Anda di halaman 1dari 32

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 latar Belakang

Penyakit Sendi Degeneratif (osteoarthritis) adalah penyakit kerusakan


tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan penyebabnya belum diketahui
Atau gangguan pada sendi yang bergerak. Osteoarthritis diklasifikasi sebagai tipe
primer (idiopoatik) tanpa kejadian atau penyakit sebelumnya yang berhubungan
dengan Osteoarthritis, dan tipe sekunder. Namun, perbedaan antara Osteoarthritis
primer dan sekunder tidak selalu terlihat dengan jelas.

Penelitian tentang prevalensi osteoarthritis lutut dan panggul dan


ketepatan penggantian sendi terhadap 7.577 responden di Amerika, dikatakan
bahwa prevalensi osteoarthritis panggul 7.4%, kejadiannya pada wanita (8%)
lebih tinggi dibanding laki-laki (6.7%) (Quintana, J.M, et al. 2008).
Sedangkan prevalensi osteoarthritis lutut 12.2%, perempuan (14.9%) lebih
tinggi dari pada laki-laki (8.7%) diikuti peningkatan usia. Jadi dapat disimpulkan
bahwa prevalensi OA lutut lebih tinggi bila dibandingkan dengan OA panggul.
Adapun prevalensi osteoarthritis di Indonesia, mencapai 5% pada usia <40 tahun,
30% pada usia 40-60 tahun, dan 65% pada usia >61 tahun (Sharon Lewis, et al.
2011).
Di Indonesia prevalensi OA lutut yang tampak secara radiologik mencapai
15,5 % pada pria dan 12,7 % pada wanita berumur antara 40-60 tahun,
Osteoarthritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan
kerusakan kartilago sendi, dimana terjadi proses degradasi interaktif sendi yang
kompleks, terdiri dari proses perbaikan pada kartilago, tulang dan sinovium
diikuti komponen sekunder proses inflamasi.
Sebanyak 26 %penduduk LANSIA (lajut usia ) dijawa timur diperkirakan
mederita tulang keropos atau osteoporosis. Penderita penyakit ini tidak menjadi
monopoli kaum wanita. Laki laki juga bisa terserang. Temuan ini disampaikan
oleh himpunan osteoporosis diindonesia cabang surabaya Prof Dr.dr.Djoko
Roeshadi. Jawa timur tingkat osteoorosis mencapai 21,42%.
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

STIKes NGUDIA HUSADA MADURA Page 1


Osteoarthritis lutut penyebab pastinya belum diketahui, berikut ini adalah
factor pencetus atau predisposising dari osteoarthritis adalah (1) usia, (2) obesitas,
kelebihan berat badan (kegemukan) akan menyebabkan pembebanan yang
berlebihan pada sendi yang banyak menumpu berat badan, (3) jenis kelamin, pada
usia 55 tahun keatas wanita lebih berisiko karena berhubungan dengan
menophose, (4) aktifitas fisik dan pekerjaan, adanya stress yang berkepanjangan
pada lutut seperti pada olahragawan dan pekerjaan yang telalu
banyak menumpu pada lutut seperti membawa beban atau berdiri yang terus
menerus, mempunyai resiko lebih besar terkena Osteoarthritis lutut riwayat
trauma langsung maupun tidak langsung dan immobilisasi yang
lama, (5)Penyakit sendi lain.
Terapi non farmakologi yang disarankan antara lain exercise/latihan
lutut. Jenis exercise lain yang dapat dilakukan adalah home exercise, Range Of
Motion (ROM), strengthening exercise /latihan penguatan meliputi quadriceps
and hamstring exercise serta aerobik seperti berjalan,
bersepeda, berenang. Tujuan exercise ini antara lain memperbaiki fungsi sendi,
meningkatkan kekuatan sendi, proteksi sendi dari kerusakan dengan mengurangi
stres pada sendi, mencegah kecacatan dan meningkatkan kebugaran jasmani.
Latihan ini tentunya disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan pasien.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah devinisi dari Ostearthritis ?


2. Apa saja etiologi dari Ostearthritis ?
3. Bagaiamna patofisiologi dari Ostearthritis ?
4. Bagaimanakah klasifikasi Ostearthritis ?
5. Apa manifestasi klinis dari Ostearthritis ?
6. Bgaimanakah pemeriksaan penunjang Ostearthritis?
7. Bagaimana penatalaksaan pada Ostearthritis ?
8. Apa prognosis dari Ostearthritis?
9. Bagaimana web of caution dari Ostearthritis ?

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

STIKes NGUDIA HUSADA MADURA Page 2


10. Bagaimana pemberian asuhan keperwatan pada pasien Ostearthritis ?

1.3 Tujuan

A. Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas profesi ners keperawatan medikal bedah.
B. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui devinisi Ostearthritis
2. Untuk mengetahui etiologi Ostearthritis
3. Untuk mengetahui patofisiologi Ostearthritis
4. Untuk mengetahui klasifikasi Ostearthritis
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis Ostearthritis
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang Ostearthritis
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan Ostearthritis
8. Untuk mengetahui prognosis dari Ostearthritis
9. Untuk menegtahui web of caution dari Ostearthritis
10. Untuk mengetahui asuhan keperawatan Ostearthritis

1.4 Manfaat
Memberikan pemaparan secara detail mengenai penyakit Ostearthritis
Khususnya bagi Masyarakat dan mahasiswi STIKES Ngudia Husada
Madura.

BAB 2
PEMBAHASAN

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

STIKes NGUDIA HUSADA MADURA Page 3


2.1 Anatomi dan Fisiologi Muskuluskoletal
Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan
bertanggung jawab terhadap pergerakan. Aktivitas gerak tubuh manusia
bergantung pada efektifnya interaksi antara sendi yang normal dengan unit-unit
neuromuscular yang menggerakkannya. Elemen tersebut juga berintraksi untuk
mendistrinbusikan stres kejaringan sekitar sendi,otot,tendon,ligamen,rawan sendi,
dan tulang saling bekerjasama agar fungsi tersebut dapat berlangsung dengan
sempurna (Noer S.1996).
Struktur tulang dan jaringan ikat menyusun kurang lebih 25% berat
badan, dan otot menysun kurang lebih 50% (Smeltzer S.Cdan Barre B.G.,2002).
Reeves (2001) mengatakan bahwa kerangka berfungsi untuk membentuk dan
menopang tubuh, melindungi organ penting, dan berperan sebagai penyimpan
mineral tertentu seperti kalsium, magnesium, dan fosfat.
A. Sistem Muskuluskoletal terdiri dari :
1. Tulang
2. Sendi
3. Otot
4. Dan struktur organ lainnya yaitu :
a. Tendon
b. Ligamen
1. Tulang
Menurut Smeltzer S.C dan Bare B.G (2002) tulang manusia
berhubungan satu dengan yang lain dalam berbagai bentuk untuk
memperoleh fungsi sistem muskuluskoletal yang optimal.
a. Fungsi tulang adalah sebagai berikut :
1) Mendukung jaringan tubuh dan menbuntuk tubuh.
2) Melindungi organ tubuh (jantung, otak, paru-paru) dan jaringan
lunak.
3) Memberikan pergerakan (otot yang berhubungan dengan kontraksi
dan pergerakan ).

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

STIKes NGUDIA HUSADA MADURA Page 4


4) Membuat sel-sel darah merah di dalam sumsum tulang (hema
topoiesis).
5) Menyimpan garam-garam mineral. Misalnya kalsium, fosfor.
b. Tulang dapat diklasifikasikan dalam lima kelompok berdasarkan
bentuknya:
1) Tulang panjang (long bone).
a) Misalnya: femur, tibia, fibula, ulna, dan humerus (daerah batas
disebut diafisis dan daerah yang berdekatan dengan garis epifisis
disebut metafisis).

2) Tulang pendek (short bone).Misalnya: tulang-tulang karpal.


3) Tulang pipih (fist bone).
Misalnya:tulang parietal, iga, skapula, danpelvis.
4) Tulang takberaturan (irregular bone).
Misalnya: tulang vertebra.
5) Tulang sesamoid.
Misalnya: tulang patella.
6) Tulang sutura (sutural bone).
Terdapatpada atap tengkorak.
c. Komponen Jaringan Tulang :
1. Komponen-komponen utama dari jaringan tulang adalah mineral-
mineral dan jaringan organik (kolagen dan proteoglikan).
2. Kalsium dan fosfat membentuk suatu kristal garam (hidroksiapatit),
yang tertimbun pada matriks kolagen dan proteoglikan.

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

STIKes NGUDIA HUSADA MADURA Page 5


3. Matriks organik tulang disebut juga sebagai suatu osteoid. Sekitar
70% dari osteoid adalah kolagen tipe I yang kaku dan memberikan
ketegaran tinggi pada tulang.
4. Materi organik lain yang juga menyusun tulang berupa proteoglikan.
a. Pertumbuhan Tulang :

b. Perkembangan Tulang
1. Secara langsung

Pada proses ini tulang akan terbentuk secara langsung dari membran
tulang dalam bentuk lembaran-lembaran,
misalnya pada tulang muka, pelvis,
skapula, dan tulang tengkorak. Proses
penulangan ini ditandai dengan
terbentuknya osteoblast yang merupakan
rangka dari trabekula tulang yang
penyebarannya secara radial.

2. Secara tidak langsung

Pada proses ini tulang terbentuk dari tulang rawan, dimana proses
penulangan dari tulang rawan terjadi melalui dua cara, yaitu: 1)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

STIKes NGUDIA HUSADA MADURA Page 6


pusat osifikasi primer,pada keadaan ini osifikasi dari tulang terjadi
melalui osifikasi endokondral; 2) osifikasi sekunder, pada keadaan
ini osifikasiterjadi di bawah perikondrium/perikondrial (osifikasi
periosteum/ periosteal).

c. Fisiologi Sel-Sel Tulang


1. Osteoblas.
Membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe I dan
proteoglikan sebagai matriks tulang atau jaringan osteoid melalui
suatu proses yang disebut osifikasi.
2. Osteosit.
Adalah sel-sel tulang dewasa yang
bertindak sebagai suatu lintasan
untuk pertukaran kimiawi melalui
tulang yang padat.
3. Osteoklas.
Adalah sel-sel besar berinti banyak yang memungkinkan mineral dan
matriks tulang dapat diabsorpsi.
2. Sendi
d. Sendi adalah tempat pertemuan dua atau lebih tulang. Tulang-tulang ini
dipadukan dengan berbagai cara, misalnya dengan kapsul sendi, pita
fibrosa, ligamen, tendon, fasia, atau otot.
e. Klasifikasi Sendi :
a. Sendi Sinartrosis, yaitu sendi yang tidak
bergerak sama sekali.
Contohnya : Sutura tulang tengkorak.
b. Sendi Amfiartrosis, yaitu sendi yang
bergerak namun pergerakannya terbatas.
Contohnya : Pelvik, simfisis, dan tibia.
c. Sendi Diartrosis/ Sinovial, yaitu sendi yang dapat bergerak secara
bebas.
Contohnya : Siku, lutut, dang pergelangan tangan.

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

STIKes NGUDIA HUSADA MADURA Page 7


A. Macam Sendi
a. Sendi fibrosa (sinartrodial), merupakan sendi yang tidak dapat
bergerak;
b. Sendi kartilaginosa (amfiartrodial), merupakan sendi yang dapat
sedikit bergerak; dan
c. Sendi sinovial (diartrodial), merupakan sendi yang dapat
digerakkan dengan bebas.
1. Jenis sendi synovial :
a) Sendi Peluru, misal pada persendian panggul dan bahu.
Memungkinkan gerakan bebas penuh.
b) Sendi Engsel, misal siku dan lutut. Memungkinkan gerakan
melipat hanya pada satu arah.
c) Sendi Pelana, memungkinakan gerakan dua bidang yang
saling tegal lurus. Sendi pada dasar ibu jari adalah sendi
pelana dua sumbu.
d) Sendi Pivot, misal adalah sendi anatar radius dan ulna.
Memungkinkan rotasi untuk melakukan aktivitas seperti
memutar pegangan pintu.
e) Sendi Peluncur, misal sendi-sendi tulang karpalia di
pergelangan tangan. Memungkinkan gerakan terbatas
kesemua arah.
3. Otot
Otot merupakan kelompok jaringan terbesar dalam tubuh dan
membentuk sekitar separuh berat tubuh. Otot rangka itu sendiri
membentuk sekitar 40% dari berta tubuh pada pria dan 32% pada wanita,
sementara otot polos dan otot jantung membentuk sampai sekitar 10%
sisanya dari berat tubuh total (Sherwood,2001).

Otot merupakan organ tubuh yang mempunyai kemampuan


mengubah energi kimia menjadi energi mekanik/gerak sehingga dapat
berkontraksi untuk menggerakkan rangka.

B. Struktur Otot Rangka


PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

STIKes NGUDIA HUSADA MADURA Page 8


A. Jenis Otot :

a.Otot Rangka ( Lurik )


Memiliki desain yang efektif untuk pergerakan yang spontan dan
membutuhkan tenaga besar. Pergerakannya diatur sinyal dari sel
syaraf motorik. Otot ini menempel pada kerangka dan digunakan
untuk pergerakan
1. Fungsi Otot Rangka :
a. Menghasilkan gerakan rangka tubuh.
b. Mempertahankan sikap & posisi tubuh.
c. Menyokong jaringan lunak.
d. Menunjukkan pintu masuk & keluar saluran dalam sistem
tubuh.
e. Mempertahankan suhu tubuh dengan pembentukan kalor
saat kontraksi.
b.Otot polos
Otot yang ditemukan dalam intestium dan pembuluh darah bekerja
dengan pengaturan dari sistem saraf tak sadar, yaitu saraf otonom.
Otot polos dibangun oleh sel-sel otot yang terbentuk gelondong
dengan kedua ujung meruncing,serta mempunyai satu inti.

c.Otot jantung

Otot yang ditemukan dalam jantung ini bekerja secara terus-


menerus tanpa henti. Pergerakannya tidak dipengaruhi sinyal saraf
pusat.

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

STIKes NGUDIA HUSADA MADURA Page 9


2. Struktur organ lainnya :
3. Tendon merupakan suatu berkas (bundel) serat kolagen yang
melekatkan c..otot ke tulang. Tendon menyalurkan gaya yang
dihasilkan oleh kontraksi otot ke tulang. Serat kolagen dianggap
sebagai jaringan ikat dan dihasilkan oleh sel-sel fibroblas.
4. Ligamen adalah taut fibrosa kuat yang menghubungkan tulang ke
tulang, biasanya di sendi. Ligamen memungkinkan dan membatasi
gerakan sendi.

2.2 Definisi

Osteoartritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau


osteoartrosis (sekalipun terdapat inflamasi) merupakan
kelainan sendi yang paling sering ditemukan dan
kerapkali menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas).
(Smeltzer , C Suzanne, 2002 hal 1087).
Penyakit Sendi Degeneratif (osteoarthritis)
adalah penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang
berkembang lambat dan penyebabnya belum diketahui (Kalim, IPD,1997). Atau
gangguan pada sendi yang bergerak ( Price & Wilson,1995).
Osteoarthritis diklasifikasi sebagai tipe primer (idiopoatik) tanpa kejadian
atau penyakit sebelumnya yang berhubungan dengan Osteoarthritis, dan tipe
sekunder. Namun, perbedaan antara Osteoarthritis primer dan sekunder tidak
selalu terlihat dengan jelas. Osteoartritis adalah gangguan pada sendi yang
bergerak. Penyakit ini bersifat kronik, berjalan progresif lambat, tidak meradang,
dan ditandai oleh adanya deteriorasi dan abrasi rawan sendi dan adanya
pembentukan tulang baru pada permukaan persendian. (Michael A.Carter, 2006
hal 1380).
Osteoartritis disebut juga penyakit sendi degenerative atau arthritis
hipertrofi. Penyakit ini merupakan penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang
berkembang lambat dan berhubungan dengan usia lanjut. (Mansjoer, Arif, 2001
hal 535).

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

STIKes NGUDIA HUSADA MADURA Page 10


Osteoartritis adalah gangguan pada sendi yang bergerak. Penyakit ini
bersifat kronik berjalan progresif lambat, tidak meradang, dan ditandai oleh
adanya deteriorasi dan abrasi dan rawan oleh adanya pembentukan tulang baru
pada permukaan persendiaan.

Osteoartritis adalah bentuk artritis yang paling umum, di mana jumlah


penderita sedikit melampaui separuh jumlah penderita artritis. Gangguan ini
sedikit lebih banyak pada wanita dari pada pria dan terutama ditemukan pada
orang-orang yang berusia lebih dari 45 tahun. Penyakit ini pernah dianggap
sebagai suatu proses penuaan normal, sebab insidens bertambah dengan
meningkatnya usia. Osteoartritis dahulu diberi nama arthritis akibat pemakaian,
karena sendi dianggap jadi aus dengan bertambahnya usia. Tetapi, temuan-temuan
yang lebih baru dalam bidang biokimia dan biomekanik telah menyanggah teori
ini.

Pertambahan usia berhubungan secara langsung dengan proses


degenerative dalam sendi,mengingat kemampuan kartilago artikuler untuk
bertahan terhadap mikro fraktur dengan beban muatan rendah yang berulang-
ulang mengalami penurunan. Osteoarthritis sering dimulai pada decade usia ke 3,
dan mencapai puncaknya diantara decade ke 5 dan ke 6. Menjelang usia 75
tahun,85% populasi akan menunjukkan hasil pemeriksaan ronsen atau bukti klinis
adanya Osteoarthritis. Kendati demikian,dari angka ini hanya 15% hingga 25%
yang mengalami gejala bermakna.

INSIDEN
Osteoartritis  merupakan  penyakit reumatik sendi yang  paling  banyak
dijumpai  terutama  orang-orang  di atas 40 tahun  di seluruh  penjuru dunia.
Banyak  orang tua  yang tidak dapat berjalan  sendiri dari  tempat tidur  ke kamar 
mandi karena  osteoartritis. Pada  suatu  survei radiografi pada  wanita di bawah
40 tahun hanya  2 % mempunyai  osteoartritis, akan  tetapi pada  usia 45-60 
tahun  angka kejadiannya 30 % sementara pada  orang-orang di atas 61 tahun
angka  kejadiannya  lebih  dari  65 %. Pada  laki-laki  nilai  ini  sedikit lebih 
rendah osteoartitis  jarang sekali dijumpai  pada awal-awal.

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

STIKes NGUDIA HUSADA MADURA Page 11


2.3 Etiologi
Penyebab dari osteoartritis hingga saat ini masih belum terungkap,
namun beberapa faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis antara lain adalah :
1. Umur
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor ketuaan adalah
yang terkuat. Prevalensi dan beratnya orteoartritis semakin meningkat dengan
bertambahnya umur. Osteoartritis hampir tak pernah pada anak-anak, jarang
pada umur dibawah 40 tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun. Perubahan
fisis dan biokimia yang terjadi sejalan dengan bertambahnya umur dengan
penurunan jumlah kolagen dan kadar air, dan endapannya berbentuk pigmen
yang berwarna kuning.
2. Pengausan (wear and tear)
Pemakaian sendi yang berlebihan secara teoritis dapat merusak rawan sendi
melalui dua mekanisme yaitu pengikisan dan proses degenerasi karena bahan
yang harus dikandungnya.
3. Kegemukan
Faktor kegemukan akan menambah beban pada sendi penopang berat badan,
sebaliknya nyeri atau cacat yang disebabkan oleh osteoartritis mengakibatkan
seseorang menjadi tidak aktif dan dapat menambah kegemukan. Berat  badan
yang  lebih nyata  berkaitan  dengan  meningkatknya   resiko   untuk 
timbulnya osteoartritis baik pada wanita maupun pada  pria. Dan diduga
terdapat  faktor lain  yang terdekat yaitu  metabolik.  Peran faktor   metabolik 
dan  hormonal  pada kaitan  antara osteoartritis dengan  penyakit  jantung 
koroner,  DM  dan hipertensi.
4. Trauma
Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoartritis adalah trauma yang
menimbulkan   kerusakan   pada   integritas   struktur   dan   biomekanik   sendi
tersebut.
5. Keturunan
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis missal, pada ibu
dari seorang wanita dengan osteoartritis pada sendi-sendi inter falang distal

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

STIKes NGUDIA HUSADA MADURA Page 12


terdapat dua kali lebih sering osteoartritis pada sendi-sendi tersebut, dan anak-
anaknya perempuan cenderung mempunyai tiga kali lebih sering dari pada ibu
dan anak perempuan dari wanita tanpa osteoarthritis. Faktor  herediter  juga  
berperan  pada timbulnya osteoartritis dengan osteoartritis  misalnya, pada ibu 
dari  seorang  wanita  dengan osteoartritis  paha pada sendi-sendi interfalang
distal (nodus heberden) terdapat 2 x lebih sering osteoartritis pada sendi-sendi
tersebut  dan anak-anak  perempuan   cenderung  mempunyai 3 kali lebih 
sering,  dari  pada ibu  dan anak perempuan-perempuan  dari wanita  tanpa
osteoartritis  tersebut. Adanya mutasi dalam gen prokolagen II atau gen-gen
struktural lain untuk unsur-unsur tulang rawan sendi seperti kolagen tipe IX
dan XII, protein pengikat atau proteoglikan dikatakan berperan dalam
timbulnya kecendrungan familial pada OA tertentu (terutama OA banyak
sendi), Heberden node merupakan salah satu bentuk osteoartritis yang biasanya
ditemukan   pada   pria   yang   kedua   orang   tuanya   terkena   osteoartritis,
sedangkan wanita, hanya salah satu dari orang tuanya yang terkena.
6. Akibat penyakit radang sendi lain
Infeksi (artritis rematord; infeksi akut, infeksi kronis) menimbulkan reaksi
peradangan   dan   pengeluaran   enzim   perusak   matriks   rawan   sendi    
oleh membran sinovial dan sel-sel radang.
7. Joint Mallignment
Pada akromegali karena pengaruh hormon pertumbuhan, maka rawan sendi
akan   membal   dan   menyebabkan   sendi   menjadi   tidak   stabil/seimbang
sehingga mempercepat proses degenerasi.
8. Penyakit endokrin
Pada hipertiroidisme, terjadi produksi air dan garam-garam proteglikan yang
berlebihan pada seluruh jaringan penyokong sehingga merusak sifat fisik
rawan sendi, ligamen, tendo, sinovia, dan kulit. Pada diabetes melitus, glukosa
akan menyebabkan produksi proteaglikan menurun.

2.4 Pathofisiologi

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

STIKes NGUDIA HUSADA MADURA Page 13


Osteoarthritis dapat dianggap hasil akhir banyak proses patologi yang
menyatu menjadi suatu predisposisi penyakit yang menyeluruh. Osteoarthritis
mengenai kartilago artikuler,tulang subkondrium (lempeng tulang yang
menyangga kartilago artikuler) serta sinovium,dan menyebabkan keadaan
campuran dari proses degradasi,inflamasi serta perbaikan.
Proses degenerative dasar dalam sendi sudah dijelskan sebelumnya
dalam bab ini dan dicontohkan pada Osteoarthritis. Pemahaman terhadap
Osteoarthritis telah berkembang luas hingga sudah berada diluar pandangan
bahwa penyakit tersebut hanya semata-mata proses “aus akibat pemakaian”yang
berhubungan dengan penuaan. Faktor resiko bagi Osteoarthritis mencakup
usia,jenis kelamin wanita,predisposisi genetic,obesitas,stress mekanis
sendi,trauma sendi,kelainan sendi/tulang yang dialami sebelumnya,dan dirawat
penyakit inflamasi,endokrin serta metabolic.
Unsur herediter osteoarthritis yang
dikenal sebagai nodal generalized
osteoarthritis (yang mengenai tiga atau lebih
kelompok sendi) telah dikonfirmasikan. Tipe
osteoarthritis ini meliputi proses inflamasi primer. Wanita pascamenopause dalam
keluarga yang sama ternyata memiliki tipe osteoarthritis pada tangan yang
ditandai dengan timbulnya nodus pada sendi interfalang distal dan sendi
interfalang proksimal tangan.
Gangguan congenital dan perkembangan pada koksa sudah diketahui
benar sebagai predisposisi dalam diri seseorang untuk mengalami Osteoarthritis
koksa. Gangguan ini mecakup subluksasi-dislokasi congenital sendi
koksa,dysplasia asetabulum,penyakit legg-calve-perthes dan pergeseran epivise
kaput vemoris.
Obesitas memiliki kaitan dengan Osteoarthritis sendi,lutut, pada wanita.
Meskipun keadaan ini mungkin terjadi akibat stress mekanis tambahan
ketidaksejajaran(mis-alignment)sendi lutut terhadap bagian tubuh lainnya karena
diameter paha,namun obesitas dapat memberikan efek metabolic langsung pada
kartilago. Secara mekanis, obesitas dianggap meningkatkan gaya yang melintas
sendi dank arena itu menyebabkan degenerasi kartilago. Teori faktor metabolic
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

STIKes NGUDIA HUSADA MADURA Page 14


menunjukkan adanya hormone atau mediator biologic yang berkaitan dengan dan
menyebabkan Osteoarthritis. Obesitas akan disertai peningkatan massa tulang
subkondrium yang dapat menimbulkan kekakuan tulang sehingga tulang
subkondrium menjadi kurang lentur terhadap dampak beban muatan yang akan
mentransmisikan lebih besar gaya pada kartilago artikuler yang melapisi diatasnya
dan dengan demikian membuat tulang tersebut lebih rentan terhadap cidera.
Wanita yang obese ternyata memiliki insidensi Osteoarthritis lutut
hampir empat kali lipat dari pada wanita dengan berat badan rata-rata. Pertanyaan
yang timbul adalah apakah obesitas itu mendahului Osteoarthritis ataukah
merupakan akibat dari gaya hidup monoton yang di adopsi oleh sejumlah pasien
dengan gejala Osteoarthritis,beberapa penelitian yang dilakukan baru-baru ini
menunjukkan hal yang pertama. Demikian pula terlihat bahwa Osteoarthritis yang
terjadi dalam usia dewasa muda pada usia ini,sebenarnya Osteoarthritis sangat
jarang dijumpai akan meningkatkan resiko terjadinya Osteoarthritis dikemudian
hari pada sendi lutut. Penurunan berat dalam usia pertengahan atau sesudah itu
tampaknya dapat menurunkan resiko untuk terjadinya Osteoarthritis pada sendi
lutut. Gambaran ini tampaknya lebih berlaku pada wanita ketimbang pada laki-
laki dimana cidera lutut merupakan unsure penyebab yang lebih penting. Jadi,
pencegahan atau penanganan obesitas mungkin merupakan faktor yang penting
dalam mencegah terjadinya Osteoarthritis pada sendi lutut.
Faktor-faktor mekanis seperti trauma sendi, aktivitas olahraga dan
pekerjaan juga turut terlibat. Faktor-faktor ini mencakup kerusakan pada
ligamentum krusiatum dan robekan meniscus,aktivitas fisik yang berat dan
kebiasaan sering berlutut. Penyakit   sendi   degeneratif   merupakan   suatu  
penyakit   kronik,   tidak meradang, dan progresif lambat, yang seakan-akan
merupakan proses penuaan, rawan   sendi   mengalami   kemunduran   dan  
degenerasi   disertai   dengan pertumbuhan tulang baru pada bagian tepi sendi.
Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit yang
merupakan unsur penting rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga diawali oleh
stress biomekanik tertentu. Pengeluaran enzim lisosom menyebabkan dipecahnya
polisakarida protein yang membentuk matriks di sekeliling kondrosit sehingga
mengakibatkan kerusakan tulang rawan. Sendi yang paling sering terkena adalah
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

STIKes NGUDIA HUSADA MADURA Page 15


sendi yang harus menanggung berat badan, seperti panggul lutut dan kolumna
vertebralis. Sendi interfalanga distal dan proksimasi.Osteoartritis  pada beberapa
kejadian  akan mengakibatkan  terbatasnya gerakan. Hal ini disebabkan oleh
adanya rasa nyeri yang dialami atau diakibatkan penyempitan ruang sendi atau
kurang digunakannya sendi tersebut. 
Perubahan-perubahan degeneratif yang mengakibatkan karena peristiwa-
peristiwa tertentu misalnya cedera sendi infeksi sendi deformitas congenital dan
penyakit peradangan sendi lainnya akan menyebabkan trauma pada kartilago yang
bersifat intrinsik dan ekstrinsik sehingga menyebabkan fraktur ada ligamen atau
adanya perubahan metabolisme sendi yang pada akhirnya mengakibatkan tulang
rawan mengalami erosi dan kehancuran, tulang menjadi tebal dan terjadi
penyempitan rongga sendi yang menyebabkan nyeri, kaki kripitasi, deformitas,
adanya hipertropi atau nodulus.

2.5 Klasifikasi

Osteoartritis diklasifikasikan menjadi :


a. Tipe  primer  (idiopatik) : tanpa kejadian   atau  penyakit  sebelumnya  yang
berhubungan dengan osteoartritis. Dialami setelah usia 45 tahun, sebagai
akibat dari proses penuaan alami, tidak diketahui penyebab pastinya,
menyerang secara perlahan tapi progresif, dan dapat mengenai lebih dari
satu persendian. Biasanya menyerang sendi yang menanggung berat badan
seperti lutut dan panggul, bisa juga menyerang punggung, leher, dan jari-
jari.
b. Tipe sekunder : Dialami sebelum usia 45 tahun, biasanya disebabkan oleh
trauma (instabilitas) yang menyebabkan luka pada sendi (misalnya patah
tulang atau permukaan sendi tidak sejajar), akibat sendi yang longgar, dan
pembedahan pada sendi. Penyebab lainnya adalah faktor genetik dan
penyakit metabolik. seperti akibat trauma, infeksi dan pernah fraktur (Long,
C Barbara, 1996  hal 336)

2.6 Manifestasi Klinis

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

STIKes NGUDIA HUSADA MADURA Page 16


Manifestasi klinis osteoarthritis yang primer adalah rasa nyeri, kaku dan
gangguan fungsional. Nyeri pada osteoarthritis disebabkan oleh inflamasi
sinovia,peregangan kapsula atau ligamentum sendi, iritasi ujung-ujung saraf
dalam periosteum akibat pertumbuhan osteofit, mikrofraktur trabekulum,
hipertensi intraoseus, bursitis, tendinitis dan spasme otot. Perasaan kaku yang
paling sering dialami pada pagi hari atau sesidah bangun tidur biasanya
berlangsung kurang dari 30 menit dan akan berkurang sesudah sendi-sendi itu
digerakkan. Gangguan fungsional disebabkan oleh rasa nyeri ketika sendi
digerakkan dan keterbatasan gerakan yang terjadi akibat perubahan structural
dalam sendi.
Meskipun osteoarthritis terjadi paling sering pada sendi penyokong berat
badan (panggul, lutut, servikal, dan tulang belakang), sendi tengah dan ujung jari
juga sering terkena. Mungkin ada nodus tulang yang khas : pada inspeksi dan
palpasi ini biasanya tidak ada nyeri, kecuali ada inflamasi.
Gejala-gejala utama ialah adanya nyeri pada sendi yang terkena, terutama
waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan, mula-mula rasa kaku,
kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang saat istirahat. Terdapat hambatan pada
pergerakan sendi, kaku pagi, krepitasi, pembesaran sendi, dan perubahan gaya
berjalan.
Nyeri pada osteoarthritis disebabkan oeh inflamasi sinova,peregangan
kapsula dan ligamentum sendi, iritasi ujung-ujung saraf dalam periosteum akibat
pertumbuhan osteofit, mikrofraktur, trabekulum, hipertensi intraoseus, bursitis,
tendonitis, dan spasme otot. Gangguan fungsional disebabkan oleh rasa nyeri
ketika sendi digerakkan dan keterbatasan gerakan yang terjadi akibat perubahan
structural dalam sendi. Meskipun osteoarthritis terjadi paling sering pada sendi
penyokong berat badan ( panggul, lutut, servikal, dan tulag belakang), sendi
tengah dan ujung jari juga sering terkena. Mungkin ada nodus tulanh yang khas,
pada inspeksi dan palpasi ini biasanya tidak ada nyeri, kecuali ada inflamasi.
Gejala khas pada penderita OA :
1. Rasa nyeri pada sendi
Merupakan gambaran primer pada osteoartritis, nyeri akan bertambah apabila
sedang melakukan sesuatu kegiatan fisik.
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

STIKes NGUDIA HUSADA MADURA Page 17


2. Kekakuan dan keterbatasan gerak
Biasanya akan berlangsung 15 - 30 menit dan timbul setelah istirahat atau saat
memulai kegiatan fisik.
3. Peradangan
Sinovitis sekunder, penurunan pH jaringan, pengumpulan cairan dalam ruang
sendi akan menimbulkan pembengkakan dan peregangan simpai sendi yang
semua ini akan menimbulkan rasa nyeri.
4. Mekanik
Nyeri biasanya akan lebih dirasakan setelah
melakukan aktivitas lama dan akan berkurang
pada waktu istirahat. Mungkin ada
hubungannya dengan keadaan penyakit yang telah lanjut dimana rawan sendi
telah rusak berat. Nyeri biasanya berlokasi pada sendi yang terkena tetapi dapat
menjalar, misalnya pada osteoartritis coxae nyeri dapat dirasakan di lutut,
bokong sebelah lateril, dan tungkai atas. Nyeri dapat timbul pada waktu dingin,
akan tetapi hal ini belum dapat diketahui penyebabnya.
5. Pembengkakan Sendi
Pembengkakan sendi merupakan reaksi peradangan karena pengumpulan
cairan dalam ruang sendi biasanya teraba panas tanpa adanya pemerahan.
6. Deformitas
Disebabkan oleh distruksi lokal rawan sendi.
7. Gangguan Fungsi
Timbul akibat Ketidakserasian antara tulang pembentuk sendi.
Gejala utama  ialah adanya  nyeri pada  sendi  yang  terkena,  terutama 
waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan, mula-mula  rasa  kaku,
kemudian  timbul  rasa  nyeri yang berkurang  dengan  istirahat. Terdapat 
hambatan  pada  pergerakan  sendi,  kaku pagi, krepitas, pembesaran, sendi  dan
perubahan  gaya  berjalan,  terdapat  pembesaran  sendi  dan  krepitas tulang.
Tanda-tanda perdagangan  sendi tersebut  tidak  menonjol dan timbul  belakangan,
mungkin dijumpai karena adanya  sinovitis, terdiri  dari nyeri  tekan,  G3 gerak,
rasa hangat yang  merata  dan warna kemerahan.

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

STIKes NGUDIA HUSADA MADURA Page 18


Gejala osteoartritis biasanya terjadi secara perlahan-lahan dan lama-
kelamaan akan memburuk, gejala dan tanda-tandanya antara lain:
1. Nyeri pada engsel dan sambungan tulang selama atau sesudah digerakkan
atau setelah lama tidakbergerak/tidak aktif.
2. Ngilu pada engsel saat mengangkat beban ringan
3. Kaku pada engsel saat bangun tidur atau setelah lama tidak bergerak
4. Kehilangan fleksibilitas yang membuat kita sulit menggerakkan engsel
5. Pada beberapa kasus terjadi pembengkakan
6. Pada tangan: jari-jari membesar, terasa sakit, kaku bahkan mati rasa
7. Pada lutut: lutut terasa sakit dan kaku. Susah digunakan untuk berjalan dan
dapat menyebabkan cacat
8. Pada pinggul: terasa sakit dan kaku pada kunci paha dan dapat membatasi
pergerakan
9. Pada punggung/tulang belakang: terasa sakit dan kaku pada leher

2.7 Pemeriksaan Penunjang

Tindakan untuk menentukan siapa yang menderita osteoarthritis


diperumit oleh kenyataan bahwa hanya 30% hingga 50% pasien dengan
perubahan yang terlihat pada foto ronsen yang melaporkan gejala. Pemeriksaan
fisik terhadap sistem muskuloskletal akan memperlihatkan sendi yang nyeri tekan
dan membesar. Inflamasi, kalau terjadi , bukan berupa tipe destruktif sebagai
mana terlihat pada penyakit jaringan ikat seperti arthritis rheumatoid. Penyakit
osteoarthritis ditandai oleh penurunan progresif massa kartilago sendi yang akan
terlihat pada foto ronsen sebagai penyempitan rongga sendi (karena kartilago
tidak bersifat radiografik).
Disamping itu, perubahan reaktif akan terjadi pada tepi sendi dan pada
tulang subkondrium dalam bentuk osteofit (spurs) ketika kartilago berupaya untuk
mengadakan regenerasi. Keberadaan osteofit maupun penyempitan rongga sendi
saja bukanlah petunjuk yang spesifik bagi osteoarthritis: namun demikian, bila
terdapat secara bersama-sama, kedua gambaran ini
merupakan hasil pemeriksaan yang sensutuf dan spesifik.

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

STIKes NGUDIA HUSADA MADURA Page 19


Pada osteoarthritis yang dini atau ringan, korelasi antara nyeri sendi dan sinovitis
sangat lemah pemeriksaan serum tidak bermanfaat untuk penegakan diagnosis
kelainan ini.
1. Sinar-X.
Gambar sinar X pada engsel akan menunjukkan perubahan yang terjadi pada
tulang seperti pecahnya tulang rawan.
2. Tes darah.
Tes darah akan membantu memberi informasi untuk memeriksa rematik.
3. Analisa cairan engsel
Dokter akan mengambil contoh sampel cairan pada engsel untuk kemudian
diketahui apakah nyeri/ngilu tersebut disebabkan oleh encok atau infeksi.
4. Artroskopi
Artroskopi adalah alat kecil berupa kamera yang diletakkan dalan engsel
tulang. Dokter akan mengamati ketidaknormalan yang terjadi.
5. Foto Rontgent menunjukkan penurunan progresif massa kartilago sendi sebagai
penyempitan rongga sendi
6. Serologi dan cairan sinovial dalam batas normal
TEST DIAGNOSTIK
a. Radiologi
b. Rontgen
c. Myliograf
d. Ct. Scan (Computerizeit Tonografi Scanning)
e. Biopsi Tulang
f. EMG
g. Arthroscopy
h. Magnetic Resonan Imaging (MRI)
i. USG (Ultrasonagrafi)

2.8 Penatalaksanaan
Meskipun tidak ada terapi yang menghentikan proses degenerative,
tindakan preventif tertentu dapat dilakukan untuk memeperlambat proses tersebut
bilamana diupayakan secara cukup dini. Tindakan ini mencakup penurunan berat
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

STIKes NGUDIA HUSADA MADURA Page 20


badan, pencegahan cidera, pemeriksaan skrining perinatal untuk mendeteksi
kelainan bawaan sendi paha, dan pendekatan ergonomik untuk memodifikasi
stress akibat pekerjaan. Penatalaksanaan terapeutik terdiri atas farmakoterapi,
tindakan suportif dan intervensi bedah kalau rasa nyerinya membandel dan fungsi
sendi sudah menghilang.
Program farmakologi dilaksanakan berdasarkan pemahaman yang baru
terhadap kerusakan akibat osteoarthritis yang disebabkan oleh proses remodeling
metabolic aktif : bentuk terapi ini dimaksudkan untuk menyempurnakan
perbaikan kartilago serta menunda penghancuran sendi. Sejumlah penelitian telah
memperbesar kemungkinan bahwa salisilat dan sebagian preparat NSAID dapat
memepercepat progresivitas penghancuran kartilago pada osteoarthritis.
Asetaminofen mungkin sama efektifnya seperti NSAID dalam terapi simtomatik
osteoarthritis. Pada awalnya dapat diberikan asetamenafen dengan dosis tinggi
bersama-sama tindakan non-farmakologi untuk meredakan rasa nyeri. Efek
samping dan biaya pemakaian NDAID lebih besar daripada asetamenofen. Jika
pengendalian gejala sendi tidak tercapai dalam periode semestinya, maka
pemakaian preparat NSAID harus dilakukan. Penilaian ulang yang terus dilakukan
bertujuan untuk mengurangi takaran obat atau untuk menggunakan NSAID hanya
pada saat-saat nyeri sendi kambuh kembali. Penyuntikan intra-artikuler
kortikosteroid harus dikerjakan dengan sangat hati-hati untuk mendapatkan efek
yang segera dan berjangka waktu pendek ketika sendi mengalami inflamasi akut.
Terapi konservatif mencakup penggunaan kompres hangat penurunan
berat badan, upaya untuk mengistirahatkan sendi serta menghindari pengunaan
sendi yang berlebihan, pemakaian alat-alat ortotik untuk menyangga sendi yang
mengalami inflamasi (bidai penopang) dan latihan isometric serta postular. Terapi
okupasional dan fisioterapi dapat membantu pasien untuk mengadopsi strategi
penanganan mandiri.
Irigasi tidal (pembasuhan debris dari rongga sendi) debridemen
artroskopik, pemboran oada defek osteokondrium atau artroplasti abrasi ( untuk
melicinkan permukaan sendi) dapat mengurangi nyeri lutut yang menderita
osteoarthritis, kendati beberapa penelitian memeperlihatkan persentase efek
placebo yang tinggi. Bagi pasen dengan penyakit yang sudah mencapai stadium
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

STIKes NGUDIA HUSADA MADURA Page 21


terminal, artroplasti (penggantian) sendi dapat meredakan rasa nyeri dan
memulihkan fungsi yang hilang. Osreoartritis pada sendi lutut merupakan indikasi
untuk sebagian besar pembedahan lutut yang mencakup sebagian besar operasi
penggantian total sendi lutut.
A. Tindakan preventif
1. Penurunan berat badan
2. Pencegahan cedera
3. Screening sendi paha
4. Pendekatan ergonomik untuk memodifikasi stres akibat kerja
B. Farmakologi : obat NSAID bila nyeri muncul
C. Terapi konservatif ; kompres hangat, mengistirahatkan sendi, pemakaian alat-
alat ortotik untuk menyangga sendi yang mengalami inflamasi
D. Irigasi tidal ( pembasuhan debris dari rongga sendi), debridemen artroscopik,
E. Obat-obatan
Sampai  sekarang ini belum  ada obat  yang spesifik  yang khas  untuk
osteoartritis, oleh karena patogenesisnya belum jelas. Obat-obatan  diberikan
bertujuan  mengurangi  rasa sakit, meningkatkan  mobilitas  dan  mengurangi
ketidakmampuan. Obat-obatan tersebut adalah analgesik (parasetamol,
propoksifen Hcl, asam salisilat), AINS (fenoprofin, diklofenak, ketoprofen,
naproksen, ibuprofen, piroksikam, dosis ½ atau 1/3 dosis RA), obat-obat
penghambat penyakit (Arteparon, rumalon, artofen), kortikosteroid (intra
artikular)
F. Perlindungan Sendi
Perlindungan  yang diberikan yaitu menghindari akitivitas yang berlebihan 
pada sendi yang sakit pemakaian tongkat.
G. Diet
Diet  untuk  menurunkan  berat badan pasien osteoartitis yang gemuk harus 
menjadi  program  utama  pengobatan osteoartitis.  Penurunan berat  badan
seringkali dapat mengurangi timbulnya  keluhan pada peradangan.
H. Dukungan  psiko-sosial
Dukungan  (pengertian) psiko-sosial diperlukan  oleh pasien osteoatritis, oleh
karena  sifatnya  menahun dan ketidakmampuan  yang ditimbulkan.  Di satu
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

STIKes NGUDIA HUSADA MADURA Page 22


pihak pasien  ingin menyembunyikan  ketidakmampuannya, di pihak  lain  ia
ingin orang lain  turut  memikirkan  penyakitnya.
I. Fisioterapi
Fisioterapi berperan penting  pada  penatalaksanaan osteoartritis, yang meliputi
pemakaian panas  dan  dingin dan program latihan  yang  tepat.  Program
latihan  bertujuan  untuk  memperbaiki  gerak sendi  dan memperkuat  otot 
yang biasanya  atropik  pada  sekitar sendi osteoartritis karena otot-otot
periartikular memegang peranan  penting terhadap perlindungan rawan sendi
dari  beban,  maka  penguatan  otot-otot tersebut adalah penting.
J. Operasi
Operasi perlu dipertimbangkan  pada  pasien osteoartritis dengan kerusakan
sendi yang nyata, dengan  nyeri yang  menetap dan  kelemahan  fungsi
tindakan yang dapat dilakukan :
a. Osteotomi
b. Debridemen sendi
c. Pembersihan  osteofit
d. Artroplasti total
e. Kondroplasti
f. Pembedahan;  artroplasti Sekarang sedang  diteliti usaha untuk
menggunakan  teknik  operasi cangkok  sel-sel kondrosit untuk 
membangun  kembali pembukaan  tulang rawan sendi.

2.9 Komplikasi
1. Resiko jatuh
2. Gangguan/kesulitan gerak
3. Patah tulang
4. Kelumpuhan yang menurunkan kualitas hidup penderita.

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

STIKes NGUDIA HUSADA MADURA Page 23


2.10 WOC

Usia Obesitas Genetik Trauma Infeksi

Terjadi proses Massa tulang Terjadi mutasi dalam Mengenai Artrhitis reumatioid,
penuaan subkondrium prokolagen II sendi

Terjadi reaksi
Jumlah cairan Terjadi kekakuan pada Protein pengikat atau Terjadi peradangan
sinovial pada tulang subkondrium proteoglikan kerusakan
sendi pada sendi
Terjadi pengeluaran
Sendi tidak kuat menahan Kecendrungan enzim perusak
Ruang-ruang beban tubuh familial pada
Sendi matriu rawan pada
sendi mengecil osteoartrhitis sendi
mengalami
Terjadi penekanan sendi peradangan
yang berlangsung lama
Gesekan antar Pembentukan
tulang Tulang rawan cairan sinovial
Peradangan sendi menjadi kaku

Mudah terjadi
Sendi/tulang mudah gesekan yang
terjadi cedera besar antara
tulang yang
membentuk sendi

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

STIKes NGUDIA HUSADA MADURA Page 24


Osteoarthritis

Mk.
Tulang rawan rusak Inflamasi pada sendi Sendi kaku Gangguan
body image
Erosi tulang Pelepasan mediator inflamasi Pergerakan
sendi terbatas
Penipisan sendi Perubahan
Pelepasan mediator nyeri gaya
(prostaglandin) Pemenuhan
Sendi kaku berjalan
kebutuhan

Gerakan sendi terhambat Merangsang sistem saraf tepi Pasien


Mk. Defisit Mudah
Mengiritasi perawatan diri
Diterjemahkan oleh sisitem saraf mengalami
Kontraktur sendi ujung-ujung saraf
pusat sebagai nyeri jatuh

Susah tidur
Mk. Gangguan mobilitas Mk. Nyeri Akut Mk.
fisik Resiko
Mk. Gangguan Cedera
pola tidur

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

STIKes NGUDIA HUSADA MADURA Page 25


BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

Dalam melakukan pengkajian pada klien Osteoartritis menggunakan


pendekatan bersifat menyeluruh yaitu :
A. Anamnesia
1. Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat,
agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomer
registrasi,diagnosa medis.
2. Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien untuk meminta
pertolongan kesehatan adalah pasien merasakan nyeri persendian, kekakuan,
bengkak dan sendi – sendi terasa panas.
3. Riwayat penyakit kesehatan
a. Riwayat penyakit sekarang : pasien biasanya mengatakan nyeri, dan
sulit melakukan aktivitas sehari-hari.
b. Riwayat penyakit dahulu : menanyakan kepada pasien apakah
sebelumnya pasien pernah memilki riwayat trauma pada sendi yang di
derita atau mempunyai riwayat penyakit yang lainnya yang berhubungan
dengan penyakit pasien.
c. Riwayat penyakit keluarga : menanyakan kepada pasien apakah keluarga
juga memilki penyakit yang sama.

B. Pemeriksaan Fisik
1. Aktivitas/Istirahat
Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan memburuk dengan stress pada
sendi, kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi secara bilateral dan
simetris limitimasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu
senggang, pekerjaan, keletihan, malaise.Keterbatasan ruang gerak, atropi
otot, kulit: kontraktor/kelainan pada sendi dan otot.
2. Kardiovaskuler

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

STIKes NGUDIA HUSADA MADURA Page 26


Fenomena Raynaud dari tangan (misalnya pucat litermiten, sianosis
kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal.
3. Integritas Ego
Ancaman pada konsep diri, gambaran tubuh, identitas pribadi, misalnya
ketergantungan pada orang lain. Faktor-faktor stress akut/kronis (misalnya
finansial pekerjaan, ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan.
Keputusasaan dan ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan).
4. Makanan atau cairan
Ketidakmampuan untuk menghasilkan atau mengkonsumsi makanan atau
cairan adekuat mual, anoreksia. Kesulitan untuk mengunyah, penurunan
berat badan, kekeringan pada membran mukosa.
5. Hygiene
Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan diri,
ketergantungan pada orang lain.
6. Neurosensori
Kesemutan pada tangan dan kaki, pembengkakan sendi
7. Nyeri/kenyamanan
Fase akut nyeri (kemungkinan tidak disertai dengan pembengkakan
jaringan lunak pada sendi. Rasa nyeri kronis dan kekakuan (terutama pagi
hari).
8. Keamanan
Gejala:kulit mengilat , tegang ,nodus subkutaneus .lesi kulit, ulkus kaki
kesulitan dalam menangani tugas / pemiliharaan rumah tangga.demam
ringan menetap,kekeringan pada mata , dan membran mokosa.
9. Interaksi Sosial
Kerusakan interaksi dengan keluarga atau orang lain, perubahan peran:
isolasi.

3.2 Diagnosa Keperataan

1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik d.d tampak meringis (SDKI, Hal :
172).

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

STIKes NGUDIA HUSADA MADURA Page 27


2. Gangguan mobilitas fisik b.d kekauan sendi d.d rentang gerakan terbatas
(SDKI, Hal : 124).
3. Risiko Infeksi b.d efek prosedur invasif (SDKI, Hal : 304).

3.3 Intervensi Keperawatan

Nyeri Akut b.d agen pencedera fisik d.d tampak meringis (SDKI, Hal :
172).
SLKI SIKI

Setelah diberikan tindakan, dalam Manajemen Nyeri (Hal : 201)


waktu 3 X 24 jam didapatkan tingkat 1. Observasi
nyeri menurun dengan kriteria hasil : Identifikasi skala nyeri
(Hal : 145) 2. Teraupetik
Fasilitasi istirahat dan tidur
1. Keluhan nyeri sedang (3)
3. Edukasi
2. Meringis Cukup Menurun (4) Jelaskan penyebab, periode dan pemicu
nyeri
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik
Pemberian Analgesik (Hal : 251)
1. Observasi
Identifikasi karakteristik nyeri
2. Teraupetik
Dokumentasikan respons terhadap efek
analgesik dan efek yang tidak
diinginkan.
3. Edukasi
Jelaskan penyebab, periode dan pemicu
nyeri
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

STIKes NGUDIA HUSADA MADURA Page 28


Gangguan mobilitas fisik b.d kekauan sendi d.d rentang gerakan terbatas
(SDKI, Hal : 124).

SLKI SIKI

Setelah diberikan tindakan, dalam Pencegahan Jatuh (Hal : 279)


waktu 3 X 24 jam didapatkan 1. Observasi
mobilitas fisik meningkat dengan Identifikasi faktor risiko jatuh
kriteria hasil : (Hal : 65) 2. Teraupetik
Pastikan roda tempat tidur terkunci
1. Pergerakan sendi sedang (3)
3. Edukasi
2. Kekuatan otot cukup Ajarkan cara menggunakan bel
meningkat (4) pemanggil
Pengaturan Posisi (Hal : 293)
3. Kecemasan menurun (5)
1. Observasi
Monitor agar alat traksi selalu tepat
2. Teraupetik
Posisikan kesejajaran tubuh yang tepat
3. Edukasi
Informasikan saat akan dilakukan
perubahan posisi

Risiko Infeksi b.d efek prosedur invasif (SDKI, Hal : 304).

SLKI SIKI

Setelah diberikan tindakan, dalam Pencegahan Infeksi (Hal : 278)


waktu 3 X 24 jam didapatkan tingkat 1. Observasi
infeksi menurun dengan kriteria hasil Monitor tanda dan gejala infeksi lokal
: (Hal : 139) dan sistemik
2. Teraupetik
1. Demam sedang (3)
Berikan perawatan kulit pada area
2. Nyeri Cukup Menurun (4) edema
3. Edukasi

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

STIKes NGUDIA HUSADA MADURA Page 29


3. Bengkak menurun (5) Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian imunisasi
Perawatan Luka (Hal : 328)
1. Observasi
Monitor karakteristik luka
2. Teraupetik
Lepaskan balutan dan plester secara
perlahan
3. Edukasi
Anjurkan mengkonsumsi makanan
tinggi kalori dan protein
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antibiotik

3.4 Implementasi
Implementasi atau tindakan keperawatan yang dilakukan berdasarkan
intervensi pada pasien osteoartritis di atas.
3.5 Evaluasi
a. Nyeri akut teratasi.
b. Hambatan mobilitas fisik teratasi.
c. Resiko infeksi teratasi.

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

STIKes NGUDIA HUSADA MADURA Page 30


BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Osteoartritis disebut juga penyakit sendi degenerative atau arthritis
hipertrofi. Penyakit ini merupakan penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang
berkembang lambat dan berhubungan dengan usia lanjut. (Mansjoer, Arif, 2001
hal 535).
Osteoartritis adalah gangguan pada sendi yang bergerak. Penyakit ini
bersifat kronik berjalan progresif lambat, tidak meradang, dan ditandai oleh

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

STIKes NGUDIA HUSADA MADURA Page 31


adanya deteriorasi dan abrasi dan rawan oleh adanya pembentukan tulang baru
pada permukaan persendiaan.

4.2 Saran

Diharapkan mahasiswa dapat memahami materi yang telah kami susun


ini, dan dapat menginterpretasikan di dalam melakukan tindakan keperawatan
dalam praktik, khususnya pada pasien yang menagalami gangguan sistem
muskuloskeletal :Osteoarthritis, dan mampu memberikan asuhan keperawatan
yang sesuai.
Penyusun sangat membutuhkan saran, demi meningkatkan kwalitas dan
mutu makalah yang kami buat dilain waktu. Sehingga penyusun dapat
memberikan informasi yang lebih berguna untuk penyusun khususnya dan
pembaca umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer,arif dkk.2001.Kapita Sekekta Kedokteran. Ed 3 Jilid


pertama.Jakarta.Medika Aesculaplus

Brunner&suddarth.2002.Keperawatan Medikal Bedah.volume 3.edisi 8.


Jakarta.EGC

Price, Sylvia A.dan Lorrane M.Wilson.2002.Patofisiologi Konsep Klinis Proses-


proses Penyakit.vol 2 ed 6.Jakarta : EGC

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

STIKes NGUDIA HUSADA MADURA Page 32

Anda mungkin juga menyukai