BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
2.1.1 Sendi Lutut (Genu)
Sendi lutut (knee joint) merupakan sendi yang paling unik dibandingkan
sendi- sendi yang lain dalam tubuh manusia, karena tulang-tulang yang
membentuk sendi ini masing-masing tidak ada kesesuaian bentuk seperti pada
persendian yang lain. Sebagai kompensasi ketidaksesuaian bentuk persendian
ini terdapat meniscus, kapsul sendi, bursa dan diskus yang memungkinkan
gerakan sendi ini menjadi luas, sendi ini juga diperkuat oleh otot-otot besar
dan berbagai ligamentum sehingga sendi menjadi kuat dan stabil. Sendi lutut
terdiri dari hubungan antara os femur dan os tibia (Tibio-Femorale Joint), os
femur dan os patella (Patella-Femorale Joint) serta os tibia dan os fibula
7
(tibia-fibulare proximalis joint).
semi tendinous. Gerak rotasi pada sendi lutut dilakukan oleh otot-otot grup
fleksor dan grup medial/endorotasi (musculus semi tendinosus, semi
membranosus, sartorius, gracilis dan popliteus) dan grup lateral/eksorotasi
(musculus biceps femoris dan tensor fascialata). Untuk memperkuat stabilitas
pergerakan yang terjadi pada sendi lutut maka di dalam sendi lutut terdapat
beberapa ligamen, yaitu ligamen cruciatum anterior yang berfungsi untuk
menahan hiperekstensi dan menahan bergesernya tibia ke depan
(eksorotasi). Ligamen cruciatum posterior berfungsi untuk menahan bergesernya
tibia ke arah belakang. Pada gerakan endorotasi kedua ligamen cruciatum menyatu,
yang mengakibatkan kedua permukaan sendi tertekan, sehingga saling mendekat dan
kemampuan bergerak antara tibia dan femur berkurang. Pada gerakan eksorotasi,
kedua ligamen cruciatum saling sejajar, sehingga pada posisi ini sendi kurang stabil.
Sendi lutut di sebelah medial dan lateral terdapat ligamen collateral medial
dan lateral. Ligamen collateral medial menahan gerakan valgus serta eksorotasi,
sedangkan ligamen collateral lateral hanya menahan gerakan ke arah varus. Kedua
ligamen ini menahan bergesernya tibia ke depan dari posisi fleksi lutut 90.6
Sendi panggul (hip joint) merupakan sendi yang penting dalam sistem
kerangka manusia. Sendi ini terletak diantara pinggul dan pangkal tulang
paha atas. Sendi panggul memiliki 2 bagian yaitu femoral (head), dan
acetabular (cup). Pada orang- orang yang menderita penyakit osteoarthritis,
tulang rawan pada sambungan sendi mengalami penipisan akibat gesekan.
Penipisan atau keausan ini akan mengakibatkan permukaan tulang rawan
sendi panggul bergelombang dan tidak rata. Selain menimbulkan rasa
sakit, gerakan sendi panggul tidak lancar, kadang- kadang berbunyi, dan
bahkan dapat menimbulkan pergeseran dari posisi normalnya. Gerakan
atas dapat bergerak dari depan ke belakang dan ke samping. Hip merupakan
tulang sendi yang memikul beban paling besar di tubuh. Oleh karena itu
dikelilingi oleh ligamen dan otot yang kuat.
Pada sendi coxae (hip joint) terjadi artikulasi antara caput femur
dengan acetabulum dari tulang coxae. Cup-shaped acetabulum dibentuk
oleh tulang hip (innominate) dengan kontribusi dari ilium (40%), ischium
(40%) dan pubis (20%). Seluruh caput femur ditutupi oleh kartilago
artikularis kecuali pada tempat dimana ada perlekatan ligamentum capitis
femoris (fovea capitis femoris). Kartilago artikularis ini paling tebal pada
daerah dimana mendapat tekanan berat badan paling besar. Pada acetabulum,
kartilago paling tebal ada pada anterosuperior, sedangkan pada caput femur
kartilago yang paling tebal ada pada anterolateral. Caput femur menghadap
anterosuperomedial, pada permukaan posteroinferiornya terdapat fovea.
Permukaan anterior caput femur dibatasi anteromedial terhadap arteri
femoralis oleh tendo dari otot Psoas mayor, Bursa psoas dan Kapsula
artikularis. Caput femur memiliki diameter yang berkisar antara 40 sampai
60 mm dan ditutupi oleh kartilago artikularis dengan ketebalan 4 mm pada
bagian superior serta 3 mm di bagian perifer.
‘
14
.
2.1.5.4 Articulatio Radiocarpea
Merupakan sendi ovoid (articulatio ellipsoidea) antara os
radius dan os ulna dengan os carpal (os schapoideum, os lunatum, os
triquetum). Sendi ini diperkuat oleh lig. radiocarpeum dorsale, lig.
raadiocarpeum palmare, lig. collaterale carpi ulnare, dan lig.
collaterale carpi radiale. Gerak yang dapat dilakukan adalah
volairfleksi tangan, dorsafleksi tangan (hiperekstensi), abduksi
(radialfleksi), adduksi (ulnairfleksi), dan sirkumduksi.
gerakan abduksi dan adduksi. Pada jari tengah pada tangan dan kaki, titik acuan
untuk gerakan ini adalah jari kedua.
4. Abduksi horizontal dan adduksi horizontal
Gerakan bahu yang tidak bisa terjadi dalam posisi anatomi. Bahu harus fleksi
atau abduksi 90° sehingga lengan sejajar dengan bahu (dan tegak lurus dengan
tanah). Dari posisi ini, gerakan bahu ke belakang adalah abduksi horizontal, dan
gerakan bahu ke depan adalah adduksi horizontal.
5. Deviasi radial dan ulnaris
Deviasi radial adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada abduksi
pergelangan ketika tangan bergerak ke lateral, atau ke arah sisi ibu jari. Deviasi
ulnaris adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada pergelangan adduksi.
Ketika tangan bergerak ke arah medial dari posisi anatomi atau ke arah jari
kelingking, gerakan tersebut adalah deviasi ulnaris.
6. Sirkumduksi
Merupakan sebuah gerakan melingkari; kombinasi dari gerakan fleksi,
abduksi, ekstensi dan adduksi
7. Rotasi internal dan eksternal
Rotasi adalah gerakan tulang di sekitar sumbu longitudinal. Rotasi internal
(rotasi medial) terjadi ketika permukaan anterior melakukan rotasi ke arah dalam
menuju garis tengah. Rotasi eksternal (rotasi lateral) terjadi ketika permukaan
anterior melakukan rotasi ke arah luar, menjauhi garis tengah.
2.4 Klasifikasi
Pada umumnya diagnosis osteoartritis didasarkan pada gabungan gejala
klinik dan perubahan radiografi. Gejala klinik perlu diperhatikan, oleh karena tidak
semua pasien dengan perubahan radiografi osteoartritis mempunyai keluhan pada
sendi.
25
2.5 Etiopatogenesis
Osteoartritis merupakan hasil kombinasi antara degradasi rawan sendi,
remodelling tulang dan inflamasi cairan sendi. Pada OA terjadi peningkatan
degradasi dan penurunan sintesis rawan sendi. Hal ini dapat menyebabkan
ketidakseimbangan rawan sendi, dan membuat produk hasil degradasi
berakumulasi di sendi dan menghambat fungsi rawan sendi serta mengawali respon
4
imun yang menyebabkan inflamasi sendi.
Pada OA juga terjadi peningkatan fibrinogenik dan penurunan fibrinolitik
yang menyebabkan penumpukan trombus dan kompleks lipid pada pembuluh
darah subkondral yang menyebabkan terjadinya iskemia dan nekrosis jaringan
subkondral tersebut. Lalu dilepaskannya mediator inflamasi yaitu prostaglandin
dan interleukin yang menimbulkan bone angina lewat subkondral yang diketahui
mengandung ujung saraf sensibel yang dapat menghantarkan rasa sakit. Penyebab
rasa sakit itu juga berupa akibat dan dilepasnya mediator kimiawi seperti kinin dan
prostaglandin yang menyebabkan radang sendi, peregangan tendo atau ligamentum
serta spasmus otot-otot ekstra artikular akibat kerja yang berlebihan. Sakit pada
sendi juga diakibatkan oleh adanya osteofit yang menekan periosteum dan radiks
saraf yang berasal dari medulla spinalis serta kenaikan tekanan vena intrameduler
akibat statis vena intramedular karena proses remodelling pada trabekula dan
4
subkondrial.
26
2.6.2 Umur
Prevalensi dan kejadian OA meningkat secara drastis dengan usia. Di
Indonesia, prevalensi OA mencapai 5% pada usia <40 tahun, 30 % mencapai
2
usia 40-60 tahun, dan 65% paa usia >61 tahun. Terdapat efek penuaan pada
komponen sistem musculoskeletal seperti kartilago artikular, tulang, dan
3
jaringan yang memungkinkan meningkatnya osteoartritis. Selanjutnya,
mekanisme seluler dasar yang menjaga homeostasis jaringan menurun
seiring penuaan, menyebabkan tidak adekuatnya respon terhadap stres atau
1
cedera sendi.
2.6.3 Jenis Kelamin
Kejadian OA lebih tinggi pada wanita daripada pria dan pada
wanita yang meningkat pada masa menopause. Pada perempuan menopause,
akan terjadi penumpukan lemak terutama pada sendi bagian bawah dan
3
menyebabkan peningkatan beban pada sendi. Temuan terakhir telah
menyebabkan para peneliti untuk berhipotesis bahwa faktor hormonal dapat
berperan dalam perkembangan OA, namun hasil penelitian klinis dan
1
epidemiologi belum menguatkan secara universal. Pada wanita lebih sering
terkena OA lutut dan OA banyak sendi dan lelaki lebih sering terkena OA
4
paha, pergelangan, tangan dan leher.
2.6.4 Ras dan Etnis
OA pada pinggul dan tangan jarang terjadi di kalangan orang Cina
dalam Studi OsteoartritisBeijing daripada orang kulit putih dalam Studi
Framingham, namun pada OA lutut, wanita Cina memiliki prevalensi yang
1
lebih tinggi. Hasil dari Proyek Osteoartritis Johnston County telah
menunjukkan bahwa prevalensi OA pinggul pada wanita Afrika Amerika
serupa dengan wanita kulit putih, namun sedikit lebih tinggi pada pria
1
Afrika Amerika dibanding pria kulit putih.
2.6.5 Merokok
Penelitian yang dilakukan pada 1980 menunjukkan bahwa merokok
punya efek protektif terhadap kejadian OA. Sejak saat itu, banyak penelitian
5
yang dilakukan untuk menentukan efek merokok pada OA. Penelitian
28
2.8 Diagnosis
Diagnosis osteoartritis biasanya didasarkan pada anamnesis yaitu riwayat
penyakit, gambaran klinis dari pemeriksaan fisik dan hasil dari pemeriksaan
radiologi.12
2.8.1 Anamnesa
1. Nyeri dirasakan berangsur-angsur (onset gradual)
2. Tidak disertai adanya inflamasi (kaku sendi dirasakan < 30
menit, bila disertai inflamasi, umumnya dengan perabaan
31
Diagnosis klinis osteoartritis berfokus pada enam gejala klinis dan tanda
tanda berikut :
1. Nyeri persisten lutut
2. Kekakuan lutut terbatas (<30 menit)
3. Penurunan fungsi, gerakan terbatas
4. Krepitus
5. Enlargement tulang.15
32
A. Osteoartritis Lutut
Radiografi lutut merupakan metode pencitraan sendi lutut yang
sederhana dan murah, tetapi memiliki keterbatasan dalam menunjukkan tahap
awal OA maupun kelainan pada jaringan lunak sendi lutut seperti inflamasi
sinovium maupun kelainan pada meniskus. Radiografi digunakan secara rutin
pada klinis praktis untuk mengkonfirmasi diagnosis OA lutut.22
Definisi radiografik pada OA lutut terutama didasarkan pada adanya
osteofit dan penyempitan celah sendi. Osteofit dianggap spesifik pada OA
dan timbul lebih awal daripada penyempitan celah sendi. Sedangkan
progresivitas dari penyempitan celah sendi pada umumnya menggunakan
kriteria penilaian untuk menentukan progresivitas OA.23
Sendi lutut merupakan sendi kompleks yang terdiri dari tiga
kompartemen yaitu femorotibia medial, femorotibia lateral dan femoropatela.
Masing-masing kompartemen dapat mengalami proses OA. Penyempitan
39
Gambar 2.27 Alignment plateau tibia medialis pada radiografi lutut. (A) Contoh
gambaran alignment yang baik dari plateau tibia medialis, dimana terjadi
superimposisi dari tepi anterior dan posterior plateau tibia. (B) Contoh gambaran
alignment yang kurang baik dari plateau tibia medialis, dimana terdapat separasi
tepi anterior dan posterior plateau tibia yang cukup jauh ( > 1,5 mm). 24
Gambar 2.29 Diagram perbedaan posisi lutut ekstensi dan fleksi pada
pembuatan radiograf lutut. Pada posisi ekstensi, penipisan maksimum dari
tulang rawan yang sebagian terjadi pada aspek posterior kondilus medialis
femur tidak berada dalam posisi kontak dengan tibia. Pada posisi lutut fleksi
20º-30º, aspek posterior kondilus femur akan berada pada posisi menyangga
beban dan jarak antar tulang akan menjadi lebih sempit apabila terdapat
penipisan tulang rawan di daerah tersebut. 26
D. Osteoartritis Spinal
Osteoartritis spinal melibatkan facet joint atau juga disebut fovea costalis
inferior pada columna vertebralis. Tanda-tanda radiografi yang khas adalah
gambaran degeneratif dan proliferasi termasuk penyempitan celah sendi, erosi
tulang subartikular, kista subkondral, pembentukan osteofit dan hipertrofi
processus artikularis. Umumnya penggunaan sistem grading radiografi hanya
untuk osteoartritis facet joint vertebra cervical dan lumbal dengan skala
ordinal berdasarkan kombinasi berbagai gambaran radiografi.30
4. Display Mode’s
2) Mode B : Pada layar monitor (screen) eko nampak sebagai suatu titik
dan garis terang dan gelapnya bergantung pada intensitas eko yang
dipantulkan dengan sistem ini maka diperoleh gambaran dalam dua
dimensi berupa penampang irisan tubuh, cara ini disebut B Scan
(Untuk deteksi objek diam, dan probe digunakan dengan bergerak.
Memperlihatkan semua jaringan yang dilewati oleh scan ultrasound.
Jika diamati dengan cepat akan terlihat secara real time).
b. Kelebihan
- Aman, tidak ada kontraindikasi
- tidak ada paparan radiasi
52
- Non-invasive
- Tersedia secara luas
- Biaya operasional rendah
- Peralatan portable (prosedur di samping tempat tidur)
- Diterima baik oleh pasien
- Sedikit memakan waktu
- Dapat diulang bebrapa kali
- Penilaian multiregional dan multistruktural
- Penialain dinamis
- Penilaian kontralateral mudah dilakukan.
c. Kelemahan
- Bergantung pada operator
- Acoustic windows yang terbatas
Gambar 2.36. Gambaran longitudinal USG pada medial joint line. A, letak posisi probe. B,
gambaran USG normal pada lutut menunjukkan distal femur (f), proksimal tibia (t),
triangular outline pada meniscus medial (m) dan gambaran echo menunjukkan ligamentum
kolateral medial (mcl). C, gambaran USG menunjukkan ekstruksi meniscus medial (m). D,
gambaran USG pada lutut OA menunjukkan ekstruksi meniscus medial (m) dengan
displacement ligamentum kolateral medial (anak panah) dan osteofit (*) yang jelas pada
proksimal dan distal garis sendi.3
Gambar 2.37. Osteofit didefinisikan sebagai penonjolan tulang pada akhir kontur tulang
normal atau pada margin sendi yang terlihat pada dua bidang tegak lurus dengan atau tampa
baying akustik. Skala semi-kuantitatif sesuai dengan ukuran perkembangannya: (A) minimal
(B) ringan (C) sedang (D) berat.
54
Gambar 2.38. Gambaran USG pada kartilago yang degeneratif derajat 0,1,2a,2b dan 3.
Pada gambar 2.38 penentuan derajat gambaran USG pada kartilago: derajat 0
jika menunjukkan gambaran anekoik yang jelas diantara gambaran hiperekoik di
anterior dan superior. Derajat 1 menunjukkan kehilangan hubungan antar tulang
yang normal atau peningkatan ekogenitas tulang rawan. Derajat 2a ialah
penambahan dari tanda yang sebelumnya, penipisan lokal (<50%) pada kartilago.
Derajat 2b menunjukkan penipisan kartilago lebih dari 50% sampai kurang dari
100%. Derajat 3 mencakup 100% kehilangan jaringan kartilago.
55
Pada tahun 2010, Chu dkk. menunjukkan bahwa evaluasi awal tulang rawan
berkorelasi dengan pengukuran Artroskopi dan T2 MRI, menjadikan OCT sebagai
31
alat potensial yang kuat untuk diagnosis perubahan chondral awal. Namun,
seperti halnya modalitas lainnya, OCT memiliki keterbatasan, termasuk prosedur
invasif yang diperlukan untuk secara langsung mengakses permukaan artikular
dan ketergantungan berat pada penggunaan operator dan proses pasca gambar.31
56
2. Faktor Resiko
Meskipun MRI tidak memancarkan radiasi pengion yang ditemukan pada
x-ray dan pencitraan CT, tetapi menggunakan medan magnet yang kuat.
Medan magnet meluas melampaui mesin dan memberikan kekuatan yang
sangat kuat pada benda- benda besi, beberapa baja, dan benda-benda
magnet lainnya. Mampu melemparkan kursi roda. Saat melakukan
pemindaian MRI, hal-hal berikut harus dipertimbangkan:
1) Orang dengan implan, terutama yang mengandung zat besi, - alat pacu
jantung, stimulator saraf vagus, defibrilator kardioversi implan,
perekam loop, pompa insulin, implan koklea, stimulator otak dalam,
dan kapsul dari endoskopi kapsul seharusnya tidak memasuki mesin
58
MRI.
2) Agen kontras-pasien dengan gagal ginjal berat yang memerlukan
dialisis dapat berisiko terkena penyakit serius yang disebut fibrosis
sistemik nefrogenik yang mungkin terkait dengan penggunaan agen
yang mengandung gadolinium tertentu, seperti gadodiamide dan lain-
lain. Meskipun hubungan kausal belum terbentuk, pedoman saat ini di
Amerika Serikat menganjurkan agar pasien dialisis hanya menerima
agen gadolinium bila penting.
3) Kehamilan - walaupun tidak ada efek yang telah ditunjukkan pada
janin, disarankan agar MRI scan dihindari sebagai tindakan pencegahan
terutama pada trimester pertama kehamilan, saat organ janin terbentuk dan
agen kontras, jika digunakan, bisa masuk ke janin dan aliran darah.
Gambar 2.43. Pemetaan T1-rho MRI yang dikode warna pada tulang rawan
femoral posterior. (A) Pada orang sehat (B) Pada penderita OA dini. Nilai T1-
rho MRI sebesar 40.05 ± 11.43 milidetik pada orang sehat dan meningkat
pada penderita OA (50.56 ± 19.26 milidetik).
2.9 Pengobatan OA
e. Menjaga pola makan dan minum (diet) agar selalu baik dan
seimbang sehingga pertumbuhan sendi dan tulang rawan sempurna
dan normal
BAB III
KESIMPULAN
Sendi merupakan pertemuan antara dua atau beberapa tulang dari kerangka
yang dihubungkan dengan kapsul sendi, jaringan ikat fibrosa, ligamen, tendon,
fascia, maupun otot. Sendi dibagi menjadi synarthrosis (tidak memiliki ruang
sendi) dan diarthrosis (memiliki ruang sendi).
Osteoartitis (OA) merupakan suatu penyakit degeneratif yang
mengakibatkan keseluruhan struktur dari sendi mengalami perubahan patologis.
Seiring dengan meningkatnya usia harapan hidup, menurut WHO pada tahun 2025
populasi usia lanjut di Indonesia akan meningkat 414% dibanding tahun 1990. Di
Indonesia prevalensi OA lutut yang tampak secara radiologis mencapai 15,5%
pada pria dan 12,7% pada wanita yang berumur antara 40-60 tahun. Usia
merupakan salah satu faktor risiko terjadinya OA dimana usia diatas 65 tahun,
hanya 50% memberikan gambaran radiologis sesuai Osteoartritis, meskipun hanya
10% pria dan 18% wanita diantaranya yang memperlihatkan gejala klinis OA, dan
sekitar 10% mengalami disabilitas karena OA.
Osteoartritis merupakan hasil kombinasi antara degradasi rawan sendi,
remodelling tulang dan inflamasi cairan sendi. Pada OA terjadi peningkatan
degradasi dan penurunan sintesis rawan sendi. Hal ini dapat menyebabkan
ketidakseimbangan rawan sendi, dan membuat produk hasil degradasi
berakumulasi di sendi dan menghambat fungsi rawan sendi serta mengawali respon
imun yang menyebabkan inflamasi sendi.
Gejala khas yang muncul adalah nyeri yang melibatkan satu atau beberapa
sendi mulai terjadi selama beraktivitas serta menghilang dengan beristirahat.
Beberapa kasus yang khususnya melibatkan sendi interphalangeal (IP), pasien
dapat merasakan perubahan bentuk, seperti ketinggian tulang, sebelum mengalami
nyeri. Persendian yang paling sering terlibat termasuk IP distal, IP proksimal,
karpal- metakarpal pertama, lutut, pinggul dan tulang belakang.
Diagnosis osteoartritis biasanya didasarkan pada anamnesis yaitu riwayat
penyakit, gambaran klinis dari pemeriksaan fisik dan hasil dari pemeriksaan
radiologis.
65
DAFTAR PUSTAKA
6. Setiati S., Alwi I., Sudoyo AW, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta
: InternaPublishing; 2014.
7. Leung G., Rainsford K., Kean W. Osteoartritisof the hand I aetiology and
pathogenesis, risk factors, investigation and diagnosis. Journal of Pharmacy and
Pharmacology. 2013;66(3)339-346.
9. Chu CR, Williams A, Tolliver D, Kwoh CK, Bruno S 3rd, Irrgang JJ. Clinical
optical coherence tomography of early articular cartilage degeneration in
patients with degenerative meniscal tears. Arthritis Rheum. 2010;62:1412–20.
2009;11(5):1–14.
16. National Institute for Health and Clinical Exellence (NICE). Commisioning
Guide : Painful Osteoartritisof the Knee. R Coll Surg Engl. 2013;1–18.
17. Lange. BASIC RADIOLOGY. Chen MYM, Carolina N, Pope TL, Science R,
Carolina S, Ott DJ, editor. Mc Graw Hill Companies; 2011. 1 hal.
19. Fadhilah RN. Studi penggunaan obat pada pasien osteoarthritis. 2016;26–32.
20. Soeroso, Juwono, Isbagio, Harry, Kalim. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6 ed.
Jakarta: Internal Publishing; 2014. 3197-3209 hal.
24. Hunter, Zhang, Goggins NJ, Amin, LaValley. Increase in Bone Marrow Lesions
Associated with Cartilage Loss. A Longitud Magn Reson Imaging Study Knee
Osteoarthr. 2006;54:1529–35.
68
26. Vignon. Radiographic Issues in Imaging the Progression of Hip and Knee
Osteoarthritis. J Rheumatol. 2004;70.