BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Aktivitas sehari-hari adalah aktivitas perawatan diri yang harus dilakukan
seseorang setiap hari untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidup sehari-
hari (Smeltzer & Bare, 2002). Aktivitas fisik dapat mempertahankan
bahkan meningkatkan derajat kesehatan lansia (Darmojo, 2009).
Fraktur lebih sering terjadi pada orang laki laki daripada perempuan dengan
umur dibawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan
atau kecelakaan (Riskesdas, 2011). Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan
langsung, gaya meremuk, gerakan puntir mendadak dan bahkan kontraksi
otot ekstrim (Brunner & Suddarth, 2001).
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Tulang
Tulang adalah organ vital yang berfungsi untuk alat gerak pasif,
proteksi alat-alat di dalam tubuh, pembentuk tubuh metabolisme kalsium,
mineral dan organ hemopoetik. Komponen-komponen utama dari jaringan
tulang adalah mineral-mineral dan jaringan organik (kolagen dan
proteoglikan). Kalsium dan fosfat membentuk suatu kristal garam
(hidroksiapatit), yang tertimbun pada matriks kolagen dan proteoglikan.
Matriks organik tulang disebut juga sebagai osteoid. Sekitar 70% dari
osteoid adalah kolagen tipe I yang kaku dan memberikan ketegangan tinggi
pada tulang. Materi organik lain yang juga menyusun tulang berupa
proteoglikan seperti asam hialuronat.
1. Bagian-bagian dari tulang panjang yaitu:
a. Diafisis ( batang )
Merupakan bagian tengah tulang yang berbentuk silinder, bagian
ini tersusun dari tulang kortikal yang memiliki kekuatan yang
besar.
b. Metafisis
Adalah bagian tulang yang melebar di dekat ujung akhir batang.
Daerah ini terutama disusun oleh tulang trabekula atau spongiosa
yang mengandung, sumsum merah.metafisis juga menopang
sendi dan menyediakan daerah yang cukup luas untuk perlekatan
tendon pada epifisis.
c. Epifisis
Lempeng epifisis adalah pertumbuhan longitudinal pada anak-
anak. Bagian ini akan menghilang pada tulang dewasa. Bagian
epifisis yang letaknya dekat dengan sendi tulang panjang bersatu
dengan metafisis sehingga pertumbuhan memanjang tulang
terhenti. Seluruh tulang diliputi oleh lapisan fibrosa yang disebut
periosteum, yaitu: yang mengandung sel-sel yang berproliferasi
dan berperan dalam proses pertumbuhan transversal tulang
panjang. Pada tulang epifisis terdiri dari 4 zona, yaitu:
1) Daerah sel istirahat
Lapisan sel paling atas yang letaknya dekat dengan epifisis
2) Zona proliferasi
Pada zona ini terjadi pembelahan sel, dan disinilah terjadi
pertumbuhan tulang panjang. Sel-sel yang aktif ini didorong
ke arah batang tulang, ke dalam daerah hipertropi.
3) Daerah hipertropi
Pada daerah ini, sel-sel membengkak, menjadi lemah dan
secara metabolik menjadi tidak aktif.
4) Daerah kalsifikasi provisional
Sel-sel mulai menjadi keras dan menyerupai tulang normal
Fraktur
a. Definisi fraktur
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau
tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. (Kapita Selekta
Kedokteran; 2000). Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan
ditemukan sesuai jenis dan luasnya (Brunner dan suddarth, 2001).
Fraktur merupakan suatu keadaan dimana terjadi disintegritas tulang,
penyebab terbanyak adalah kecelakaan tetapi faktor lain seperti
degenerative juga dapat berpengaruh terhadap kejadian fraktur (Brunner
& Suddarth, 2008). Fraktur femur adalah rusaknya kontinuitas tulang
pangkal paha yang dapat disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan
otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang/osteoporosis.
c. Derajat III:
1) Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas, meliputi struktur
kulit, otot, neurovascular serta kontaminasi derajat tinggi.
Fraktur derajat III terbagi atas:
2) Jaringan lunak yang menutupi fraktur tulang adekuat,
meskipun terdapat laserasi luas, atau fraktur segmental/sangat
kominutif yang disebabkan oleh trauma berenergi tinggi tanpa
melihat besarnya ukuran luka
3) Kehilangan jaringan lunak dengan fraktur tulang yang
terpapar atau kontaminasi massif
4) Luka pada pembuluh arteri/saraf perifer yang harus diperbaiki
tanpa melihat kerusakan jaringan lunak
Kebanyakan fraktur ini terjadi pada wanita usia tua yang tulangnya
sudah mengalami osteoporosis.
b. Etiologi Fraktur
Lewis (2000) berpendapat bahwa tulang bersifat relatif rapuh namun
mempunyai cukup kekuatan dan gaya pegas untuk menahan tekanan.
Menurut Brunner dan Suddarth (2008), penyebab atau etiologi terjadinya
fraktur yaitu :
1. Trauma
2. Gaya meremuk
3. Gerakan puntir mendadak
4. Kontraksi otot ekstrem
5. Keadaan patologis: osteoporosis, neoplasma
6. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit
d. Manifestasi klinik
Manifestasi klinis umum pada fraktur meliputi:
1. Luka pada daerah yang terkena membengkak dan disertai rasa sakit
2. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
14
b. Patofisiologi
Fraktur terjadi ketika tulang mendapatkan energi kinetik yang lebih
besar dari yang dapat tulang serap. Fraktur itu sendiri dapat muncul
sebagai akibat dari berbagai peristiwa diantaranya pukulan langsung,
penekanan yang sangat kuat, puntiran, kontraksi otot yang keras atau
15
Hematoma Hemoragi
Port Hilangnya
d’entry Serabut fragmen tulang
saraf
Vasodilatasi hipovolemi
Non infeksi eksudat plasma
Infeksi Deformitas, krepitasi, pemendekan
hipotensi Kehilangan
sensasi
inflamasi
Sembuh Delayed union
Suply
Syndrom konus O2 ke anestesia,ggn defekasi, ggn miksi,impotensi,hilan gnya refle
nodularis:
Supresi saraf otak
Malunion
nyeri
Shock hipovolemik, kesadaran menurun
Deformitas
imobilisasi
Gangguan
Body image
Atrofi Kerusakan
integritas
Intoleransi
otot
aktivitas
c. Komplikasi
1. Komplikasi awal
1. Shock Hipovolemik/traumatik
Syok hipovolemik akibat perdarahan (baik kehilangan darah
eksterna maupun yang tak kelihatan) dan kehilangan cairan
ekstrasel ke jaringan yang rusak, dapat terjadi pada berbagai
fraktur termasuk
fraktur femur. Karena tulang merupakan organ yang sangat vaskuler, maka dapat terjadi kehilangan darah dalam
b. Emboli lemak (Brunner, Suddarth; 2001)
Fraktur tulang panjang, pelvis, fraktur multipel, cedera remuk (20‐30 tahun)
Reaksi stres
Tekanan sumsum tulang > tek. kapiler
Katekolamin
Globula lemak masuk ke dalam darah
Memobilisasi
Bergabung dengan trombosit asam lemak
Emboli
b. Sindrom kompartemen
Terjadi pada saat perfusi jaringan dalam otot kurang dari yang
dibutuhkan untuk kehidupan jaringan. Ini disebabkan oleh karena:
i. Penurunan ukuran kompartemen otot karena fasia yang
membungkus otot terlalu ketat atau gips/balutan yang menjerat
ii. Peningkatan isi kompartemen otot karena edema atau
perdarahan sehubungan dengan berbagai masalah (iskemi,
cedera remuk, toksik jaringan)
c. Kerusakan arteri
Terdiri dari contused, thrombosis, laserasi, atau arteri yang kejang.
Arteries dapat disebabkan ikatan yang terlalu ketat. Indikasi dari
kerusakan arteri antara lain absent/tidak teraturnya nadi, bengkak,
pucat, kehilangan darah terus menerus, nyeri, hematoma, dan
paralysis. Intervensi emergency yaitu pemisahan atau pemindahan
pembalut yang mengikatnya, meninggikan atau merubah posisi
dari bagian yang injuri, mengurangi fraktur/dislokasi, operasi.
d. Shock
Hypolemic shock merupakan masalah yang potensial karena
fragment tubuh dapat melaserasi pembuluh darah besar dan
menyebabkan pendarahan, klien yang beresiko tinggi yaitu klien
dengan fraktur femur dan pelvis.
e. Injuri saraf
Injuri saraf radial biasanya disebabkan fraktur humerus,
manifestasinya antara lain paresthesia, paralisis, pucat, ekstremitas
yang dingin, meningkatnya nyeri dan perubahan kemampuan
untuk menggerakkan ekstremitas
g. Infeksi
Disebabkan kontaminasi fraktur yang terbuka atau terkena saat
dioperasi. Agen infeksi yang biasanya menimbulkan infeksi yaitu
pseudomonas. Tetanus atau gas gangren dapat meningkatkan
resiko infeksi. Infeksi gas gangren berkembang didalam dan
mengkontaminasi luka, gas gangren disebabkan bakteri anaerobik.
2. Komplikasi lambat
a. Delayed union
Proses penyembuhan fraktur sangat lambat dari yang diharapkan
biasanya lebih dari 4 bulan. Delayed Union merupakan kegagalan
fraktur berkonsolidasi sesuai dengan waktu yang dibutuhkan tulang
untuk menyambung. Ini disebabkan karena penurunan supai darah ke
tulang.
b.Non union
Non union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi dan
memproduksi sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9
bulan. Nonunion ditandai dengan adanya pergerakan yang berlebih
pada sisi fraktur yang membentuk sendi palsu atau pseudoarthrosis.
Ini juga disebabkan karena aliran darah yang kurang.
c.Mal union
Proses penyembuhan terjadi tetapi tidak memuaskan (ada perubahan
bentuk). Malunion merupakan penyembuhan tulang ditandai dengan
meningkatnya tingkat kekuatan dan perubahan bentuk (deformitas).
Malunion dilakukan dengan pembedahan dan reimobilisasi yang
baik.
d.Nekrosis avaskuler tulang
Karena suplai darah menurun sehingga menurunkan fungsi tulang.
Tulang yang mati mengalami kolaps dan diganti oleh tulang yang
baru. Pasien mengalami nyeri dan keterbatasan gerak. Sinar X
menunjukkan kehilangan kalsium dan kolaps struktural.
e. Kekakuan sendi lutut
f. Gangguan saraf perifer akibat traksi yang berlebihan
(Brunner & Suddarth; 2001)
h. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan foto radiologi dari fraktur: menentukan lokasi, luasnya
fraktur/trauma
2. Scan tulang: menidentifikasi kerusakan jaringan lunak
3. Pemeriksaan jumlah darah lengkap
Hematokrit mungkin meningkat (hemokonsentrasi), menurun
(perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh dari trauma
multiple)
4. Arteriografi: dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai
5. Kreatinin: trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal
6. Profil koagulasi: perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah atau
cedera hati (
i. Penatalaksanaan
Ada empat konsep dasar yang harus diperhatikan/pertimbangkan pada
waktu menangani fraktur:
1. Rekognisi: menyangkut diagnosa fraktur pada tempat kejadian
kecelakaan dan kemudian di rumah sakit.
2. Reduksi: reposisi fragmen fraktur sedekat mungkin dengan letak
normalnya. Reduksi terbagi menjadi dua yaitu:
a. Reduksi tertutup: untuk mensejajarkan tulang secara manual
dengan traksi atau gips
b. Reduksi terbuka: dengan metode insisi dibuat dan diluruskan
melalui pembedahan, biasanya melalui internal fiksasi dengan alat
misalnya; pin, plat yang langsung kedalam medula tulang.
3. Retensi: menyatakan metode-metode yang dilaksanakan untuk
mempertahankan fragmen-fragmen tersebut selama penyembuhan
(gips/traksi)
4. Rehabilitasi: langsung dimulai segera dan sudah dilaksanakan
bersamaan dengan pengobatan fraktur karena sering kali pengaruh
cidera dan program pengobatan hasilnya kurang sempurna (latihan
gerak dengan kruck).
Pada fraktur femur tertutup, untuk sementara dilakukan traksi kulit dengan
metode ekstensi Buck, didahului dengan pemakaian Thomas splint, tungkai
ditraksi dalam keadaan ekstensi. Tujuan traksi kulit tersebut adalah untuk
mengurangi rasa sakit dan mencegah kerusakan jaringan lunak lebih lanjut
di sekitar daerah yang patah. Setelah itu dilakukan traksi kulit dapat dipilih
non- operatif atau operatif (Arif et al, 2000).
1. Pengobatan non-operatif
Dilakukan traksi skeletal, yang sering disebut metode Perkin, dan
metode balance skeletal traction, pada anak di bawah 3 tahun digunakan
traksi kulit Bryant, sedangkan pada anak usia 3-13 tahun dengan traksi
Russell.
a. Metode Perkin
Pasien tidur terlentang, satu jari dibawah tuberositas tibia dibor
dengan Steinman pin, lalu ditarik dengan tali. Paha ditopang dengan
3-4 bantal. Tarikan dipertahankan sampai 12 minggu lebih sampai
terbentuk kalus yang cukup luas. Sementara itu, tungkai bawah dapat
dilatih untuk gerakan ekstensi dan fleksi.
b. Metode Balance Skeletal Traction
Pasien tidur terlentang, satu jari dibawah tuberositas tibia dibor
dengan Steinman pin, lalu ditarik dengan tali. Paha ditopang dengan
Thomas Splint, sedang tungkai bawah ditopang oleh Pearson
attachment. Tarikan dipertahankan sampai 12 minggu atau lebih
sampai tulangnya membentuk kalus yang cukup. Untuk
mempersingkat waktu rawat, setelah 4 minggu ditraksi, dipasang gips
hemispica atau cast bracing.
c. Traksi kulit Bryant
Anak tidur terlentang di tempat tidur. Kedua tungkai dipasang traksi
kulit, kemudian ditegakkan ke atas, ditarik dengan tali yang diberi
beban 1-2 kg sampai kedua bokong anak tersebut terangkat dari
tempat tidur.
d. Traksi Russel
Anak tidur terlentang, dipasang plester dari batas lutut. Dipasang
sling di daerah poplitea, sling dihubungkan dengan tali yang
dihubungan dengan beban penarik. Untuk mempersingkat waktu
rawat, setelah 4 minggu ditraksi, dipasang gips hemispica karena
kalus yang terbentuk belum kuat benar.
2. Operatif
Indikasi operasi antara lain:
a. Penanggulangan non-operatif gagal
b. Fraktur multipel
c. Robeknya arteri femoralis
d. Fraktur patologik
e. Fraktur pada orang yang tua
Pada fraktur femur 1/3 tengah sangat baik untuk dipasang intramedularry
nail. Terdapat bermacam-macam intramedularry nail untuk femur, di
antaranya Kuntscher nail, A0 nail, dan Interlocking nail.
Operasi dapat dilakukan dengan cara terbuka dan cara tertutup. Cara
terbuka yaitu dengan menyayat kulit-fasia sampai ke tulang yang patah.
Pen dipasang secara retrograd. Cara interlocking nail dilakukan tanpa
menyayat di daerah yang patah. Pen dimasukkan melalui ujung trokanter
mayor dengan bantuan image intensifier. Tulang dapat direposisi dan pen
dapat masuk ke dalam fragmen bagian distal melalui guide tube.
Keuntungan cara ini tidak menimbulkan bekas sayatan lebar dan
perdarahan terbatas.
Hemiarthroplasty
Scatzker (2007), menyatakan bahwa hemiarthroplasty adalah prosedur
operasi dengan mana tulang rawan (cartilage) dan tulang yang berpenyakit
(rusak) dari sendi pinggul secara operasi diganti dengan materi-materi
buatan. Prosedur yang paling umum dilakukan di pinggul setelah fraktur
(tepat di bawah kepala) subcapital leher femur (patah tulang pinggul).
Prosedur ini dilakukan dengan membuang kepala femur dan menggantinya
dengan logam atau komposit prosthesis. Sendi pinggul yang normal adalah
sendi bola dan socket (rongga). Socket (rongga) adalah tulang pelvis yang
"berbentuk mangkok" yang disebut acetabulum. Bola adalah kepala dari
tulang paha (femur). Hemiarthroplasty melibatkan pengeluaran dari bola dan
socket yang berpenyakit (rusak) secara operasi dan menggantikan mereka
dengan bola dan batang metal yang dimasukan kedalam tulang femur dan
socket mangkok plastik buatan.
2) Trombosis vena
Trombosis vena seperti deep vein thrombosis dan pulmonary
embolism relatif umum setelah operasi penggantian pinggul.
Pengobatan standar dengan antikoagulan adalah selama 7-10
hari; Namun pengobatan selama lebih dari 21 hari bisa menjadi
lebih unggul. Beberapa dokter dan pasien mungkin
mempertimbangkan memiliki tungkai bawah ultrasonografi vena
untuk layar untuk deep vein thrombosis setelah penggantian
pinggul. Namun, jenis pemeriksaan hanya boleh dilakukan bila ada
indikasi karena untuk melakukan itu secara rutin akan perawatan
kesehatan yang tidak perlu.
3) Osteolisis
Banyak masalah jangka panjang dengan penggantian pinggul
adalah hasil dari osteolisis . Ini adalah hilangnya tulang yang
disebabkan oleh reaksi tubuh terhadap puing-puing memakai
polietilen, bit baik dari plastik yang datang dari cangkir kapal dari
waktu ke waktu.Sebuah inflamasi proses menyebabkan resorpsi
tulang yang dapat menyebabkan melonggarnya berikutnya dari
implan pinggul dan bahkan patah tulang pada tulang di sekitar
implan. Dalam upaya untuk menghilangkan generasi partikel
memakai, permukaan bantalan keramik yang digunakan dalam
harapan bahwa mereka
akan memiliki lebih sedikit keausan dan kurang osteolisis dengan
hasil jangka panjang yang lebih baik. Cangkir logam liners
bergabung dengan kepala logam (metal-on-metal hip artroplasti)
juga dikembangkan untuk alasan yang sama. Di laboratorium ini
menunjukkan karakteristik aus yang sangat baik dan manfaat dari
mode yang berbeda dari pelumasan. Pada saat yang sama bahwa
dua permukaan bantalan ini sedang dikembangkan, yang sangat
terkait lintas liners plastik polyethylene juga dikembangkan.
Semakin besar lintas menghubungkan secara signifikan
mengurangi jumlah puing- puing memakai plastik yang diberikan
dari waktu ke waktu. Yang lebih baru prostesis keramik dan logam
tidak selalu memiliki track record jangka panjang didirikan logam
pada bantalan poli. Potongan keramik dapat mematahkan
menyebabkan bencana kegagalan. Hal ini terjadi pada sekitar 2%
dari implan yang dipasang. Mereka juga dapat menyebabkan
terdengar, bernada tinggi suara mencicit dengan aktivitas. Metal-
on-logam artroplasti rilis puing-puing logam ke dalam tubuh
meningkatkan kekhawatiran tentang potensi bahaya ini
terakumulasi dari waktu ke waktu. Linked polyethylene sangat
silang tidak sekuat polyethylene biasa. Ini liners plastik dapat retak
atau pecah bebas dari shell logam yang memegang mereka.
4) Sensitivitas logam
Kekhawatiran sedang mengangkat tentang sensitivitas logam dan
potensi bahaya logam partikulat puing-puing. Publikasi baru telah
menunjukkan perkembanganpseudotumors, massa jaringan lunak
yang mengandung jaringan nekrotik, sekitar sendi panggul.
Tampaknya massa ini lebih sering terjadi pada wanita dan pasien
ini menunjukkan tingkat yang lebih tinggi zat besi dalam darah.
Penyebabnya tidak diketahui dan mungkin multifaktorial. Mungkin
ada reaksi beracun untuk kelebihan puing memakai partikel logam
atau reaksi hipersensitivitas terhadap jumlah normal puing-puing
logam.
Hipersensitivitas logam adalah fenomena mapan dan umum,
mempengaruhi sekitar 10-15% dari populasi. Kontak dengan logam
dapat menyebabkan reaksi imun seperti gatal-gatal kulit, eksim,
kemerahan dan gatal-gatal. Meskipun sedikit yang diketahui
tentang farmakodinamik jangka pendek dan jangka panjang dan
bioavailabilitas beredar produk degradasi logam in vivo, ada
banyak laporan tanggapan imunologi tipe temporal berhubungan
dengan implantasi komponen logam. Laporan kasus individual
menghubungkan reaksi kekebalan hipersensitivitas dengan kinerja
buruk kardiovaskular klinis logam, ortopedi dan bedah implan dan
gigi plastik.
5) Toksisitas logam
Kebanyakan penggantian pinggul terdiri dari kobalt dan paduan
kromium, atau titanium. Stainless steel tidak lagi digunakan. Semua
implan melepaskan ion konstituen mereka ke dalam darah.
Biasanya ini diekskresikan dalam urin, tapi pada individu tertentu
ion dapat terakumulasi dalam tubuh. Dalam implan yang
melibatkan kontak logam-on-logam, fragmen mikroskopis kobalt
dan kromium dapat diserap ke dalam aliran darah pasien. Ada
laporan toksisitas kobalt dengan pasien penggantian pinggul.
6) Kelumpuhan saraf
Pasca operasi kelumpuhan saraf siatik adalah komplikasi lain
mungkin. Insiden komplikasi ini rendah. Femoralis kelumpuhan
saraf adalah komplikasi lain tapi jauh lebih jarang.Kedua hal ini
biasanya akan menyelesaikan waktu ke waktu, tetapi proses
penyembuhan lambat. Pasien dengan cedera saraf yang sudah ada
berada pada risiko lebih besar mengalami komplikasi ini dan juga
lambat untuk pulih.
7) Nyeri kronis
Beberapa pasien yang memiliki penggantian pinggul menderita
nyeri kronis setelah operasi. Nyeri pada pangkal paha dapat
berkembang jika otot yang menimbulkan pinggul (iliopsoas)
menggosok terhadap tepi cangkir acetabular. Bursitis dapat
berkembang pada trokanter mana bekas luka bedah melintasi
tulang, atau jika komponen femoralis digunakan mendorong kaki
ke samping terlalu jauh. Juga beberapa pasien dapat mengalami
nyeri pada cuaca dingin atau lembab. Insisi dibuat di depan pinggul
(pendekatan anterior) dapat memotong saraf mengalir di paha
mengarah ke mati rasa di paha dan nyeri kronis kadang-kadang
pada titik di mana saraf dipotong (neuroma a).
8) Kematian
Tingkat kematian untuk penggantian pinggul elektif jauh kurang
dari 1%.
9) Panjang kaki tidak setara
Kaki dapat diperpanjang atau diperpendek selama operasi. Kaki
yang tidak merata adalah keluhan yang paling umum oleh pasien
setelah operasi dengan lebih memperpanjang masalah yang
paling umum. Kadang-kadang kaki tampaknya lama segera setelah
operasi padahal sebenarnya keduanya sama panjang. Sebuah hip
rematik dapat mengembangkan kontraktur yang membuat kaki
berperilaku seolah-olah itu pendek. Ketika ini lega dengan operasi
penggantian dan gerak normal dan fungsi dikembalikan, badan
terasa bahwa dahan sekarang lebih lama dari itu. Jika kaki yang
benar-benar sama, rasa ketidakadilan menyelesaikan dalam satu
atau dua bulan operasi. Jika kaki tidak merata, tidak akan. Sebuah
lift sepatu untuk kaki pendek, atau dalam kasus yang ekstrim,
operasi korektif mungkin diperlukan.
Latihan Terapi:
Minggu 1-4
AA / A / PROM, peregangan untuk hip penculikan ROM.
Lanjutkan paha isometrik, hamstring, dan glutealis latihan
isometric
Heelslides
Pelatihan Kiprah untuk meningkatkan fungsi dan kualitas kinerja
anggota tubuh yang terlibat selama ayunan melalui dan fase
sikap. Pasien didorong untuk menyapih off perangkat bantu
mereka antara minggu 4-6.
isyarat postural / pendidikan ulang selama semua aktivitas
fungsional sesuai indikasi
sepeda stasioner, kemajuan perlawanan minggu 3-4.
Minggu 4-6
Lanjutkan latihan di atas
depan dan lateral langkah dan mundur.
4 jalan yang lurus mengangkat kaki (SLR) jika tidak
kontraindikasi dengan pasien dislokasi tindakan pencegahan.
1/4 terjang depan.
Gunakan duduk untuk berdiri dan latihan kursi untuk
meningkatkan kekuatan ekstensi hip selama fungsional tugas.
Backwards ambulasi
Ambulasi pada permukaan yang tidak rata
Pengangkatan / Tercatat
Mendorong atau Menarik
Jongkok atau Crouching
Return-To-Work Tugas
Mulailah Program air jika sayatan benar-benar
sembuh. Modalitas (minggu 1-6):
Cryotherapy 1-3x / hari untuk pembengkakan dan manajemen
nyeri.
modalitas lain pada kebijaksanaan terapis berdasarkan temuan
klinis. (Silakan lihat Departemen prosedur khusus Layanan
Rehabilitasi Modalitas.)
Kepatuhan berat pasca operasi bantalan tindakan pencegahan
sampai pasien telah mengikuti up dengan MD untuk mereka
menindaklanjuti janji. Bagi pasien yang "WBAT ke FWB "pasca-
bedah mereka dapat menggunakan perangkat bantu yang
diperlukan untuk meminimalkan kiprah kompensasi. Pasien
mungkin akan didorong untuk menggunakan tongkat lurus dalam
waktu satu minggu operasi jika ia / dia WBAT ke FWB. Pasien
dapat disapih dari perangkat bantu oleh 4 minggu jika mereka
tidak menggunakan perangkat bantu sebelum operasi dan pasca
operasi otot
Memantau penyembuhan luka dan berkonsultasi dengan merujuk
MD jika tanda-tanda dan gejala infeksi hadir.
Pantau peningkatan edema dan lanjutkan dengan cryotherapy yang
diperlukan.
Kriteria untuk maju ke tahap berikutnya:
Aktif rentang gerak pinggul 0-110 '
Baik sukarela kontrol quadriceps
Independen ambulasi 800ft tanpa perangkat bantu, penyimpangan
atau antalgia
Nyeri Minimal dan peradangan
Kriteria Discharge:
(Ini adalah panduan umum sebagai pasien dapat berkembang secara
berbeda tergantung pada tingkat sebelumnya fungsi dan tujuan
individu.)
f. Evaluasi
Hasil yang diharapkan:
1) Memperlihatkan berkurangnya kecemasan
a) Mengidentifikasi rasa takut
b) Mendiskusikan rasa takut dengan keluarga
c) Menggunakan pengalaman dahulu sebagai fokus perbandingan
d) Mengekspresikan pandangan positif mengenai hasil pembedahan
e) Mengekspresikan rasa percaya diri mengenai cara yang digunakan untuk mengurangi rasa sakit.
2) Menerima pengetahuan mengenai prosedur pembedahan dan perjalanan pascaoperatif
a) Mengidentifikasi maksud prosedur persiapan praoperatif
b) Meninjau unit perawatan intensif bila diinginkan
c) Mengidentitikasi keterbatasan hasil setelah pembedahan
d) Mendiskusikan lingkungan pascaoperatif dengan segera, mis, pipa, mesin, pemeriksaan perawat.
e) Memperagakan aktivitas yang seharusnya dilakukan setelah pembedahan (mis, menarik napas
dalam, batuk efektif, latihan kaki)
(Muttaqin Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Perioperatif. Jakarta: Salemba Medika.)
2. Penatalaksanaan Intra Operatif
Asuhan keperawatan pada kondisi pemberian anestesi pada prinsipnya sama dengan asuhan
keperawatan pada saat pemberian anestesi secara umum.
Pasien yang dilakukan pembedahan akan melewati berbagai prosedur. Prosedur pemberian
anestesi, pengaturan posisi bedah, manajemen asepsis, dan prosedur bedah fraktur femur akan
memberikan implikasi pada masalah keperawatan yang akan muncul.
Efek dari anestesi umum akan memberikan respons depresi atau iritabilitas kardiovaskular,
depresi pernapasan, dan kerusakan hati serta ginjal. Penurunan suhu tubuh akibat suhu di ruang
operasi yang rendah, infuse dengan cairan yang dingin, inhalasi gas-gas yang dingin, luka terbuka
pada tubuh, aktivitas otot yang menurun, usia yang lanjut, obat-obatan yang digunakan (vasodilator,
anestesi umum) mengakibatkan penurunan laju metabolisme. Efek anestesi akan memengaruhi
mekanisme regulasi sirkulasi normal, sehingga mempunyai risiko terjadinya penurunan kemampuan
jantung dalam melakukan stroke volume efektif yang berimplikasi pada penurunan curah jantung.
Efek intervensi bedah dengan adanya cedera vascular dan banyaknya jumlah volume darah yang
keluar dari vaskular memberikan terjadinya penurunan perfusis perifer serta perubahan elektrolit dan
metabolism, karena terjadi mekanisme kompensasi pengaliran suplai hanya untuk organ vital.
Respons pengaturan posisi bedah telentang akan menimbulkan peningkatan risiko cedera
peregangan pleksus brakialis, tekanan berlebihan pada tonjolan-tonjolan tulang yang berada dibawah
(bokong, scapula, kalkaneus), tekanan pada vena femoralis atau abdomen, dan cedera otot tungkai
efek intervensi bedah fraktur femur membuat sautu pintu masuk kuman (port de entrée) sehingga
menimbulkan peningkatan risiko infeksi intraoperasi. Respons intervensi bedah pinggul juga akan
meningkatkan adanya cedera jaringan lunak (vaskular, otot, saraf) prosedur fiksasi internal serta
kehilangan banyak darah intraoperasi. Intervensi bedah dengan menggunakan instrument dan
peralatan listrik memunculkan masalah risiko cedera intra operasi yang perlu perawat perioperatif
waspadai.
a. Pengkajian
Pengkajian intraoperatif fiksasi internal reduksi terbuka pada femur secara ringkas dilakukan
berhubungan dengan pembedahan. Pengkajian kelengkapan pembedahan terdiri atas hal-hal sebagai
berikut.
1) Data laboratorium dan laporkan temuan yang abnormal
2) Radiologis area fraktur femur yang akan dilakukan ORIF.
3) Tranfusi darah (cek kesamaan golongan darah dan rhesus pasien dengan donor)
4) Kaji kelengkapan sarana pembedahan (benang, cairan intravena, obat antibiotic profilaksis) sesuai
dengan kebijakan institusi.
5) Pastikan bahwa sistem fiksasi internal, instrumentasi, dan peranti keras (seperti sekrup kompresi,
metal, dan pen bersonde multiple) dan alat seperti bor dan mata bor telah tersedia dan berfungsi
dengan baik.
b. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan intraoperatif bedah femur yang lazim adalah sebagai berikut:
1) Risiko cedera berhubungan dengan pengaturan posisi bedah dan trauma prosedur pembedahan.
2) Risiko infeksi berhubungan dengan adanya port de entrée luka pembedahan dan penurunan imunitas
sekunder efek anestesi.
(Muttaqin Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Perioperatif. Jakarta: Salemba Medika.)
Pemberian anestesi
Anestesi umum
Risiko efek samping obat anestesi, termasuk diantaranya depresi atau iritabilitas kardiovaskular,
depresi pernapasan, dan kerusakan hati serta ginjal. Penurunan suhu tubuh akibat suhu di ruang
operasi rendah, infuse dengan cairan yang dingin, inhalasi gas-gas yang dingin, luka terbuka pada
tubuh, aktivitas otot yang menurun, usia yang lanjut, obat-obatan yang digunakan (vasodilator,
anestetik umum) penurunan laju metabolik.
Risiko cedera peregangan pleksus brakialis, tekanan berlebihan pada tonjolan-tonjolan tulang yang
berada di bawah (sisi panggul, lutut, maleolus), tekanan pada vena femoralis atau abdomen, cedera
otot tungkai
Risiko cedera
Port de entrée Prosedur
bedah
Risiko infeksi
Gambar 8-60. Kiri: Pada saat ahli bedah mencoba untuk melakukan reduksi,
perawat asisten bedah membantu menarik refraktor, dan perawat instrumen
mengangkat tungkai untuk memudahkan proses reduksi. Kanan: Perawat
instrumen menyerahkan bor listrik, sementara perawat asisten bedah melakukan
penarikan refraktor dan menahan pemegang tulang. Perawat instrumen
menyerahkan sekrup dan perawat asisten bedah membersihkan area bedah dengan
spons untuk memudahkan akses bedah.
Bantu ahli bedah dalam pemasangan Tujuan bedah utama dengan memasang
fiksasi internal. fiksasi interna adalah agar kedua ujung
fragmen tulang tidak bergerak. Perawat
instrumen menyerahkan peranti keras
yang sesuai dengan kondisi fraktur atau
atas arahan dari ahli bedah. Perawat
asisten bedah membantu membuka
jaringan dengan refraktor dan menahan
sisi lain dari peranti fiksasi internal.
Gambar 8-61. Perawat asisten bedah menarik refraktor dan melakukan irigasi
pada saat ahli bedah melakukan bor tulang.
Bantu ahli bedah dalam membuat Pembedahan femur menyisakan banyak
drainase. sisa darah pascabedah. Dengan
dipasangnya sistem drainase akan
memudahkan pengeluaran sisa darah
pascabedah femur.
Gambar 8-62. Perawat instrumen menyerahkan klem panjang dan skalpel insisi
pada ahli bedah untuk melakukan pembuatan lubang drainase. Kemudian
menyerahkan selang drainase dan set jahit untuk melakukan fiksasi pada selang
drainase.
Bantu ahli bedah dalam penutupan Prosedur penutupan jaringan dilakukan
jaringan. setelah tujuan pembedahan sudah
selesai dilaksanakan. Penutupan
dilakukan lapis demi lapis sesuai area
atau jaringan yang telah dilakukan
pembedahan.
Perawat instrumen menurunkan risiko
cedera dengan mempersiapkan dan
memilih sarana penjahitan dengan
memperhatikan ketajaman jarum jahit.
Kemudian benang jahitan yang akan
digunakan sesuai jaringan yang dijahit
dan kondisi atau kelayakan instrumen
agar kerusakan jaringan dapat minimal.
Penjahitan bisa dilakukan ahli bedah
atau asisten bedah. Apabila dilakukan
ahli bedah, maka asisten bedah
membantu penutupan jaringan agar
dapat terlaksana secara efektif dan
efisien agar kerusakan jaringan dapat
minimal.
Gambar 8-63. Peran perawat terlihat saat dilakukan penutupan jaringan. Kiri:
dengan menggunakan refraktor gigi empat untuk memudahkan ahli bedah
melakukan penusukan jarum jahit dan tangan satunya dengan forsep menjepit
ujung benang agar jangan sampai lepas pada saat ahli bedah melakukan penarikan.
Kanan: Perawat menahan benang dan jaringan agar penjahitan dapat menyatukan
setiap sisi luka secara optimal.
Lakukan penutupan luka bedah. Sebelumnya, area bedah bekas darah
dan lainnya didesinfeksi dan
dibersihkan. Kemudian perawat
mengangkat duk dan luka ditutup
dengan kasa dan difiksasi.
Lakukan pemasangan perban elastis Pemasangan perban elastis pada area
pada area pascabedah fiksasi internal pascabedah fiksasi internal reduksi
reduksi terbuka. terbuka dilakukan dengan tujuan untuk
mengimobilisasi kondisi fragmen
tulang yang masih lemah.
Lakukan penghitungan jumlah kassa Penghitungan yang tepat akan
dan instrumen yang telah digunakan. mencegah tertinggalnya kasa pada area
bedah sehingga menurunkan risiko
cedera pada pasien.
Rapikan dan bersihkan instrumen. Instrumen dibersihkan di tempat
pembersihan dengan air yang mengalir.
Perawat membersihkan seluruh bagian
instrumen dari sisa pembedahan.
Instrumen yang telah dikeringkan
kemudian dipaket untuk disterilisasi
kembali.
Lakukan dokumentasi intraoperatif. Catatan keperawatan intraoperatif diisi
lengkap sebelum pasien dipindahkan ke
ruang pulih sadar agar asuhan
keperawatan yang diberikan
berkesinambungan.