi berat badan yang berlebihan
 Meningkatkan kekuatan dan durasi saat berolahraga secara bertahap .

Berikut beberapa gangguan pada sendi :

1. Dislokasi : tergesernya sendi dari tempat semula .


2. Ankilosis : persendian yang tidak dapat digerakkan karena menyatu .
3. Terkilir : tertariknya ligament
4. Artitris : peradangan sendi
5. Osteoarthritis : penyakit kemunduran sendi yaitu terjadinya penipisan selaput pelindung
tulangrawan sehingga terjadi pembentukan tulang pada sendi .
C. KLASIFIKASI

Buffer (2010) mengklasifikasikan reumatoid arthritis menjadi 4 tipe, yaitu:


1.  Reumatoid arthritis klasik
pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda dan gejala sendi yang harusberlangsung
terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
2.  Reumatoid arthritis defisit
pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus
berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
3.  Probable Reumatoid arthritis
pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus
berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
4.  Possible Reumatoid arthritis
pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus
berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 3 bulan.

Jika ditinjau dari stadium penyakit, terdapat tiga stadium yaitu :


1.  Stadium sinovitis
Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai hiperemi,
edema karena kongesti, nyeri pada saat bergerak maupun istirahat, bengkak dan
kekakuan.
2.  Stadium destruksi
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga pada
jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon.
3.  Stadium deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali, deformitas dan
gangguan fungsi secara menetap.

D. ETIOLOGI

.  Mekanisme IMUN ( Antigen-Antibody) seperti interaksi antara IGC dan faktor Reumatoid
2.  Gangguan Metabolisme
3.  Genetik
4.  Faktor lain : nutrisi dan faktor lingkungan (pekerjaan dan psikososial)
Adapun Faktor risiko yang akan meningkatkan risiko
Jenis Kelamin.
Perempuan lebih mudah terkena AR daripada laki-laki. Perbandingannya adalah 2-3:1.
•     Umur.
 Artritis reumatoid biasanya timbul antara umur 40 sampai 60 tahun. Namun penyakit ini
juga dapat terjadi pada dewasa tua dan anak-anak (artritis reumatoid juvenil)
•     Riwayat Keluarga.
Apabila anggota keluarga anda ada yang menderita penyakit artritis Reumatoid maka
anda kemungkinan besar akan terkena juga.
•     Merokok.
Merokok dapat meningkatkan risiko terkena artritis reumatoid.

E. PATOFISIOLOGI

Pada Reumatoid arthritis, reaksi autoimun (yang dijelaskan sebelumnya) terutama terjadi dalam
jaringan sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-enzim
tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi membran sinovial dan
akhirnya pembentukan pannus. Pannus akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan
erosi tulang. Akibatnya adalah menghilangnya permukaan sendi yang akan mengganggu gerak
sendi. Otot akan turut terkena karena serabut otot akan mengalami perubahan degeneratif
dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot (Smeltzer & Bare, 2002).

nflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti vaskular, eksudat
febrin dan infiltrasi selular.  Peradangan yang berkelanjutan, sinovial menjadi menebal,
terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi.  Pada persendian ini granulasi membentuk
pannus, atau penutup yang menutupi kartilago.  Pannus masuk ke tulang sub chondria.
Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago
artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.

ingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi.  Bila


kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena
jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis).  Kerusakan kartilago dan tulang
menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau
dislokasi dari persendian.  Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan
osteoporosis setempat.
Lamanya Reumatoid arthritis berbeda pada setiap orang ditandai dengan
adanya masa serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang
sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Namun pada
sebagian kecil individu terjadi progresif yang cepat ditandai dengan kerusakan sendi
yang terus menerus dan terjadi vaskulitis yang difus (Long, 1996).

F. PATHWAY

G. TANDA DAN GEJALA

Pasien-pasien dengan RA akan menunjukan tanda dan gejala seperti :


      Nyeri persendian
      Bengkak (Reumatoid nodule)
      Kekakuan pada sendi terutama setelah bangun tidur pada pagi hari
      Terbatasnya pergerakan
      Sendi-sendi terasa panas
      Demam (pireksia)
      Anemia
      Berat badan menurun
      Kekuatan berkurang
       Tampak warna kemerahan di sekitar sendi
      Perubahan ukuran pada sendi dari ukuran normal
      Pasien tampak anemik
Pada tahap yang lanjut akan ditemukan tanda dan gejala seperti :
      Gerakan menjadi terbatas
      Adanya nyeri tekan
      Deformitas bertambah pembengkakan
      Kelemahan
      Depresi
Gejala Extraartikular :
      Pada jantung : Reumatoid heard diseasure,  Valvula lesion (gangguan
katub),Pericarditis, Myocarditis
      Pada mata : Keratokonjungtivitis, Scleritis
      Pada lympa : Lhymphadenopathy
      Pada thyroid : Lyphocytic thyroiditis
      Pada otot : Mycsitis

Ada beberapa gambaran klinis yang lazim ditemukan pada penderita artritis


reumatoid. Gambaran klinis ini tidak harus timbul sekaligus pada saat yang bersamaan
oleh karena penyakit ini memiliki gambaran klinis yang sangat bervariasi.
1.  Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat badan menurun dan
demam. Terkadang kelelahan dapat demikian hebatnya.
2.  Poliartritis simetris terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi di tangan, namun
biasanya tidak melibatkan sendi-sendi interfalangs distal. Hampir semua sendi
diartrodial dapat terserang.
3.  Kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam: dapat bersifat generalisata tatapi
terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan sendi pada
osteoartritis, yang biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit dan selalu
kurang dari 1 jam.
4.  Artritis erosif merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran radiologik. Peradangan
sendi yang kronik mengakibatkan erosi di tepi tulang dan ini dapat dilihat pada
radiogram.
5.  Deformitas: kerusakan dari struktur-struktur penunjang sendi dengan perjalanan
penyakit. Pergeseran ulnar atau deviasi jari, subluksasi sendi metakarpofalangeal,
deformitas boutonniere dan leher angsa adalah beberapa deformitas tangan yang
sering dijumpai pada penderita. Pada kaki terdapat protrusi (tonjolan) kaput metatarsal
yang timbul sekunder dari subluksasi metatarsal. Sendi-sendi besar juga dapat
terserang dan mengalami pengurangan kemampuan bergerak terutama dalam
melakukan gerak ekstensi.
6.  Nodula-nodula reumatoid adalah massa subkutan yang ditemukan pada sekitar
sepertiga orang dewasa penderita arthritis Reumatoid. Lokasi yang paling sering dari
deformitas ini adalah bursa olekranon (sendi siku ) atau di sepanjang permukaan
ekstensor dari lengan; walaupun demikian nodula-nodula ini dapat juga timbul pada
tempat-tempat lainnya. Adanya nodula-nodula ini biasanya merupakan suatu petunjuk
suatu penyakit yang aktif dan lebih berat.
7.  Manifestasi ekstra-artikular: artritis reumatoid juga dapat menyerang organ-organ lain di
luar sendi. Jantung (perikarditis), paru-paru (pleuritis), mata, dan pembuluh darah dapat
rusak.
Gejala umum Reumatoid arthritis datang dan pergi, tergantung pada tingkat
peradangan jaringan. Ketika jaringan tubuh meradang, penyakit ini aktif. Ketika jaringan
berhenti meradang, penyakit ini tidak aktif. Remisi dapat terjadi secara spontan atau
dengan pengobatan dan pada minggu-minggu terakhir bisa bulan atau tahun. Selama
remisi, gejala penyakit hilang dan orang-orang pada umumnya merasa sehat ketika
penyakit ini aktif lagi (kambuh) ataupun gejala kembali (Reeves, Roux & Lockhart,
2001).
Ketika penyakit ini aktif gejala dapat termasuk kelelahan, kehilangan energi,
kurangnya nafsu makan, demam kelas rendah, nyeri otot dan sendi dan kekakuan. Otot
dan kekauan sendi biasanya paling sering di pagi hari. Disamping itu juga manifestasi
klinis Reumatoid arthritis sangat bervariasi dan biasanya mencerminkan stadium serta
beratnya penyakit. Rasa nyeri, pembengkakan, panas, eritema dan gangguan fungsi
merupakan gambaran klinis yang klasik untuk Reumatoid arthritis (Smeltzer & Bare,
2002). Gejala sistemik dari Reumatoid arthritis adalah mudah capek, lemah, lesu,
takikardi, berat badan menurun, anemia (Long, 1996).
Pola karakteristik dari persendian yang terkena adalah : mulai pada persendian
kecil di tangan, pergelangan, dan kaki. Secara progresif mengenai persendian, lutut,
bahu, pinggul, siku, pergelangan kaki, tulang belakang serviks, dan temporomandibular.
Awitan biasanya akut, bilateral dan simetris. Persendian dapat teraba hangat, bengkak,
kaku pada pagi hari berlangsung selama lebih dari 30 menit. Deformitas tangan dan
kaki adalah hal yang umum.

Jika ditinjau dari stadium penyakit, terdapat tiga stadium yaitu :


1.  Stadium sinovitis
Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai hiperemi,
edema karena kongesti, nyeri pada saat bergerak maupun istirahat, bengkak dan
kekakuan.
2.  Stadium destruksi
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga pada
jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon.
3.  Stadium deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali, deformitas dan
gangguan fungsi secara menetap.

Keterbatasan fungsi sendi dapat terjadi sekalipun stadium pada penyakit yang
dini sebelum terjadi perubahan tulang dan ketika terdapat reaksi inflamasi yang akut
pada sendi-sendi tersebut. Persendian yang teraba panas, membengkak, tidak mudah
digerakkan dan pasien cendrung menjaga atau melinddungi sendi tersebut dengan
imobilisasi. Imobilisasi dalam waktu yang lama dapat menimbulkan kontraktur sehingga
terjadi deformitas jaringan lunak. Deformitas dapat disebabkan oleh ketidaksejajajran
sendi yang terjadi ketika sebuah tulang tergeser terhadap lainnya dan menghilangkan
rongga sendi (Smeltzer & Bare, 2002).
Adapun tanda dan gejala yang umum ditemukan atau sangat serius terjadi
pada lanjut usia menurut Buffer (2010), yaitu: sendi terasa kaku pada pagi hari, bermula
sakit dan kekakuan pada daerah lutut, bahu, siku, pergelangan tangan dan kaki, juga
pada jari-jari, mulai terlihat bengkak setelah beberapa bulan, bila diraba akan terasa
hangat, terjadi kemerahan dan terasa sakit/nyeri, bila sudah tidak tertahan dapat
menyebabkan demam, dapat terjadi berulang

H. KOMPLIKASI

1. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya prosesgranulasi


di bawah kulit yang disebut subcutan nodule.
2. Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot.
3. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli.
4. Tromboemboli adalah adanya sumbatan pada pembuluh darah yang disebabkan
oleh adanya darah yang membeku.
5. Terjadi splenomegali.
6. Slenomegali merupakan pembesaran limfa,jika limfa membesar kemampuannya
untuk menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah putih dan trombosit dalam sirkulasi
menangkap dan menyimpan sel-sel darah akan meningkat.

Anda mungkin juga menyukai